Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya yang telah diberkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Penyusunan makalah ini dimaksudkan sebagai tugas untuk ujian akhir semester
mata kuliah Pancasila semester gasal tahun 2019. Dalam makalah ini, penulis mengambil
topik Pancasila sebagai Sistem Filsafat dengan tujuan untuk semakin menyadarkan kaum
muda akan pentingnya Pancasila sebagai Sistem Filsafat.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menghadapi berbagai macam kesulitan,
antara lain keterbatasan waktu dan pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini, walaupun mungkin masih
dijumpai beberapa kekurangan. Untuk itu, sudah sepantasnya penulis berterima kasih kepada:
1. Noveliza Rudyolindy Theodora Tepy, S.Pd, M.Pd, selaku dosen mata kuliah yag
senantiasa membimbing dalam pembuatan makalah ini; dan
2. pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, penulis memohon kritik dan saran dari para pembaca demi peningkatan pengetahuan
penulis dalam penyusunan makalah. Harapan penulis, semoga makalah yang sederhana ini
benar-benar bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. i
2.5 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat yang Bulat Utuh dan Hierarkis
Pramidal………………………………………………………………
Ilmu………………………………………………………….
Topik……………………………………………………….
.……………………………………………………………...
3.2 Pembahasan…………………………. 18
dan Bernegara………………………………….
LAMPIRAN ………………………………………………………………... 37
BAB I
PENDAHULUAN
6. Mengetahui pandangan wawasan dunia Kristen terhadap kajian Pancasila sebagai ilmu.
Manfaat dari makalah ini adalah menyadarkan semua masyarakat bahwa pancasila pun
awal mulanya berasal dari buah pikiran para masyarakat yang pada akhirnya di satukan menjadi
satu kesatuan yaitu Pancasila, selain harus di amalkan, tetapi juga di implementasikan di
kehidupan sehari-hari.
BAB II
LANDASAN TEORI
Filsafat dapat dimengerti melalui dua sudut pandang. Pertama, sebagai metode berpikir
atau menganalisis. Kedua, sebagai pandangan yang berisikan sistem pemikiran dan nilai-nilai.
Jadi, filsafat sebagai metode berpikir dan menganalisa digunakan untuk mencari jawaban
tentang sesuatu yang diselidiki, sedangkan filsafat berisi pemikiran dan nilai-nilai yang
digunakan sebagai ideologi bagi seseorang, sekelompok orang, atau juga bagi bangsa.
Filsafat (dalam bahasa Arab adalah falsafah, dan dalam bahasa Inggris adalah
philosophy) berasal dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari kata ‘philein’ yang berarti cinta
(love) dan ‘sophia’ kebijaksanaan (wisdom). Secara etimologis, filsafat berarti berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam artinya sedalam-dalamnya. Seorang filosof
(philosopher) adalah pencinta, pendamba dan pencari kebijaksanaan.
Menurut catatan sejarah, kata ini pertama kali digunakan oleh Pythagoras, seorang
filosof Yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi. Cicero (106-43 SM), seorang penulis
Romawi terkenal pada zamannya dan sebagian karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat
bahwa kata ‘filsafat’ dipakai Pythagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendekiawan pada
masanya yang menamakan dirinya ‘ahli pengetahuan’ Pythagoras menyatakan bahwa
pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang mungkin mencapai
ujungnya.
Kata ini kerap pula digunakan oleh Socrates (470-399 SM). Socrates tidak saja terkenal
karena pemikirannya yang brillian, tetapi juga karena ia banyak mengajukan pertanyaan. Ia
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siapa saja yang dijumpainya, dan pertanyaan
tersebut membuat sebagian orang menjadi lebih arif, lebih sadar diri, lebih pintar, tetapi ada
yang merasa disudutkan dan dicemoohkan. Oleh sebagian penguasa dan tokoh masyarakat,
pertanyaan-pertanyaan Socrates dianggap berbahaya dan subversif. Pertanyaannya yang
menyadarkan banyak membuat generasi muda menjadi ragu terhadap status quo, murtad dan
memberontak. Kemudian, ia diadili dan dijatuhi hukuman mati, bukan ditembak atau
digantung, tetapi dengan minum racun. Ketika tidak ada seorang pun tega menyodorkan piala
berisi racun kepadanya, maka ia rela menegaknya sendiri demi menunjukkan bahwa ia filosof
yang agung, seorang yang cinta kebijaksanaan dan benci kemunafikan dan kejahilan
(seharusnya kita bersyukur karena tidak harus berkorban seperti Socrates untuk bisa cinta ilmu-
kebijaksanaan dan benci kemunafikan-kejahilan).
Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta merumuskan bahwa filsafat
adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas
hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai
kebenaran dan arti ‘adanya’ sesuatu.
Menurut Plato (427-347 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat. Bagi
Aristoteles (384-322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi
logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis.
Menurut Bertrand Russel, filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan
dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam ilmu pengetahuan. Akan tetapi, secara kritis
dalam arti kata: setelah segala sesuatunya diselidiki problema- problema apa yang dapat
ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu, dan setelah kita menjadi sadar dari
segala kekaburan dan kebingungan, yang menjadi dasar bagi pengertian kita sehari- hari
....(problemen der Philosophic, 1967: 7).
Menurut R. Beerling, bahwa filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang bebas, diilhami oleh
rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman. (Er zijn eigenlijksheidvragen
dalam Filosofic als science- fiction, 1968: 44).
Karl Popper berkata “saya rasa kita semuanya mempunyai filsafat dan bahwa
kebanyakan dari filsafat kita itu tidak bernilai banyak. Saya kira, bahwa tugas utama dari filsafat
adalah untuk menyelidiki berbagai filsafat itu secara kritis, filsafat mana dianut oleh berbagai
orang secara tidak kritis. (dikutip dari perdebatan televisi, 14 Nopember 1971).
1. Filsafat Umum/Murnia.
2. Filsafat Khusus/Terapan, yang lebih mengkaji pada salah satu aspek kehidupan. Seperti
misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat bahasa, dan lain sebagainya.
Pembagian cabang-cabang filsafat di atas tidak kaku. Seorang filsuf yang mengklaim
bahwa pemikiran filsafatnya berupa kajian ontologi sering kali pula membahas masalah-
masalah eksistensi manusia,kebudayaan, kondisi masyarakat, bahkan etika. Ini misalnya
tampak dari filsafat Heidegger. Dalam bukunya yang terkenal, Being and Time (1979), dia
menulis bahwa filsafatnya dimaksudkan untuk mencari dan memahami “ada”. Akan tetapi dia
mengakui bahwa “ada” hanya dapat ditemukan pada eksistensi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam bukunya itu dia membahas mengenai
keotentikan,kecemasan, dan pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari.
a. Panca = lima
b. Sila (syila) = batu sendi, atau dasar
Istilah Pancasila dalam falsafah negara Indonesia mempunyai pengertian sebagai nama
dari 5 dasar Indonesia. Ini pernah diusulkan oleh Bung Karno atas petunjuk Mr. Moh
Yamin pada tanggal 1 Juni 1945. Lima dasar negara yang dinamakan sebagai Pancasila
oleh Bung Karno adalah:
1. Kebangsaan
2. Prikemanusiaan
3. Mufakat
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang maha esa
Setelah merdeka, dibuatlah UUD pada 18 Agustus 1945, yang di dalam pembukaannya
tercantum lima dasar Republik Indonesia. Lima dasar itu adalah Pancasila yang kita
ketahui sekarang.
Pada zaman sekarang ini, banyak kebudayaan –kebudayaan bangsa lain yang masuk ke
masyarakat Indonesia. Tetapi masyarakat Indonesia seringkali menerima begitu saja tanpa
memilah-milah atau menyaring mana yang positif dan negatif, mana yang sesuai dan mana
yang tidak sesuai dengan karakter dan nilai- nilai budaya Bangsa Indonesia yang beralaskan
Pancasila. Masyarakat perlu diberikan pemahaman, agar dapat menghayati dan mengamalkan
dengan tepat mengenai nilai luhur Pancasila dalam kebudayaan Bangsa. Indikator Pancasila
dijadikan sebagai dasar kebudayaan Bangsa Indonesia adalah :
Kausa Materialis adalah asal mulanya sebuah bahan. Untuk membuat sebuah negara, harus ada
dasar yang akan menjadi bentukan negara tersebut. Indonesia mempunyai UUD 1945 dan
Pancasila sebagai dasar hukum dan dasar negara. Asal pancasila terdapat diperoleh melalui
bangsa Indonesia, kepribadian dan pandangan hidup mereka, ini membuat masyarakat dan
wilayah Indonesia sebagai bagian bentukan dasar ini.
b. Formalis
Kausa Formalis adalah cara bagaimana wujud dan bangunnya sesuatu. Undang-undang
Indonesia dibentuk sebagai aturan negara, serta panduan untuk jalannya sistem pemerintahan.
Akan ada gambaran sebelum, untuk membuat inti dalam pemerintahan yang baik. Dapat
dikatakan rumusan undang-undang adalah usulan dari anggota BPUPKI. (lambang pancasila)
c. Efisien
Kausa Efisien adalah proses untuk mewujudkan sesuatu menjadi nyata. Jika semua rencana
telah ditetapkan, terjadilah proses pemerintah yang sah. Mau buruk atau baik hasilnya, itu
adalah sesuatu yang nyata, yang telah diciptakan dari kausa-kausa sebelumnya. Dalam sejarah,
PPKI adalah sosok pembentuk negara yang akhirnya mengesahkan Pancasila.
d. Finalis
Kausa Finalis adalah asal mula berupa tujuan, alasan mengapa hal tersebut diadakan. Dasarnya
pembentukan pemerintah Indonesia adalah UUD 1945 dan Pancasila. Tujuannya adalah untuk
mensejahterakan rakyat Indonesia sesuai dengan prinsip keadilan dan kemanusiaan. Dalam
sejarah, Pancasila dibuat sebagai dasar negara oleh kontribusi BPUPKI, Panitia 9, dan PPKI.
2.5 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat yang Bulat Utuh dan Hierarkis Piramidal
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara
deduktif dan induktif. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis
dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif. Cara
induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya,
dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu. Pancasila yang terdiri atas lima
sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama untuk tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan
bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan
sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dengan
demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-
sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme
dan sebagainya.
Susunan sila-sila pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain
membentuk suatu sistem yang disebut dengan istilah majemuk tunggal (Notonagoro). Majemuk
tunggal artinya Pancasila terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri
secara utuh. Selanjutnya, Notonagoro berpendapat bahwa bentuk dan susunan Pancasila seperti
tersebut di atas adalah hierarkis-piramidal. Hierarkis berarti tingkat, sedangkan piramidal
dipergunakan untuk menggambarkan hubungan bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam urutan
luas cakupan dan juga isi pengertian. Hukum logika yang mendasari pemikiran ini adalah
bahwa antara luas cakupan pengertian dan isi pengertian berbanding terbalik. Hal ini berarti,
bahwa jika isi pengertiannya sedikit, maka pengertian itu sangat luas.
Pengetahuan ilmiah seharusnya merupakan suatu kesatuan yang bulat dan utuh. Bagian-
bagiannya harus saling berhubungan dan ketergantungan (interelasi dan interdependensi).
Pemahaman Pancasila secara ilmiah harus merupakan satu kesatuan dan keutuhan, bahkan
Pancasila itu sendiri pada dasarnya juga merupakan suatu kebulatan yang sistematis, logis dan
tidak ada pertentangan di dalam sila-silanya (Kaelan, 1998). Syarat bersistem yang dipenuhi
oleh Pancasila menunjukkan bahwa Pancasila merupakan hasil pemikiran para pendahulu
negara yang dirumuskan dengan kecermatan yang tinggi dan bersifat logis.
Sila-sila Pancasila tersusun secara logis sehingga membentuk suatu pemikiran yang
sistematis. Notonagoro mengatakan bahwa sila-sila Pancasila tersusun secara hierarkis
piramidal dan bersifat majemuk-tunggal. Hierarkis piramidal maksudnya sila-sila Pancasila
ditempatkan sesuai dengan luas cakupan dan keberlakuan pengertian yang terkandung di dalam
sila-silanya. Sila pertama diletakkan pada urutan pertama, karena pengertian ketuhanan
maknanya sangat luas, terutama menunjuk pada eksistensi Tuhan sebagai Pencipta, asal usul
segala sesuatu atau dalam istilah Aristoteles disebut sebagai Causa Prima (Penyebab Pertama).
Kemanusiaan ditempatkan pada urutan kedua, karena pengertian manusia itu sangat luas tetapi
jika dibandingkan dengan konsep ketuhanan sudah lebih sempit cakupannya. Manusia hanyalah
sebagian dari ciptaan Tuhan, di samping makhluk lain yang ada di alam semesta.
Inti sila ketiga adalah persatuan, yang cakupan pengertiannya lebih sempit dari sila
pertama dan kedua, karena persatuan menunjukkan adanya kelompok-kelompok manusia
sebagai makhluk sosial atau zoon politicon. Kelompok ini dapat realitasnya membentuk satuan
ras, etnis, bangsa dan negara. Jadi, adanya kelompok mensyaratkan adanya manusia yang
merupakan ciptaan Tuhan.
Sila keempat berintikan kerakyatan, artinya dalam sebuah kelompok manusia yang
bersatu (bangsa yang menegara) memerlukan sebuah sistem pengelolaan hidup bersama dengan
adanya kedaulatan. Tata kelola negara modern sekarang ini umumnya menggunakan prinsip
kedaulatan rakyat (demokrasi). Demokrasi merupakan salah satu cara dari berbagai macam
model pemerintahan yang ada sekarang. Demokrasi yang dikembangkan di Indonesia adalah
demokrasi yang mendahulukan musyawarah untuk mencapai mufakat berdasarkan pada
hikmah kebijaksanaan, walaupun tidak menutup diri terhadap pengambilan suara terbanyak
(voting) dalam membuat keputusan- keputusan.
Sila kelima berintikan keadilan, merupakan sila yang paling khusus cakupan
pengertiannya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan bersatu
membentuk bangsa dan negara dengan sistem demokrasi mempunyai tujuan bersama yaitu
untuk mencapai keadilan keadilan. Dengan demikian sila kelima ini merupakan realisasi dari
eksistensi manusia yang hidup berkelompok dalam sebuah negara.
Walaupun terdapat banyak definisi filsafat, tetapi jika ditelusuri kesemuanya diperoleh
dari hasil berpikir filsafat yang mempunyai kesamaan dengan ciri-ciri radikal, sistematis, dan
bersifat universal. Radikal berarti berpikir sampai pada akarnya (radix). Artinya berpikir secara
mendalam sampai pada akar-akarnya, atau berpikir untuk menemukan kebenaran yang hakiki.
Berpikir tentang segala sesuatu sampai pada hakikatnya. Sistematis, artinya berpikir secara
logis selangkah demi selangkah dan menunjukkan suatu kerangka pemikiran yang konsisten
dan utuh (kebulatan). Universal, artinya berpikir secara umum menyeluruh tidak terikat ruang
dan waktu. Oleh karena berpikir filsafat mempunyai ciri-ciri ini, maka Sidi Gazalba
mendefinisikan filsafat sebagai sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan
sebagai hasil dari berpikir secara radikal, sistematik, dan universal.
2.6 Pandangan Wawasan Dunia Kristen terhadap Kajian Pancasila Sebagai Ilmu
- Panggilan bahwa Tuhan adalah “maha esa” sesuai sila pertama dapat
dilihat di Alkitab dalam buku Ulangan 6:4. Kita dapat melihat bahwa
Allah dikatakan sebagai satu-satunya Allah, bahwa "TUHAN itu
esa!”, dan Dia berada untuk semua. Kata “esa” berarti tunggal
(KBBI).
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Tuhan menciptakan manusia begitu mulia, dan sebagai masyarakat Indonesia, kita harus
mencerminkan hal tersebut.
a. Yesaya 56:1
“Beginilah firman TUHAN: Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan,
sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan
keadilan-Ku akan dinyatakan.”
- Sila kedua dapat dilihat mempunyai pesan yang sama dengan pesan
utama Kitab Suci, yaitu: Allah menciptakan manusia begitu mulia.
Kedatangan Yesus yang penuh dengan kebenaran/Logos mendorong
manusia untuk kembali menuju keberadaab, yang karena jatuh dalam
dosa kerap melupakan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.
b. Ulangan 16:20
“Semata-mata keadilan, itulah yang harus kau kejar, supaya engkau hidup
dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu."
a. Roma 14:19
"Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera
dan yang berguna untuk saling membangun."
b. 1 Korintus 1:10
a. Genesis 1:27
Beda dengan sila kedua yang fokus lebih terhadap perilaku rakyat antara satu sama
yang lain, sila kelima fokus terhadap sistem sosial. Yang diarti sistem sosial berjarak
dari sistem pekerjaan sebuah bisnis besar, sampai sistem operasi sebuah warung
kecil. Tuhan menciptakan kita semua dalam gambaran Dia, jadi dalam mata-hNya
tidak ada manusia yang berstatus lebih tinggi atau lebih rendah. Setiap rakyat berhak
untuk mendapatkan apa yang mereka pantas dapatkan, dan tidak dapat melarikan
diri dari hukuman perbuatan buruk mereka.
BAB III
Orang memang menghafalkan 5 sila dari pancasila, tetapi tidak semua orang mengetahui makna
filsafat pancasila. seringkali disekolah pancasila diajarkan tapi tidak dengan makna filsafatnya.
Jadi Pancasila sebagai sistem filsafat harus diterapkan dan dijadikan pedoman dalam
kehidupan.
Kevin Pangaribuan -
Sering sekali Pancasila diajarkan sebagai hafalan-hafalan dan cuman semacam kata.
Sebenarnya, Pancasila mempunyai makna filsafat yang sangat dalam, dan penting untuk
diajarkan kepada para mahasiswa. Pengertian tentang pancasila dengan lebih dalam, bukan
hanya dengan cara ingatan, akan memungkinkan para mahasiswa untuk menggunakan apa yang
mereka pelajari untuk masa depan negara yang lebih baik. Dasar-dasar Pancasila sebagai sistem
filsafat bisa kita jadikan sebagai pedoman kehidupan kita, mau itu dalam bidang akademis,
bisnis, atau hidup sehari-hari.
Dari percabangan ilmu filsafat dapat kita ketahui bahwa di Filsafat umum/murni terdapat
Metafisika, Aksiologi, dan Epistemologi. Dan dari ketiga hal penting tersebut dapat kita
simpulkan bahwa pancasila adalah bagian dari sistem filsafat, yang menentukan pandangan
hidup suatu negara yaitu negara kita yaitu Indonesia.
Sherly Laurensia -
Sebenarnya banyak dari kita yang tidak begitu mengetahui apa arti filsafat
sesungguhnya. Memang betul bahwa filsafat merupakan ilmu yang abstrak, padahal sebetulnya
filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan suatu pemikiran. Terkait dengan
Pancasila, Pancasila sebagai sebuah pandangan hidup dapat dikembangkan untuk membentuk
watak dan karakter bangsa Indonesia karena memiliki nilai-nilai filsafat yang terkandung di
dalamnya. Secara filsafati, Pancasila merupakan sistem yang di dalamnya terkandung nilai-
nilai dan memiliki ilmu pengetahuan agar ia dapat menjadi ideologi bangsa dan negara
Indonesia yang mampu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Skolastika Nadesha -
Pancasila merupakan sebuah penerapan ilmu yang sudah ada sejak lama yaitu ilmu filsafat.
Pancasila menjadi ada karena pada hakikatnya Pancasila sebagai dasar negara diciptakan untuk
menjadi pedoman awal dalam membangun sebuah negara, proses pembentukannya hingga
akhirnya tercipta sebuah negara yang bisa diisi dengan berbagai latar belakang yang ada. Dasar-
dasar inilah yang menjadi ilmu awal yang harus dimiliki jika ingin membuat sebuah negara
berjalan sesuai dengan pedoman dasar yang telah ditentukan sejak awal.
Menurut kelompok kami, karena Pancasila merupakan suatu sistem filsafat maka dari itu
kelima poin pancasila saling berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan tujuan yang
sama, karena kelima poin pancasila tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan. Pengertian filsafat itu sendiri yaitu mencari yaitu kebenaran yang hakiki, yang rata
untuk semua manusia. Jadi dapat kita simpulkan bahwa, Pancasila itu sendiri adalah suatu
kebenaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup rakyat di Indonesia, yang harus kita
terapkan di kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
3.2 Pembahasan
Jawaban untuk krisis-krisis kebangsaan bisa ditemukan dari dasar filsafat. Pandangan hidup
negara Indonesia sendiri melalui Pancasila. Saat ini yang diperlukan adalah mengikuti cara
Soekarno, menggali kembali mutiara yang terpendam itu, mengargumentasikan dan
mengkontekstualisasikan dalam kehidupan semasa, dan mengupayakan aktualisasinya dalam
kehidupan masa kini dan masa depan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada dasarnya kata filsafat itu sendiri berarti cinta kebenaran atau cinta kebijaksanaan yang
hakiki. Berarti filsafat adalah sebagai hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahami sesuatu secara mendalam dengan penuh integritas yang tinggi berdasarkan hakikat
tuhan, alam semesta, dan juga manusia. Maka dari itu, ketika pancasila sebagai sistem filsafat,
berarti filsafat disini berbicara tentang bagaimana ia mencari suatu kebenaran yang hakiki
untuk dijadikan pedoman dalam suatu susunan negara, untuk dijadikan sebagai arahan hidup
dalam bertingkah laku negara tersebut.
4.2 Saran
Seharusnya sebagai warga negara Indonesia kita harus sadar bahwa mulai dari para pahlawan
yang memperjuangkan bangsa ini, dan juga perjuangan untuk mencari suatu ideologi bangsa
ini membutuhkan perjuangan tersendiri yang tidak mudah. Maka dari itu kita sebagai
Mahasiswa yang dapat dikatakan sebagai generasi penerus dan juga pelurus bangsa ini, butuh
meneruskan perjuangan para pahlawan yang sudah berjuang sampai titik darah penghabisan.
Dengan cara mengimplementasikan pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Prof. Dr. Nur A, Fadhil. (2015). PENGANTAR FILSAFAT UMUM. PENGANTAR
FILSAFAT UMUM. Retrieved from http://repository.uinsu.ac.id/2454/1/ISI PENGANTAR
FILSAFAT UMUM FADHIL.pdf
Makalah Pancasila Sebagai Budaya Bangsa. (n.d.). Makalah Pancasila Sebagai Budaya
Bangsa. Retrieved from https://www.scribd.com/document/329729367/Makalah-Pancasila-
Sebagai-Budaya-Bangsa-1
Pancasila Sebagai Ilmu Pengetahuan. (n.d.). Pancasila Sebagai Ilmu Pengetahuan. Retrieved
from https://www.academia.edu/37856229/Pancasila_sebagai_ilmu_pengetahuan
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. (n.d.). Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Retrieved from
https://repository.unikom.ac.id/46828/1/Pancasila sebagai Sistem Filsafat.pdf
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat dan Sistem Etika Politik. (n.d.). Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat dan Sistem Etika Politik. Retrieved from
https://lms.ipb.ac.id/file.php/724/Slide_Pancasila_-_i.pdf
Purwastuti, L. A. (n.d.). KAJIAN ILMIAH TERHADAP PANCASILA, 14–33. Retrieved
from http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PNCASILA OK.pdf
LAMPIRAN