Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“HUKUM EKONOMI ISLAM”

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI ISLAM

Disusun oleh :

Nama : Wahyu Ferdiansah


NIM : C06180012
Semester : III (tiga)
Dosen : H. Ahmad Sahra, SH, MH

UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR


FAKULTAS ILMU HUKUM
TAHUN AKADEMIK 2019

OLEH : WAHYU FERDIANSAH


BAB I
PEMBUKAAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Perkembangan ekonomi Islam dalam tataran praktis maupun akademis sangat
pesat. Mulai dari soal factor-faktor yang memengaruhi minat masyarat untuk
menggunakan jasa perbankan syariah, bidang investasi syariah, hingga soal model
pembedaannya dana zakat di Indonesia.
Inti dari asas ekonomi islam adalah hak milik. Hak milik itu terdiri dari hak pribadi,
umum dan Negara. Dalam realitas, banyak praktis dalam ekonomi (mikro maupun
makro) mengalami kegagalan disebabkan kekeliruan pemahaman mengenai hak
milik, seperti mendapatkan harta korupsi atau suap untuk membangun fasilitas umum
dianggap benar, padahal itu salah dan dilarang oleh hukum islam. Kebijakan sumber
daya alam dan energy, kebijakan pengentasan kemiskinan, kebijakan privasi BUMN
Milik Umum, kenaikan harga BBM dan berbagai penyimpangan lainya.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang hukum ekonomi islam
2. Untuk menambah wawasan
3. Sebagai kegiatan tugas individu mahasiwa

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan hukum ekonomi Islam ?
2. Bagaimana hubungan ekonomi dan hukum dalam presfektif Syariah ?
3. Apa sumber hukum dan dalil hukum ekonomi Syariah ?
4. Apa konsep, krakteristik, dan penerapan ekonomi islam ?
5. Apa prinsip-prinsip ekonomi Islam ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. HUBUNGAN EKONOMI DAN HUKUM DALAM PERSPEKTIF SYRIAH


 Pengertian Hukum Ekonomi Syariah.
Bila merumuskan pengertian Ekonomi syariah dalam persi undang-undang
no. 3 tahun 2006 tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang

OLEH : WAHYU FERDIANSAH


peradilan agama, maka Ekonomi syariah adalah perbuatan dan atau kegiatan usaha
yang dilaksanakan menurut prinsif syariah, antara lain :
a) Bank Syariah
b) Lembaga Keuangan mikro syariah
c) Asuransi syariah
d) Reasuransi syariah,
e) Reksa dana syariah
f) Obligasi Syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah
g) Sekuritas Syariah
h) Pembiayaan Syariah
i) Pegadaian Syariah
j) Dana pension Lembaga keuangan syariah
k) Bisnis syariah.
l) Pengertian ekonomi syariah diatas, dapat dipahami

Disampi pengertian Ekonomi Syariah diatas ada juga pengetian lain


yang disebut dengan Ekonomi Islam. Prof. Dr. H. Zainuddin Ali berpendapat bahwa
pengertian Ekonomi Islam adalah kumpulan norma hukum yang bersumber dari Al-
qur’an dan Hadist yang mengatur mengatur Perekonomian umat manusia.

 HUBUNGAN EKONOMI DAN HUKUM


Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan kehidupan
social masyarakat secara keseluruhan tidak terlepas dari hubungannya dengan
permasalahan hukum. Pertalian hukum dan ekonomi merupakan suatu ikatan klasik
antara hukum dan kehidupan social.
Dalam dekade belangan ini diakui adanya hubungan antara ekonomi dengan
hukum sehingga sering disebut pula hukum ekonomi. Hukum ekonomi merupakan
keseluruhan kaidah hukum yang mengatur dan yang mempengaruhi segala sesuatu
yang berkaitn dengan kegiatan dan kehidupan perekonomian. Hukum ekonomi ini
bersifat lintas sektoral, nasional, interdisipliner, dan trans nasional.
Menurut posner, sebagaimana dikutip Hikmahanto juana berperannya
hukumharus dilihat dari segi nilai, falue,keuangan, utility dan efisiensi
(efficiency). Hukum dan ekonomi merupakan dua sub system dari satu system
kemasyarakatan yang saling berinteraksi satu sama lain.
Setidaknya menurut studi yang diakukan para ahli,hukum dapat berperan
dalam bidang ekonomi karna kemampuannya menciptakan stabilitas, meramalkan
dan fairness.

 HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL


Salah satu cirri kehidupan bermasyarakat adalah adanya suatu perubahan yang
terus terjadi. Perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat timbul dalam berbagai

OLEH : WAHYU FERDIANSAH


macam bentuk. Ada perubahan yang terjadi secara lambat (evolusi),dan ada juga
perbahan secara cepat (revolusi).
Bentuk lain yang terjadi dimasyarakat bisa timbul menjadi perubahan yang
direncanakan dan perubaha yang tidak direncanakan. Perubahan yang direncanakan
adalah perubahan yang telah disiapkan oleh pihak-pihak yang menghendaki adanya
perubahan (agent of change).
Adapun bentuk perubahan yang terjadi dalam masyarakat tersebut, baik secara
langsung dan tidak langsung, berpengaruh pada lembaga-lembaga permasyarakatan
dalam berbagai bidang,seperti pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, dan
sebagainya

 POSISI DAN RUANG LINGKUP HUKUM EKONOMI ISLAM


Secara garis besar system matika hukum ekonomi islam dapat dikelompokan
menjadi 3 yaitu:
1. Hukum I’tiqadiyyah (akidah).
Hukum ini mengatur hubungan rohaniyah manusia dengan Yang Maha Kuasa dalam
masalah keimanan dan ketaqwaan.
2. Hukaum Khuluqiyah (ahklah)
Hukum ini mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan mahkluk lainnya.
3. Hukum Amaliyah (syari’ah)
Hukum ini mengatur hubungan lahiriyah antara manusia dengan sesama dan
mahkluk lain.
Hukum muamalah dalam literature terinci kepada:
1. Hukum perdata (muamalat)
2. Hukum perkawinan (munakahat)
3. Hukum waris (al-mirats)
4. Hukum pidana (jinayat)
5. Politik (siyasah)

B. SUMBER HUKUM DAN DALIL HUKUM AL-MUAMALAH AL-MALIYAH


 Adapun sumber-sumber hukum dalam ekonomi Islam adalah:
1. Al-qur’an, adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum ekonomi Islam
yang Allah SWT turunkan kepada Rasul Saw guna memperbaiki, meluruskan dan
membimbing Umat manusia kepada jalan yang benar.
2. Sunnah Rasulullah atau Al-Sunnah, Setelah Alquran, sumber hukum ekonomi adalah
Hadis dan Sunnah. Yang mana para pelaku ekonomi akan mengikuti sumber hukum
ini apabila didalam Alquran tidak terperinci secara lengkap tentang hukum ekonomi
tersebut.

OLEH : WAHYU FERDIANSAH


 Dalil Hukum
1. Ijma’, adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan konsensus baik dari
masyarakat maupun cara cendekiawan Agama, yang tidak terlepas dari Alquran dan
Hadis.
2. Qiyas, merupakan usaha meneruskan setiap usaha untuk menemukan sedikit
banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat.
3. Istihsan, Istislah dan Istishab adalah bagian dari pada sumber hukum yang lainnya
dan telah diterima oleh sebahagian kecil oleh keempat mazhab dll.

C. KONSEP EKONOMI ISLAM, KARAKTERISTIK EKONOI ISLAM


DAN PENERAPANYA.
 Konsep Ekonomi Islam
Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim
(kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara
keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam tergantung
kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara keperluan
kebendaan dan keperluan rohani/etika yang diperlukan manusia. Sumber pedoman
ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul,

 Karakterististik Ekonomi Islam


1. Bimbingan konsumsi
Dalam hal konsumsi, islam melarang hidup berlebih-lebihan, terlalu hidup
kemewahan dan bersikap angkuh. Hal ini tercermin dalam surat al-A’raaf ayat 31 seta
Al-Israa ayat 16.
2. Zakat
Adalah karakteristik khusus yang tidak terdapat daalm system ekonomi lainnya
manapun, penggunaannya sangat efektif guna melakukan distribusi kekayaan di
masyarakat. Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur social Islam
3. Larangan riba
Islam sangat melarang munculnya riba (bunga), karena itu merupakan salah satu
penyelewengan uang dari bidangnya. Larangan riba dalam islam bertujuan membina
suatu bangunan ekonomi yang menetapkan bahwa modal itu tidak dapat bekerja
dengan sendirinya, dan tidak ada keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa
penempatan diri pada resiko sama sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan
perang terhadap riba dan umat islam wajib meninggalkannya, akan tetapi islam
menghalalkan mencari keuntungan lewat perniagaan.
4. Sempurna
Syarat Islam diturunkan dalam bentuk yang umum dangaris besar permasalahan.
Oleh karena itu, hukum-hukumnya bersifat tetap, tidak berubah-ubah lantaran
berubahnya masa dan berlainannya tempat. Penerapan Al-qur’an tentang hukum

OLEH : WAHYU FERDIANSAH


dalam bentuk yang global dan simple itu dimaksudkan untuk melakukan ijtihad
sesuai dengan situasi dan kondisi jaman.
5. Elastis
Hukum islam juga bersifat elastics (lentur, luwes) karena meliputi segala bidang
dan lapangan kehidupan manusia.
6. Universal dan dinamis
Ia meliputi seluruh alam tanpa tapal batas, tidak dibatasi oleh daerah terrentu,
seperti luang lingkup ajaran-ajaran nabi sebelumnya.
7. Sistematis
Maksudnya bahwa hukum Islam mencerminkan sejumlah doktrin yang bertalian
secara logis.

 Penerapan Hukum Ekonomi Syariah


Dalam sejarahnya upaya penerapan hukum syari’ah atau hukum islam di
Indonesia sebenarnya sudah dilakukan semenjak masa perjuangan kemerdekaan
bangsa. Dimana kita ketahui sendiri memang perjuangan kemerdekaan kita saat itu
banyak didominasi oleh pejuang-pejuang muslim yang memegang teguh prinsip-
prinsip hukum syari’ah. Perjuangan tersebut memang tidak secara frontal dilakukan,
tapi lebih banyak kepada upaya-upaya politis yang berbasis pada kelompok dan
budaya. Sayangnya kemudian upaya-upaya tersebut terbentur dengan kekuasaan
politik pemerintah Hindia-Belanda pada masa penjajahannya secara sistematis terus
mengikis pemberlakuan hukum syari’ah di tanah-tanah jajahannya. Hingga pada
gilirannya kelembagaan-kelembagaan baik yang telah ada maupun yang kemudian
dibentuk baik itu lembaga peradilan, perserikatan, dan lainnya pada masa itu mulai
meninggalkan nilai-nilai hukum syari’ah dan mulai terbiasa menerapkan aturan
hukum yang dibentuk pemerintah Hindia-Belanda yang saat itu disebut Burgerlijk
Wetbook yang tentunya jauh dari nilai-nilai syari’ah. Sehingga jelas saja kagiatan-
kegiatan atau perkara-perkara peradilan yang bersinggungan dengan syari’ah saat itu
belum memiliki pedoman yang sesuai dengan nurani masyarakat muslim kebanyakan.
Disadari atau tidak kondisi tersebut diatas tetap bergulir hingga kurun waktu
dewasa ini. Dalam prakteknya di lapangan, terlebih pada lembaga peradilan kita,
sebelum adanya amandemen UU No 7 tahun 1989, penegakkan hukum yang
berkaitan dengan urusan perniagaan ataupun kontrak bisnis di lembaga-lembaga
keungan syari’ah kita masih mengacu pada ketentuan KUH Perdata yang ternyata
merupakan hasil terjemahan dari Burgerlijk Wetbook peninggalan jajahan Hindia-
Belanda yang keberlakuannya sudah dikorkordansi sejak tahun 1854.. Sehingga
konsep perikatan dalam hukum-hukum syari’ah tidak lagi berfungsi dalam praktek
legal-formal hukum di masyarakat.
Menyadari akan hal tersebut, tentunya kita sebagai muslim patut mempertanyakan
kembali sejauh mana penerapan hukum syari’ah dalam setiap aktivitas kehidupan
kita, terlebih pada hal-hal yang terkait dengan aktivitas-aktivitas yang bernafaskan
ekonomi syari’ah yang telah jelas disebutkan bahwa regulasi-regulasi formil yang
menaungi hukumnya masih mengakar pada penerapan KUH Perdata yang belum

OLEH : WAHYU FERDIANSAH


dapat dianggap syari’ah karena masih bersumber pada Burgerlijk Wetbook hasil
peninggalan penjajahan Hindia-Belanda.
Sejalan dengan perkembangan pesat sistem ekonomi syari’ah dewasa ini
berbagai upaya-upaya sistematis dilakukan oleh pejuang-pejuang ekonomi syari’ah
pada level atas untuk kemudian memuluskan penerapan hukum ekonomi syari’ah
secara formal pada tatanan payung hukum yang lebih diakui pada tingkat nasional.
Tentunya upaya-upaya ini tidak lepas dari aspek politik hukum di Indonesia. Proses
legislasi hukum ekonomi syari’ah pun sudah sejak lama dilakukan dan relatif belum
menemui hambatan yang secara signifikan mempengaruhi proses perjalanannya.
Hanya saja kemudian upaya-upaya ini baru sampai pada tahap perumusan Undang
Undang yang mengatur aspek-aspek ekonomi syari’ah secara terpisah, belum kepada
pembentukkan instrument hukum

D. KONSEP DISTRIBUSI KEKAYAAN DALAM EKONOMI ISLAM


Mekanisme ekonomi yang ditepuh dalam rangka mewujudkan distribusi kekayaan
diantara manusia yang seadil-adilnya, melalui sejumlah cara sebagai berikut :
1. Membuka kesempatan seluas luasnya bagi berlangsungnya sebab sebab kepemilikan
dalam kepemilikan indifidu.
2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan
kepemilikan melalui kegiatan investasi.
3. Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya.
4. Larangan kegiatan monopolo serta kegiatan penupuan.
5. Larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada penguasa
6. Pemanfaatan barang-barang secara optimal milik umum yang dikelola Negara.
7. Mengatasi peredaran kekayaan di suatu daerah tertentu aja dengan menggalakan
berbagai kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumuhan.

E. KONSEP KEPEMILIKAN DALAM PANDANGAN ISLAM


 Pengertian Kepemilikan
Ketika membicarakan tentang kepemilikan maka pada saat yang sama juga
membicarakan tentang hak, mengingat kepemilikan berarti hak yang diperoleh oleh
seseorang atas sesuatu. Secara bahasa, dalam Al-Qur’an, kata hak memiliki
pengertian yaitu milik, ketetepen, kepastian, dan kebenaran.

 Katagori Kepemilikan
1. Kepemilikan individu (private property)
Kepemilikan individu adalah ketetapan hukum yang syara’ yang berlaku bagi zat
ataupun manfaat (jasa) tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang mendapatkanya
untuk memanfaatkan barang tersebut.
2. Kepemilikan umum (collective property)

OLEH : WAHYU FERDIANSAH


Kepemilikan Umum adalah izin syari’ kepada suatu komonitas unuk sama-sama
memanfaatkan benda.
3. Kepemilikan Negara (state property)
Harta –harta yang termasuk milik Negara adalah harta yang merupakan hak seluruh
kaum yang mengelolanya menjadi wewenang Negara, dimana Negara dapat
memberikan sebagian warga Negara, sesuai dengen kebijakanya.

 Disebakanya kepemilikan
1. Bekerja (Amal/kasab) seperti menghidupkan tanah mati, menggali kandungan bumi,
berburu, makelar atau samsarah,
2. Transaksi yaitu transaksi yang dilakukan oleh suatu pihak/orang dengan orang/pihak
lain
3. Warisan (takhalluf)
4. Nasioanalisme Aset-aset yaitu beralihnya kepemilikan aset-aset yang tidak ada
pemiliknya/tuanya dan aset warisan namun tidak ada yang berhak menerimanya. Dan
5. Pemberian Negara

F. BEBERAPA PRINSIP HUKUM EKONOMI SYARIAH


A. Riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah
teknis riba berarti pengambilan dari harta pokok atau modal secara batil (Antonio,
1999). Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba. Namun secara umum terdapat
benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik
dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan
dengan prinsip muamalah dalam Islam.
B. Zakat
Zakat merupakan instrumen keadilan dan kesetaraan dalam Islam. Keadilan
dan kesetaraan berarti setiap orang harus memiliki peluang yang sama dan tidak
berarti bahwa mereka harus sama-sama miskin atau sama-sama kaya.
Negara Islam wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan minimal warga
negaranya, dalam bentuk sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dan
pendidikan (QS. 58:11). Tujuan utamanya adalah untuk menjembatani perbedaan
sosial dalam masyarakat dan agar kaum muslimin mampu menjalani kehidupan sosial
dan material yang bermartabat dan memuaskan.
C. Haram
Sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah sesuai yang
telah diajarkan dalam Alquran dan Hadist. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa
praktek dan aktivitas keuangan syariah tidak bertentangan dengan hukum Islam,
maka diharapkan lembaga keuangan syariah membentuk Dewan Penyelia Agama
atau Dewan Syariah. Dewan ini beranggotakan, para ahli hukum Islam yang
bertindak sebagai auditor dan penasihat syariah yang independen.

OLEH : WAHYU FERDIANSAH


Aturan tegas mengenai investasi beretika harus dijalankan. Oleh karena itu
lembaga keuangan syariah tidak boleh mendanai aktivitas atau item yang haram,
seperti perdagangan minuman keras, obat-obatan terlarang atau daging babi. Selain
itu, lembaga keuangan syariah juga didorong untuk memprioritaskan produksi
barang-barang primer untuk memenuhi kebutuhan umat manusia.
D. Gharar dan Maysir
Alquran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. 5:90-91).
Alquran menggunakan kata maysir untuk perjudian, berasal dari kata usr (kemudahan
dan kesenangan): penjudi berusaha mengumpulkan harta tanpa kerja dan saat ini
istilah itu diterapkan secara umum pada semua bentuk aktivitas judi.
Selain mengharamkan judi, Islam juga mengharamkan setiap aktivitas bisnis yang
mengandung unsur judi. Hukum Islam menetapkan bahwa demi kepentingan
transaksi yang adil dan etis, pengayaan diri melalui permainan judi harus dilarang.
E. Takaful
Takaful adalah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa arab kafala,
yang berarti memperhatikan kebutuhan seseorang.Pada hakikatnya, konsep takaful
didasarkan pada rasa solidaritas, responsibilitas, dan persaudaraan antara para
anggota yang bersepakat untuk bersama-sama menanggung kerugian tertentu yang
dibayarkan dari aset yang telah ditetapkan. Dengan demikian, praktek ini sesuai
dengan apa yang disebut dalam konteks yang berbeda sebagai asuransi bersama
(mutual insurance), karena para anggotanya menjadi penjamin (insurer) dan juga
yang terjamin (insured).

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
 Ekonomi islam didefinisakan sebagai cabang ilmu yang membantu merealisasiakan
kesejahteraan manusia melalui alokasi dan sumber daya yag langka, yang sejalan
dengan ajran agama Islam, tanpa membatasi kebebasan individu ataupun
menciptakan ketidak seimbangan makro dan ekonomi logis.

 Hukum mengatur sagala Ikatan kehidupan sosial, Kepastian hidu dan mengatus sagala aspek
kehidupan
 Hukum mengatur dan membatasi kegiatan ekonomi: Hak, Kewajiban
 Hukum ekonomi : kaidah hukum di bidang perekonomian nilai, kegunaan, efisiensi dan Hukum
mempengaruhi ekonomi

 Ekonomi memiliki sumber yang jelas dan ekonomi islam merupakan racikan resep
ekonomi yang diagali oleh Al-qur’an, Hadist, dan Dalil (ijma’,qiyas dll).

 Konsep Ekonomi Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang
ekstrim dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara keduanya.

OLEH : WAHYU FERDIANSAH


 Karakterististik Ekonomi Islam
1. Bimbingan konsumsi
2. Zakat
3. Larangan riba
4. Sempurna
5. Elastis
6. Universal dan dinamis
7. Sistematis

 Penerapan hukum ekonomi syariah atau hukum islam di Indonesia sebenarnya sudah
dilakukan semenjak masa perjuangan kemerdekaan bangsa. Dimana kita ketahui
sendiri memang perjuangan kemerdekaan kita saat itu banyak didominasi oleh
pejuang-pejuang muslim yang memegang teguh prinsip-prinsip hukum syari’ah.
 Dan prinsip-prinsip itu adalah riba, zakat, haram, gharar dan maysir, takaful.

Demikian makalah yang saya buat apabila ada kekurangan atau kesalahan, saya
mohon maaf yang sebesar-besarny, karena manusia tidak luput dari kesalahan dan
saya juga masih dalam proses belajar/menuntut Ilmu.

OLEH : WAHYU FERDIANSAH


DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A. 2013. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar
Grafika.

Mail-ChaozkhakyComunity.Blogspot.co.id

Muliaditigus.blogspot.co.id

OLEH : WAHYU FERDIANSAH

Anda mungkin juga menyukai