FILSAFAT
Dosen Pengampu :
Islamuddin, S.Pd.,M.Pd
Disusun oleh :
Nim : 4232001032
Segala puji hanya milik Tuhan Maha Esa dan salam selalu tercurahkan kepada. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah Pendidikan
Pancasila.
Makalah tentang Pancasila Sebagai Filsafat ini disusun untuk melengkapi tugas
Pendidikan Pancasila. Pengembangan dan penyusunan materi diberikan secara urut.
Penyajian materi didesain untuk memperkuat pemahaman konsep tentang Pancasila Sebagai
Filsafat dengan penjelasan yang cukup panjang.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun
hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala tersebut
dapat teratasi.
Penyusunan makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari buku maupun
internet. Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan penyusun demi
penyempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca dan bermanfaat bagi pendidik
serta rekan-rekan dalam mengembangkan ilmu pendidikan pancasila.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat) tertentu
yang menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan
pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini
kebenarannnya dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat yang mendiami negara
tersebut. Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa.
Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu
konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang
atau masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu ukuran
atau standar yang memiliki kelestarian yang secara umum digunakan untuk
mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu masyarakat.
Sistem nilai (filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat
budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, filsafat
berfungsi dalam menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu
masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata
krama pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan
manusia lainnya.
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti bangsa-
bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama Pancasila yang
terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
3. Jelaskan nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan antara hak dan
kewajiban asasi manusia!
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philo-
shopia. Istilah ini merupakan bentukan dari kata asal philo (philein) yang berarti cinta,
dan sophos yang artinya hikmah/kebijaksanaan. Jadi, filsafat artinya mencintai hal-hal
yang sifatnya bijaksana. Filsafat merupakan ilmu pengetahuan mengenai hakekat dari
segala sesuatu yang mencari sebab-sebabnya yang terdalam dengan menggunakan
rasio/akal budi manusia.
Menurut D. Runes, filsafat berarti ilmu yang paling umum yang mengandung
usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan. Filsafat tidak hanya menyelidiki
struktur obyeknya sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, melainkan selalu
menyelidiki hakekat obyeknya, mencari inti hakekatnya, dengan berpikir yang
sedalam-dalamnya secara mendasar sampai pada akar-akarnya yang terakhir.
Filsafat bukan agama, karena dalam agama manusia bertitik tolak dari wahyu
Ilahi, dari ungkapan Tuhan kepada hamba-Nya. Filsafat sama sekali tidak bertitik
tolak dari wahyu Ilahi, melainkan senantiasa tetap mempergunakan rasio/akal budi
murninya.
1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal
dan filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
2
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa objek kajian filsafat meliputi :
1. Objek Material, yaitu kajian filsafat yang meliputi sesuatu baik berupa material
konkret seperti manusia, alam, benda, binatang, dan sebagainya, maupun sesuatu
yang bersifat abstrak seperti, nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup
dan sebagainya.
2. Objek Formal, yaitu cara pandang seseorang terhadap objek material tersebut.
Misalnya dari sudut pandang nilai (bidang aksiologi), dari sudut pandang
pengetahuan (bidang epistemologi), dari sudut pandang keberadaan (bidang
ontologi), dari sudut pandang tingkah laku baik dan buruk (bidang etika), dari
sudut pandang keindahan (bidang estetika) dan sebagainya. Filsafat khusus
misalnya filsafat sosial, filsafat hukum, filsafat pancasila, filsafat bahasa dan
lainnya yang membicarakan hal-hal yang sifatnya khusus.
Dari pengertian tentang filsafat di atas dapat diketahui cara berpikir filsafat,
antara lain :
2. Radikal, yaitu bukan hanya sampai pada fakta-fakta yang sifatnya khusus dan
empiris belaka, namun sampai pada intinya yang terdalam yaitu hakekat dari
sesuatu objek. (radix : akar-akarnya)
3. Konseptual, yaitu tidak hanya sampai pada persepsi manusia saja, tapi merupakan
kegiatan akal budi dan mental manusia yang berusaha menyusun konsep-konsep
yang berasal dari generalisasi serta abstraksi dari hal-hal yang sifatnya khusus.
3
7. Universal, yaitu bersifat umum bagi seluruh umat manusia, tidak terbatas oleh
ruang dan waktu, misalnya keadilan, kebenaran dan kebaikan.
9. Bebas, yaitu berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terikat pada kekangan-
kekangan sosial, politik, tradisi, agama dan moral.
10. Implikatif, yaitu jawaban dari suatu permasalahan tidak pernah tuntas, tetapi
menimbulkan pertanyaan baru lagi.
11. Reflektif, yaitu dalam melihat (berkaca) pada kehidupan di masyarakat, apa yang
sebaiknya dilakukan agar hidup menjadi lebih baik dan bermakna.
2. Sistem Filsafat
Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang berbagai segi kehidupan
yang mendasar. Suatu sistem filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber dan
hakikat realitas, filsafat hidup dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya
pengetahuan dan logika. Sebaliknya, filsafat yang mengajarkan hanya sebagian
kehidupan tak dapat disebut sistem filsafat, melainkan hanya ajaran filosofis seorang
ahli filsafat.
3. Aliran-aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagai
berikut :
4
1. Aliran Materialisme
2. Aliran Idealisme/Spiritualisme
Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang menentukan
hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas dirinya dan
kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran rohani. Manusia yang tak sadar
atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas semata. Jadi,
hakekat diri dan kenayataan kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit).
3. Aliran Realisme
1) Aspek Ontologi
Jadi, ontologi adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki makna
yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakekat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika dan alam semesta atau kosmologi. Bidang
ontologi meliputi ; penyelidikan tentang keberadaan manusia, benda, alam
semesta. Artinya ontologi adalah menjangkau adanya tuhan dan alam ghaib
seperti rohani dan kehidupan sesudah kematian (alam dibalik dunia, alam
metafisika).
6
Hubungan :
2) Aspek Epistemologi
Hubungan :
3) Aspek Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai,
jenis dan tingkatan nilai dan hakekat nilai.
Hubungan :
7
Dalam menyelidiki makna nilai dari suatu terdapat norma-norma masyarakat
yang sudah mendarah daging dalam beretika yang merupakan Way Of Life dan
ciri khas Bangsa Indonesia yang , Pancasila sendiri adalah cerminan dari Bangsa
Indonesia sendiri. Adapun kepercayaan pada Tuhan termasuk cangkupan nilai di
axiologi, sejak dahulu leluhur kita sudah menciptakan banyak karya yang terdiri
dari cipta, rasa, dan karsa sesuai kepercayaannya.
Meskipun Pancasila terdiri dari lima sila, tetapi kelimanya merupakan satu
kesatuan yang bulat dan utuh. Masing-masing sila tidak dapat berdiri sendiri,
maksudnya sila yang satu terlepas dari sila yang lain. Sila-sila Pancasila mempunyai
hubungan yang erat antara yang satu dengan lainnya. Kelima sila itu bersama-sama
menyusun pengertian yang satu, bulat dan utuh.
a. Sebagai satu kesatuan yang utuh, berarti kelima sila dari sila I s.d. V merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Memisahkan satu sila berarti
menghilangkan arti Pancasila.
b. Bersifat konsisten dan koheren, berarti lima sila Pancasila itu urut-urutan sila I s.d.
V bersifat runtut tidak kontradiktif, dan nilai yang lebih esensial didahulukan.
Esensi pokok sila I s.d. V : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil. Tuhan
menciptakan manusia, manusia butuh interaksi dengan manusia lain (persatuan),
setelah bersatu mencapai tujuan bersama (keadilan) dan perlu musyawarah
terlebih dahulu.
c. Ada hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lain, berarti sila I s.d. V ada
hubungan keterkaitan dan ketergantungan yang menjadi lima sila tersebut bulat
dan utuh.
d. Ada kerjasama, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pendukung Pancasila itu
yang melakukan kerjasama yaitu bangsa Indonesia sendiri.
8
e. Semua mengabdi pada satu tujuan yaitu tujuan bersama, maksudnya adalah semua
pendukung Pancasila (bangsa Indonesia) harus bekerjasama untuk tujuan bersama
seperti yang dimaksud dalam UUD 1945 yaitu kesejahteraan bersama.
Jika dilihat dari segi esensinya, urut-urutan lima sila ini menunjukan rangkaian
tingkat dalam “luas cakupan” dan “isi sifatnya.” Artinya sila yang dibelakang sila
lainnya lebih sempit/kecil cakupannya atau merupakan pengkhususan atau bentuk
penjelmaan dari sila-sila yang mendahuluinya. Dengan adanya urut-urutan dari kelima
sila Pancasila yang mempunyai hubungan mengikat satu sama lain, sehingga
Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Hal ini menjadikan setiap
sila dari Pancasila didalamnya terkandung sila-sila lainnya, ini berarti :
9
C. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah Keseimbangan antara
Hak dan Kewajiban Asasi Manusia
Kedua paham di atas, dari sudut pandang Pancasila dan hubungan manusia dengan
masyarakat tidak memilih salah satu dari keduanya. Juga tidak memadukan keduanya
menjadi satu. Karena karakter individualisme dan liberalisme serta komunisme tidak
sesuai dengan prinsip Pancasila. Pancasila melihat bahwa kebahagiaan manusia hanya
bisa tercapai jika dikembangkan melalui hubungan yang serasi antara manusia dengan
masyarakat, manusia dengan Allah Yang Maha Kuasa dan manusia dengan alam semesta.
1. Hubungan Vertikal
10
Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha
Kuasa, seperti yang terealisasi dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila
pertama dalam nilai Pancasila menjadi yang terutama dan pertama. Relasi manusia
dengan Tuhan, merupakan hal fundamental yang harus dihidupi. Manusia wajib taat
pada perintah Tuhan dan menghentikan segala larangan-Nya. Manusia yang tunduk
pada hukum Tuhan akan mendapat ganjarannya, manusia akan memperoleh imbalan
yang menjadi haknya di kemudian hari, tetapi tidak diterima di dunia ini. Imbalan itu
akan diterima pada akhir hayat nantinya. Hubungan yang baik antara Tuhan sebagai
pencipta dan manusia sebagai ciptaan-Nya, hanya bisa tercipta bila manusia tunduk
pada hukum Ilahi.
Menurut sila Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia Indonesia disadarkan dan
diingatkan akan adanya Allah dengan sifat yang dimiliki-Nya. Pengenalan dan
pengamalan akan Allah, diharapkan manusia memiliki sikap dan tindakan yang tepat
dalam hubungannya dengan Allah. Sikap yang tepat dianjurkan dalam butir-butir P4
(pedoman, penghayatan, dan pengamalan Pancasila), sebagai pedoman untuk
menghayati dan mengamalkan Pancasila.
2. Hubungan Horizontal
Sila kedua sangat menekankan sifat Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Manusia diharapkan menyadari keluhuran martabatnya sebagai manusia. Manusia
memiliki kebebasan untuk memilih dan melaksanakan apa yang dikehendakinya.
Sikap saling mengakui, menghargai, menghormati, dan menjunjung tinggi martabat
kemanusiaan adalah sikap dasar dari pengamalan Pancasila khususnya sila kedua.
3. Hubungan Alamiah
11
Manusia juga memiliki kewajiban untuk melestarikan alam dan kekayaan yang ada di
dalamnya. Alam juga mengalami penyusutan, sedangkan manusia semakin
berkembang, dengan demikian kebutuhannya juga bertambah. Memelihara kelestarian
alam juga merupakan kewajiban manusia, sebab alam sudah menyumbangkan banyak
hal untuk kelangsungan hidup manusia.
Hubungan manusia dengan alam harus seimbang antara kewajiban dan hak,
sama seperti hubungan manusia dengan masyarakat dan manusia dengan Tuhan.
Pancasila adalah suatu pandangan hidup atau ideologi yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan masyarakat atau bangsanya, dan manusia
dengan alam lingkungannya.
Alasan mendasar Pancasila sebagai pandangan hidup atau ideologi bangsa adalah
sebagai berikut:
1) Mengakui adanya kekuatan ghaib yang ada di luar diri manusia sebagi pencipta serta
pengatur dan penguasa alam semesta.
2) Mengatur keseimbangan dalam hubungan, keserasian-keserasian dan pengendalian
diri. Artinya relasi yang baik dan seimbang antara ketiganya (manusia dengan
masyarakat, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam semesta) akan
menciptakan hidup bahagia dan semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
3) Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa sangat penting. Persatuan
dan kesatuan sebagai bangsa merupakan nilai sentral. Sebuah negara yang tidak bisa
bersatu akan sulit menciptakan hidup harmonis. Negara harus bisa memegang kendali
dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara.
Isi pemikiran Filsafat Pancasila sebagai suatu pemikiran filsafat tentang negara bahwa
Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas masalah-masalah
asasi filsafat tentang negara yang berpusat pada lima masalah sosial.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oleh karena itu pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia
sebagai landasan. Pancasila sebagai filsafat Negara Indonesia yaitu hasil pemikiran
mendalam dari bangsa Indonesia, yang dianggap, diyakini sebagai kenyataan nilai dan
norma yang paling benar, dan adil untuk melakukan kegiatan hidup berbangsa dan
bernegara di manapun mereka berada. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa indonesia,
yang membedakan dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa.
B. Saran
Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal
di negara Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih
meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai, menjaga, memahami dan
melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam
pemahaman bahwa filsafat Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Syamsudin, M., dkk. 2009. Pendidikan Pancasila; Menempatkan Pancasila dalam Konteks
Keislaman dan Keindonesiaan. Yogyakarta: Total Media.
[2]
https://arvyndilawijaya.wordpress.com/2013/03/24/pancasila-sebagai-filsafat/ (diakses tanggal 24
Oktober 2012 Pukul 17.08)
[3]
http://ratni_itp.staff.ipb.ac.id/2012/06/11/pancasila-sebagai-filsafat/ (diakses tanggal 24 Oktober2012
Pukul 17.10)
[4]
http://mikhaelihem.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-pancasila-secara-filsafat.html
(diakses tanggal 23 Oktober 2012 Pukul 17.10)
[5]
http://arynatalina.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11723/Pancasila+Sebagai+Sistem+Filsaf
at.ppt (diunduh tanggal 24 Oktober 2012 Pukul 18.50)
[6]
http://choirul_umam.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/42621/bab2-
pancasila_sebagai_sistem_filsafat.pdf (diunduh tanggal 24 Oktober 2012 Pukul 16.57)
[7]
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/Silabi,_SAp,_Bahan_Kuliah_PKN,_Elly_Malihah/BAB_2.pdf (diunduh tanggal 24
Oktober 2012 Pukul 17.00)
14