Anda di halaman 1dari 15

JURNAL AGRICA Vol.14 No.

1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)


Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

Kajian Strategi Integrasi Nilai-Nilai Keberlanjutan Kedalam Proses


Pembangunan Kelapa Sawit Rakyat Di Tapanuli Selatan
Zahari Zein1*
Retna Astuti Kuswardani2
Yusniar Lubis3
1Fakultas Ekonomi Universitas Harapan Medan
2,3Pascasarjana Magister Agribisnis Universitas Medan Area

* email: zaharizein@gmail.com
Diterima: Agustus 2020; Disetujui: Februari 2021; Dipublish: April 2021

Abstrak
Perkembangan luas areal kelapa sawit sangat mengkhawatirkan karena sudah merangsek ke areal
dengan kemiringan lebih dari 40%. Masalahnya bukan hanya karena nilai produktivitas sawit
yang rendah, tetapi juga karena laju deforestasi semakin meningkat. Kajian bertujuan untuk
mengidentifikasi nilai keberlanjutan kelapa sawit di Tapanuli Selatan, dalam rangka memberikan
pilihan strategi penerapan Rencana Aksi Sawit Berkelanjutan (RAD-SB). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah eksploratif dan survei lapangan dengan Interview terstruktur dan
tidak terstruktur dengan petani independen, agen TBS dan pengelola PKS. Hasil penelitian
dikelompokkan dua strategi yaitu strategi pada tingkat kelembagaan di Kabupaten dan strategi
pada tingkat lapangan di Desa. Pada tingkat kelembagaan di Kabupaten terlihat bahwa peranan
lembaga pendukung yang tergabung dalam FOKSBI masih belum solid, meskipun sudah memiliki
komitmen yang sama untuk menerapkan aksi pembangunan sawit berkelanjutan.Elaborasi aspek-
aspek keberlanjutan yang diperlukan untuk menerapkan RAD-SB masih dimengerti dalam dimensi
yang berbeda-beda. Strategi tingkat lapangan bertujuan untuk mencari cara-cara atau sistem
budidaya sederhana untuk meningkatkan pendapatan petani, tanpa merusak sumberdaya hutan
dan lahan. Terdapat potensi yang besar untuk meningkatkan produktivitas TBS tanpa merusak
sumberdaya alam, meningkatkan kualitas buah dan melepas jerat monopoli pasar TBS yang
terjadi. Praktik budidaya ekspansif dapat diubah menjadi budidaya hemat lahan dengan sistem
perkebunan yang lebih intensif dan teknologi yang sederhana, murah, mudah dan memenuhi
persyaratan konservasi. Penguatan lembaga penyuluhan dan pendanaan berkelanjutan
merupakan keniscayaan penerapan RAD-SB agar meeningkatkan output dan outcome yang nyata,
yaitu terwujudnya kesejahteraan petani secara luas dan terwujunya sustainable-landscape di
Tapanuli Selatan.
Kata Kunci: Ekonomi, Ekologi, Sosial, Sawit, Berkelanjutan, Kelembagaan

Abstract
The development of the area of oil palm is very worrying because it has pushed into areas with a slope
of more than 40%. The problem is not only because of the low value of palm oil productivity, but also
because the rate of deforestation is increasing. The study aims to identify the sustainable value of oil
palm in South Tapanuli, in order to provide strategic options for implementing the Sustainable Palm
Oil Action Plan (RAD-SB). The methods used in this study were exploratory and field surveys with
structured and unstructured interviews with independent farmers, FFB agents and PKS managers.
The results of the study are grouped into two strategies, namely the strategy at the institutional level
in the district and the strategy at the field level in the village. At the institutional level in the district,
it appears that the role of the supporting institutions that are members of the FOKSBI is still not solid,
even though they already have the same commitment to implementing sustainable palm oil
development actions. The elaboration of the sustainability aspects needed to implement RAD-SB is
still understood in different dimensions- different. The field-level strategy aims to find simple
cultivation methods or systems to increase farmers' income, without destroying land and forest

33
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

resources. There is great potential to increase FFB productivity without destroying natural resources,
improving fruit quality and releasing the monopoly trap that occurs in the FFB market. Expansive
cultivation practices can be transformed into land-efficient cultivation with a more intensive
plantation system and technology that is simple, cheap, easy and meets conservation requirements.
Strengthening extension agencies and sustainable funding is a necessity in implementing RAD-SB in
order to increase tangible output and outcomes, namely the realization of a broader welfare of
farmers and the realization of a sustainable landscape in South Tapanuli.
Keywords: Economic, Ecological, Social, Palm Oil, Sustainable, Institutional

PENDAHULUAN
Seperti juga di kabupaten-kabupaten menurunkan angka kemiskinan dari 21%
lain di Indonesia, deforestrasi sangat menjadi 10% (Sipayung 2014).
pesat terjadi di Kabupaten Tapanuli Namun sayangnya dari segi
Selatan. Hutan-hutan yang baik untuk lingkungan hidup beberapa peneliti
ketahanan lingkungan hidup dari mencatat pembangunan kelapa sawit
bencana iklim seperti longsor dan banjir. juga meningkatkan laju kerusakan hutan
Saat ini hutan-hutan konservasi telah dan lahan gambut akaibat pembangunan
rusak begitu parah karena perambahan sawit yang tidak berkelanjutan
dan illegal logging. Walaupun program (Obidzinski, K. Andriani, R., Komarudin,
pemerintah dalam melindungi hutan H., and Andrianto, 2012; Mangga Barani,
sudah sejak lama dilakukan di Tapanuli A. 2014. Kesimbangan antara
Selatan, namun terasa masih kurang kepentingan ekonomi dan lingkungan
efektif dalam mencegah perambahan dan arah pembangunan berkelanjutan
oleh masyarakat untuk usaha pertanian dibahas lebih seimbang oleh McCarthy
dan perkebunan. Perkembangan and Zen (2010).
perluasan usaha perkebunan rakyat Keseimbangan antara ekonomi dana
khususnya kelapa sawit terus merangsek lam itulah tujuan perlunya kegiatan
ke hutan konservasi. konservasi alam dan sekaligus
Dari segi pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyrakat.
perkebunan kelapa sawit telah berperan Conservation International (CI) adalah
meningkatkan pendapatan bagi lembaga non profit yang berpusat di
masyarakat desa terutama di luar Jawa, Amerika Serikat, di Indonesia dikenal
pendapatan mereka dari kelapa sawit dengan CI Indonesia. Dalam 30 tahun
lebih besar daripada komodit lain. GDP di terakhir CI telah berperan melindungi
daerah yang areal perkebunannya bumi dan mendorong, membantu dan
dominan kelapa sawit lebih tinggi bekerjasama dengan negara-negara
daripada provinsi lain Sumatera Utara berkembang dengan ilmu pengetahuan
dan Riau merupakan produsen utama mutakhir, kebijakan yang inovatif. CI
kelapa sawit. Kelapa sawit telah memberdayakan masyarakat untuk
berperan menurunkan angka melindungi alam dimana kita tergantung
kemiskinan di daerah yang areal kelapa pada kebutuhan pangan, air dan mata
sawitnya luas, sebagai contoh di Provinsi pencaharian penduduk
Riau dalam periode 5 tahun (2009-2013) (https://www.conservation.org/)
pembangunan kelapa sawit telah

34
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

Sejak 2013 CI Indonesia telah Selatan. Mendukung pemerintah


berkontribusi membantu pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dalam
dengan program Sustainable Landscapes mewujudkan produksi minyak sawit
Partnership (SLP) di tiga Kabupaten di berkelanjutan berdasarkan Hukum
Sumatera Utara yaitu Kabupaten Indonesia dan memastikan perlindungan
Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara dan ekosistem dan hutan lindung sebagai
Kabupaten Mandailing Natal. SLP bagian dari sistem penyangga kehidupan
melakukan kemitraan dengan yang bermanfaat khususnya bagi
pemerintah kabupaten mitra dengan masvarakat Tapanuli Selatan.
organisasi non-pemerintah untuk Hutan Tapanuli Selatan telah diakui
mengatasi secara bersama-sama masalah secara global penting sebagai habitat
budidaya ekspansif, perkebunan sawit, untuk bagi sejumlah spesies fauna dan
karet, kopi dan kakao; dan usaha dalam flora yang sekarang sedang terancam
rangka mitigasi dan adaptasi terhadap eksistensinya. Hutan di Tapanuli Selatan
perubahan iklim dan usaha-usaha tidak saja penting secara nasional bahkan
konservasi hutan. CI dengan program ekosistem global. Dalam beberapa
SLP mendukung pemerintah daerah dekade terakhir, ekosistem dan spesies
dalam aspek tehnis dan pembiayaan di dalamnya berada di bawah ancaman
dengan konsep smart land uses planning, karena meningkatnya konversi hutan
meningkatkan kemampuan manajemen menjadi lahan usaha pertanian dan
hutan, penyuluhan pertanian perkebunan rakyat (Zen et all, 2018).
berkelanjutan dan usaha-usaha Kajian ini dilakukan dalam rangka
memperbaiki sistem rantai pasok memberikan rekomendasi
komoditi sawit, karet dan kakao. pembangunan kelapa saawit
Pendekatan pembangunan bentang alam berkelanjutan di Tapanuli Selatan, Cl
adalah sebuah kerangka untuk proses Indonesia memberikan bantuan
pengambilan keputusan konservasi skala pendanaan untuk melakukan kajian ini.
luas yang terkait dengan aktivitas- Hasil kajian ini digunakan sebagai bahan
aktivitas seperti pembangunan jalan diskusi dan komunikasi dengan para
baru atau perkebunan (CI- Indoesia, pihak di daerah dalam upaya
2005) memberikan rekomendasi untuk
CI Indonesia telah dan akan bekerja pengelolahan bentang alam yang lebih
dengan pemerintah Tapanuli Selatan baik dan berkelanjutan di Kabupaten
untuk mengembangkan perkebunan Tapanuli Selatan dengan tetap menjamin
berkelanjutan, dan juga bekerjasama kesejahteraan masyarakat.
dengan perusahaan perkebunan dan Kajian ini bertujuan untuk
sektor swasta lainnya. Lokal LSM, mengidentifikasi nilai keberlanjutan
akademisi dan masyarakat yang sangat seperti nilai-nilai ekonomi, nilai-nilai
diperlukan dalam pelaksanaan RAD SB. ekologi dan nilai-nilai sosial dalam
Penelitian ini merupakan kajian awal mendukung budidaya kelapa sawit
dalam mengembangkan Rencana Aksi berkelanjutan. Hasil penelitian ini
Sawit Berkelanjutan Kabupaten Tapanuli diharapkan memberikan pilihan strategi

35
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

sebagai bagian dalam penerapan menguji antara lain pelaksanaan prinsip-


pengelolaan Rencana Aksi Sawit prinsip teknis agronomis dalam
Berkelanjutan (RAD-SB) yang lebih baik budidaya sawit, prinsip-prinsip
dari yang sebelumnya yang telah konservasi ekologis dan analisis ekonomi
dilakukan. Sebagaimana yang digariskan terhadap praktek budidaya sawit yang
pemerintah daerah bahwa tujuan RAD- diterapkan petani selama ini. Untuk
SB adalah untuk mendorong pengelolaan memperkuat rekomendasi peneliti
sumberdaya alam yang lebih melakukan kajian investasi komoditi
berkelanjutan sehingga terwujud kelapa sawit dan membandingkannya
sustainable landscape di Tapanuli dengan komoditi-komoditi unggulan
Selatan yaitu hutan terjaga dan lainnya.
perkebunan yang lebih produktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN 1. Strategi Pembangunan Sawit Pada
Untuk mencapai tujuan tersebut, Tingkat Kabupaten
dilakukan penelitian pada bulan Agustus Pada tingkat kelembagaan seperti
2020 hingga Desember 2020 dengan di tingkat Kabupaten Tapanuli Selatan
metode eksploratif terhadap isu bahwa aspek-aspek nilai ekonomi, nilai
keberlanjutan dengan melakukan survei ekologi maupun nilai sosial dalam proses
di daerah yang akan dikembangkan pembangunan di Tapanuli Selatan belum
pemerintah daerah. Untuk menunjang terintegrasi dengan baik (lingkaran
survey lapangan, dengan bantuan CI sebelah kiri Gambar 1. walaupun
Indonesia, peneliti mengadakan FGD kegiatan-kegiatan pembangunan sawit
dengan unsur yang tergabung dalam berkelanjutan sudah dilaksanakan secara
FOKSBI. Interview juga dilakukan parsial. Gambar 1 sisi kiri adalah
dengan staf Dinas Tanaman Pangan dan lingkaran-lingkaran aspek keberlanjutan
Perkebunan Tapsel, KPH (Kesatuan yaitu aspek ekonomi, ekologi dan sosial
Pengelolaan Hutan) Tapsel, Dinas pada kondisi saat ini. Dimana kemitraan
Lingkungan Hidup, staf CI, Penyuluh terpadu belum terbentuk dengan baik.
pertanian dan Perkebunan dan Petani Sebelah kanan adalah lingkaran-
sawit independen dari seluruh lingkaran yang diinginkan. Sedangkan
Kabupaten Tapanuli Selatan. dibagian tengah diagram adalah peranan
Metode analisis dilakukan dengan CI sebagai driving force untuk
membuat model pengelolaan sawit memperkuat kapasitas kelembagaan
berkelanjutan yang yang akan diuji dari untuk mendorong terjadinya proses
berbagai aspek yang berkaitan dengan integrasi. Laporan lengkap terdapat pada
aspek-aspek ekonomi, aspek ekologi dan laporan akhir hasil studi kajian ekonomi,
sosial dan aspek kelembagaan yang bisa ekologi dan sosial kelapa sawit di
mendorong terjadinya proses TAPANULI SELATAN (Zen dan
pembangunan Kelapa Sawit Shahputra, 2019).
berkelanjutan. Kemudian hasil-hasil Peran kelembagaan yang ada di
analisis sementara diuji kesesuaiannya tapanuli Selatan yang terkait dengan
dengan kondisi di lapangan. Peneliti konservasi Sumber Daya Alam (SDA)

36
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

belum memadai, karena belum fokus Belum ada upaya penyatuan ide
kepada sawit berkelanjutan, pemahaman secara terpadu untuk menunjang agar
terhadap perlunya kerjasama antar tercipta kegiatan sawit berkelanjutan
instansi untuk mengatasi masalah petani dan meluas di seluruh Kabupaten
sawit independen yang ekspansif masing Tapanuli Selatan. Oleh sebab itu
sangat terbatas, karena petani belum memperkuat ikatan kelembagaan dalam
memahami sistem budidaya sawit yang forum FOKSBI adalah kunci suksesnya
lebih maju dan konservatif. Instansi- RAD-SB. Keterbatasan pendanaan untuk
instansi yang ada hanya melihat RAD-SB dapat diatasi bila sinergi
persoalan sawit dari persepsi masing- anggaran dapat
masing.

Gambar 1 Proses integrasi nilai sawit berkelanjutan

dilakukan misalnya penyediaan dana karena perambahan masih terjadi di


dari Dinas pertanian dan Perkebunan Tapanuli Selatan.
ditunjang dari pendanaan KPH, Dinas Mengingat luasnya areal sawit
Lingkungan Hidup. Sehingga program yang perlu ditingkatkan
RAD-SB dengan kegiatan yang lebih luas produktivitasnya ditambah dengan
bisa dilaksanakan. kondisi kemiskinan di pedesaan, maka
Kemampuan lembaga didaerah yang tidak memungkinkan petani melakukan
terkait dengan pemberdayaan intensifikasi tanpa bantuan. Bantuan
masyarakat seperti Dinas tanaman pengadaan sarana produksi seperti bibit
Pangan dan Perkebunan (Distanbun), unggul sawit, pupuk, obat-obatan dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), peralatan bisa dilakukan misalnya
perusahaan Negara dan Swasta masih dengan memberi subsidi harga. Dengan
terbatas, terutama dalam pendanaan perkataan lain, pada saat studi ini
kegiatan lapangan, masih secara parsial dilakukan petani independen belum
sehingga outcome nya belum terlihat, tersentuh teknologi budidaya sawit yang
lebih produktif dan konservatif.

37
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

Peranan pemerintah daerah pada saat ini pemerintah perlu membuat


dalam mengarusutamakan (RAD-SB) ke kelompok kerja (Task Force = TF) untuk
dalam RPJMD yang dimulai dari tahapan menyusun RAD-SB yang anggotanya
perencanan bersama, FOKSBI sebagai berasal dari unsur FOKSBI didukung oleh
forum menyatukan ide-ide keberlanjutan beberapa orang tenaga ahli. TF
menjadi sangat penting dalam membantu mengadakan workshop hasil
proses integrasi keberlaniutan ke dalam pekerjaannya dengan FOKSBI
arus utama pembangunan. Untuk itu

Gambar 2. Konsep meningkatkan pendapatan petani sawit independen secara


berkelanjutan

untuk menajamkan tujuan dan target memperbaiki rantai pasok, sehingga


yang ingin dan telah dicapai dari proyek petani independen menerima harga TBS
ini dan untuk mendapatkan komitmen premium sesuai ketetapan “Permentan
stakeholders dalam rangka No. 395/2005 Tentang Pedoman
mengarusutamakan program RAD-SB ke penetapan harga pembelian tandan buah
dalam RPJMD dan RKPD. segar (TBS) kelapa sawit" produksi
2. Strategi Pembangunan Sawit Pada petani Independen. Permentan tersebut
Tingkat Lapangan setiap dua minggu diumumkan ditingkat
Secara teknis, kunci meningkatkan Provinsi Sumatera Utara. Program
kesejahteraan petani independen tersebut harus berialan secara serentak
dimulai dari upaya dalam meningkatkan dan telah direncanakan sejak awal.
produksi per hektar (produktivitas), Persyaratan agronomis dan persyaratan
meningkatkan kualitas TBS dan

38
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

ekologi yang dimaksud adalah seperti Kecamatan Kecamatan Pardomuan.


digambarkan pada Gambar1. Periode sebelumnya satu orang petani
Dari pengamatan, tingkat independen membeli 5000 benih unggul
produktivitas petani independen di dan membuat pembibitan sendiri untuk
Tapanuli Selatan sangat rendah. keperluan kebun sendiri dan dijual
Banyaknya "benih palsu" atau benih yang sebagian kepada petani independen lain.
tidak tersertifikasi dijual di daerah Hasil interview beberapa petani pada
dengan harga yang sangat murah. Harga tanaman sawit yang berusia optimal
benih tidak tersertifikasi (sertifikasi (berkisar umur tanaman 10-18 tahun)
palsu) hanya sekitar Rp 250.000/ produktivitas sawit hanya sekitar 16,8
kampil, 1 kampil 1000 benih atau hanya ton TBS/ha/th untuk petani tradisional
Rp 250 /benih. Bandingkan dengan dan 28,8 ton/ha/th ton TBS/tahun untuk
harga benih unggul Rp7500/ benih dan petani semi intensif, diperkirakan
harga bibit unggul mencapai Rp35.000- potensi produktivitas sawit rakyat bisa
Rp40.000/bibit, belum termasuk ongkos mencapai 30 ton TBS/ha tahun bila
angkut. Dengan penghasilan yang rendah persyaratan agronomis dipenuhi.
(Tabel 1) perlu memberi harga subsidi Kondisi tersebut menghasilkan
dan pendanaan investasi awal agar dapat produktivitas TBS yang sangat rendah
dapat menjadi peserta. Beberapa petani dengan kualitas TBS yang sangat buruk.
yang sudah mulai sadar akan pentingnya Bagaimanapun buruknya kondisi
bibit unggul bersertifikat sudah ada, kebun dan rendahnya harga sawit
misalnya di Desa Pardomuan mereka mereka masih memanen sawit. Petani
berkelompok dan di organisir oleh tidak akan menumbang pohon tersebut
Penyuluh pertanian untuk mendapatkan karena menerima penghasilan dari
surat rekomendasi dari Dinas Pertanian kebun ini setiap 2 minggu. Pohon sawit
untuk membeli benih sawit unggul diibaratkan sebagai ATM walau sedikit
bersubsidi dari PPKS dengan harga yang mereka mendapat uang. Petani sawit
sangat rendah hanya RP5500/benih, bisa disebut “petani malas” karena untuk
bandingkan harga tanpa subsidi di PPKS panen saja (mendodos) mereka
Rp7500/benih, harga di PT Socfin Rp menggunakan buruh panen (dodos).
14000/benih unggul. Sehingga untuk Upah dodos dan lansir ke tempat
skala kabupaten, petani independen penimbangan sekitar Rp 150/kg
memerlukan bantuan subsidi benih yang TBS/per panen hingga Rp300/kg TBS/
sangat banyak mengingat luasnya areal panen tergantung tingkat kesulitan
sawit rakyat. panen, pada daerah yang kemiringan
Kegiatan pembelian benih unggul ekstrem (curam) biaya panen Rp 300/kg
telah dikoordinir oleh penyuluh, tahun TBS. Ilustrasi keadaan penerimaan
ini (2018) ada 12 orang petani memesan petani independen disajikan pada Tabel
1000 benih unggul bersertifikat di 1.

39
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

Tabel 1. Estimasi pendapatan petani sawit per hektar pada usia tanaman sawit 10-18
tahun
Penerimaan Penerimaan
Produksi Kotor bersih
Pendapatan
Kelompok Petani TBS Per perbulan**
No. Per
Independen (ton bulan/ha** (dalam juta
2ha/petani/bulan
TBS/bulan*) (dalam juta Rp)
Rp)
1.Petani Semi Intensif 2,5 2,9 2,7 5,2
2.Petani Tradisional 1,6 1.2 0,7 1,9
Gap Petani (1) dan (2) 0.9 1,7 1,4 2,8
Sumber: Survey lapangan 12-14 September 2018
Catatan:
*) Data survey lapangan pada tanggal 12-14 September 2018, rata-rata umur tanaman sawit 10-16 tahun
(usia puncak produktivitas sawit) dan panen dua kali dalam satu bulan.
**) Harga TBS petani semi intensif dengan kelompok tani Rp 1180/kg (harga di pintu pabrik PT.ANJ atau
factory gate price); Harga TBS petani tradisional (di pintu petani atau farm gate price) yang diterima
dari Agen Desa Rp 870/kg
**) Setelah dikurangi dengan upah dodos dan langsir kepinggir jalan (Rp 300/ kg/bl) (sumber: Desa
Terapung Raya)

Dari Tabel 1. terlihat gap atau celah Pada saat ini CI memberikan
produktivitas yang cukup lebar antara pelatihan budidaya sawit berkelanjutan
petani tradisional dengan petani semi ditingkat TOT, yang nantinya akan
intensif. Hal ini dapat diduga karena melatih kelompok-kelompok tani.
belum efektifnya kegiatan penyuluhan Namun mengingat jumlah tenaga
sehingga kegiatan yang mendorong penyuluh sangat terbatas, maka program
petani melakukan intensifikasi boleh sawit berkelanjutan sulit terlaksana
dikata sangat sedikit. Demplot adalah secara luas dan efektif, mengingat
satu cara untuk meyakinkan petani luasnya areal sawit tradisional di
bahwa dengan lahan yang sama akan Tapanuli Selatan. Jumlah dan kualifikasi
menghasilkan produksi yang lebih tinggi. penyuluh sawit adalah salah satu kunci
Dari interview dengan beberapa suksesnya pengembangan sawit
petani sawit terkesan bahwa mereka berkelanjutan.
jarang atau hampir tidak pernah bertemu Pada kunjungan ke Desa Pardomuan,
dengan penyuluh. Demikian pula ada 2 orang penyuluh polivalen yang
penyuluh yang diwawancarai menangani masing-masing 250 KK
menjelaskan bahwa covare area mereka petani sawit independen. Hampir semua
terlalu luas, mereka tidak hanya warga desa ini memiliki sawit, maka
menyuluh tanaman sawit, tetapi juga penyuluh spesialisasi sawit sangatlah
tanaman perkebunan lainnya (penyuluh penting. Menyedihkan karena didesa ini
polivalen). Hal ini mengindikasikan hanya sekitar 25% saja yang menanam
kurangnya frekuensi kunjungan sawit unggul (bibit sawit yang
penyuluh perkebunan kepada petani bersertifikat), sisanya 75% adalah sawit
sawit independen. dari bibit yang tidak tersertifikat (istilah
lokal benih “mariles”). Umumnya sawit

40
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

unggul yang ditemukan dilapangan secara signifikan diikuti dengan


masih relatif berumur muda, berkisar bimbingan menanam tanaman sela.
umur antara 1–10 tahun artinya petani Fenomena di Tapanuli Selatan,
baru mulai mengenal sawit unggul pembukaan lahan baru tidak saja
sekitar 10 tahun belakangan. bertujuan untuk penanaman tanaman
Dari 70 orang PPL di Tapsel, CI- telah sawit atau tanaman perkebunan lainnya,
melakukan TOT kepada Penyuluh tetapi juga untuk menunjang kebutuhan
sebanyak 8 orang dan kader desa pangan dan sedikit dana untuk
sebanyak 14 orang. Mengingat kebutuhan RT lainnya. Dari observasi
terbatasnya penyuluh dari Dinas Tanbun, dilapangan, para petani independen
maka pelatihan berikutnya perlu setelah membuka lahan segera menanam
memperbanyak peserta petani kader. tanaman sela diantara barisan sawit
Tentu saja kader desa yang memiliki (intercroping), bahkan mereka menanam
legalitas lahan, atau areal yang tidak lebih dahulu tanaman pangan sebelum
berada dikawasan hutan konservasi. menanam sawit.
Kader-kader ini bisa juga menjadi mitra Komoditi yang paling banyak
dalam Demplot didesa dikemudian hari. diusahakan petani adalah padi ladang,
Pada umumnya petani independen jagung dan pisang. Estimasi pendapatan
memiliki lahan lebih dari 2 ha agar dari dari 3 jenis tanaman sela disajikan
mampu mencukupi ekonomi rumah pada Tabel 2. Asumsi perhitungan:
tangga. Karena sangat tergantung pada Tahun – 0 : Petani Tradisional : Padi gogo
lahan yang relatif sempit, maka untuk padi tahun ke 0 menghasilkan 4 ton
program mengganti tanaman yang tidak gabah kering panen pertahun dengan
produktif bisa dilakukan secara harga Rp5000/kg, pendapatan padi
bertahap, misalnya peremajaan 1 ha/ th, sekitar Rp20jt; pada musim kemarau
tanpa mengurangi pendapatannya ditanam jagung; Hasil jagung 6 ton/ha/th
Tabel 2. Pendapatan Petani Independen dari Tanaman Sela di Tapanuli Selatan
Pendapatan Kotor Pendapatan Bersih
Tahun Tanam Petani Petani Petani semi
Sawit Semi Intensif1)
Tradisional *) (Rp Tradisional *) (Rp intensif*) (Rp
(Rp jt/th)
jt/th) jt/th) jt/th)
0 35,0 42,5 24,5 29,75
1 38,5 46,8 26,95 32,76
2 22,4 24,6 15,68 17,22
3 4,5 5,4 3,15 3,78
Sumber: Survey lapangan 12-14 September 2018
Catatan :
*) Tahun-0 ditanam padi dan jagung; Tahun-1 ditanam padi dan jagung; Tahun-2 ditanam jagung dan pisang,

padi tidak ditanam; Tahun-3 hanya panen tanaman pisang, , biaya produksi 30% dari nilai produksi tidak
diperhitungkan biaya.

dengan harga Rp2500 atau pendapatan juta/ha/th. Petani semi intensif :


Rp15 juta;Total Pendapatan 35 Produksi padi 5 ton dengan harga

41
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

Rp5000/kg gabah kering panen 25 juta; Meskipun perlakukan hampir sama,


produksi jagung 7 ton pipilan dengan ada beberapa alasan yang diperkirakan
harga Rp2500/kg pendapatan dari penyebab menurunnya produksi
jagung 17.500.000 total pendapatan tanaman sela (intercropping) pada tahun
Rp42,5 juta/tahun. kedua dan ketiga antara lain, karena
Tahun – 1 : Petani Tradisional dan kanopi sawit semakin lebar, sehingga
petani semi intensif untuk produksi padi rongga untuk tanaman sela semakin
dan jagung ditaksir naik sekitar 10% sempit. Alasan lain juga karena
karena kondisi penanaman lebih baik, menurunnya kesuburan tanah, karena
bekas kayu-kayu bekas tebangan yang petani tradisional tidak melakukan
mengambil ruang telah disingkirkan. pemupukan. Semakin meningkat umur
Sehingga pendapatan kotor petani TBM maka persaingan unsur hara
tradisional Rp38,5jt dan pendapatan semakin meningkat dan terjadi
kotor petani semi intensif Rp46,8 jt penurunan tingkat kesuburan tanah.
ha/th Terlihat dari Tabel diatas bahwa
Tahun – 2 : Petani Tradisional : Pada produksi petani semi intensif lebih tinggi
tahun 2 padi tidak ditanam hanya jagung daripada petani tradisional. Hal ini
dengan produksi 6 ton/ha/th dengan karena ada pengaruh pemupukan sawit
harga Rp2500/kg maka pendapatan dari yang berdampak kepada tanaman sela,
jagung Rp15juta/tahun. Produksi pisang sementara petani tradisional tidak
600 tandan per tahun per ha, harga melakukan pemupukan. Sebagian dari
pertandan Rp14.000, total pendapatan lahan petani berada dikawasan
pisang pertahun Rp8,4juta/ha/tahun. konservasi dan ada pula meskipun bukan
Total pendapatan dari jagung dan pisang dihutan konservasi tetapi dikawasan
Rp22,4 juta/tahun. Untuk petani semi lindung dan hutan produksi terbatas.
intensif produksi kira-kira lebih tinggi Beberapa petani pendatang ada yang
10% dari pada petani tradisional, sudah melakukan intensifikasi, akan
sehingga pendapatan total ditaksir tetapi kebanyakan cenderung berkebun
sekitar 24,6 juta/ha/tahun (Sumber: secara ekspansif. Menurut Angelson
Wawancara petani di Desa Janji (2010) bila intensifikasi dilakukan ada
Martogu) dua kemungkinan, pertama dengan
Tahun – 3 : Petani Tradisional untuk intensifikasi bisa meningkatkan laju
tahun 3 hanya panen pisang dan deforestrasi, karena nilai rente tanah
produksi menurun karena areal panen akan meningkat yang mendorong petani
semakin berkurang hingga 50%. Ditaksir independen membuka lahan hutan baru
produksi pisang hanya 300 tandan dan atau melakukan konversi lahan lain
pertahun. Sedangkan petani semi untuk tanaman sawit; kemungkinan
intensif sekitar 350 tandan. Dengan kedua bisa juga menurunkan laju
harga 14000 per tandan maka deforestrasi karena mereka fokus untuk
pendapatan petani tradisional sekitar 4,2 memelihara kebun dengan baik atau bila
juta, pendapatan petani semi intensif petani takut risiko pelanggaran hukum
Rp4,9 juta/ha/th. akan terjadi bila pembukaan hutan

42
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

dilakukan dikawasan konservasi, karena hasil kajian lingkungan hidup strategis


peraturan-peraturan yang membatasi (KLHS) yang benar, batas lahan
akses ke kawasan hutan konservasi. konservasi harus dikenali oleh semua
Itulah sebabnya kesuksesan program masyarakat tani. Program yang paling
RAD-SB sangat ditentukan oleh capaian ideal untuk melindungi hutan tersebut
outcome yang disebabkan kesadaran bilamana masyarakat dengan
petani meningkat. Dengan perkataan kelembagaannya berperan aktif dalam
lain, peraturan Rencana Tata Ruang melindungi hutan. Pembangunan sosial
Kabupaten (RTRWK) betul-betul bisa yang dimaksudkan disini adalah bahwa
ditegakkan. pembinaan petani untuk menjadi petani
Rencana Tata Ruang Wilayah maju memberikan efek konservatif.
Kabupaten (RTRWK) harus didasari dari
Tabel 3. Biaya Investasi Sawit di Tapanuli Selatan
No. Item Investasi Semi Intensif Tradisional Margin
1 Harga dipintu pabrik 1.180a) 870b) 310
2 Produktivitas (kg TBS/ha) 19.801 11.881 7920
3 Tingkat bunga bank 12% 12% 0
(asumsi)
4 Tingkat Upah (Rp/hari)c) 150.000 150.000 0
5 Biaya panen (Rp/kg TBS) d) 150 150 0
6 Overheads (RP/kg - - -
TBS)(tidak dihitung untuk
petani independen)
7 Lahan (tidak dihitung - - -
sangat tergantung lokasi)
8 Biaya Total (Rp/kg TBS) 448 359 89
9 Penghasilan bersih (Rp/kg 1.180 791 389
TBS)
10 Investasi (Rp/ha)e) 207.996.845 71.701.125 136.295.720
Sumber: Survey lapangan 12-14 September 2018
Keterangan :
a) Harga dipintu pabrik ANJ untuk petani berkelompok
b) Harga ditingkat Agen Desa Kecil
c) Tenaga keluarga tidak dihitung, yang dihitung hanya biaya tenaga kerja luar keluarga
d) Termasuk biaya lansir (angkat TBS) ke jalan penimbangan TBS
e) Investasi termasuk biaya land clearing, biaya pemeliharaan (pupuk, penyiangan piringan dan bahan
herbisida dan insektisida dan biaya tenaga kerja.

Petani harus bisa merasakan manfaat dari perkebunan, diharapkan laju-laju


keberadaan kawasan konservasi hutan, deforestrasi di Tapanuli Selatan secara
misalnya kesadaran akan pentingnya gradual akan menurun hingga ke titik nol.
hutan dlm menjaga ketersediaan air untuk Studi Kelayakan Intensifikasi Tanaman
berbagai keperluan. Dengan intensifikasi Sawit Rakyat
Kemunculan pabrik CPO terutama mendorong petani independen menanam
yang tidak memiliki kebun sangat kelapa sawit, sehingga mereka tidak

43
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

tergantung pada pabrik PKS milik seperti PTPN 3 Hapesong dan PT ANJ dan
pemerintah (PTN) atau Pabrik swasta yang perusahaan-perusahaan lain juga membeli
punya lahan perkebunan. Walaupun TBS dari petani independen melalui agen
dilapangan pabrik milik pemerintah sawit desa (AD).
Tabel 4. Analisis Investasi Kelapa Sawit di Tapanuli Selatan
Harga pada saat survei (harga Harga rata-rata terbaik dalam 2
terendah) tahun terakhir
Parameter
Petani Petani
Investasi Petani Semi Petani Semi
Independen Independen
Intensif Intensif
Traditional Traditional
B/C Rasio 2,1 2,2 3,1 2,4
NPV (Rp) 3.687.399 13.512.217 26.215.233 41.046.236
IRR (%) 13,4 15,1 20 20
PBP (th) 10 10 9 10
Sumber: Survey lapangan 12-14 September 2018

Untuk itu melihat kelayakan Namun masalah lapangan yang dihadapi


investasi disajikan pada Table 3 dan adalah tersebarnya petani independen,
Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa sehingga sistem pembangunan
dengan kondisi harga yang rendah mengelompok (block schemes) seperti
terutama dengan harga rata-rata terbaik, pola PIR sulit dilakukan dalam skala
maka investasi sawit tetap areal yang luas, untuk itu skema yang
menguntungkan baik dengan pertanian diusulkan adalah dispersal strategy. A
tradisional maupun secara semi intensif. ‘dispersal strategy’ is a model for
Semua parameter investasi plantation development for people who
menunjukkan indikasi layak. Bedanya are not clustered in one-blok plantations
hanya pada pendapatan bersih yang jauh and do not have a nucleus as in the PIR
lebih tingi pada petani semi scheme. Dispersal strategy programs aim
intensif.Tabel 4 menunjukkan bahwa to increase the productivity of scattered
dengan kondisi harga yang rendah oil palm smallholdings (Zen et. al., 2015).
terutama dengan harga rata-rata terbaik, Komparasi Sawit dengan Komoditi
maka investasi sawit tetap Perkebunan Lain
menguntungkan baik dengan pertanian Untuk menjelaskan rasionalitas
tradisional maupun secara semi intensif. pilihan petani terhadap sawit dan
Semua parameter investasi fenomena begitu cepatnya
menunjukkan indikasi layak. Bedanya perkembangan areal sawit independen
hanya pada pendapatan bersih yang jauh terutama dalam 20 tahun terakhir
lebih tingi pada petani semi intensif. disajikan pada Tabel 5.. Pada Tabel 5
Pilihan Model Pengembangan Petani dibandingkan tiga komoditi unggulan di
Sawit Independen Tapanuli Selatan, yaitu karet, kopi dan
Pada dasarnya petani binaan SLP kakao. Variabel pembanding adalah
dapat diorganisir dalam group, agar pendapatan kotor petani, tingkat
implementasi program SLP-SB bisa kesulitan pengelolaan, preferensi petani
terimplementasikan dengan efektif. terhadap komoditi (data hasil dari

44
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

interview) dan pilihan konservasi aktivitas pemeliharaan lebih mudah, dan


menurut penilaian penulis. serangan hama dan penyakit lebih
Dari Tabel 5 mendukung fakta sedikit. Namun dari segi konservasi lebih
bahwa walaupun tingkat pendapatan baik tanaman karet menurut peneliti
dari kopi dan kakao lebih tinggi daripada maupun dari publikasi-publikasi ilmiah
sawit, tetapi sawit lebih disukai karena lainnya.
Tabel 5. Perbandingan Pilihan Komoditi Perkebunan di Tapanuli Selatan
Tingkat
Pendapatan Pilihan
Jenis Kesulitan Preferensi
No. Kotor 1)(Jt Konservasi
Komoditi Pengelolaan Petani3)
Rp/ha/bl) 4)
Relatif 2)

1 Kelapa 2,9 *  O


Sawit
2 Karet 0,53a) **  OOO
3 Kopi 4,3b) ***  OOO
4 Kakao 3,5c) ****  OO
Sumber: Survey lapangan 12-14 September 2018
Keterangan :
1) Estimasi pendapatan pada umur tanaman sekitar 5-15 tahun berdasarkan harga apda 13 September
2018. Asumsi Perhitungan Pendapatan petani sebagai berikut :
a) Karet perkiraan produksi Tapanuli Selatan 538 kg KKK/th atau 44,8 kg/bulan harga Rp12000/kg KKK
dihitung dari harga Rp7000/kg slab/lump dengan 60% KKK.
b) Kopi : perkiraan produksi 600 kg/ha/th atau 50kg/bulan dan harga Rp85.000/kg green bean
c) Kakao : perkiraan produksi 1414,41 kg/ha/th Kecamatan Sipirok atau 118 kg/ha/th (sumber :
Statistik Perkebunan Sumur 2017 dan harga Rp30000/kg kadar air 12-14%.
2) Kriteria berdasarkan pengamatan akan kebutuhan pemeliharaan tanaman (pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit), proses buah sebelum jual, panen dan kemudahan penjualan.
3) Kriteria ini didasarkan wawancara dengan petani oleh.
4) Kriteria ini didasarkan pada penilaian peneliti untuk petani semi intensif (moderate).
5) Kriteria penilaian peneliti :
*= sangat mudah; ** = mudah; ***= sulit daripada karet; ****=kakao lebih sulit daripada kopi.
 = tidak suka;  = kurang suka;  = suka;  = sangat suka
O = kurang baik karena setelah umur TM sulit untuk mix farming; OO = baik seperti tanam perdu dengan
pohon pelindung; OOO = lebih baik selain kanopinya rapat karena menyerupai hutan (agroforestri).

Masalahnya secara ekonomi karet sangat SIMPULAN


tidak menguntungkan terutama dalam Pada tingkat kelembagaan aspek
beberapa tahun terakhir harga karet keberlanjutan dalam proses
sangat rendah. Jalan keluarnya adalah
pembangunan belum terintegrasi
memperbaiki sistem sadap karet yang dengan baik, walaupun kegiatan-
diyakini dapat meningkatkan kegiatan pembangunan sawit
produktivitas lateks dan memperbaiki berkelanjutan sudah dilaksanakan
sistem tataniaga karet. Kedua program secara parsial. Peran Kelembagaan yang
tersebut merupakan usaha agar petani ada di Tapanuli Selatan yang terkait
karet tidak melakukan konversi karet dengan konservasi SDA belum memadai,
dengan tanaman sawit. Oleh sebab itu
karena belum fokus kepada sawit
penyuluhan perkebunan adalah kunci berkelanjutan, masih sangat terbatas
untuk suksesnya sustainable production. pemahaman terhadap perlunya

45
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

kerjasama antar instansi untuk CI-Indonesia (2015) Pendekatan


mengatasi masalah petani sawit Bentang alam berkelanjutan, Leaflet,
independen yang ekspansif, karena tidak Jakarta.
memahami sistem budidaya sawit yang Mangga Barani, A. 2014. Kelapa sawit
lebih maju dan konservatif. Mengingat berkelanjutan di Indonesia,
luasnya areal sawit yang perlu presentation material “Associate
ditingkatkan produktivitasnya ditambah Committee Sustainable Palm Oil
dengan kondisi kemiskinan di pedesaan, Program SLP 20 March 2014. Forum
maka tidak memungkinkan petani Pengembangan Perkebunan
melakukan intensifikasi tanpa bantuan. Strategis Berkelnjutan (FP2SB).
Bantuan pengadaan sarana produksi McCarthy, JF. and Z Zen. (2010)
seperti bibit unggul sawit, pupuk, obat- Regulating the Oil Palm Boom:
obatan dan peralatan bisa dilakukan Assessing the Effectiveness of
misalnya dengan memberi subsidi harga. Environmental Governance
Model skema pembangunan sawit Approaches to Agro-industrial
dispersal perlu dikembangkan bila RAD- Pollution in Indonesia Law & Policy
SB skala kabupaten ingin dikembangkan. 32(1) p 153-179
DAFTAR PUSTAKA Obidzinski, K. Andriani, R., Komarudin,
Barlow, C. (2001). ‘The Role of H., and Andrianto, A. 2012.
Institutions in Planting Improved Environmental and social impacts of
Smallholder Rubbler’, in Robert Yapo oil palm plantations and their
Assamoi, Kees Burger, Dominique implications for biofuel production
Nicolas, Francois Ruf and Patrice de in Indonesia, Ecology and Societ 17
Vernou (2002) (eds), The Future of (1):25.Http://dx.doi.org/10.5751/E
Perennial Crops. Investment and S-04775-170125.
Sustainability in the Humid Tropics, Palm Oil Agribusiness Strategic Policy
Montpellier : Centre de Cooperation Institute (PASPI) 2014. The
Internationale en Recherche sustainability of Indonesian palm oil
Agronomique pour le industry its role in Economic
Developpement and BNETD. Growth, Rural Development, Poverty
Barlow, C. , Zahari Zen and Ria Reduction, and Environmental
Gondowarsito (2003), ‘The Sustainability, Development
Indonesian Oil Palm Industry” Oil Economics, Bogor Agriculture
Palm Industry Economic Journal Vol University. First Edition.
3. No.1 Zen, Z., Afif S, and Ratna Permata Sari
Barlow, C. Zahari Zen and Ria (2018). Positive and Negative
Gondowarsito (2005), Estates and Impacts of oil Palm Expansion in
Smallholdings in Indonesian Palm Indonesia : A pathway sustaining
Oil Production : Performance and remnant forest and peatlands,
Prospects, Canberra : Internasional Lambert Academic Publishing, 95p.
Oil Palm Study Group.

46
JURNAL AGRICA Vol.14 No.1/April 2021 ISSN 1979-8164 (Print)
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica ISSN 2541-593X (Online)
10.31289/agrica.v14i1.4131

Zen, Z, C. Barlow and R. Gondowarsito. Zen, Z. dan Shahputra, A. (2019). Kajian


(2006). “Oil Pam in Indonesian Socio ekonomi, ekologi dan sosial kelapa
- Economic Improvement : A Review sawit di tapanuli selatan, Laporan
of Options”, Industry Economic Final CI-Indonesia.
Journal, Vol. 6, pgs 18 to 29

47

Anda mungkin juga menyukai