nambahan IBA. Hasil penelitian Pertamawati (1997) dan jumlah cabang setiap kultur. Penambahan tinggi
menunjukkan bahwa media MS + 2iP 15 ppm + IBA kultur, jumlah daun, atau jumlah cabang merupakan
0,5 ppm memberikan persentase tertinggi bagi eksplan selisih antara tinggi kultur, jumlah daun, atau jumlah
yang berakar, sedangkan Sinaga (1999) menyatakan cabang ketika pengamatan terakhir dengan tinggi awal
bahwa persentase tertinggi diperoleh dari perlakuan ½ sebelum perlakuan. Percobaan perakaran dilakukan
MS + IBA 4 mg/l + NAA 3 mg/l. Tujuan penelitian ada- dengan menggunakan dua macam media dasar (MS
lah memperoleh teknik perbanyakan tanaman mang- dan WPM) pada dua taraf formula (¼ dan 1 formula)
gis melalui kultur in vitro dengan tingkat multiplikasi dan dua taraf IBA (5 dan 10 mg/l). Peubah yang di-
tunas dan formasi akar, serta tingkat keberhasilan akli- amati adalah persentase kultur yang berakar dan rata-
matisasi yang tinggi. rata panjang akar. Persentase kultur berakar dihitung
dengan membagi jumlah kultur yang berakar dengan
BAHAN DAN METODE jumlah total kultur yang diujikan. Planlet yang terben-
tuk dari percobaan perakaran diaklimatisasi dengan
Penelitian dilaksanakan di laboratorium Kultur menggunakan dua macam media tumbuh (tanah dan
Jaringan Kelti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar tanah + kompos) pada dua macam lingkungan tanam
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sum- (rumah kaca dan ruang kultur + rumah kaca, yaitu
berdaya Genetik Pertanian dari tahun 2002 sampai inkubasi di ruang kultur selama dua bulan dan kemu-
2004. Bahan tanaman merupakan biji manggis yang dian dipindahkan ke rumah kaca). Peubah yang di-
langsung diambil dari pohonnya. Biji dibersihkan dari amati adalah penambahan jumlah daun dan penam-
daging buah lalu disterilisasi dengan menggunakan bahan tinggi tanaman. Selain itu, induksi perakaran ju-
alkohol 70% selama 5 menit, clorox 30% selama 10 ga dilakukan secara ex vitro, yaitu menggunakan tunas
menit, dan clorox 20% selama 5 menit. yang belum pernah diinduksi akarnya secara in vitro
Penelitian dibagi menjadi empat percobaan, yaitu namun direndam dalam larutan IBA (100-200 ppm)
(1) induksi tunas dari biji, (2) multiplikasi tunas aksilar, selama satu atau dua jam dan diaklimatisasi pada
(3) induksi perakaran, dan (4) aklimatisasi. Biji yang media tanah + kompos 1 : 1. Peubah yang diamati
telah steril dipotong menjadi 4 keping dan keempat adalah persentase hidup dan persentase tumbuh. Hi-
kepingan tersebut ditanam pada media induksi tunas dup atau matinya tanaman ditentukan dengan warna
yang merupakan kombinasi media dasar MS dengan 3 jaringan tanaman. Apabila jaringan masih berwarna
taraf konsentrasi BA (1, 3, dan 5 mg/l). Jumlah total biji hijau tua maka dinyatakan masih hidup. Tumbuhnya
pada setiap perlakuan adalah 15 biji yang ditanam pa- tanaman ditentukan dengan munculnya sepasang
da 15 botol. Peubah yang diamati adalah persentase daun baru yang berwarna kemerahan. Planlet/tunas
biji yang tumbuh, jumlah tunas yang muncul setiap bi- yang diaklimatisasi disungkup dengan sungkup plastik
ji, dan jumlah daun setiap tunas yang tumbuh. Persen- selama dua bulan. Rumah kaca yang digunakan di-
tase biji yang tumbuh dihitung dengan membagi jum- naungi sebesar 75% dengan menggunakan paranet.
lah keping biji yang tumbuh dengan jumlah total ke-
ping biji yang diujikan. Setelah tunas tumbuh sekitar HASIL DAN PEMBAHASAN
umur 3 bulan, sebagian eksplan disubkultur ke media
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tunas yang
multiplikasi tunas dan sebagian lainnya yang sudah cu-
terinduksi dari biji berjumlah sangat banyak, namun
kup besar disubkultur ke media perakaran. Pada per-
cobaan multiplikasi tunas aksilar, eksplan yang digu- sebagian besar merupakan nodul-nodul ataupun
nakan adalah tunas yang telah dipotong (tanpa tunas tunas-tunas yang berukuran kecil (tanpa pasangan
terminal). Perlakuan yang diuji sama seperti pada per- daun yang mengembang) sehingga sulit dihitung. Oleh
cobaan induksi tunas, yaitu tiga taraf BA (1, 3, dan 5 karena itu, penghitungan dilakukan pada tunas-tunas
mg/l). Dalam percobaan ini, satu kultur mewakili satu yang sudah mempunyai pasangan daun yang me-
ulangan. Peubah yang diamati adalah penambahan ngembang. Makin tinggi konsentrasi BA makin tinggi
tinggi kultur, penambahan jumlah daun setiap kultur, persentase biji yang tumbuh, jumlah tunas setiap biji,
dan jumlah daun setiap tunas (Tabel 1). BA 5 mg/l
Tabel 1. Pengaruh pemberian BA terhadap persentase biji yang tumbuh, jumlah tunas yang tumbuh dari
setiap biji dan jumlah daun, umur 3 bulan setelah tanam.
Konsentrasi BA (mg/l) Biji tumbuh (%) Jumlah tunas tiap biji Jumlah daun/tunas
1 40,0 1,1 1,4
3 66,7 1,7 2,8
5 100,0 2,7 2,9
22 JURNAL AGROBIOGEN VOL 1, NO. 1
memberikan persentase biji yang tumbuh hingga 100% harus dipindahkan ke media pertumbuhan. Penam-
dengan jumlah tunas terbanyak (2,7 tunas setiap biji), pakkan tunas yang tumbuh dari biji yang dibelah men-
dan jumlah daun terbanyak (2,9). Hasil yang serupa jadi 4 bagian ditunjukkan pada Gambar 1A, sedangkan
dilaporkan oleh Dewi et al. (1999) bahwa taraf BA 5 pertumbuhan tunas dari belahan ¼ bagian biji yang
mg/l dalam media MS ½ N (MS dengan kandungan sudah disubkultur ditunjukkan pada Gambar 1B.
nitrogen setengah kalinya) dapat memacu pertumbuh- Tunas terpotong yang dipindahkan ke media sub-
an tunas dari biji sebesar 82,2% pada kultur umur 7 kultur dapat membentuk tunas aksilar (Gambar 1C).
minggu. Demikian pula hasil penelitian Teo (1992) Pada taraf BA 3 mg/l diperoleh tingkat multiplikasi
menunjukkan bahwa penggunaan BA 5 mg/l menye- yang paling tinggi pada peubah penambahan tinggi,
babkan multiplikasi tunas namun tunas tersebut ber- jumlah daun, dan jumlah cabang (Tabel 2). Goh et al
ukuran kecil-kecil dengan penampakan morfologi (1988) melaporkan bahwa 31% dari tunas terpotong
yang berbeda. Dibandingkan dengan percobaan in dan disubkultur ke media dengan kandungan BA 1
vitro, hasil perkecambahan di lapang pada umumnya mg/l ternyata mampu memunculkan tunas aksilar
hanya mempunyai tingkat keberhasilan yang rendah. pada setiap bukunya.
Cruz (2001) melaporkan bahwa persentase perkecam-
Hasil percobaan perakaran menunjukkan bahwa
bahan biji di lapang hanya 21-83% tergantung pada
media dasar MS tidak mampu menginduksi perakaran
tingkat kesegaran biji dengan jumlah total tunas yang
manggis, namun pengencerannya (¼ MS) mampu
tumbuh pada umumnya hanya satu tunas dan jarang
menginduksi perakaran terutama jika dikombinasikan
yang lebih dari satu tunas (hanya 10%), yaitu dari biji
dengan IBA 5 mg/l. Media WPM maupun pengencer-
yang bersifat poliembrionik (biji yang mempunyai jum-
annya mampu menginduksi perakaran (Tabel 3).
lah embrio lebih dari satu buah). Namun demikian,
Ketika percobaan diulang untuk perlakuan-perlakuan
dari sekian banyak tunas in vitro yang muncul, tidak
yang memberikan hasil yang tinggi, diketahui bahwa
seluruhnya dapat disubkultur pada media induksi akar
media ¼ MS + IBA 5 mg/l merupakan perlakuan ter-
karena ukurannya masih kecil (tinggi kurang dari 1
baik dengan tingkat perakaran sebesar 75% (Tabel 4).
cm). Secara umum jumlah tunas yang dapat langsung
Dalam hal ini, tingginya kadar nitrogen dalam media
disubkultur ke media perakaran sebanyak 3-5 tunas
MS dibandingkan dengan kadar nitrogen dalam media
dari setiap biji yang ditumbuhkan, sedangkan yang lain
A B C
D E F
1
2
2
1 2
G H
Gambar 1. Tahapan perbanyakan manggis secara kultur in vitro. A = tunas yang tumbuh dari empat bagian
biji, B = tunas yang tumbuh dari ¼ bagian keping biji, C = tunas aksilar yang tumbuh pada media
multiplikasi tunas, D = akar yang tumbuh pada media perakaran, E = planlet yang siap diaklimati-
sasi, F = bibit yang tumbuh pada media aklimatisasi tanah + kompos (1 : 1), G = bibit manggis
umur 4 bulan, H = penampakan akar yang terdiri dari akar primer, sekunder, dan tersier.
2005 ROOSTIKA ET AL.: Mikropropagasi Tanaman Manggis 23
Tabel 2. Pertumbuhan kultur setelah disubkultur pada media multiplikasi tunas, umur 3 bulan
setelah subkultur.
Tabel 3. Pengaruh media dasar (MS dan WPM) dan konsentrasi IBA terhadap persentase
eksplan yang berakar dan rata-rata panjang akar, umur 6 bulan setelah subkultur.
Tabel 4. Pengaruh beberapa media tanam terhadap perakaran manggis, umur 4 bulan setelah
subkultur.
WPM mungkin menyebabkan terhambatnya induksi nunjukkan bahwa kultur/tanaman manggis mempu-
perakaran pada kultur manggis karena pertumbuhan nyai sistem perakaran yang kurang berkembang de-
didominasi oleh tunas. Demikian pula ketika media ngan baik sehingga penyerapan nutrisi menjadi agak
dasarnya diencerkan (seluruh kandungan hara makro- terhambat. Dengan demikian, pertumbuhannya juga
nya) maka induksi perakaran menjadi lebih terpacu. menjadi lambat sebagaimana tampak pada Tabel 1
Selain pengenceran media, penambahan IBA dalam dan Tabel 2 yang menggambarkan jumlah daun dan
media ternyata mampu memacu induksi akar. Walau- jumlah cabang yang sedikit.
pun demikian, penambahan IBA dalam media MS (ta- Hasil percobaan aklimatisasi menunjukkan bah-
raf penuh) ternyata tidak dapat menginduksi perakar- wa semua bahan tanaman yang berhasil berakar pada
an. Hasil penelitian Goh et al. (1988) juga memberikan media perakaran, mampu hidup dan tumbuh pada
hasil yang serupa di mana penggunaan media MS de- media aklimatisasi. Aklimatisasi dapat langsung di-
ngan kandungan IBA 5 mg/l dapat menginduksi per- lakukan di rumah kaca tanpa inkubasi di ruang kultur.
akaran manggis mulai umur dua minggu dengan per- Media tanah dan kompos (dengan perbandingan 1 : 1)
sentase perakaran yang sangat rendah yaitu sebesar memberikan pertumbuhan yang lebih baik daripada
7%. Selanjutnya, Goh et al. (1994) melaporkan bahwa media tanah saja. Perlakuan terbaik dihasilkan dari
penggunaan media WPM dengan kandungan IBA 0,1 media tanah dan kompos di rumah kaca dengan pe-
mM dapat menginduksi perakaran manggis umur 6 nambahan jumlah daun dan tinggi tanaman masing-
minggu dengan persentase 80%. masing mencapai 2,2 dan 1,5 cm (Tabel 5 dan Gambar
Secara visual akar yang dihasilkan dari kultur in 1F). Induksi perakaran juga dapat dilakukan secara ex
vitro merupakan akar tunggal tanpa percabangan dan vitro pada tahap aklimatisasi, yaitu dengan mengguna-
tanpa rambut-rambut akar pada planlet yang masih di kan bahan tanaman yang direndam dalam larutan IBA
botol dan yang sudah siap diaklimatisasi (Gambar 1D tanpa melalui fase induksi perakaran secara in vitro.
dan 1E). Hasil yang serupa diperoleh Goh et al. (1990). Induksi perakaran dengan melakukan perendaman
Sistem perakaran yang demikian mirip dengan sistem dalam larutan IBA secara in vitro pernah dilakukan
perakaran bibit hasil perkecambahan biji. Hal ini me-
24 JURNAL AGROBIOGEN VOL 1, NO. 1
Tabel 5. Penambahan daun dan tinggi tanaman manggis setelah diaklimatisasi, umur 2 bulan
setelah tanam.
Tabel 6. Tingkat keberhasilan aklimatisasi dari bahan tanaman dengan induksi perakaran secara ex vitro dengan
perendaman dalam larutan IBA, umur 2 bulan setelah tanam.
Ukuran bahan 100 ppm selama 1 jam (%) 100 ppm selama 2 jam (%) 200 ppm selama 1 jam (%)
tanaman
Hijau Tumbuh Hijau Tumbuh Hijau Tumbuh
Besar (>2 cm) 75 75 50 25 50 50
Sedang (1-2 cm) 80 40 80 60 80 40
Kecil (<1 cm) 83 50 90 50 90 40
leaves of mangosteen (Garcinia mangostana L.). Plant Sarwono, B. 1999. Ekspor manggis sepanjang tahun.
Sci. 101:173-180. Trubus No. 351. Edisi Februari Th. XXX.
Jawal, M., I. Sutarto, dan H. Sunarjono. 1989. Pengaruh Sinaga, N.L. 1999. Pengaruh taraf konsentrasi IBA dan NAA
panjang entris dan model sambungan pada bagian terhadap perakaran eksplan tunas menggis dalam
batang bawah muda dan setengah tua tanaman kultur in vitro. Makalah Seminar Jurusan Budidaya
manggis (Garcinia mangostana). Jurnal Hortikultura Pertanian IPB.
3(2):12-18.
Teo, C.K.H. 1992. In vitro culture of mangosteen seed. Acta
Normah, M.N., H. Rosnah, and A.B. Noor-Azza. 1992. Horticulturae 292:81-85.
Multiple shoots and callus formation from seeds of
mangosteen (Garcinia mangostana L.) cultured in vitro. Triatminingsih, R., E. Nazir, dan M. Winarno. 1993.
Acta Horticulturae 292:87-91. Mikropropagasi in vitro dari tunas pucuk manggis dan
kotiledon terhadap keberhasilan regenerasi tunas.
Normah, M.N. A.B. Noor-Azza, dan R. Aliudin. 1995. Jurnal Hortikultura 5(2):28-36.
Factors affecting in vitro proliferation and ex vitro
establishment of mangosteen. Plant Cell Tiss. Org. Cul. Triatminingsih, R., I. Fitrianingsih, E. Br. Sinaga, dan D.
43(3):291-294. Wahyuni. 2001. Pengaruh beberapa level konsentrasi
IBA dan perlakuan penyinaran terhadap pengakaran
Pertamawati. 1997. Effect of 2iP and IBA on growth and planlet manggis secara in vitro. Jurnal Hortikultura
rooting of mangosteen (Garcinia mangostana L.) in 11(4):232-236.
vitro. In Darussamin, A., I.P. Kompiang, and S. Moeljo-
prawiro (Eds.). Current Status of Agricultural Biotechnol- Te-chato, S. dan M. Lim. 1999. Plant regeneration of
ogy in Indonesia. Research Development and Priorities. mangosteen via nodular callus formation. Plant Cell
Proceedings Second Conference on Agricultural Bio- Tiss. Org. Cul. 59:89-93.
technology. Jakarta. 13-15 Juni 1995. AARD. Jakarta. Tridjaya, N.O. 2003. Kebijakan pemasaran komoditas
Pertamawati, 2003. Kajian pertumbuhan planlet manggis manggis. Makalah Seminar Dukungan Kebijakan dan
(Garcinia mangostana L.) yang dikulturkan secara in Teknologi Lepas Panen untuk Pengembangan Agri-
vitro dan semiaseptik dalam keadaan fotoautotrof. bisnis Manggis. Serpong, 23 Desember 2003.
Ringkasan Disertasi Program Pascasarjana IPB.
27 hal.