Anda di halaman 1dari 8

Pemberian Ekstrak Daun Kiara Payung (Filicium decipiens (Wight dan Arn.

)
Thwaites) Sebagai Bioherbisida terhadap Pertumbuhan Gulma Babadotan
(Ageratum conyzoides L.)
(Giving Kiara Payung (Filicium decipiens (Wight dan Arn.) Thwaites) Leaf
Extract As A Bioherbicide For Babadotan (Ageratum conyzoides L.) Weed
Growth)

Dona C.E Rana*, Sendy B. Rondonuwu, Roni Koneri


Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
*Email korespondensi: ranadona3@gmail.com

Abstrak
Gulma babadotan merupakan masalah serius dalam bidang pertanian karena
dapat menurunkan nilai kualitas maupun kuantitas dari tanaman budidaya.
Kehadiran gulma dapat diatasi menggunakan senyawa alelokimia dari kiara
payung. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak daun
kiara payung terhadap pertumbuhan tinggi, panjang akar, berat basah dan berat
kering dari gulma babadotan. Metode yang digunakan yaitu metode rancangan
acak lengkap dengan lima perlakuan yaitu kontrol, ekstrak 1%, ekstrak 3%,
ekstrak 5% dan herbisida sintetik 2%. Uji lanjut Beda Nyata Terkecil
menunjukkan bahwa setelah lima minggu perlakuan terdapat perbedaan yang
nyata pada parameter tinggi tanaman, sedangkan uji lanjut Games-Howell
menunjukkan bahwa panjang akar, berat basah dan kering babadotan tidak ada
perbedaan yang nyata tetapi tetap menunjukkan penurunan pada tanaman.
Kata kunci: Kiara payung, bioherbisida, Gulma babadotan

Abstract
Babadotan weed is a serious problem for agriculture field because this weed can
reduce the quality and quantity value from the cultivated plants. Existence of this
weed can control with allelochemical compound from kiara payung. This study
aims to examine the effect of giving kiara payung leaf extract for growth, root
length, wet and dry weight of babadotan weed. The method use is complete
random design method with five treatment that is control, 1% extract, 3% extract,
5% exract and 2% synthetic herbicide. Further test BNT show after five weeks
treatment there were significant differences in plant height parameter, while
further test of Games-Howell show there were no significant differences in root
leght, wet and dry weight of babadotan but still shows a decrease in plants.
Keywords: Kiara payung, bioherbicide, babadotan weed

PENDAHULUAN
Gulma merupakan tumbuhan hama dan penyakit serta dapat
yang tidak dibudidayakan, tumbuh menyebabkan keracunan akibat
liar dan termasuk tumbuhan senyawa yang dikeluarkannya.
pengganggu bagi tanaman budidaya Salah satu gulma yang mendominasi
dalam memperebutkan unsur hara, lahan pertanian yaitu babadotan
air dan cahaya matahari. Kehadiran (Ageratum conyzoides L.).
gulma yang banyak di sekitar Babadotan merupakan gulma
tanaman budidaya dapat menekan berdaun lebar yang mudah
pertumbuhan dan perkembangan menyesuaikan diri dengan berbagai
tanaman budidaya sehingga dapat kondisi lingkungan dan mengandung
menyebabkan penurunan hasil senyawa alelokimia seperti alkaloid,
produksi, merupakan tempat inang saponin, flavonoid, polifenol, sulfur
dan tanin yang dapat menekan METODE
pertumbuhan tanaman yang ada di Penelitian ini merupakan
sekitarnya (Khan et al. 2012). penelitian eksperimen menggunakan
Pengendalian yang Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dilakukan oleh petani menggunakan yang terdiri dari lima perlakuan yaitu
herbisida sintetik secara terus P0 (Kontrol), P1 (Ekstrak 1%), P2
menerus dapat mengurangi (Ekstrak 3%), P3 (Ekstrak 5%) dan
kesuburan tanah serta mencemari P4 (Herbisida sintetik 2%).
lingkungan. Oleh karena itu lebih
dianjurkan untuk menggunakan Penyemaian dan Pemindahan
bioherbisida karena lebih ramah Gulma
lingkungan. Bioherbisida dapat Benih gulma babadotan
dibuat dengan memanfaatkan disemai dalam polybag yang berisi
senyawa alelokimia dari akar, tanah dan pupuk kandang (1:1)
batang, daun, bunga maupun biji kemudian dilakukan penyiraman dua
suatu tanaman (Siregar et al. 2017). kali sehari. Benih babadotan akan
Salah satu tanaman yang mulai berkecambah setelah dua
dapat dimanfaatkan sebagai minggu penyemaian (Santosa et al.
bioherbisida adalah kiara payung. 2009). Babadotan dibiarkan hingga
Kiara payung (Filicium decipiens) berumur delapan minggu kemudian
merupakan tumbuhan tingkat tinggi dipindahkan ke polybag perlakuan
yang mengandung senyawa yang berisi tanah yang telah
alelokimia seperti saponin, flavonoid, disterilkan dengan cara pengukusan
alkaloid, terpenoid, fenol serta tanin selama 15 menit sebanyak tiga
yang dapat mempengaruhi tanaman per polybag (Khairunnisa
pertumbuhan maupun 2018).
perkembangan suatu tanaman
(Khairunnisa et al. 2018).
Penelitian yang telah Pembuatan Perlakuan
dilakukan sebelumnya membuktikan Daun kiara payung ditimbang
bahwa pemberian ekstrak 50% daun sebanyak 1000 gram kemudian
kiara payung dapat menghambat dikeringkan dalam oven dengan
pertumbuhan tinggi, panjang akar suhu 45⁰C selama 5x24 jam. Daun
dan jumlah daun teki (Cyperus yang telah kering dihaluskan dan
rotundus) (Khairunnisa 2018) dan diayak sebanyak dua kali untuk
ekstrak daun kiara payung lebih dari mendapatkan serbuk yang lebih
10 mg/ml dapat menghambat halus. Serbuk daun yang halus
pertumbuhan tunas dan akar dari ditimbang sebanyak 100 gram
Echinochloa crus-galli (L.) Beauv, kemudian dimaserasi dengan pelarut
Vulpinia myuros (L.) C. C. Gmel., etanol 96% (1:5) selama 7x24 jam
Lolium multiflorum Lam., Phleum dan dilakukan pengadukan setiap
pretense L., Medicago sativa L., 1x24 jam (Sahid et al. 2018).
Lepidium sativum L. dan Brassica Ekstrak disaring pada cawan
napus L. (Bari dan Kato-Noguchi petri dan diuapkan pada ruangan
2017). Penelitian ini bertujuan untuk dengan suhu sekitar 30°C sampai
menguji pengaruh pemberian kering kemudian dikerok dan
ekstrak daun kiara payung (Filicium ditimbang sesuai perlakuan yaitu P1
decipiens) terhadap pertumbuhan (1%) 1 gr/100 ml, P2 (3%) 3 gr/100
tinggi, panjang akar, berat basah ml dan P3 (5%) 5 gr/100 ml. Untuk
dan berat kering dari gulma perlakuan herbisida sintetik 2%
babadotan (Ageratum conyzoides). dilakukan dengan melarutkan
herbisida sintetik basmilang
sebanyak 2 ml/100 ml akuades (Sari
et al. 2017a). Perlakuan yang dibuat uji homogenitas, uji variasi satu jalur
dimasukkan ke dalam botol dan (One Way Anova) dan uji lanjut
diberi label. menggunakan SPSS. Uji normalitas
menggunakan uji Kolgomorov-
Pengaplikasian dan Penyimpanan smirnov dan uji homogenitas
Ekstrak menggunakan uji Levene-Test. Jika
Ekstrak diaplikasikan hasil yang didapat normal dan
sebanyak tiga kali seminggu dengan homogen maka dilanjutkan dengan
selang waktu dua hari sekali selama uji Anova dan jika hasil berbeda
35 hari. Ekstrak disiram sebanyak 30 nyata dilanjutkan dengan uji BNT
ml per polybag atau 10 ml per (Beda Nyata Terkecil) dengan
tanaman (Khairunnisa 2018). tingkat kepercayaan 95%. Jika data
Setelah dilakukan penyiraman, normal tetapi tidak homogen maka
ekstrak maupun herbisida sintetik dilakukan uji Brown-Forsythe
2% dimasukkan dalam lemari kemudian dilakukan uji Anova dan
pendingin untuk menghindari dilanjutkan dengan uji Games-
terjadinya fermentasi. Howell pada taraf 95% (Wiharja et
al. 2016).
Parameter Perlakuan
Parameter yang akan diukur HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu tinggi tanaman, panjang akar,
berat basah dan berat kering Pengaruh Ekstrak terhadap Tinggi
tanaman. Tinggi tanaman diukur Tanaman
pada awal pengamatan, akhir Hasil analisis statistik
pengamatan dan setiap seminggu menunjukkan bahwa setelah lima
sekali. Pengukuran panjang akar minggu perlakuan terlihat bahwa
dan berat tanaman dilakukan pada perlakuan kontrol dan ekstrak 1%
hari ke-35 setelah perlakuan. Untuk berbeda nyata dengan perlakuan
pengukuran berat kering, gulma ekstrak 3%, ekstrak 5% dan
babadotan dimasukkan ke dalam herbisida sintetik 2% (Gambar 1).
amplop kemudian dikeringkan dalam Grafik rerata tinggi tanaman
oven dengan suhu 70°C selama 48 menunjukkan bahwa terjadi
jam (Khairunnisa 2018). penurunan tinggi tanaman pada
pemberian ekstrak dan pada
Analisis Data perlakuan herbisida sintetik 2%
Hasil dari data yang telah sudah tidak terjadi penambahan
didapat dihitung jumlah, rata-rata tinggi sejak minggu pertama setelah
dan standar error dari tiap parameter aplikasi (Gambar 2).
kemudian dilakukan uji normalitas,
40 33.4 a 30.5 ab
30 27.6 b
21.4 c
Tinggi Tanaman (cm) 20 14.1 d
10

0
l
ro 1% 3% 5% 2%
nt ak ak ak ik
Ko str str str t et
Ek Ek Ek in
as
i sid
e rb
H
Perlakuan

Gambar 1. Tinggi tanaman lima minggu setelah perlakuan (Keterangan: Angka


yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
pada uji BNT taraf 95%).

35
Tinggi tanaman (cm)

30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5
Minggu ke-

Kontrol Ekstrak 1% Ekstrak 3%


Ekstrak 5% Herbisida sintetik 2%
Gambar 2. Grafik rerata tinggi tanaman selama 35 hari perlakuan

Penurunan tinggi tanaman tanaman. Anwar et al. (2013)


diakibatkan oleh senyawa alelokimia melaporkan bahwa alelokimia
yang terserap oleh tanaman menyebabkan gangguan sintesis
sehingga menyebabkan gangguan protein, kekacauan maupun adanya
kerja enzim, hormon tanaman modifikasi pada struktur membran
maupun proses fotosintesis pada sel serta dapat menghilangkan
tanaman serta dapat menyebabkan fungsi enzim ATP-ase sehingga air
klorosis maupun nekrosis pada maupun ion yang akan masuk
tanaman. Menurut Adin et al. (2017), menjadi terhambat. Selain itu
senyawa alelokimia menghambat senyawa berupa fenol, terpenoid
pembelahan sel pada meristem maupun flavonoid merusak benang
apeks pucuk dengan cara spindel untuk pembelahan sel.
menghambat kerja hormon auksin, Tanaman yang diberikan senyawa
sitokinin maupun giberelin pada alelokimia secara terus menerus
dapat menyebabkan keracunan diakibatkan karena tanaman
yang berujung pada kelayuan mengalami keracunan bahan kimia
bahkan kematian tanaman. Pada berupa isopropilamina glifosat.
perlakuan herbisida sintetik 2% Menurut Rahmadi (2018), senyawa
menyebabkan kematian gulma sejak glifosat merupakan senyawa dari
minggu pertama perlakuan. golongan phosphono amino acid
Moenandir (2010) dalam Rahmadi yang dapat menghentikan bahkan
(2018) menyatakan bahwa mematikan semua organ tanaman
pemberian herbisida glifosat yang terkontaminasi.
menimbulkan gejala toksik bagi
tanaman sejak satu sampai tiga
minggu setelah perlakuan yang

Pengaruh Ekstrak terhadap Panjang Akar

Hasil uji lanjut pada panjang akar ekstrak 3% dan ekstrak 5% tetapi
menunjukkan bahwa tidak ada berbeda nyata dengan perlakuan
perbedaan yang nyata antara herbisida sintetik 2% (Gambar 2).
perlakuan kontrol, ekstrak 1%,

32.0 a 30.0 a
23.5 a 21.5 a
30
20
Panjang Akar (cm)

10 3.7 b
0

Perlakuan

Gambar 3. Panjang akar tanaman setelah lima minggu perlakuan (Keterangan:


Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Games-Howell taraf 95%).

Walaupun secara uji lanjut senyawa fenol pada ekstrak yang


belum memberikan pengaruh yang diaplikasikan menyebabkan
nyata tetapi adanya kecenderungan terjadinya gangguan pada transport
penurunan pada panjang akar auksin dari pucuk ke akar yang
babadotan yang diberi perlakuan berfungsi untuk pemanjangan akar
ekstrak dengan berbagai dan terjadinya gangguan sintesis
konsentrasi. Hal ini disebabkan sitokinin di bagian akar yang
karena senyawa terpenoid, flavonoid berfungsi untuk pembelahan dan
maupun fenol yang terserap oleh diferensiasi sel akar.
akar tanaman menyebabkan
terjadinya hambatan dalam Pengaruh Ekstrak terhadap Berat
pembentukan akar baru karena sel Tanaman
meristem apeks akar sulit untuk Hasil uji lanjut Games-Howell
membelah (Adin et al. 2017). pada taraf 95% menunjukkan bahwa
Menurut Yulifrianti et al. (2015) tidak ada perbedaan yang nyata
pada berat basah (Gambar 3) dan 1%, ekstrak 3% dan ekstrak 5%
berat kering tanaman (Gambar 4) tetapi berbeda nyata dengan
antara perlakuan kontrol, ekstrak perlakuan herbisida sintetik 2%.

33.81 a
40 31.25 a 28.37 a
23.02 a
30
Berat Basah (gram)

20
10 0.12 b
0

Perlakuan

Gambar 4. Berat basah tanaman setelah lima minggu perlakuan (Keterangan:


Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Games-Howell taraf 95%).

6.86 a
8 5.98 a
5.43 a 3.96 ab
6
Berat Kering (gram)

4
2
0.04 b
0

Perlakuan

Gambar 5. Berat kering tanaman setelah lima minggu perlakuan (Keterangan:


Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji Games-Howell taraf 95%).

Penurunan berat basah dan sangat berpengaruh terhadap berat


berat kering tanaman dipengaruhi kering tanaman (Yulifrianti et al.
oleh senyawa alelokimia dari ekstrak 2015). Senyawa fenol pada ekstrak
kiara payung yang menghambat kiara payung dapat merusak struktur
pemanjangan akar dan klorofil sehingga terjadinya
pertumbuhan tinggi tanaman. gangguan pada penyerapan cahaya
Penurunan kemampuan akar dalam yang mengakibatkan terjadinya
menyerap air serta peristiwa klorosis penurunan berat kering. Rusaknya
pada daun menyebabkan terjadinya struktur klorofil mengakibatkan
penurunan kadar air pada tanaman terjadinya gangguan proses
serta terhambatnya proses fotosintesis sehingga laju
fotosintesis akibat terjadinya pembentukan makanan menurun.
penutupan stomata pada daun yang Penurunan laju fotosintesis berakibat
terhadap hasil fotosintat sehingga Khan MS, Tiwari AK, Ji SH, Chun
mempengaruhi produksi berat kering SC (2012) Ageratum
tanaman. conyzoides and its Role in
Begomoviral Epidemics;
KESIMPULAN Ageratum enation Virus: An
Pemberian ekstrak daun Emerging Threat in India.
kiara payung dapat menghambat International Journal of Plant
pertumbuhan tinggi tanaman Research 25(2): 20-28.
sedangkan pada perlakuan panjang Rahmadi, R (2018) Efikasi Herbisida
akar, berat basah maupun berat Isopropilamina Glifosat Pada
kering tidak terdapat perbedaan Gulma Perkebunan Karet
yang nyata tetapi adanya (Hevea brasiliensis [Muell.]
kecenderungan penurunan pada Arg.) Menghasilkan (TM).
panjang akar maupun berat Skripsi. Fakultas Pertanian
tanaman baik basah dan kering. Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
DAFTAR PUSTAKA Sahid A, Pandiangan D, Siahaan P,
Adin, Wardoyo ERP, Mukarlina Rumondor MJ (2013) Uji
(2017) Potensi Ekstrak Glma Sitotoksisitas Ekstrak
Daun Sembung Rambat Metanol Daun Sisik Naga
(Mikania micrantha H.B.K) (Drymoglossum piloselloides
Sebagai Bioherbisida Presl.) terhadap Sel
Pengendali Gulma Putri Malu Leukemia P388. Jurnal Mipa
(Mimosa pudica L.). Jurnal Unsrat Online 2(2): 94-99.
Protobiont 6(1): 10-14. Santosa E, Zaman S, Puspitasari ID
Anwar R, Prihanani, Aswardi R (2009) Simpanan Biji Gulma
(2013) Uji Berbagai Ekstrak dalam Tanah di Perkebunan
Kulit Jengkol terhadap Teh pada Berbagai Tahun
Pertumbuhan Gulma Pangkas. J. Agron.
Echinochloa cruss-galli (L.) Indonesia. 37(1): 46-54.
Beauv. Jurnal Agroqua Sari VI, Nanda S, Sinuraya R
11(2): 13-17. (2017a) Bioherbisida Pra
Bari IN, Kato-Noguchi H (2017) Tumbuh Alang-alang
Phytotoxic Effect of Fillicium (Imperata cylindrica) Untuk
decipiens Leaf Extract. Pengendalian Gulma di
American-Eurasian J. Agric. Perkebunan Kelapa Sawit.
& Environ. Sci. 17(4): 288- Jurnal Citra Widya Edukasi
292. 9(3): 301-308.
Khairunnisa (2018) Uji Efektivitas Siregar EN, Nugroho A, Sulistyono
Bioherbisida Ekstrak Daun R (2017) Uji Alelopati
Ketapang, Mahoni dan Ekstrak Umbi Teki Pada
Kiara Payung terhadap Bayam Duri (Amaranthus
(Cyperus rotundus L.). spinosus L.) dan
Skripsi. Fakultas Pertumbuhan Tanaman
Pertanian Universitas Jagung Manis (Zea mays L.
Lampung, Bandar Lampung. saccharata). Jurnal Produksi
Khairunnisa, Indriyanto, Riniarti M Tanaman 5(2): 290 – 298.
(2018) Potensi Ekstrak Daun Wiharja AR, Surtiningsih T,
Ketapang, Mahoni dan Kiara Salamun. Kajian Variasi
Payung sebagai Bioherbisida Dosis dan Intensitas
terhadap Cyperus rotundus Pemberian Biofertilizer
L. Jurnal EnviroScienteae dalam Meningkatkan
14(2): 106-113. Produktivitas Tanaman
Terong Hijau (Solanum
melongena L. Var. Kenari)
Pada Media Tanam
Polybag. http://repository.un
air.ac.id/53239/. Diakes
pada 20 Januari 2020.
Yulifrianti E, Linda R, Lovadi I
(2015) Potensi Alelopati
Ekstrak Serasah Daun
Mangga (Mangifera indica
L.) terhadap Pertumbuhan
Gulma Rumput Grinting
Cynodon dactylon L.) Press.
Jurnal Protobiont 4(1):
46-51.

Anda mungkin juga menyukai