Sari, V.I. dkk. : Respons pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap bioherbisida saliara di pembibitan awal
92 Jurnal Kultivasi Vol. 20 (2) Agustus 2021
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x
Sari, V.I. dkk. : Respons pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap bioherbisida saliara di pembibitan awal
Jurnal Kultivasi Vol. 20 (2) Agustus 2021 93
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x
kemudian dicampurkan dengan air sebanyak 1 camara mampu menghambat pertumbuhan awal
liter. Campuran daun gulma dan air tersebut gulma di dalam tanah. Adanya senyawa
direndam selama 24 jam dalam kondisi hampa alelokimia Lantana camara berpengaruh
udara. Larutan yang sudah direndam kemudian terhadap penekanan jumlah gulma pada
disaring, sehingga diperoleh larutan stok pembibitan. Bioherbisida berpotensi sebagai
bioherbisida. Aplikasi bioherbisida pada bibit metode alternatif pengendalian gulma yang
dilakukan dua kali yaitu saat bibit berumur satu lebih ramah lingkungan karena mengandung
dan dua bulan. Pembuatan konsentrasi 1% senyawa-senyawa kimia yang lebih alami
dilakukan dengan cara mencampurkan larutan (Bailey, 2014).
stok sebanyak 1% (10 mL larutan stok ke dalam
990 mL air). Analogi yang sama dilakukan Tabel 1. Pengaruh pemberian berbagai
untuk perlakuan 2% dan 3%. Parameter konsentrasi ekstrak bioherbisida Lantana camara
pengamatan yang dilakukan yaitu analisis terhadap jumlah gulma
kandungan alelokimia Lantana camara, daya Jumlah Gulma
tumbuh gulma, tinggi tanaman, diameter Perlakuan Setelah Setelah
batang, jumlah daun, kehijauan daun, dan Aplikasi 1 Aplikasi 2
biomassa tanaman kelapa sawit. Kontrol 3,45 5,00a
*Ekstrak LC 1% 2,34 1,88b
___________________________________________ Ekstrak LC 2% 2,23 3,56b
Hasil dan Pembahasan Ekstrak LC 3% 4,66 2,01b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf
Analisis kandungan alelokimia Lantana yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
camara. Hasil analisis uji kuantitatif kandungan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata
senyawa menunjukkan bahwa bioherbisida 5%. Ekstrak LC = ekstrak Lantana camara
Lantana camara mengandung senyawa Saponin
(2,07%), Flavonoid (1,83%), dan Tanin (3,28%). Tinggi bibit kelapa sawit (cm). Aplikasi
Senyawa Saponin dan Tanin pada bioherbisida bioherbisida Lantana camara berpengaruh nyata
Lantana camara menghambat pertumbuhan terhadap tinggi bibit kelapa sawit umur 3 Bulan
gulma dengan mengganggu proses pemben- Setelah Tanam (BST). Tinggi bibit kelapa sawit
tukan protein. Saponin menghambat enzim tertinggi pada 3 BST terdapat pada perlakuan
yang menyebabkan penurunan penggunaan kontrol dan tidak berbeda nyata pada perlakuan
protein, sedangkan Tanin menghambat ekstrak 2%, namun berbeda nyata dengan
pembentukan protein (Tavares et al., 2015; perlakuan ekstrak 1% dan 3% (Tabel 2).
Deaville et al., 2010). Senyawa Tanin bekerja
dengan menghambat hormon auksin pada Tabel 2. Pengaruh pemberian berbagai
gulma (Faqihhudin, 2014). Pembentukan protein konsentrasi ekstrak bioherbisida Lantana camara
yang terhanbat dan ketersediaan hormon auksin terhadap tinggi tanaman
yang berkurang membuat gulma tidak mampu Umur (BST)
tumbuh, jumlah gulma yang berkurang tersebut Perlakuan 1 2 3
akan menghilangkan kompetisi sarana tumbuh ---- Tinggi Tanaman (cm)----
dengan tanaman utama yaitu kelapa sawit. Kontrol 4,92 14,77 22,43a
Jumlah gulma di pembibitan. Pemberian *Ekstrak LC 1% 5,69 12,39 16,92c
bioherbisida Lantana camara berpengaruh nyata Ekstrak LC 2% 6,83 14,16 19,96ab
pada jumlah gulma setelah aplikasi yang kedua, Ekstrak LC 3% 6,24 11,52 17,87bc
sedangkan pada aplikasi yang pertama tidak Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf
menunjukkan pengaruh yang nyata. Jumlah yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
gulma terendah terdapat pada perlakuan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata
ekstrak 1% dan tidak berbeda nyata dengan 5%. Ekstrak LC = ekstrak Lantana camara.
ekstrak 2% dan 3%, namun berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol (Tabel 1). Perlakuan tanpa ekstrak menghasilkan
Jumlah gulma pada berbagai perlakuan bibit kelapa sawit tertinggi dibandingkan tiga
ekstrak berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini perlakuan tanpa ekstrak lainnya, hal ini
menunjukkan bahwa bioherbisida Lantana menunjukkan bahwa ekstrak mempengaruhi
pertumbuhan bibit karena senyawa yang jumlah daun optimal akan tumbuh subur karena
dikandungnya. Pertumbuhan bibit pada daun merupakan tempat proses fotosintesis
perlakuan ekstrak kurang optimal dibandingkan yang menghasilkan karbohidrat dan energi
tanpa ekstrak. Namun, rata-rata pertumbuhan tumbuh bagi tanaman (Pamungkas dan
tinggi bibit pada ketiga perlakuan ekstrak masih Supijatno, 2017).
tergolong normal (18,25 cm). Sari dan Toto
(2018) melaporkan bahwa rata-rata Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit.
pertumbuhan bibit kelapa sawit Sue Supreme Pemberian bioherbisida Lantana camara
dengan media tanam sub soil dan kotoran sapi berpengaruh nyata pada diameter batang bibit
adalah 17,60 cm sampai 18,55 cm. kelapa sawit umur 1 BST. Diameter batang
Tinggi bibit kelapa sawit pada perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol, dan
ekstrak yang kurang optimal tersebut tidak berbeda nyata pada perlakuan ekstrak 1%
disebabkan adanya mikroorganisme di dalam dan 2%. Pertumbuhan diameter batang pada 2
media tanam yang membuat senyawa dan 3 BST tidak menunjukkan pengaruh yang
alelokimia bersifat toksik. Inderjid (2005) nyata pada 2 dan 3 BST (Tabel 4).
menyatakan bahwa senyawa yang dilepaskan
tumbuhan mungkin tidak bersifat toksik, namun Tabel 4. Pengaruh pemberian berbagai
produk degradasi senyawa alelokimia oleh konsentrasi ekstrak bioherbisida Lantana camara
mikroorganisme akan menghasilkan senyawa terhadap diameter batang.
toksik. Umur (BST)
Jumlah daun bibit kelapa sawit. Aplikasi Perlakuan 1 2 3
bioherbisida Lantana camara tidak berpengaruh
---- diameter batang (cm)----
nyata terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit
Kontrol 4,44a 4,33 5,72
umur 1 sampai 3 BST (Tabel 3). Hal ini
*Ekstrak LC 1% 4,43a 3,46 4,60
disebabkan media tanam yang digunakan pada Ekstrak LC 2% 4,39a 4,13 5,63
semua perlakuan mengandung unsur hara
Ekstrak LC 3% 4,36b 3,62 5,04
nitrogen yang cukup untuk kebutuhan
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf
pertumbuhan vegetatif bibit. Media tanam top yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
soil mengandung 0,35% N dan kompos kotoran berbeda nyata menurut uji DMRT 5%. Ekstrak LC =
sapi 0,59% N. Berdasarkan kriteria kecukupan ekstrak Lantana camara
unsur hara Balai Penelitian Tanah (2009), kedua
kadar unsur hara tersebut masing-masing Diameter batang bibit kelapa sawit
tergolong sedang dan tinggi. tertinggi pada 1 BST terdapat pada perlakuan
kontrol dan tidak berbeda nyata pada perlakuan
Tabel 3. Pengaruh pemberian berbagai ekstrak 1% dan 2%. Hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi ekstrak bioherbisida Lantana camara senyawa alelokimia pada ekstrak juga
terhadap jumlah daun mengurangi pertumbuhan diameter bibit kelapa
Umur (BST) sawit. Diameter batang dapat dijadikan
Perlakuan 1 2 3 indikator pertumbuhan, karena batang yang
---- Jumlah daun (helai)---- lebar dan kokoh diperlukan untuk menopang
buah di masa pertumbuhan tanaman kelapa
Kontrol 1,78 2,78 3,78
*Ekstrak LC 1% 1,89 2,44 3,44 sawit selanjutnya.
Ekstrak LC 2% 1,67 2,78 3,78 Pertumbuhan diameter batang pada umur
Ekstrak LC 3% 1,67 2,22 3,44
2 dan 3 BST tidak menunjukkan pengaruh nyata,
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf hal ini disebabkan keempat perlakuan
yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan mendapatkan media tanam yang sama dan
berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata mengandung unsur hara kalium yang sangat
5%. Ekstrak LC = ekstrak Lantana camara tinggi (Sub-soil 0,02% dan kompos kotoran sapi
1,95%). Kalium yang meningkat pada media
Unsur hara Nitrogen berperan penting tanam berperan dalam pertumbuhan jaringan
dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif meristematik terutama batang. Hal ini dapat
tanaman, khususnya pada pembentukan daun menguatkan tanaman sehingga tidak mudah
(Hanafiah, 2005). Tanaman yang memiliki rebah (Ariyanti et al., 2018).
Sari, V.I. dkk. : Respons pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap bioherbisida saliara di pembibitan awal
Jurnal Kultivasi Vol. 20 (2) Agustus 2021 95
ISSN: 1412-4718, eISSN: 2581-138x
Ariyanti, M., R.D. Intan, M. Yudithia, dan A.C. Mirnawati., P. Rhamadhani, S. Nengah. 2017. Uji
Yudha. 2018. Pertumbuhan bibit kelapa efektivitas ekstrak daun tahi ayam (Lantana
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan camara) sebagai bioherbisida alami
komposisi media tanam dan interval terhadap perkecambahan biji akasia
penyiraman yang berbeda. Jurnal Penelitian berduri (Acacia nolitica (L.). [Skripsi].
Kelapa Sawit. 26(11): 11-22. Sulawesi (ID): Universitas Tadulako.
Asrani, D. 2010. Pemanfaatan gulma babandotan Pamungkas, M. A. dan Supijatno. 2017.
dan tembelekan dalam pengendalian Pengaruh pemupukan Nitrogen terhadap
Sitophillus SPP. pada benih jagung. Jurnal tinggi dan percabangan tanaman teh
Agrisains 1(1): 58-59. (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) untuk
Bailey, K.L. 2014. The Bioherbicide Approach to pembentukan bidang petik. Buletin
Weed Control Using Plant Pathogens. The Agronomi. 5(2): 234-241.
Integrated Pest Management. London Rambe, T. D., P. Lasiman, Sudharto, dan J. P.
(USA): Elsevier Academic Press. Caliman. 2010. Pengelolaan Gulma pada
Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Perkebunan Kelapa Sawit. PT Smart TBK.
Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk (Petunjuk Jakarta.
Teknis Edisi 2). Jakarta (ID) : Balai Sari, V. I. 2018. Pemanfaatan gulma saliara
Penelitian Tanah, Badan Besar Litbang (Lantana camara L.) sebagai bioherbisida pra
Sumber Daya Lahan Pertanian, tumbuh dan pengolahan tanah untuk
Departemen Pertanian. pengendalian gulma di areal perkebunan
Deaville, E. R., D. I. Givens, and I. Mueler- kelapa sawit. Jurnal Agrosintesa. 1(1): 10-17.
Harvey. 2010. Chesnut and Mimosa tannin Sari, V. I. dan S. Toto. 2018. Tanggap
silages: Effect in sheep differ for apparent pertumbuhan morfologi dan fisiologi bibit
digestibilty, nitrogen utilitation and losses. kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Animal Feed Science and Technology Journal. pembibitan awal (pre nursery) dengan
157: 129-138. metode penanaman vertikultur. Prosiding
Faqihhudin. 2014. Penggunaan Herbisida IPA- Seminar Nasional Fakultas Pertanian
Glifosat terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Universitas Jambi Tahun 2018. Hal 191-201.
Residu pada Jagung. Jurnal Ilmu Pertanian. Tavares, R. L., A. S. Silva, A. R. N. Campos, A. R.
17(1): 122-125. P. Schuler, and J. A. de Sousa. 2015.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Nutritional composition, phytochemicals
Raja Grafindo Persada. Jakarta. and microbiological quality of the legume,
Inderjid. 2005. Soil microorganisms: An Mucuna pruriens. African. Journal of
Important Determinant of Allelopathic Biotechnology. 14(8): 676- 682.
Activity. Plant Soil Journal. 273(2): 227-236. Zulyana, U. 2011. Respon ketimun (Cucumis
Krisno, M.A.B., 2016. Pembuatan herbisida sativus) terhadap pemberian kombinasi
organic di kelompok tani sumber URIP-1 Dosis Dan Macam Bentuk Pupuk
Desa Wonorejo Kecamatan Poncokusumo Kotoran Sapi Di Getasan. [Skripsi].
Kabupaten Malang. J. Dedikasi. 13: 75-82. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Sari, V.I. dkk. : Respons pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap bioherbisida saliara di pembibitan awal