Anda di halaman 1dari 11

AKTIVITAS EKSTRAK DAUN KERSEN (Muntingia calabura) SEBAGAI

BIOHERBISIDA GULMA RUMPUT TEKI (Cyperus rotondus)

Sarah Azhari Balqis1, Triastinurmiatingingsih2 dan Sata Yoshida Srie Rahayu3


Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Pakuan
Jl. Pakuan PO.BOX 452 Bogor 16143
SEAMEO BIOTROP, Lab Natural Product danRumah Kaca C
Jl. Raya Tajur No.KM, RT.05/RW.05, Pakuan, Kec. Bogor Selatan., Kota Bogor,
Jawa Barat 16134

Abstrak
Cyperus rotundus salah satu gulma yang mengganggu tanaman budidaya dan
menyebabkan kerugian pada petani, karena memiliki akar serabut yang banyak dan mampu
menyerap unsur hara lebih kuat. Kersen (Muntingia calabura) merupakan salah satu jenis
tanaman yang potensial untuk di kembangkan pemanfaatannya sebagai bioherbisida karena
memiliki metabolit sekunder bersifat alelopati terhadap tumbuhan lain, senyawa alelopati
tersebut menjadi pemicu pengendalian gulma menggunakan bahan alami.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Natural Product dan Rumah Kaca C, SEAMEO
BIOTROP pada bulan Juni 2020 hingga Agustus 2020. Umbi Cyperus rotundus disemai
sebanyak 60 umbi. Daun kersen di jemur dibawah panas matahari selama 2 minggu dan setelah
kering dihancurkan dengan grinder, simplisia serbuk yang didapat dimaserasi 3x24 jam
menggunakan etanol 70% dan dilakukan uji fitokimia. Ekstrak yang diberikan adalah 5000 ppm,
6000 ppm, 7000 ppm 8000 ppm dan kontrol positif (gramaxone) dan negatif (aquadest)
disemprotkan ke seluruh bagian rumput teki. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dan hasil dihitung menggunakan ANOVA taraf uji 0.05, apabila terjadi
pengaruh yang signifikan dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kersen konsentrasi 5000
ppm, 6000 ppm, 7000 ppm dan 8000 ppm memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan
dan memberikan efek toksik sedang pada Cyperus rotundus serta berdasarkan hasil uji fitokimia
daun kersen positif mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid
Kata Kunci :Rumput, Bioherbisida,
Muntingia calabura, Cyperus rotundus

1. PENDAHULUAN
Keberadaan gulma merupakan salah mampu menyerap unsur hara lebih kuat
satu faktor yang mempengaruhi dibandingkan tanaman lain (Purnamasari
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dkk, 2014).
budidaya karena gulma menurunkan Pengendalian gulma menggunakan
kuantitas serta kualitas produksi tanaman herbisida sintetis saat ini lebih diminati
budidaya sehingga perlu dikendalikan karena efektivitasnya yang cepat terlihat.
(Syahputra dkk, 2011). Namun penggunaan herbisida sintetis
Rumput merupakan salah satu gulma dalam jangka waktu yang panjang akan
penyebab menurunnya produktifitas ladang mempengaruhi kondisi tanah dan
perkebunan dan pertanian sampai 10-46% menyebabkan pencemaran lingkungan
di Asia Tenggara (Imran dkk, 2011). (Syakir dkk., 2008). Oleh karena itu, teknik
Rumput teki (Cyperus rotundus) pengendalian gulma yang ramah
merupakan salah satu gulma yang lingkungan sangat dibutuhkan. Salah
mengganggu tanaman budidaya dan satunya dengan menggunakan metode
menyebabkan kerugian pada petani, karena alternatif untuk pengendalian gulma yaitu
memiliki akar serabut yang banyak dan dengan Biological Control (kontrol

1
biologis). Lebih spesifiknya yaitu BAHAN DAN METODE
penerapan bioherbisida pada ladang
Penelitian telah dilaksanakan pada
perkebunan yang rentan terhadap
bulan Juni sampai bulan Agustus 2020 di
pertumbuhan populasi rumput (Boyette,
SEAMEO BIOTROP BOGOR.
2014).
Berdasarkan hasil penelitian Denada dan 2.1 Alat dan Bahan
Kristanti (2013) pemberian ekstrak daun a. Alat
ketapang (Terminalia catappa) pada Alat yang digunakan dalam penelitian
konsentrasi 50% dapat menghambat gulma ini adalah grinder merk miyako,
rumput teki (Cyperus rotundus) sedangkan Erlenmeyer merk Duran Schott 1000 ml,
hasil penelitian Arfa dkk. (2018) pemberian botol ekstrak, sprayer, gelas ukur
ekstrak daun babandotan (Ageratum 1000ml, beaker glass 1000 ml merk
conyzoides) dengan konsentrasi 50% Pyrex , timbangan analitik Mettler
menyebabkan terjadinya kelayuan sebesar Toledo AL54, neraca ohaus, penggaris
2,74 yang termasuk kedalam kategori 40 cm, kertas saring, polybag ukuran 20
kelayuan sedang-berat. x20. gunting, oven merk Heraeus,
Menurut hasil penelitian Riskitavani ayakan, plastik, corong, Shaker merk
dan Purwani (2013) tanaman yang Bigger Bill, Vaccuum rotary evaporator
mengandung senyawa fenol flavonoid, merk Heidolph, kertas label dan alat
kumarin dan fenolik dapat diindikasikan tulis.
menjadi bioherbisida atau herbisida nabati b. Bahan
karena senyawa seperti fenol, asam fenolik, Bahan yang digunakan dalam penelitian
kumarin, dan flavonoid dapat memberikan ini adalah umbi rumput teki (C.rotundus),
efek fitotoksisitas pada gulma rumput teki daun kersen, etanol 70%, aquades sebagai
(Cyperus rotundus). kontrol negatif, gramaxone sebagai
Salah satu jenis tanaman yang kontrol positif, tanah dan kompos sebagai
potensial untuk di kembangkan media.
pemanfaatannya sebagai bioherbisida
adalah kersen (Muntingia calabura). 2.2 Metode
Menurut Zakaria et al, (2011), kersen a. Determinasi Tumbuhan
mengandung flavonoid yang terdiri dari Determinasi tumbuhan rumput
berbagai jenis; flavon, flavonon, flavan, dan teki (Cyperus rotundus) dan Kersen
biflavan. Senyawa kimia lainnya yaitu (Muntingia calabura) dilakukan di Pusat
tannin, triterpene, dan polifenol. Kadar Penelitian Biologi-LIPI, Herbarium
flavonoid di dalam daun kersen sangat Bogoriense, Cibinong Science Center, Jl.
tinggi jika dibandingkan dengan senyawa Raya Jakarta-Bogor KM 46 Cibinong.
lain, berdasarkan hasil penelitian b. Persiapan Media Tanam
Puspitasari & Wulandari (2017) kandungan Media tanam yang digunakan adalah
flavonoid total ekstrak etil asetat daun tanah dicampur dengan kompos dengan
kersen 100 μg/mL adalah sebesar 93,21 mg perbandingan 1:1. Media tanam
EQ/g ekstrak.. dimasukan 3/4 bagian dari polybag
Berdasarkan keberadaan senyawa ukuran 20 x 20.
alelopati berupa flavonoid, saponin, tanin, c. Penyemaian Umbi Rumput Teki
alkaloid, triterpenoid, glikosida, antrakinon Umbi rumput teki yang disemai
dan fenol yang terkandung pada daun sebanyak 60 umbi dan setiap polybag diisi
kersen, maka perlu dilakukan penelitian 1 tanaman rumput teki. Pemeliharaan
untuk mengetahui apakah ekstrak daun dilakukan dengan penyiraman
kersen dapat menghambat pertumbuhan menggunakan aquades sehari dua kali.
gulma rumput teki (Cyperus rotundus) Penyemaian dilakukan selama 20 hari
umur semai.

2
d. Pembuatan Simplisia Daun Kersen
x 100%
Daun Kersen segar sebanyak 4 kg
dibersihkan dan dicuci dengan air
mengalir dengan tujuan menghilangkan f. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak
kotoran yang menempel pada permukaan Daun Kersen
daun. kemudian dilakukan perajangan Pembuatan konsentrasi ekstrak merujuk
sehingga diperoleh potongan dengan kepada penelitian Faras dkk (2018)
ukuran tertentu dengan tujuan sebagai berikut :
memudahkan dalam proses pengeringan 5000 ppm= 5 gram ekstrak daun kersen
daun. Setelah proses perajangan, daun (Muntingia calabura)
kersen dikering anginkan terlebih dahulu dilarutkan dalam 1000 ml
kemudian dimasukan kedalam oven aquades.
dengan suhu 50°C selama 24 jam hingga 6000 ppm = 6 gram ekstrak daun kersen
kering sempurna. Setelah daun kersen (Muntingia calabura)
kering sempurna lalu daun dihancurkan dilarutkan dalam 1000 ml
hingga menjadi serbuk menggunakan aquades.
grinder lalu disaring dengan ayakan dan 7000 ppm = 7 gram ekstrak daun kersen
ditimbang untuk dapat mengetahui bobot (Muntingia calabura)
akhir, perhitungan rendemen dan kadar air dilarutkan dalam 1000 ml
simplisia serbuk: aquades.
Rendemen Simplisia = 8000 ppm = 8 gram ekstrak daun kersen
(Muntingia calabura)
dilarutkan dalam 1000 ml
aquades.
x 100% g. Uji Fitokomia
Kadar Air Simplisia = - Uji Alkaloid
Serbuk daun kersen sebanyak 1 gram
ditambah dengan 1 ml HCl 2M dan 9 ml
x 100% aquades kemudian dipanaskan selama 2
menit dan disaring, filtrat dibagi 3
e. Pembuatan Ekstrak Daun Kersen bagian lau masing-masing ditambah
dengan pereaksi Mayer, Wagner dan
Simplisia serbuk yang didapat 450 gram Dragendorff (Setyowati dkk, 2014).
kemudian diekstrak menggunakan metode - Uji Flavonoid
maserasi dengan pelarut etanol 70%
sebanyak 2500 ml pada erlenmeyer hingga Serbuk daun kersen sebanyak 1 gram
serbuk terendam seluruhnya. Perendaman dilarutkan dalam 3 ml etanol dan
dilakukan pada suhu kamar selama 3x24 menambahkan 0,1 gram serbuk
jam, pada 6 jam pertama dilakukan magnesium dan 5 tetes HCl pekat
pengocokan selama 3 menit. Setelah 3x24 (Setyowati dkk, 2014).
jam, filtrat hasil maserasi disaring dengan - Uji Saponin
corong yang dialasi kertas saring. Serbuk daun kersen sebanyak 1 gram
Selanjutnya filtrat diuapkan menggunakan dikocok kuat dengan 10 ml air selama 10
vaccuum rotary evaporator dengan suhu detik (Setyowati dkk, 2014).
60°C sampai dihasilkan ekstrak kental
murni daun kersen. Ekstrak daun kersen -Uji Tanin
tersebut disimpan di botol ekstrak sampai Serbuk daun kersen sebanyak 1 gram
saat digunakan untuk perlakuan. dididihkan dalam 50 ml aquades,
Perhitungan rendemen simplisia ekstrak: kemudian filtrat disaring dan filtrat
ditambahkan 1 ml larutan gelatin 1% dan
Rendemen Ekstrak = diperhatikan endapan nya (Hanani, 2015).

3
k. Parameter Pertumbuhan yang diukur
Parameter pertumbuhan yang diukur
- Uji Polifenol merujuk kepada penelitian Riskitavani dan
Serbuk daun kersen sebanyak 1 Purwani (2013) sebagai berikut:
gram dididihkan dalam 10 ml aquades, - Panjang Daun
kemudian filtrat disaring dan filtrat Panjang daun rumput teki diukur
ditambahkan 3 tetes FeClɜ 1% dengan menggunakan penggaris mulai
(Setyowati dkk, 2014). pangkal daun (titik nol) hingga ujung
daun. Pengukuran dilakukan setiap 5
- Uji Steroid dan Terpenoid hari sekali dimulai pada hari ke-15
Serbuk daun kersen sebanyak 1 setelah pemindahan dari bak
gram dilarutkan dalam 3 ml kloroform, persemaian.
lalu dipipet sambil disaring - Jumlah Daun
menggunakan pipet. Filtrat tersebut Jumlah daun rumput teki pada
diteteskan 3 tetes pereaksi Libermann setiap polybag dihitung satu per satu,
Bouchard yang akan ditandai dengan penghitungan dilakukan setiap 5 hari
cincin kecoklatan atau violet sekali dimulai pada hari ke-16.
menunjukkan terpenoid sedangkan - Berat Basah
cincin biru hijau menunjukkan steroid Pengukuran berat basah
(Hanani, 2015). dilakukan pada hari ke-30 setelah tanam,
h. Pemberian Perlakuan Ekstrak Daun tanaman dikeluarkan dari polybag
Kersen kemudian dibersihkan dari tanah.
Penyemprotan dengan menggunakan Penimbangan dilakukan dengan
ekstrak daun kersen berbagai konsentrasi menggunakan timbangan digital.
dilakukan 3 hari sekali dimulai pada hari - Berat Kering
ke-16. Penyemprotan ekstrak dilakukan Pengukuran berat kering
secara merata ke seluruh bagian tanaman dilakukan pada hari ke-30 setelah tanam.
dilakukan pada pagi hari pukul 7 sampai 8. Berat kering rumput teki diperoleh
dengan cara memasukan rumput teki
i. Pemeliharaan Rumput Teki
kedalam amplop tertutup kemudian di
Rumput teki pada setiap polybag
oven pada suhu 60°C selama 24 jam.
dilakukan penyiraman dengan air pada
- Fitotoksisitas
bagian tanah, penyiraman dilakukan pada
Perubahan tingkat keracunan
sore hari antara pukul 4 sampai 5 sore, dan
pada rumput teki diamati dengan sistem
dilakukan penyiangan untuk menghindari
skoring mengacu pada penelitian
tumbuhnya tanaman lain yang tidak
Riskitavani dan Purwani (2013), yaitu
diinginkan.
sebagai berikut:
j. Rancangan Penelitian
0 = keracunan sangat ringan (tingkat
Penelitian ini menggunakan
keracunan 0-5 %, bentuk dan warna
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6
daun tidak normal)
perlakuan dan 4 kali pengulangan. Adapun
1 = keracunan ringan (tingkat keracunan
perlakuan sebagai berikut :
6-10 %, bentuk dan warna daun tidak
K+ = Kontrol Positif (Gramaxone)
normal)
K- = Kontrol negatif (Aquadest)
2 = keracunan sedang (tingkat
P1 = Ekstrak daun kersen konsentrasi 5000
keracunan 11-20 %, bentuk dan warna
ppm
daun tidak normal)
P2 = Ekstrak daun kersen konsentrasi 6000
3 = keracunan berat (tingkat keracunan
ppm
21-50 %, bentuk dan warna daun tidak
P3 = Ekstrak daun kersen konsentrasi
normal)
7000 pp
4 = keracunan sangat berat (tingkat
P4 = Ekstrak daun kersen konsentrasi 8000
keracunan >50%, bentuk dan warna
ppm
daun tidak normal, sehingga daun
mengering dan rontok sampai mati).

4
Setelah mendapatkan hasil proses ekstraksi yakni, pemisahan senyawa
pengamatan parameter yang diukur, bioaktif dengan senyawa lain yang tidak
kemudian data yang telah diperoleh dibutuhkan. Metode ekstraksi yang
dimasukan ke dalam tabel. digunakan dalam penelitian ini, yaitu
maserasi mengguanakan pelarut etanol
2.3 Analisis Data 70%. Simplisia digunakan untuk ekstraksi
Analisa data dilakukan secara sebanyak 450 gram dari 1650 gram daun
eksperimental. Hasil dihitung dengan kersen Cara kerja metode maserasi yakni
ANOVA pada taraf uji (α) 0.05. Apabila pelarut berdifusi masuk kedalam sel,
terjadi pengaruh yang signifikan selanjutnya senyawa metabolit sekunder
dilakukan uji lanjutan dengan uji akan keluar akibat adanya tekanan osmosis
Duncan. Untuk Daftar Analisa Ragam / (Maleta, dkk., 2018). Metode maserasi
Analysis of Variant (ANOVA) untuk dipilih karena perlakuannya sederhana,
RAL dan Kaidah Keputusan, terdapat mudah, dan biaya ekonomis. Maserat hasil
pada Lampiran 1 dan 2. maserasi kemudian dievaporasi
menggunakan rotary evaporator
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan suhu 60°C selama 5 jam kemudian
Diperoleh ekstrak kental berwarna coklat
3.1 Hasil Determinasi Tumbuhan pekat kehitaman dan memiliki aroma khas
Determinasi tumbuhan rumput teki seperti rempah daun sebanyak 34,2 g
dan kersen dilakukan di Pusat Penelitian (Gambar 3), dengan rendemen ekstrak yang
Biologi-LIPI, Herbarium Bogoriense. Hasil didapat yaitu 7,74%.
determinasi menunjukkan bahwa tumbuhan
tersebut adalah rumput teki dengan nama
latin Cyperus rotundus dan Kersen dengan
nama latin Muntingia calabura. Surat
keterangan tersebut dilampirkan pada
Lampiran 2.
3.2 Hasil Analisis Simplisia dan Ekstrak
Daun Kersen
Simplisia daun kersen yang didapatkankan
sebanyak 1650 gram dari 4000 gram daun
kersen segar dengan susut pengeringan
58,75%, kemudian simpisia daun dijadikan
Gambar 1. Ekstrak Kental Daun Kersen
serbuk dan dilakukan uji kadar air simplisia
di laboratorium biotrop. Hasil kadar air 3.3 Uji Fitokimia
simplisia daun kersen sebesar 5,92% yang Uji Hasil positif
berarti hasil tersebut menunjukkan Hasil
Berdasarkan Teori
simplisia serbuk daun kersen memenuhi Alkaloid Endapan putih ++
syarat mutu kadar air yaitu kurang dari 10%
Warna merah hingga
(Depkes RI, 1995). Kadar air merupakan Flavonoid +++
merah lembayung
faktor penting dalam menentukan kulaitas
bahan olahan, semakin rendah nilai kadar Terdapat buih dapat
air pada simplisia dan ekstrak, maka Saponin bertahan selama 10 ++
semakin kecil kemungkinan bahan tersebut menit
terkontaminasi dengan pertumbuhan Warna menjadi
Triterpenoid ++
mikroba (Gangga, dkk., 2017) . dengan coklat keunguan
demikian kualitas mutu dan kondisi bahan Warna biru
aktif pada simplisia daun kersen dapat Polifenol kehitaman atau hijau +++
terjaga dalam jangka waktu panjang. kehitaman
Simplisia daun kersen yang telah Terdapat endapan
dihitung kadar air kemudian dilakukan Tanin +
putih kecoklatan

5
menghasilkan glikon dan non glikon
Ket :
(Marliana, 2005) Saponin merupakan jenis
+++ (kandungan senyawa dalam bahan
glikosida yang banyak ditemukan dalam
tinggi) (endapan banyak,warna pekat) tumbuhan tingkat
++ (kandungan senyawa dalam bahan tinggi.
sedang) (endapan sedang, warna terlihat) Hasil positif dari kandungan tanin
+ (kandungan senyawa dalam bahan pada daun kersen ditunjukan dengan
rendah) (endapan sedikit,warna samar) dengan uji tanin yang ditambahkan dengan
gelatin 1% menghasilkan endapan putih
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia yang menandakan ekstrak daun kersen
mengandung senyawa tanin (Siadi, 2012).
Berdarkan tabel diatas, bahwa Larutan gelatin dengan senyawa tanin akan
senyawa metabolit sekunder yang mengendap menghasilkan endapan putih
terkandung dalam daun kersen yaitu, karena gelatin merupakan salah satu jenis
alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, protein.
polifenol dan tanin. Hasil positif kandungan Hasil positif dari kandungan
alkaloid dalam esktrak daun kersen triterpenoid pada daun kersen ditunjukan
ditunjukan dengan terbentuknya endapan dengan uji triterpenoid dengan
putih pada uji mayer, hal itu disebabkan menambahkan pereaksi liebermann
pereaksi mayer tersebut berikatan dengan bouchard menghasilkan warna coklat
alkaloid melalui ikatan koordinasi antara kemerahan dan membentuk cincin coklat,
atom N alkaloid dengan Hg pereaksi mayer, hal tersebut disebabkan oksidasi senyawa
sehingga menghasilkan senyawa kompleks triterpenoid melalui ikatan rangkap
merkuri non polar mengendap berwarna terkonjugasi yang dimana gugus hidrogen
putih. Ekstrak daun kersen yang dengan elektron dilepas sehingga senyawa
ditambahkan dengan pereaksi wagner tersebut mengalami perpanjangan konjugasi
menghasilkan warna coklat hal itu yang membentuk cincin coklat (Siadi,
disebabkan ion logam K+ membentuk 2012).
ikatan kovalen koordinat dengan atom N
yang terdapat pada alkaloid membentuk 3.4 Pengaruh Ekstrak Daun Kersen
kalium alkaloid yang mengendap. Ekstrak Terhadap Panjang Daun Rumput Teki
daun kersen yang ditambahkan dengan
pereaksi dragendorff menghasilkan warna
jingga hal itu disebabkan pereaksi Jumlah Rata-rata
Perlakuan
(cm)
dragendorff mengandung bismut nitrat dan
merkuri klorida (Prashant, 2011). K+ 7.74 ± 1.94a
Hasil positif dari kandungan
K- 30.07 ± 7.52b
flavonoid pada daun kersen ditunjukan pada
uji flavonoid yang diberi Mg dan 5 tetes 5000 ppm 28.83 ± 7.21b
HCl pekat menghasilkan warna merah 6000 ppm 33.58 ± 8.40b
kecoklatan, hal tersebut disebabkan Mg dan
7000 ppm 30.79 ± 7.70b
HCl pekat memiliki fungsi untuk mereduksi
inti benzopiron pada struktur flavonoid 8000 ppm 36.69 ± 9.17b
sehingga akan terjadi perubahan warna
menjadi merah hingga jingga (Prashant, Tabel 2. Rata-Rata Panjang Daun Rumput
2011). Teki
Hasil positif dari kandungan saponin
pada daun kersen ditunjukan dengan Hasil pengamatan pengaruh ekstrak
menghasilkan busa stabil dan kuat, hal daun kersen terhadap panjang daun rumput
tersebut disebabkan senyawa glikosida teki yang dapat dilihat pada Tabel 6,
kompleks yaitu senyawa kondensasi suatu menunjukkan bahwa perlakuan dengan
gula dengan senyawa hidroksi konsentrasi 5000 ppm, 6000 ppm, 7000
organik,ketika dihidrolisis maka ppm dan 8000 ppm memiliki pengaruh

6
yang sama terhadap panjang daun rumput kimia merk gramaxone memiliki pengaruh
teki, sedangkan jika dibandingkan dengan yang nyata terhadap panjang daun rumput
kontrol positif yang menggunakan herbisida teki.
Kontrol positif memiliki kemampuan menghambat jalur air dan hara terlarut yang
terbaik dalam menghambat pertumbuhan melewati membran sel yang dapat
panjang daun rumput teki bila dibandingkan menyebabkan terhambatnya proses
dengan perlakuan 5000 ppm, 6000 ppm, pembelahan, pemanjangan dan pembesaran
7000 ppm dan 8000 ppm hal tersebut sel yang berkaitan erat dengan pertambahan
terlihat dari rata-rata panjang daun pada jumlah maupun ukuran sel pada organ
(Tabel 6). Perlakuan 5000 ppm bila tanaman, sehingga pertumbuhan
dibandingkan dengan semua perlakuan memanjang atau tinggi tanaman terhambat
pemberian ekstrak daun kersen memiliki dan daun dengan jumlah yang sedikit serta
kemampuan yang lebih baik dalam ukuran yang sempit (Kristanto, 2006).
menghambat pertumbuhan rumput teki. Senyawa metabolit sekunder yang
Berdasarkan hasil uji anova terdapat terkandung pada ekstrak daun kersen
pengaruh perbedaan tiap perlakuan, yang seperti terpenoid, flavonoid dan fenol
sangat berbeda nyata yaitu kontrol positif. berpotensi menghambat panjang daun yang
Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan disebabkan adanya penghambatan sintesis
(Lampiran 4) dinyatakan bahwa perlakuan asam ketoglutarat yang berfungsi sebagai
5000 ppm, 6000 ppm, 7000 ppm dan 8000 prekusor asam amino, protein dan ATP
ppm tidak berpengaruh nyata terhadap serta merusak benang-benang spindel pada
pertumbuhan rumput teki, dikarenakan pada saat metafase, sehingga mengakibatkan
data uji duncan hanya kontrol positif yang terganggunya pembelahan sel dan
berada di subset yang berbeda, sementara pemanjangan sel pada tanaman melalui
kontrol negatif dan semua perlakuan aktivitas hormon sitokinin yang memiliki
pemberian ekstrak daun kersen berada di peran dalam pembelahan sel (Pebriani dkk,
subset yang sama. Namun jika 2013).
dibandingkan dengan kontrol negatif
perlakuan 5000 ppm lebih baik
menghambat pertumbuhan panjang daun
rumput teki. Hal tersebut dikarenakan
larutan ekstrak daun kersen berbagai
konsentrasi yang disemprotkan keseluruh
bagian tanaman rumput teki memiliki
senyawa metabolit sekunder seperti
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan
terpenoid yang akan berpengaruh
Gambar 2. Rumput Teki dengan Pemberian
menurunkan pertumbuhan tanaman,
Berbagai Konsentrasi Ekstrak
Penghambatan pertumbuhan rumput teki
Daun Kersen Umur 4 Minggu
dengan penyemprotan berbagai konsentrasi
(Dokumentasi Pribadi)
ekstrak daun kersen tersebut terjadi pada
pembelahan sel, pengambilan mineral dan
unsur hara, respirasi secara berlebihan,
penutupan stomata, sintesis protein serta
aktivitas enzim (Triyono, 2009).
Kandungan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun
kersen dapat mengakibatkan penurunan
permeabilitas membran sel dan
mengganggu kemampuan dalam
penyerapan air serta unsur hara terlarut.
Penurunan permeabilitas sel mengakibatkan
sel menjadi tidak elastis sehingga

7
3.5 Pengaruh Ekstrak Daun Kersen 3.6 Pengaruh Ekstrak Daun Kersen
Terhadap Jumlah Daun Rumput Terhadap Fitotoksisitas Rumput
Teki Teki

Perlakuan Jumlah Rata-rata (cm) Perlakuan (Rata-rata)


Ulangan
5000 6000 7000 8000
a 1-4 K+ K-
K+ 6.25 ± 1.56 ppm ppm ppm ppm
K- 30.5 ± 7.63b Rata-
84% 0% 12% 4% 4% 7%
rata
5000 ppm 29.25 ± 7.31b Tabel 3. Pengamatan Fitotoksisitas
6000 ppm 30.25 ± 7.56b
7000 ppm 24 ± 6.00b Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan
(Lampiran 6) pemberian larutan ekstrak
8000 ppm 25.25 ±6.31b
daun kersen memberikan pengaruh pada
fitotoksisitas rumput teki, hal tersebut
Tabel 3. Tabel Rata-Rata Jumlah Daun
terlihat dari morfologi daun rumput teki
Rumput Teki
pada beberapa helai daun yang
menunjukkan bentuk atau gejala keracunan
Hasil pengamatan pengaruh ekstrak
seperti warna daun tidak normal, mengering
daun kersen terhadap jumlah daun rumput
dan layu.
teki dapat dilihat pada Tabel . Analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa perlakuan
Gejala keracunan tersebut memiliki tingkat
dengan konsentrasi 5000 ppm, 6000 ppm,
perbedaan sesuai dengan perlakuan
7000 ppm dan 8000 ppm memiliki
konsentrasi yang diberikan, dan perlakuan
pengaruh yang sama terhadap panjang daun
dengan konsentrasi 5000 ppm memiliki
rumput teki, sedangkan jika dibandingkan
kemampuan paling optimum terhadap
dengan kontrol positif yang menggunakan
fitotoksisitas rumput teki, dimana pada
herbisida kimia merk gramaxone memiliki
beberapa helai daun mengalami layu
pengaruh yang nyata terhadap panjang daun
berwarna kecoklatan dikeseluruhan bagian
daun, selain itu ditunjukkan dari hasil nilai
Perlakuan ekstrak daun kersen
rata-rata fitotoksisitas rumput teki (Tabel 8)
dengan konsentrasi 7000 ppm dan 8000
sebesar 12% yang menurut sistem skor
ppm memiliki pengaruh yang baik pada
truelove termasuk kedalam kriteria
jumlah daun rumput teki apabila
keracunan sedang.
dibandingkan dengan 5000 ppm, 6000 ppm
dan kontrol negatif, jumlah daun tersebut
Gejala keracunan tersebut dapat terjadi
menunjukkan bahwa semakin tinggi
akibat senyawa alkaloid, flavonoid,
konsentrasi ekstrak maka akan semakin
saponin, tanin dan terpenoid yang
terlihat pengaruh pada rata-rata jumlah
terkandung dalam ekstrak daun kersen,
daun rumput teki, hal tersebut sesuai
yang dapat memberikan efek racun pada
dengan penelitian Kristanto (2006) yang
tanaman. Salah satu senyawa toksik yaitu
menyatakan bahwa semakin rendah suatu
tanin yang memiliki kemampuan dalam
konsentrasi yang mengandung senyawa
menghambat aktivitas hormon giberelin
metabolit sekunder maka akan semakin
(Pebriani dkk, 2013).
tidak memberikan sifat yang dapat
menghambat atau menekan pertumbuhan
tanaman.

8
3.7 Pengaruh Ekstrak Daun Kersen penyerapan air serta unsur hara pada saat
Terhadap Berat Basah dan Berat proses fotosintesis sehingga mengakibatkan
Kering Rumput Teki terjadinya penutupan stomata (Triyono,
Rata-rata 2009). Hal tersebut didukung dengan
Rata-rata Berat
Perlakuan Berat Basah pernyataan Kristanto (2006) proses
Kering (gram)
(gram) fotosintesis yang menurun apabila diikuti
a
K+ 0±0 0 ± 0a dengan penurunan laju pembentukan bahan
K- 5.5 ± 1.375c 1.5 ± 0.375b organik tanaman sehingga berpengaruh pada
5000 ppm 4 ± 1bc 1.7 ± 0,425b berat kering tanaman.
c
6000 ppm 5.8 ± 1.45 2.1 ± 0,525b KESIMPULAN
7000 ppm 3.5 ± 0,875b 1.4 ± 0,35b 1. Pemberian ekstrak daun kersen
bc
8000 ppm 4.3 ± 1075 1.8 ± 0,45b konsentrasi 5000 ppm, 6000 ppm, 7000 ppm
Tabel 4. Rata-rata Berat Basah dan Berat dan 8000 ppm memiliki aktivitas
Kering Rumput Teki kemampuan dalam menghambat
pertumbuhan dan memberikan efek toksik
Konsentrasi ekstrak daun kersen pada gulma rumput teki.
yang optimum terhadap berat basah rumput
teki adalah konsentrasi 7000 ppm. 2. Aktivitas terbaik dalam toksisitas rumput
Konsentrasi 7000 ppm memiliki pengaruh teki yaitu konsentrasi 5000 ppm.
berbeda nyata bila dibandingkan dengan
kontrol negatif aquadest. Konsentrasi 6000 3. Berdasarkan hasil uji fitokimia, daun
ppm kurang optimum bila digunakan karena kersen positif mengandung senyawa
memiliki pengaruh yang sama dengan alkaloid, flavonoid, saponin, annin dan
kontro negatif. triterpenoid.

Penghambatan berat basah pada DAFTAR PUSTAKA


rumput teki terjadi karena senyawa
metabolit sekunder yang terkandung dalam Arfa Ul Hikmah, F.G. Bilkis, D.G.
ekstrak daun kersen dapat mengakibatkan Maelani. Triastinurmiatiningsih
penurunan permeabilitas membran sel dan 2018. Pemanfaatan Ekstrak
mengganggu kemampuan dalam penyerapan Daun Babandotan (Ageratum
air serta unsur hara terlarut. Kerusakan conyzoides) Sebagai Bioherbisida
struktur membran sel terjadi karena adanya Gulma Rumput Teki (Cyperus
senyawa metabolit sekunder salah satunya Rotundus). Jurnal Ekologia, Vol.
fenol, karena fenol memiliki kemampuan 18 (1):25-30.
yang dapat merusak fosfolipid sehingga Boyette C.D. Robert E. Hoagland. Et. All.
mengakibatkan zat-zat penyusun sel serta 2014. Interaction of the
metabolit keluar dari dalam sel (Triyono, Bihoerbicide Myrothecium
2009). verrucaria and Glyphosate for
Kudzu Control. USA :
Pada berat kering rumput teki Agricultural Research Service. (5):
memiliki pengaruh yang sama dan tidak 3943-3956
berbeda nyata pada setiap konsentrasi, tetapi Departemen Kesehatan Republik
dari hasil penimbangan perlakuan dengan Indonesia. Farmakope Indonesia.
8000 ppm bila dibandingkan dengan 5000 Edisi IV. Jakarta: Direktorat
ppm dan kontrol memiliki nilai rata-rata Jenderal Pengawasan Obat dan
berat kering yang lebih rendah (Tabel 9), hal Makanan; 1995. h.7, 1002, 1061.
tersebut diduga karena menurunnya Gangga, E., Purwati, R., Farida, Y.,
kemampuan dalam penyerapan air serta Kartiningsih. 2017. Penetapan
unsur hara terlarut dan penutupan stomata Parameter Mutu Ekstrak yang
yang diakibatkan oleh fenol dan terpenoid Memiliki Aktivitas sebagai
yang akan mengakibatkan terhambatnya Antioksidan dari Daun Cincau

9
Hijau (Cyclea barbata L.Miers.). Puspitasari, A. D., & Wulandari, R. L.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, (2017). Antioxidant activity,
15(2): 236-343. determination of total
Imran Wazir, Muhammad Sadik, dkk. 2011. phenolic and flavonoid content of
Application of Bioherbicide Muntingia calabura L. extracts .
Alternatives For Chemical Pharmaciana, 147-158.
Weed Control In Rice. Departement Riskitavani, D dan Purwani, K. 2013. Studi
Of Agronomy. Faculty Of Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun
Agriculture. Gomal University. Ketapang (Terminalia catappa)
17(2):245-252 terhadap Gulma Rumput Teki
Kristanto, B. 2006. Perubahan Karakter (Cyperus rotundus). Jurnal
Tanaman Jagung (Zea mays L.) Sains dan Seni Pomits, Vol: 2 (2).
Akibat Alelopati dan Persaingan Hal 59-63. ITS.
Teki (Cyperus rotundus L.). Jurnal Siadi, K. 2012. Ekstrak Bungkil Biji Jarak
Indonesia Tropic, vol: 31, no: Pagar (Jatropa curcas) Sebagai
3. Hal 189-194. Universitas Biopestisida yang Efektif
Diponegoro. Semarang. dengan Penambahan Larutan NaCl.
Maleta, H.S., Indrawati, R., Limantara, L., Jurnal Mipa, vol: 35, no: 2.
Brotosudarmo, T.H.P. 2018. Ragam Hal 77-83.
Metode Ekstraksi Karotenoid dari Syahputra, E, Sarbino, dan S. Dian. 2011.
Sumber Tumbuhan dalam Dekade Weed Assessment di Perkebunan
Terakhir (Telaah Literatur). Kelapa Sawit Lahan Gambut.
Jurnal Rekayasa Kimia dan J.Tek. Perkebunan & PSDL (1) :7-
Lingkungan, 13(1): 40-50. 42.
Marliana. 2005. Skrinning Fitokimia dan Syakir, Muhammad dkk. 2008,
Analisis Kromatografi Lapis Tipis Pemanfaatan Limbah Sagu sebagai
Komponen Kimia Buah Labu Pengendalian Gulma pada lada
Siam (Sechium Edule Jacq. perdu, Jurnal Littri Vol 14 (3) :107-
Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. 112.
Biofarmasi, vol: 3, no:1. Hal 26- Triyono, K. 2009. Pengaruh Saat
31. Pemberian Ekstrak Bayam Berduri
Pebriani. Linda, R. Mukarlina. 2013. (Amarnthus spinosus) dan Teki
Potensi Ekstrak Daun Sembung (Cyperus rotundus) Terhadap
Rambat (Mikania micrantha Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
H.B.K) Sebagai Bioherbisida Tomat (Lycopersicum esculentum).
terhadap Gulma Maman Ungu Jurnal Inovasi Pertanian, vol: 8, no:
(Cleome rutidosperma D.C) dan 1. Hal 20-27.
Rumput Bahia (Paspalum notatum
Flugge). Jurnal Protobiont,
vol: 2, no: 2. Hal 32-38. Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
Prashant. 2011. Phytochemical Screening
and Extraction. Internationale
Pharmaceutica Sciencia, vol: 1,
no:1, P: 1-9.
Purnamasari, R., Zaman, B dan H, Mochtar.
2014. Pengaruh Jumlah Koloni
Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)
Pada Media Pasir Terhadap
Penurunan Konsentrasi Bod Dan
Cod (Studi Kasus Tpa Jatibarang –
Semarang). Universitas
Diponegoro.

10
11

Anda mungkin juga menyukai