Abstrak
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang mempunyai dampak buruk terhadap
pertumbuhan suatu tanaman dan suatu hasil produksi tanaman. Selain itu tanaman gulma
memiliki peranan bioherbisida alami yang dapat digunakan untuk melindungi tanaman
pertanian dari proses kompetisi di dalam areal pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui peranan ekstrak daun Babadotan (Ageratum conyzoides L) terhadap
gulma alang – alang (Imperata cylindrica Linn Beauv) selain itu untuk menentukan
konsentrasin yang optimum ekstrak daun Babadotan (Ageratum conyzoides L) yang dapat
menghambat dan memperlambat pertumbuhan gulma alang-alang (Imperata cylindrica Linn
Beauv). Metode yang digunakan didalam penelitian ini yaitu metode eksperimen, yaitu
rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor. Pada penelitian digunakan sebanyak 6 perlakuan
dan 4 pengulangan. Perlakuan yang digunakan adalah P0 (kontrol), P1 (konsentrasi 5 %),
P2 (konsentrasi 10 %), P3 (konsentrasi 15 %), P4 (konsentrasi 20 %) dan P5 (konsentrasi 25
%). Data Kemudian dianalisis menggunakan uji Anova. Dari data Anova Diperoleh
pertumbuhan tinggi tanaman alang-alang pada setiap perlakuan dengan hasil yang
berpengaruh nyata pada taraf 5 % dan berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 %. Hasil
Fhitung yaitu 15,18 ≥ 2,77 (5 %) dan 15,18 ≥ 4,25 (1 %). Pada perlakuan Dosis penggunaan
ektrak babadotan yang paling menghambat pertumbuhan gulma alang-alang yaitu pada
perlakuan P5 dengan konsentrasi 25 %.
Pendahuluan
Desa Alue Buloh merupakan salah buloh juga ada yang membudidayakan
satu Desa terletak di Kecamatan Birem tanaman hotikultura di rumah sekitar. Luas
Bayeun, Kapubaten Aceh Timur. perkebunan karet di Desa Alue Buloh yaitu
Berdasarkan hasil wawancara dilakukan 1570 Ha. Di perkebunan karet ini terdapat
dengan pihak masyarakat setempat jenis pohon karet yang berdasarkan umur
ternyata sebagian besar masyarakatnya ada yang berumur 2, 4, dan 6 tahun. Dalam
bekerja sebgai petani kebun karet dan peningkatan produksi karet, dihadapkan
sawit. Selain itu masyarakat Desa Alue pada kenyataan adanya hambatan utama
50
Jurnal Jeumpa, 5 (1)- Juli 2018
makhluk hidup lainnya (Krisno agus, 2017 pengganti herbisida kimia atau herbisida
: 13). Pengendalian gulma yang secara sintetik yang banyak digunakan oleh
manual ini sulit dilakukan karena susah petani perkebunan karet. Melihat hal itu,
mencari tenaga kerja dan waktu yang Maka perlu dilakukan pengendalian gulma
terbatas, karena itu perlu dilakukan yang terdapat di lahan dengan
pengendalian gulma secara organik yaitu memanfaatkan tanaman babadotan yang
dengan menggunakan herbisida yang tumbuh liar disekitar dan ramah akan
memerlukan tenaga kerja sedikit, mudah, lingkungan.
cepat dan kebun lebih lama bersih serta
ramah lingkungan. Salah satu tanaman Metode Penelitian
yang dapat dijadikan sebagai bahan Penelitian ini dilaksanakan di
bioherbisida adalah tanaman Babadotan Laboratorium Universitas Samudra.
(Ageratum conyzoides L). Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
Babadotan merupakan tanaman liar April sampai dengan Bulan Juni 2018.
yang tumbuh yang ada di sekitar kita. Pada penelitian ini disusun dengan
Babadotan (Ageratum conyzoides L) menggunakan Rancangan Acak Lengkap
merupakan tanaman yang berpotensi (RAL) yang terdiri dari satu faktor dengan
sebagai bioherbisida alami karena 4 ulangan. Penelitian ini terdiri atas 6
mempunyai kandungan senyawa alelopat perlakuan yaitu P0 (0% berarti Aquades
di dalamnya. Pada penelitian yang 500 ml), P1 (5 % berarti 25 ml ekstrak
dilakukan (Isda, 2013 : 120-125) bahwa daun babadotan + 475 ml Aquades), P2
ekstrak daun babadotan bisa menurunkan (10% berarti 50 ml ekstrak daun babadotan
pertumbuhan sehingga dapat + 450 ml Aquades ), P3 (15% berarti 75
meningkatkan persentase kerusakan ml ekstrak daun babadotan + 425 ml
anakan gulma P.conjugatum. Babadotan Aquades), P4 (20% berarti 100 ml ekstrak
(Ageratum conyzoides L) yang selama ini daun babadotan + 400 ml Aquades), dan
dianggap sebagai tumbuhan pengganggu P5 (25% berarti 125 ml ekstrak daun
dan tumbuh liar ternyata bermanfaat babadotan + 375 ml Aquades).
sebagai herbisida alami. Seiring dengan Bibit tanaman yang digunakan yaitu
Perkembangan teknologi yang maju bibit tanaman yang sudah berumur 15 hari
penggunaan herbisida alami yang aman setelah semai. Alat dan Bahan Blender,
dan ramah lingkungan yang berasal dari Kertas Saring, Timbangan Digital, Polibag
bahan tanaman babadotan bisa menjadi (35 x 40 cm), Oven, Handsprayer, Ayakan
52
Jurnal Jeumpa, 5 (1)- Juli 2018
12,16 11,75
12 10,33 P1
9,74
10 8,83
8,5
8,41
8,99 8,49
cm/minggu. Dari hasil pengamatan didapat
7,16 7,49
7,41 7,58 P2
7,91
6,66
6,58 6,62 6,83
8 5,91 pertumbuhan tinggi tanaman Alang-alang
P3
5,24
5,08
6
4 P4 yang paling rendah pada perlakuan P5
2
P5 dengan pemberian ekstrak daun babadotan
0 Minggu
Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 sebesar 25% hal ini dikarenakan adanya
zat Alelopati yang terdapat pada daun
Berdasarkan Gambar 1. hasil data babadotan. Alelopati yaitu zat yang dapat
pertumbuhan tinggi tanaman alang-alang menghambat pertumbuhan Gulma alang-
yang berbeda-beda pada setiap perlakuan. alang dan dapat menurunkan kualitas
Menurut hasil yang diperoleh tumbuh pada tanaman Alang-alang. Pada
Pertumbuhan tanaman alang-alang yang penelitian yang dilakukan (Isda, 2013:120-
paling tinggi yaitu pada perlakuan P0 125) diperoleh bahwa ekstrak daun
(kontrol) yaitu tanpa menggunakan ekstrak babadotan dapat menurunkan pertumbuhan
daun babadotan pertumbuhan tinggi sehingga dapat meningkatkan persentase
tanamannya yaitu sebesar 48,15 kerusakan anakan gulma P.conjugatum.
cm/minggu dengan rata-rata 12,03 cm. pada perlakuan P4 yaitu dengan pemberian
Perlakuan P1 dengan konsentrasi 5 % ekstrak daun babadotan sebesar 20% hal
yaitu sebesar 47,04cm/minggu dengan ini disebabkan adanya kerusakan pada
rata-rata 11,76 cm/minggu. Perlakuan P2 tanaman Alang-alang sebanyak 2 tanaman.
54
Jurnal Jeumpa, 5 (1)- Juli 2018
55