Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM)

Proteksi Tanaman Tropika 3(03): Oktober 2020 ISSN : 2685-8193

Potensi Ekstrak Umbi Gadung (Discorea hispida Dennst) Sebagai Pestisida Nabati
Terhadap Mortalitas Wereng Batang Coklat (Nilavarpata lugens Stal)
Yunita Ambar Wati*, Samharinto Soedijo, M.Indar Pramudi
Prodi Proteksi Tanaman Faperta ULM
*yunitaambar411@gmail.com
Received: 14 Agustus 2020; Accepted: 30 September 2020; Published: 1 Oktober 2020

ABSTRACT
The potential of gadung tuber extract (Discorea hispida Dennst) as a vegetable pesticide on the
mortality of brown leafhoppers (Nilavarpata lugens Stal) has been investigated. The purpose of this
study was to determine the effectiveness of gadung tuber extract as a vegetable pesticide in controlling
WBC and to determine the LD50 value. The method used was a one-factor completely randomized
design (CRD) with 5 levels of concentration of K (control), P1 (5%), P2 (7.5%), P3 (10%) and P4
(12.5%) with 4 repeat. Observations were made every 24 hours for 192 hours. The results showed that
the LD50 for gadung tuber extract was 6.05 ml and the gadung tuber extract was able to kill WBC with
a mortality of 96.67% for treatment P1, P2, and P4 after 192 hours of observation.
Keywords: Nilavarpata lugens Stal, Discorea hispida Dennst, botanical pesticides

ABSTRAK

Potensi ekstrak umbi gadung (Discorea hispida Dennst) sebagai pestisida nabati terhadap mortalitas
wereng batang coklat (Nilavarpata lugens Stal) telah diteliti. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui efektivitas ekstrak umbi gadung sebagai pestisida nabati dalam mengendalikan WBC dan
menentukan nilai LD50. Metode yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan
5 perlakuan tingkat konsentrasi K (kontrol), P1 (5%), P2 (7,5%), P3 (10%) dan P4 (12,5%) dengan 4
ulangan. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam selama 192 jam. Hasil penelitian menunjukkan LD 50
untuk ekstrak umbi gadung yaitu sebesar 6,05 ml dan ekstrak umbi gadung mampu mematikan WBC
dengan mortalitas sebesar 96,67% untuk perlakuan P1, P2, dan P4 setelah 192 jam pengamatan.
Kata Kunci : Nilavarpata lugens Stal, Discorea hispida Dennst, pestisida nabati

Pendahuluan hasil produktivitas tanaman padi di Kalimantan


Padi (Oryza sativa Linn.) adalah komoditas Selatan pada tahun 2017 produktivitas padi
tanaman pangan yang dibudidayakan karena padi 2.452,366 ton dan tahun 2018 menurun menjadi
menghasilkan beras, yang merupakan makanan 2.440,400 ton.
pokok yang dikonsumsi sehari-hari oleh Kendala dalam membudidayakan padi adalah
masyarakat indonesia. Oleh karena itu, padi adanya serangan hama. Salah satu hama utama
sebagai bahan pangan harus mendapat perhatian adalah Wereng Batang Coklat (Nilaparvata
baik cara budidaya maupun cara pengendalian lugens Stal), yang selanjutnya akan disingkat
OPT (Nurlian et al., 2016). Berdasarkan data menjadi WBC. Hama ini mengisap cairan sel
Dinas TPH Kalimantan Selatan tahun 2019, batang tanaman padi dan juga sebagai penyebar
produktivitas tanaman padi di Kalimantan Selatan vektor virus yang mengakibatkan padi menjadi
pada tahun 2017 sebesar 2.452,366 ton dan tahun puso (Baehaki & Mejaya, 2014).
2018 2.440,400 ton. Hasil dari produksi padi di Pengendalian WBC yang biasa dilakukan
Kalimantan Selatan terbesar di sumbangkan oleh petani adalah menggunakan pestisida kimiawi,
Kabupaten Barito Kuala sebanyak 370,315 ton, dikarenakan pestisida secara kimiawi terbukti
Tapin sebanyak 344,407 ton, Hulu Sungai efektif dalam pengendalian, akan tetapi pestisida
Tengah sebanyak 299,649 ton, Hulu Sungai kimiawi menimbulkan banyak kerugian seperti
Selatan sebanyak 268,934 ton. Perkembangan pencemaran lingkungan gangguan kesehatan atau

Yunita Ambar Wati, Samharinto Soedijo dan M. Indar Pramudi : Potensi Ekstrak Umbi Gadung Sebagai Pestisida Nabati WBC 230
Proteksi Tanaman Tropika 3(03): Oktober 2020 ISSN : 2685-8193

keracunan, menyebabkan resistensi pada hama Persiapan Penelitian


sehingga dapat menyebabkan ledakan populasi
hama tersebut dimasa akan datang (Dadang & Penyiapan media tanam
Priyono, 2008). Masukkan media tanah ke dalam ember,
Salah satu alternatif untuk menggantikan kemudian siram dengan air supaya media menjadi
pestisida kimiawi yaitu dengan pestisida nabati basah tergenang. Persiapan media tanam ini
yang berbahan dasar dari tumbuhan, memiliki dilakukan seminggu sebelum tanam.
berbagai macam keunggulan yaitu aman terhadap Persiapan tanaman padi
lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada Benih padi siam mutiara direndam di dalam
tanaman, relatif tidak menimbulkan kekebalan air selama ± 24 jam untuk memisahkan benih
terhadap hama dan kompatibel digabungkan yang hampa, kemudian benih dibungkus ke dalam
dengan pengendalian lainnya (Sudarmo, 2005) kain keadaan lembab atau agak basah dan
Tumbuhan yang berpotensi digunakan kemudian dibiarkan selama beberapa hari sampai
sebagai pestisida nabati yaitu gadung (Discorea tunas benih tumbuh. Setelah itu benih disemai
hispida Dennst). Tumbuhan ini mengandung dengan cara ditabur diwadah persemaian yang
senyawa aktif yang bersifat toksik, yaitu telah disiapkan. Pelihara benih tersebut hingga
diosgenin, steroid, saponin, alkaloid dan fenol berumur 25 hari. Setelah itu bibit tanaman padi di
yang mampu mengendalikan ulat dan hama pindahkan ke dalam ember yang telah di siapkan.
pengisap (Sudarmo, 2005). Pestisida nabati yang Pembuatan sungkup
berasal dari ekstrak umbi gadung belum diketahui Sungkup yang digunakan dibuat dari kain
kemampuannya untuk mengendalikan WBC kasa dengan tiang besi setinggi 1 meter dengan
maka perlu adanya penelitian tentang potensi diameter 35 cm. Sungkup digunakan untuk
pestisida dari umbi gadung dalam mengendalikan menutupi tanaman selama penelitian agar wereng
wereng batang coklat. batang coklat tidak keluar (Gambar 1.).

Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Januari-Februari 2020. Bertempat di
Laboratorium Analisis Kimia dan Lingkungan
Industri Jurusan Teknologi Industri Pertanian dan
Rumah Kaca Entomologi Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Penelitian ini menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor
dengan 5 perlakuan, dan pada tiap percobaan
diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 20 Gambar 1. Sungkup yang digunakan dalam
unit satuan percobaan. Percobaan yang diberikan penelitian (Sumber: Dokumentasi
sebagai berikut : Pribadi, 2019)
K : Kontrol (tanpa perlakuan)
P1 : 5% (95 ml air destilata + 5% Perbanyakan wereng batang coklat
Wereng yang digunakan berasal dari hasil
ekstrak umbi gadung)
pemeliharaan dirumah kaca. Apabila populasi
P2 : 7,5% (92,5 ml air destilata + 7,5% nimfa WBC sudah mencapai lebih dari 300 ekor
ekstrak) dan mencapai instar ketiga atau sudah berubah
P3 : 10% (90 ml air destilata + 10% warna kecoklatan maka nimfa siap digunakan
ekstrak) sebagai serangga uji dengan jumlah persatuan
P4 : 12,5% (87,5 ml air destilata + percobaan sebanyak 15 ekor sehingga untuk 4
12,5% ekstrak) kali ulangan dan 5 perlakuan diperlukan 300
ekor.

Yunita Ambar Wati, Samharinto Soedijo dan M. Indar Pramudi : Potensi Ekstrak Umbi Gadung Sebagai Pestisida Nabati WBC 231
Proteksi Tanaman Tropika 3(03): Oktober 2020 ISSN : 2685-8193

Pembuatan ekstrak umbi gadung jam). Data yang dianalisis adalah data
Umbi gadung diambil di lapangan, pengamatan ketujuh (pengamatan terakhir). Data
dibersihkan dan dipotong tipis-tipis, kemudian tersebut adalah mortalitas WBC yang dinyatakan
dikeringkan sampai kering udara agar kadar air dalam persentase (%) dengan rumus yang dipakai
berkurang, kemudian di giling menggunakan (Dono & Rismanto, 2008) :
blender sehingga berbentuk tepung halus. Serbuk
umbi gadung dimaserasi dengan cara merendam P= x 100%
serbuk dengan pelarut organik (etanol 96%)
Keterangan:
selama 3 hari. Maserasi dilakukan dengan
P = Persentase kematian WBC
merendam 1 kg serbuk umbi gadung kedalam 5
A = Jumlah WBC yang mati
liter etanol dan selama maserasi dilakukan
B = Jumlah WBC keseluruhan
pengadukan setiap harinya. Hasil rendaman yang
Sebelum melakukan perhitungan mortalitas
telah didapatkan dipisahkan dari ampasnya,
terlebih dahulu dikoreksi tentang faktor kematian
kemudian diuapkan menggunakan Vacum Rotary
pada kontrol yang dipengaruhi oleh faktor
dan di dapatkan ekstrak murni (Faizah, 2016).
lainnya. Karena terjadi kematian pada kontrol
Hasil dari Rotary Vacum Evaporator
sebesar >5% maka digunakan rumus Abbot
disuspensikan dengan perbandingan ekstrak dan
(Finney, 1971 dalam lestari et al., 2014) :
air destilata yang sesuai dengan konsentrasi yang
akan diuji
Aˈ = x100%
Pelaksanaan Penelitian
Penanaman tanaman padi unit percobaan Keterangan:
Benih padi yang telah disemai sesudah A = % Kematian setelah dikoreksi
(25 hst) dipindah ke dalam ember yang sudah A = % Kematian serangga uji
berisi media tanam, untuk satuan unit percobaan B = % Kematian serangga kontrol
ditanam dengan 3 rumpun padi dalam satuan unit
percobaan sebanyak sehingga keseluruhan Disamping mortalitas juga dihitung LD50
anakannya berjumlah 60 anakan padi untuk dengan menggunakan metode Finney (1952),
semua perlakuan (3 anakan x 20 unit percobaan). Calculation of LD50 or LC50 using Probit
Infestasi wereng batang coklat Analysis. Data yang digunakan adalah data yang
Sebelum diaplikasikan pestisida nabati dari menunjukkan mortalitas WBC 50% dari
ekstrak umbi gadung, terlebih dahulu dilakukan keseluruhan serangga uji sebanyak 60 ekor per
infestasi WBC pada tanaman padi sebanyak 15 perlakuan (4x15).
ekor perunit percobaan, di diamkan selama 3 hari Untuk menentukan hubungan korelasi antara
sebelum aplikasi untuk menghindari serangga uji konsentrasi ekstrak umbi gadung log (sumbu x)
stress. dengan mortalitas WBC nilai probit (sumbu y)
Aplikasi ekstrak umbi gadung dapat dilihat dari hasil grafik LD50, untuk
Ekstrak umbi gadung diaplikasikan sesuai menentukan hubungan korelasi maka dilakukan
perlakuan yang mana dengan mengambil 10 ml dengan metode Sarwono (2006), yaitu sebagai
untuk diaplikasi ketanaman, dengan cara berikut :
disemprotkan pada tanaman padi, pada bagian Tabel 1. Kekuatan hubungan (R2) antara dua
pangkal batang sampai bagian pucuk. Aplikasi variabel
pestisida nabati dari umbi gadung dilakukan Nilai R2 Keterangan
setelah 3 hari setelah WBC diinvestasikan pada 0 Tidak ada korelasi
tanaman padi, kemudian tanaman diberi sungkup antar dua variable
untuk menghindari WBC keluar. ˃ 0 – 0,25 Korelasi sangat lemah
Pengamatan ˃ 0,25 – 0,5 Korelasi cukup
Variabel yang diamati adalah mortalitas ˃ 0,5 – 0,75 Korelasi kuat
WBC. Pengamatan mortalitas dilakukan setiap ˃ 0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat
aplikasi 24 jam, sebanyak 8 kali ( sampai 192 1 Korelasi sempurna

Yunita Ambar Wati, Samharinto Soedijo dan M. Indar Pramudi : Potensi Ekstrak Umbi Gadung Sebagai Pestisida Nabati WBC 232
Proteksi Tanaman Tropika 3(03): Oktober 2020 ISSN : 2685-8193

Analisis Data Hasil uji BNT 5% terlihat ekstrak umbi


Hasil pengamatan diuji kehomogenannya gadung terhadap persentase mortalitas WBC
dengan uji Barlett. Semua data yang diperoleh berbeda sangat nyata, perlakuan P1, P2, P3 dan P4
ternyata telah homogen sehingga dapat berbeda sangat nyata dengan kontrol. Pada
dilanjutkan dengan analisis ragam. Dari hasil perlakuan P1, P2 dan P4 memiliki persentase
analisis ragam menunjukkan berbeda nyata, maka mortalitas tertinggi yaitu 96,67% dibandingkan
dilanjutkan dengan uji LSD 5% yang di analisis dengan P3 persentase mortalitasnya 91,67% tetapi
data hanya mortalitasnya saja. tidak berbeda nyata (Tabel 2).

Hasil dan Pembahasan Tabel 2. Uji BNT terhadap persentase mortalitas


Pada pengamatan mortalitas WBC 24 -192 WBC
jam menunjukkan bahwa perlakuan P4 setelah 24 Perlakuan Persentase Mortalitas
jam pertama memperlihatkan mortalitas paling WBC (%)
tinggi yaitu mencapai 70%. Perlakuan P1 K 8,34 a
mortalitasnya selalu meningkat mulai P1 (5%) 96,67 b
pengamatan 24 jam pertama dan mencapai 100% P2 (7,5%) 96,67 b
hingga pengamatan 120 jam. Pada pengamatan 24 P3 (10,5%) 91,67 b
jam sampai 192 jam terjadi peningkatan terhadap P4 (12,5%) 96,67 b
mortalitas WBC pada semua perlakuan Keterangan: Angka yang diiringi huruf yang sama tidak
(Gambar 2.). berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji
Dari hasil analisis ragam semua perlakuan BNT
menunjukkan pengaruh nyata terhadap mortalitas Uji analisis probit LD50 untuk melihat
WBC. Data menunjukkan bahwa ekstrak umbi hubungan korelasi antara konsentrasi ekstrak
mampu mematikan WBC dengan persentase umbi gadung log10 (sumbu x) dengan mortalitas
mortalitas di atas 90 % setelah 192 jam WBC nilai probit (sumbu y) didapat persamaan y
(Gambar 3.). = 2,4586 + 3,0856 dan didapatkan R2 yaitu
0,4762. Nilai R terletak antara 0-1 yang mana
artinya korelasi cukup (Gambar 4.).
120

24 jam
100 100 100 100
100 96,67 96.67 96,67

90 90 91,67
48 jam
88.67
Persenase Mortalitas WBC (%)

85

80 83,33

80 75
72 jam
70 71.67

65

60 58,33 96 jam

45 46,67
120 jam
40

144 jam

20

168 jam
8,34
5
0 3.33
0
K (Kontrol) P1 (5%) P2 (7,5%) P3 (10%) P4 (12,5%) 192 jam

Gambar 2. Persentase mortalitas WBC 24 -192 jam pengamatan

Yunita Ambar Wati, Samharinto Soedijo dan M. Indar Pramudi : Potensi Ekstrak Umbi Gadung Sebagai Pestisida Nabati WBC 233
Proteksi Tanaman Tropika 3(03): Oktober 2020 ISSN : 2685-8193

120
Persentase Mortalitas WBC

96,67 96,67 96,67


100 91,67

80
(%)

60

40

20 8,34
0
K (Kontrol) P1 (5%) P2 (7,5%) P3 (10%) P4 (12,5%)

Gambar 3. Grafik persentase mortalitas WBC

mematikan WBC sebanyak 71,67%, untuk


mengetahui saat kematian sebelum 24 jam
7,00 (periode pengamatan) dilakukan uji kembali
6,00 dengan waktu pengamatan per 3 jam dan pada
5,00 pengamatan per 3 jam pertama setelah aplikasi
4,00
P1, dan P2, dan P3 kematian mencapai > 90% dan
puncak kematian WBC terjadi pada 3 jam
3,00
y = 2,4586x + 3,0856 pertama setelah aplikasi, dan pada P4 kematian
2,00 R² = 0,4762 selalu meningkat tiap jamnya. Hal ini diduga
1,00 karena senyawa alkaloid dioscorin yang telah
0,00 masuk ke dalam tubuh WBC yang menghasilkan
0,00 0,20 0,40 0,60 Log100,80
Dosis
1,00 1,20 1,40 senyawa HCN telah dapat mengakibatkan
kematian lebih cepat. Bahkan pada uji dengan
periode pengamatan dengan waktu yang lebih
singkat (per 1 jam) diketahui bahwa setelah
aplikasi ekstrak umbi gadung 1 jam pertama pada
Gambar 4. Grafik analisis probit ekstrak umbi P4 kematian WBC mencapai 60%, P2 dan P3
gadung pada WBC dengan perlakuan kematian mencapai 55%, kematian meningkat
(%) 5, 7,5, 10 dan 12,5 setiap jamnya. Pada P2 kematian sudah mencapai
Dari analisis probit menunjukkan konsentrasi 100% pada pengamatan 5 jam dan pada P4
ekstrak umbi gadung yang efektif untuk kematian sudah mencapai 100% pada
mortalitas WBC yaitu dengan konsentrasi pengamatan 4 jam. Kematian setelah 1jam dalam
terendah adalah 4,137 ml, konsentrasi yang penelitian ini adalah kematian tercepat. Hal ini
efektif yaitu 6,050 ml dan konsentrasi tertinggi diduga karena umbi gadung memiliki senyawa
ekstrak umbi gadung adalah 8,850 ml (Tabel 3.). glikosida sianogenik yang membentuk HCN
(asam sianida) yang dapat mengikat oksigen
Tabel 3. Hasil perhitungan analisis probit LD50 untuk mematikan WBC, seperti yang dinyatakan
pekstrak umbi gadung pada WBC
oleh (Djaafar et al., 2009) bahwa umbi gadung
memiliki senyawa glukosida sianogenik
LD/LC LD/LC Taraf Kepercayaan 95% menyebabkan kematian serangga lebih cepat
(%) ml Terendah (ml) Tetinggi dengan konsentrasi yang digunakan, karena
(ml) diduga memiliki toksisitas yang menyebabkan
LD50 6,05 4,137 8,850 terjadinya gangguan sistem saraf didalam tubuh
serangga. Sulfahri (2006), menyatakan bahwa
Mortalitas WBC setelah 24 jam pertama senyawa glikoosida sianogenik dan alkaloid
pengamatan ekstrak umbi gadung telah mampu

Yunita Ambar Wati, Samharinto Soedijo dan M. Indar Pramudi : Potensi Ekstrak Umbi Gadung Sebagai Pestisida Nabati WBC 234
Proteksi Tanaman Tropika 3(03): Oktober 2020 ISSN : 2685-8193

dioscorin pada umbi gadung bersifat racun jika peningkatan konsentrasi yang diberikan tidak
mengenai tubuh serangga, dan senyawa ini masuk menimbulkan perbedaan nyata pada setiap
melalui lubang alami sehingga dapat perlakuan. Selain itu juga faktor dari pada saat
melumpuhkan serangga dengan menghambat pemberian ekstrak umbi gadung ada beberapa
penyerapan pencernaan hingga ke sistem syaraf WBC yang tidak memakan atau menolak
dan serangga akan mengalami kematian dengan tanaman padi sehingga WBC masih mampu
cepat. bertahan dan juga selain itu pada saat aplikasi
Pemberian ekstrak umbi gadung WBC ada yang berada di dinding sungkup dan
menunjukkan pengaruh nyata dalam mematikan pada bagian tanaman bawah daun. Selanjutnya
WBC karena gadung memiliki kandungan kimia faktor lain diduga yaitu akibat dari pelarut etanol
yang berpotensi menimbulkan gangguan yang digunakan untuk membuat ekstrak
metabolisme (anti makan), dioscorin merupakan mempengaruhi kadar HCN. Menurut Tantirawati
senyawa kimia yang menyebabkan kejang, dan (2017), Pelarut metanol tidak sepenuhnya
diosgenin merupakan antifertilitas yang bersifat melarutkan HCN karena tahap awal kerja metanol
racun kontak sehingga menyebabkan gangguan merusak membran sel sehingga menyebabkan isi
syaraf pada hama. Selain itu senyawa lain yang dalam sel seperti HCN tersebut keluar namun
terkandung pada umbi gadung yaitu saponin dan dalam hal ini ketika metanol merusak membran
amilum. Komponen yang memiliki pengaruh sel, metanol terlebih dahulu menguap sebelum isi
buruk pada umbi gadung terhadap serangga yaitu dalam sel keluar sehingga HCN yang terdapat
asam sianida (HCN) yang mana merupakan pada vakuola dan sitoplasma masih terjaga
senyawa yang dapat digunakan sebagai didalam sel dan tidak ikut menguap bersama
insektisida (Glio, 2017). metanol, selain itu sifat yang terdapat pada
Menurut Fajar et al (2006), Umbi gadung metanol sebagai pelarut polar dan non polar.
memiliki bahan aktif dioscorin yang merupakan Karena adanya non polar inilah menjadi salah
racun penyebab kejang, sehingga senyawa ini satu bahwa HCN masih terdapat pada umbi
dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai pengganti gadung sehingga pengapliakasian ekstrak sebagai
pestisida kimia. Dioscorin merupakan suatu pestisida kadar HCN masih dapat diidentifikasi
senyawa aktif yang memiliki sifat pembangkit dan memiliki pengaruh terhadap mortalitas ulat
kejang apabila dikonsumsi oleh manusia dan grayak dan hal ini dapat dibuktikan dengan uji
hewan. Alkaloid dioscorin adalah subtansi yang laboratorium. Pada kontrol mortalitas WBC
bersifat basa dan memiliki atom nitrogen yang hanya 8,34% sangat berbeda nyta dengan yang
lebih dari satu dan memiliki sifat racun diberi perlakuan ekstrak umbi gadung
(Kardinan, 2002). Glokosida saponin yang dikarenakan pada dosis tersebut tidak terdapat
termasuk alkaloid tropan yang mana selain itu kadungan HCN yang dapat menyebabkan
jugadisebut dioscin apabila senyawa glukosida kematian pada WBC, tidak terdapat gangguan
sianogenik terurai maka akan menghasilkan pada sistem syaraf dan pernapasan WBC.
HCN. Bahan aktif ini mempunyai toksisitas Menurut (Dadang & Priyono, 2008)
tinggi yang dapat menggangu sistem syaraf Insektisida nabati dapat dikatakan efektif apabila
(Djaafar, 2009). dapat menyebabkan mortalitas serangga uji ˃
Menurut penelitian (Setiawan, 2015), 80%.
menyatakan bahwa kematian walang sangit WBC yang mengalami kematian tubuhnya
disebabkan kandungan yang ada pada gadung menjadi kaku, tidak bergerak, mengeras dan
yaitu dioscorin (penyebab kejang) dan dioscon kemudian berubah warna menjadi pucat
(penyebab gangguan saraf). kemudian mati dan mengeluarkan cairan (Gambar
Dari hasil pada perlakuan P1, P2 dan P4 5.). Hal ini diduga karena karena senyawa
memiliki persentase mortalitas tertinggi yaitu glikosida sianogenik dal alkaloid dioscorin yang
96,67% dibandingkan dengan P3 persentase masuk ke dalam tubuh WBC yang mana terurai
mortalitasnya 91,67% tetapi tidak berbeda nyata. menjadi HCN sehingga menyebabkan gangguan
Hal ini diduga adanya respon ketahanan pada metabolisme. Sesuai dengan pernyataan
tubuh WBC yang relatif sama, sehingga Tarumingkeng (1992), bahwa penghambat

Yunita Ambar Wati, Samharinto Soedijo dan M. Indar Pramudi : Potensi Ekstrak Umbi Gadung Sebagai Pestisida Nabati WBC 235
Proteksi Tanaman Tropika 3(03): Oktober 2020 ISSN : 2685-8193

metabolisme mengakibatkan serangga mengalami Departemen Proteksi Tanaman. Institut


kelumpuhan alat pernapasan dan mengakibatkan Pertanian Bogor Bogor.
disfungsional pada bagian pencernaan, sehingga
serangga mengalami gejala inaktif (tidak mampu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
makan) dan paralisis (kelumpuhan) kemudian Hortikultura Kalimantan Selatan. 2019.
mati. Data Produktivitas Tanaman Padi.
Banjarbaru Kalimantan Selatan.
Djaafar, T., F.S. Rahayu dan M. Gardjito. 2009.
Pengaruh Blanching dan Waktu
Perendaman dalam Larutan Kapur Terhadap
Kandungan Racun Pada Umbi dan Ceriping
Gadung. Jurnal Teknologi Pertanian.
28(3):192-198.
Gambar 5. WBC yang telah mati akibat ekstrak
umbi gadung Dono, D dan Rismanto. 2008. Aktifikasi Residu
Ekstrak Biji Barringtonia Asiatica (L.)
Pada uji analisis probit LD50 hubungan
Kurz terhadap Larva Crocidolomia
korelasi antara konsentrasi ekstrak umbi gadung
pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae).
log (sumbu x) dengan mortalitas WBC nilai
Jurnal Agrikultura. 19(3):184-189.
probit (sumbu y) di dapat persamaan y = 2,4586 +
3,0856 dan didapatkan nilai keeratan hubungan Faizah, N. 2016. Toksisitas Campuran Ekstrak
(R2) yaitu 0,4762. Nilai R terletak antara 0-1 yang Biji Sirsak (Annona muricata L.) dan Umbi
mana artinya korelasi cukup. Menurut Raharjo Gadung (Dioscorea Hispida Dennst.) Pada
(2017), besarnya nilai koefisien determinasi R2 Mortalitas Larva Nyamuk. Skripsi
hanya antara 0-1. Semakin kecil koefisiens Universitas Jember. Jember.
deteminasi R2 maka pengaruh (X) terhadap (Y)
terikatnya semakin lemah, dan sebaliknya apabila Fajar, Y.S. Sandy, O. Dede, R. Hani SZ.S dan
R2 mendekati 1 maka pengaruh tersebut semakin Indra R. 2006. Gadung Sebagai Obat
kuat. konsentrasi ekstrak umbi gadung yang Pembasmi Hama Pada Tanaman Padi.
efektif untuk mortalitas WBC yaitu dengan PKMK 1-5. Teknologi Institut Pertanian
konsentrasi terendah adalah 4,485 ml, konsentrasi Bogor.
yang efektif yaitu 6,116 ml dan konsentrasi
tertinggi ekstrak umbi gadung adalah 8,339 ml. Finney, D.J. 1952. Probit Analysis (2nd Ed),
Journal of the Institute of Actuaries, 78(3):
Kesimpulan 388-390.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Glio, M.T. 2017. Membuat Pestisida Nabati
dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak umbi Untuk Hidroponik, Akuaponik, Vertikultur
gadung (D. hispida) mampu mematikan wereng dan Sayuran Organik. PT. Agro Media
batang coklat (N. lugens) dengan mortalitas Pustaka. Jakarta.
>70%
Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati. Penebar
Daftar Pustaka Swadaya. Jakarta.
Baehaki, S.E. dan M.J. Mejaya. 2014. Wereng
Lestari, M.S., T. Himawan., A.L. Abadi dan R.
Coklat Sebagai Hama Global Bernilai
Retnowati. 2014. Potensi Ekstrak
Ekonomi Tinggi dan Strategi
(Piperaceae) Sebagai Insektisida Botani
Pengendaliannya. Iptek Tanaman Pangan.
Untuk Pengendalian Hama Plutella
9(1).
xylostella. Sains & Matematika. 3(1).
Dadang dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati;
Nurlian., A. Nugraha., Faris dan Serli. 2016.
Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan.
Makalah Ilmu Hama Tanaman Hama

Yunita Ambar Wati, Samharinto Soedijo dan M. Indar Pramudi : Potensi Ekstrak Umbi Gadung Sebagai Pestisida Nabati WBC 236
Proteksi Tanaman Tropika 3(03): Oktober 2020 ISSN : 2685-8193

Padi.iUniversitasiMuhamadiyah.iKendari.ih
ttps://www.academia.edu/33054910/makala
h_Hama_Tanaman_Padi. (Diakses Pada
Tanggal 12 Desember 2019).
Raharjo, S. 2017. Makna Koefisien Determinasi
(R Square) dalam Analisis Regresi Linier.
http://www.spssindonesia.com./2017/04/ma
kna-koefisien-determinasi-r-square.html.
(Diakses tanggal 24 Juni 2020).
Sarwono, J.2006. Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Setiawan, B. 2015. Budidaya Umbi-Umbian
Padat Nutrisi. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati dan
Pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta.
Sulfahri.2006. Insektisida Dari Umbi Gadung.
http://www.lipi.go.id/www.egi (Diakses
tanggal 17 Maret 2020).
Tantirawati, R. 2018. Uji Efektivitas Ekstrak
Metanol Umbi Tanaman Gadung (Discorea
hispida Dennst). Sebagai Pestisida Nabati
Terhadap Mortalitas Ulat Grayak
(Spodoptera litura) Tanaman Tomat.
Skripsi. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Tarumingkeng, R.C. 1992. Insektisida: Sifat,
Mekanis Kerja dan Dampak Penggunannya.
Kanisius.Yogyakarta.

Yunita Ambar Wati, Samharinto Soedijo dan M. Indar Pramudi : Potensi Ekstrak Umbi Gadung Sebagai Pestisida Nabati WBC 237

Anda mungkin juga menyukai