giving pine leaf extract in controlling teki mudah ditemukan di Indonesia karena
weed and getting the right concentration of Indonesia memiliki iklim tropis. Umbi batang
pine leaf extract in controlling the weed merupakan mekanisme pertahanan yang
(Cyperus rotundus L). The research has ada pada rumput teki, oleh karena itu
been conducted from September to October rumput teki dapat bertahan berbulan-bulan.
2019 in Greenhouse that located in Rumput teki yang termasuk kedalam family
Research Station of Agriculture Faculty, Cyperaceae merupakan tanaman gulma
Brawijaya University, Jatimulyo, Lowokwaru tahunan. Kulit umbi berwarna hitam dan
Regency, Malang, East Java. The tools berwarna putih kemerahan dalamnya, serta
used in this study are polybags, cameras, memiliki bau yang khas. Sejauh ini belum
rulers, stationery, hand sprayers, soil, banyak tersedia informasi ilmiah tentang
compost, erlenmeyer flasks, measuring karakter morfologi dan fisiologi yang
flasks, shakers, filter paper, blenders, berkorelasi tinggi dan sangat berpengaruh
Vacum Rotary Evaporators, analytical terhadap toleransi tanaman terhadap gulma
scales. The materials used in this study (Hidayat dan Fatichin, 2010).
were Pinus merkusii, aquades, weed seed Pada kasus gulma yang
puzzles, well water and 70% acetone. The keberadaannya mudah ditemui, seperti
study was designed in the form of gulma teki, pembasmian tidak hanya tidak
Completely Randomized Design (CRD). praktis, tetapi juga sulit dicapai (Husni,
2017). Oleh karena itu diperlukan metode
Keywords: Bioherbicide, Extract, Pinus pengendalian gulma yang optimal tanpa
Leaf, Teki merusak tanaman budidaya tersebut. Salah
satu pengendalian yang masih jarang
PENDAHULUAN terdengar dan di aplikasikan langsung ialah
pengendalian gulma dengan menggunakan
Gulma ialah tumbuhan yang ekstraksi tanaman yang mengandung
kehadirannya tidak dikehendaki. Istilah lain alelopat. Alelopat ialah salah satu alternatif
yang digunakan untuk gulma ialah tanaman untuk pengendalian gulma karena dapat
liar atau tumbuhan penggangu. Gulma yang dimanfaatkan sebagai bioherbisida (Junaedi
terdapat pada dataran tinggi relative et al., 2006). Alelopat dari tanaman tingkat
berbeda dengan yang tumbuh di dataran tinggi dapat digunakan untuk menekan
rendah (Putrie dan Praman, 2017). pertumbuhan gulma. Metode pemanfaatan
Sebagian gulma juga menjadi tempat hidup alelopat sebagai pengendalian gulma relatif
dan tempat bernaung hama dan penyakit aman dan efektif karena produk yang
tanaman, serta menyumbat saluran air. digunakan merupakan produk alami yang
Secara umum kerugian yang ditimbulkan dapat dengan mudah terurai. Penggunaan
gulma dapat dibagi menjadi dua, yaitu alelopat masih dapat digunakan meskipun
kerugian langsung dan kerugian tidak disimpan dalam wadah penyimpanan dalam
langsung. Kerugian langsung terjadi akibat jangka waktu yang lama. Alelopat dapat
kompetisi yang dapat mengurangi panen. ditemukan pada hampir setiap tanaman
Termasuk di dalamnya ialah penurunan budidaya, bahkan juga pada tanaman liar.
hasil panen, baik secara keseluruhan atau Salah satu tanaman yang mengandung
yang panennya saja dan penurunan kualitas alelokimia ialah pinus. Pinus ialah tanaman
hasil panenan sebagai akibat pencemaran tahunan yang dapat digunakan reboisasi
oleh biji-biji gulma. Sedangkan kerugian dan juga sebagai tanaman pelindung tanah
yang tidak langsung terjadi akibat kompetisi secara ekologis dan sebagai penghasil
yang dapat menimbulkan kerugian tetapi kayu. Pinus merkusii merupakan satu-
tidak secara langsung dari hasil panen, satunya jenis pinus yang asli di Indonesia
seperti gulma dapat menjadi inang bagi (Harahap dan Aswandi, 2006). Pinus
hama dan penyakit tanaman. Salah satu memiliki saluran resin yang dapat
gulma yang selalu ditemukan di lahan ialah menghasilkan suatu metabolit sekunder
Cyperus rotundus L atau yang biasa disebut bersifat alelopati. Alelopat pada resin
dengan gulma teki. Teki ialah gulma yang tersebut termasuk pada kelompok senyawa
365
terpenoid, yaitu monoterpen α-pinene dan laut (mdpl). Alat yang digunakan pada
β-pinene (Sanjaya dan Surakusumah, penelitian ini ialah timbangan analitik,
2007). Senyawa ini diketahui bersifat toksik Vacum Rotary Evaporator, blender, kertas
baik terhadap serangga maupun tumbuhan. saring, shaker, labu takar, labu erlenmeyer,
Selain itu, senyawa tersebut ialah bahan hand sprayer, alat tulis, penggaris, kamera,
utama pada pembuatan terpentin. polybag ukuran 3 kg, dan papan penanda.
Berbagai upaya juga telah dilakukan Bahan yang digunakan pada penelitian ini
untuk memberantas atau mengendalikan ialah daun pinus segar sebagai ekstrak
pertumbuhan gulma. Salah satunya ialah bioherbisida, benih gulma teki sebagai
dengan menggunakan herbisida. Tetapi gulma yang akan di uji, aseton 70% sebagai
penggunaan herbisida sintetis yang pelarut, aquades, dan tanah. Data
berlebihan dapat mengakibatkan pengamatan yang diperoleh dianalisis
pencemaran lingkungan, karena sifatnya dengan menggunakan analisis ragam (uji F)
yang sulit terurai dalam tanah sehingga pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh
meninggalkan residu atau terjadi perlakuan yang diaplikasikan. Apabila
pengendapan bahan toksikan pada medium hasilnya nyata maka akan dilanjutkan
tanah (bioakumulasi) dan pembesaran dengan pengujian BNT pada taraf 5% untuk
kadar bahan toksikan melalui rantai mengetahui perbedaan diantara perlakuan.
makanan (biomagnifikasi). Hal tersebut
dapat membahayakan organisme lain HASIL DAN PEMBAHASAN
terutama manusia sebagai konsumen
terakhir. Oleh karena itu, penggunaan Pengaruh Ekstrak Daun Pinus merkusii
bahan alami alelopati yang di keluarkan Terhadap Pertumbuhan Gulma Teki
oleh tanaman pinus tersebut dapat (Cyperus rotundus L.)
dimanfaatkan sebagai bahan untuk Teki ialah salah satu gulma yang
mengendalikan gulma dan dapat menjadi sering kali menimbulkan masalah serius di
alternatif bioherbisida. Untuk mengkaji lahan budidaya, karena sifatnya yang dapat
adanya potensi tersebut maka dilakukan dengan mudah berkembang biak pada
penelitian yang bertujuan untuk menguji berbagai kondisi lingkungan. Gulma teki
efektivitas daya hambat ekstrak daun pinus mudah beradaptasi dan memiliki daya saing
terhadap gulma teki. Tujuan yang ingin yang kuat dengan gulma dan tanaman lain
dicapai pada penelitian ini ialah mempelajari yang ada disekitarnya. Pengendalian gulma
potensi ekstrak daun Pinus merkusii teki dilakukan dengan menyemprotkan
sebagai bioherbisida terhadap gulma teki ekstrak daun pinus dengan konsentrasi
dan mendapatkan konsentrasi ekstrak daun sebesar 1400 ppm hingga 2800 ppm.
Pinus merkusii yang sesuai untuk dapat Berdasarkan data hasil analisa ragam
menekan pertumbuhan gulma teki. menunjukkan bahwa pemberian perlakuan
Hipotesis pada penelitian ini ialah ekstrak ekstrak daun pinus dengan konsentrasi
daun Pinus merkusii berpotensi menjadi yang berbeda-beda berpengaruh nyata
bahan bioherbisida dalam menekan terhadap pertumbuhan gulma teki.
pertumbuhan gulma teki dan ekstrak daun Perbedaan tersebut terdapat pada jumlah
Pinus merkusii 2800 ppm dapat menekan daun, panjang daun, bobot segar dan bobot
pertumbuhan gulma teki sebesar 50%. kering.
Konsentrasi 2800 ppm (konsentrasi
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ekstrak tertinggi) merupakan perlakuan
yang mampu memberikan pengaruh
Penelitian dilaksanakan pada bulan terhadap pertumbuhan jumlah daun,
September 2019 sampai dengan Oktober panjang daun, bobot segar dan bobot kering
2019 di Greenhouse yang bertempat di dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang
Universitas Brawijaya, Jatimulyo, diberikan mampu meningkatkan persentase
Kecamatan Lowokwaru, Malang pada kematian anakan gulma (Susanti et al.,
ketinggian 525 meter di atas permukaan
366
2014). Persentase jumlah daun gulma teki fenol, terpenoid, dan flavonoid berpotensi
semakin mengalami penurunan ketika menghambat panjang daun yang
konsentrasi ekstrak daun pinus disebabkan adanya penghambatan sintesis
ditingkatkan. Penurunan jumlah daun asam ketoglutarat yang berfungsi sebagai
menunjukkan bahwa semakin tinggi prekusor asam amino, protein, ATP serta
konsentrasi ekstrak maka pengaruhnya merusak benang-benang spindel pada saat
akan semakin terlihat. Semakin rendah metafase, sehingga mengakibatkan
suatu konsentrasi yang mengandung terganggunya pembelahan sel pada
senyawa alelokimia maka akan semakin tanaman melalui aktivitas hormon sitokinin
tidak memberikan sifat yang dapat yang memiliki peran dalam pembelahan sel
menghambat atau menekan pertumbuhan (Pebriani, 2013).
tanaman (Kristanto, 2006). Senyawa Pemberian ekstrak daun pinus
alelopati yang terkandung dalam ekstrak dengan konsentrasi 2600 ppm dan 2800
daun pinus sepeti pinen mampu ppm terbukti memberikan pengaruh yang
mempengaruhi metabolisme sel sehingga nyata pada parameter bobot segar dan
aktivitas dan fungsi sel terganggu. Adanya bobot kering gulma teki. Penurunan bobot
senyawa toksik ini merupakan salah satu membuktikan bahwa proses pertumbuhan
faktor mengapa pemberian ektrak daun mengalami penghambatan. Penghambatan
pinus mampu menurunkan jumlah daun bobot segar dan bobot kering terjadi karena
gulma teki. terganggunya proses penyerapan air dan
Kemampuan ekstrak daun pinus proses fotosintesis. Kerusakan struktur
dalam menghambat bertambahnya jumlah membran sel terjadi karena adanya
daun gulma teki menunjukkan adanya senyawa fenol yang terkandung didalam
potensi kandungan senyawa alelopati yang daun pinus yang telah di ekstraksi. Cara
bekerja. Daun pinus mampu menghasilkan kerja senyawa fenol merusak fosfolipid
metabolit sekunder berupa komponen sehingga mengakibatkan zat-zat penyusun
terpenoid yang beracun bagi tanaman lain sel serta metabolit keluar dari dalam sel.
dan bahkan serangga. Terhambatnya Pada bobot kering gulma teki menunjukkan
jumlah daun gulma teki disebabkan karena adanya perbedaan nyata pada masing-
senyawa alelopati yang terkandung berupa masing konsentrasi. Dari hasil
fenol yang terserap ke dalam umbi. Hal ini penimbangan sampel, perlakuan ekstrak
diperkuat dengan uji kuantitatif laboratorium daun pinus dengan konsentrasi 2800 ppm
Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawaijaya memiliki berat yang lebih rendah
bahwa daun pinus segar mengandung fenol dibandingkan perlakuan tanpa ekstrak. Hal
sebesar 2,018 ± 0,013 %. Fenol ialah salah tersebut dikarenakan menurunnya
satu alelokimia yang bersifat menghambat kemampuan dalam penyerapan air serta
pembelahan sel. Senyawa fenol unsur hara terlarut dan penutupan stomata
menghambat tahap metaphase pada yang diakibatkan oleh adanya senyawa
mitosis. Hambatan ini menyebabkan jumlah fenol yang terkandung didalam ekstrak.
dan ukuran sel terhambat sehingga Proses fotosintesis akan menurun apabila
pertumbuhan jumlah daun ikut terhambat. diikuti dengan penurunan laju pembentukan
Pemberian ekstrak daun pinus dengan bahan organik tanaman sehingga
konsentrasi yang berbeda, berpengaruh berpengaruh pada berat kering tanaman.
nyata terhadap panjang daun gulma teki
pada 1 MSA, 2 MSA, dan 3 MSA. Pengaruh Ekstrak Daun Pinus merkusii
Konsentrasi 2800 ppm merupakan Terhadap Tingkat keracunan Gulma Teki
perlakuan yang mampu memberikan (Cyperus rotundus L.)
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan Respon dari adanya perlakuan
panjang daun gulma teki. Hal ini disebabkan bioherbisida terlihat pada fitotoksisitas yang
karena senyawa alelokimia yang terjadi pada gulma teki.
terkandung pada ekstrak daun pinus seperti
367
Tabel 1 Rerata Pertambahan Jumlah Daun Gulma Teki pada Berbagai Pemberian Ekstrak
Daun Pinus
Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
1 MSA 2 MSA 3 MSA
Tanpa Ekstrak 8,92 c 10,67 d 11,17 e
1400 ppm 8,50 c 9,42 cd 10,08 de
1600 ppm 8,42 bc 9,33 bcd 9,08 cd
1800 ppm 8,33 bc 9,25 bcd 8,58 c
2000 ppm 8,08 bc 9,17 bcd 8,58 c
2200 ppm 7,67 abc 8,83 abc 8,25 c
2400 ppm 7,08 ab 8,92 abc 8,17 bc
2600 ppm 6,67 a 7,83 ab 6,75 ab
2800 ppm 6,42 a 7,42 a 6,33 a
BNT 5% 1,39 1,58 1,49
KK 10,41 10,28 10,18
Keterangan : bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. MSA= Minggu Setelah Aplikasi.
Tabel 2 Rerata Panjang Daun Gulma Teki pada Berbagai Pemberian Ekstrak Daun Pinus
Panjang Daun (cm)
Perlakuan
1 MSA 2 MSA 3 MSA
Tanpa Ekstrak 22,40 e 25,12 d 26,88 d
1400 ppm 21,77 de 24,66 cd 25,33 cd
1600 ppm 21,64 de 23,71 bcd 24,28 bcd
1800 ppm 20,94 cde 23,35 bcd 23,97 bcd
2000 ppm 20,72 bcde 22,82 bcd 23,38 bcd
2200 ppm 18,68 abcd 21,49 abcd 22,51 abc
2400 ppm 17,65 abc 21,03 abc 21,61 abc
2600 ppm 17,52 ab 20,29 ab 20,97 ab
2800 ppm 15,92 a 18,11 a 18,65 a
BNT 5% 3,39 3,85 4,05
KK 10,04 10,06 10,23
Keterangan : bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. MSA= Minggu Setelah Aplikasi.
Menurut Riskitavani dan Purwani (2013), dibuktikan, dimana pada beberapa helai
gejala yang terjadi menandai bahwa sel-sel daun mengalami peningkatan perubahan
yang terdapat pada teki telah mati, bentuk seperti layu hingga mengering pada
sehingga tidak dapat melakukan 1 MSA, 2 MSA, 3 MSA. Gejala keracunan
pembelahan sel serta berpengaruh tersebut terjadi akibat adanya senyawa
terhadap terganggunya fungsi fisiologi. Hal tannin, flavonoid, saponin alkaloid dan
tersebut yang akan menyebabkan teki terpenoid yang terkandung dalam ektrak
menjadi kering, layu dan kemudian mati. daun pinus sehingga mampu memberikan
Namun pada hasil data analisa efek racun pada pada gulma teki sebagai
ragam, perlakuan ekstrak daun pinus gulma sasaran. Seresah daun pinus yang
dengan konsentrasi 2800 ppm memiliki terdapat di atas permukaan tanah mampu
kemampuan paling optimum terhadap mengeluarkan senyawa alelopati yang
tingkat keracunan gulma teki. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman
herba (Senjaya dan Sarakusumah, 2007).
368
Tabel 3 Rerata Bobot Segar dan Bobot Kering Gulma Teki pada Berbagai Pemberian Ekstrak
Daun Pinus pada Umur 30 HST
Tabel 4 Rerata Fitotoksisitas (Tingkat Keracunan) Gulma Teki pada Berbagai Pemberian
Ekstrak Daun Pinus