Anda di halaman 1dari 5

EFEKTIVITAS BIOHERBISIDA EKSTRAK DAUN KETAPANG (Terminalia catappa)

TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI


HERBISIDA KIMIA DALAM UPAYA MENANGGULANGI PENCEMARAN
LINGKUNGAN

BIOGENESIS

DISUSUN OLEH:

FARADILA NUR RAMADHANI (KETUA)

RIZKI AMALIATSANI PUTRI (ANGGOTA 1)

EKA AMELIYA FITRI (ANGGOTA 2)

SMA NAHDLATUL ULAMA 1 GRESIK

2022
I. PENDAHULUAN
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki oleh
manusia. Keberadaan gulma pada area tanaman dapat menimbulkan kerugian baik dari segi
kuantitas maupun kualitas hasil panen. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma adalah
penurunan hasil panen akibat persaingan dalam memperoleh air, unsur hara, tempat hidup,
kualitas hasil panen, menjadi inang hama penyakit, membuat tanaman keracunan akibat
senyawa alelopati. Alelopati sendiri adalah senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman lain yang berada disekitarnya (Mirza et al., 2020).
Para petani Indonesia sudah sejak lama menggunakan beberapa metode untuk
menghilangkan gulma atau menguranginya dari lahan pertanian mereka. Beberapa metode
diantaranya adalah mencabut gulma menggunakan peralatan atau secara manual dengan
tangan, menggunakan herbisida kimia dan membakar gulma yang tumbuh. Pembakaran
gulma merupakan metode yang sangat berisiko untuk merusak lingkungan dan hutan karena
mengakibatkan kebakaran. Penyiangan gulma untuk lahan luas akan membutuhkan banyak
tenaga kerja dan peralatan. Penggunaan herbisida adalah solusi bagi petani untuk lahan yang
sangat luas (Gelyaman et al., 2020).
Pengendalian gulma menggunakan herbisida kimia saat ini lebih diminati karena
keefektivitasannya yang cepat terlihat. Namun penggunaan herbisida kimia misalnya
glifosat, paraquat, dan lain sebagainya jika digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama
akan meempengaruhi kondisi tanah dan menyebabkan lingkungan tercemar (Mirza et al.,
2020). Penggunaan herbisida kimia juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem tanah.
Hal ini karena penguraian herbisida yang sangat lama. Penggunaan herbisida-herbisida
tersebut secara terus-menerus akan membunuh mikroba tanah dan dekomposer lainnya
sehingga menyebabkan tanah tidak subur lagi (Gelyaman et al., 2020).
Oleh karena itu, teknik pengendalian gulma yang ramah lingkungan dapat dilakukan
dengan upaya pemanfaatan gulma melalui senyawa alelokimia yang dihasilkan dari ekstrak
salah satu organ suatu tumbuhan salah satunya adalah daun. Daun pada ketapang Terminalia
catappa) memiliki potensi sebagai bioherbisida. Bioherbisida adalah suatu senyawa yang
dapat digunakan sebagai pengendali gulma dengan menggunakan bahan alami yang dapat
menekan atau bahkan mematikan gulma secara langsung (Mirza et al., 2020).

II. PEMBAHASAN
Herbisida menyumbang setengah dari semua produk kimia yang diterapkan di bidang
pertanian. Mereka sering diterapkan secara langsung ke file tanah. Herbisida yang
mengandung glifosat dapat mencemari tanah dan di sekitar area tanam. Glifosat terabsorbsi
ke tanah liat dan bahan organik, memperlambat degradasinya oleh mikroorganisme tanah
dan menyebabkan akumulasi di tanah seiring waktu. Selain itu herbisida juga dapat
menyebabkan masalah kesehatan bahkan dapat meracuni manusia yang melakukan
penyemprotan herbisida (Aditiya, 2021).
Herbisida dapat masuk ke dalam jaringan tumbuhan selain melalui penyerapan oleh
akar tanaman, juga dapat masuk ketika stomata terbuka. Herbisida kimia juga memiliki
risiko diantaranya yaitu dapat merusak atau mematikan tanaman yang bukan sasaran, dapat
memengaruhi proses fisiologis bagi hewan, dan keracunan bagi hewan yang memakan
tumbuhan tersebut. Penggunaan herbisida kimia juga dapat membunuh mikroorganisme
menguntungkan yang membantu dalam melakukan penyerangan terhadap mikroorganisme
penyebab penyakit pada tumbuhan sehingga mengganggu keseimbangan patogen dan
mikroorganisme menguntungkan (Aditiya, 2021).

III. SOLUSI
Ekstrak daun ketapang dapat digunakan sebagai bioherbisida karena daun ketapang
menghasilkan beberapa zat yang secara langsung dapat mematikan atau menghambat
tumbuhnya gulma (Mirza et al., 2020). Ketapang merupakan tanaman yang mempunyai
banyak fungsi. Saat ini habitat tanaman ketapang sangat banyak dijumpai tumbuh pada
daerah tropis hingga daerah yang memiliki ketinggian 800 mdpl. Ketapang memiliki
kandungan senyawa obat seperti flavonoid, alkaloid, tanin, steroid, dan saponin (Berlina,
2018).
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling
banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid di dalam tubuh berfungsi sebagai
antioksidan, sedangkan flavonoid di dalam jaringan tumbuhan berperan dalam proses
penghambatan pertumbuhan, yaitu berperan sebagai penghambat kuat terhadap IAA-
Oksidase (Berlina, 2018). Penghambatan ini memiliki serangkaian proses kompleks yang
melalui beberapa aktivitas metabolisme yang meliputi pengaturan pertumbuhan melalui
gangguan pada zat pengatur tumbuh, pengambilan hara, fotosintesis, respirasi, pembukaan
stomata, sintesis protein, penimbunan karbon, dan sintesis pigmen (Mirza et al., 2020).
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan hijau, seperti pada: akar, daun, kulit kayu,
benang sari, bunga, buah dan biji buah (Berlina, 2018).
Mekanisme kerja bioherbisida pada tumbuhan yaitu dengan cara menekan atau
membunuh gulma tertentu saja dan tidak memengaruhi tanaman berbeda yang tumbuh
disekitar gulma. Bioherbisida masuk melalui stomata pada epidermis daun, kemudian
menyebar ke seluruh jaringan tumbuhan melalui pembuluh. Pada tumbuhan senyawa
alelopati dapat ditemukan di seluruh bagian tanaman, tetapi tempat penyimpanan terbesar
senyawa ini biasanya berlokasi di akar dan daun (Berlina, 2018).

IV. KESIMPULAN
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki oleh
manusia. Keberadaan gulma pada area tanaman dapat menimbulkan kerugian baik dari segi
kuantitas maupun kualitas hasil panen. Jadi penulis menggunakan ekstrak daun ketapang
sebagai bahan bioherbisida karena mengandung senyawa-senyawa yang dapat menekan
pertumbuhan gulma, salah satunya adalah flavonoid. Flavonoid berperan sebagai
penghambat kuat terhadap IAA-Oksidase. Dalam penggunaannya Bioherbisida lebih ramah
lingkungan jika dibandingkan dengan herbisida kimia yang dapat mencemari lingkungan
dan efektif dalam membunuh mikroorganisme yang merugikan bagi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, D. R. 2021. Herbisida : Risiko terhadap Lingkungan dan Efek Menguntungkan. Sainteknol,
19(1).

Berlina, L. 2018. Potensi Bioherbisida Estrak Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) Terhadap
Gulma Kalamenta (Leersia hexandra L.). Skripsi: Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.

Cahayani, F. I. 2019. Potensi Ekstrak Daun Suren (Toona sureni Merr.) Sebagai Bioherbisida
Terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) Dan Bayam Duri
(Amaranthus spinosus L.). Skripsi: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Gelyaman, G. D., Y. G. Naisumu, dan A. Rusae. 2020. Aplikasi Herbisida Ramah Lingkungan di
Desa Kiusili Kecamatan Bikomi Selatan Kabupaten Timor Tengah Utara. Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 3(1).

Mirza, M. A., Sopialena, dan R. Yuliati. 2021. Pengujian Efektivitas Bioherbisida Ekstrak Daun
Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Teki (Cyperus
rotundus L.). Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab, 3(1): 66-71.

Anda mungkin juga menyukai