Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper sp.)


TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans

Adi Gunawan1), Eriawati2) dan Zuraidah3)


1,2,3)
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry
Email: adibarieh@gmail.com

ABSTRAK

Daun sirih (Piperaceae) memiliki kemampuan antiseptik dan antifungi yang sudah lama dikenal oleh
masyarakat. Ekstrak daun sirih sudah banyak dilaporkan sebagai agen anti fungi seperti jamur
Candida albican. Jamur Candida albicans merupakan flora normal tubuh manusia yang
menyebabkan penyakit kandidiasis. Penelitian ini menggunakan ekstrak tiga jenis daun sirih yaitu
daun sirih hijau (Piper betle L.), daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav), dan daun sirih hutan
(Piper aduncum L.) untuk menghambat pertumbuhan dari jamur Candida albicans yang dilakukan
secara in vitro. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih tersebut
terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram,
dan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat kali pengulangan.
Pengumpulan data dengan cara mengukur zona bening yang terbentuk pada setiap perlakuan. Rataan
hasil pengukuran sirih merah=28,7, sirih hutan=13,00, sirih merah=15,46, K+=34,92, dan K-=0. Hasil
analisis Ansira adalah Fhitung= 49,72 > Ftabel=3,01 pada taraf signifikan α = 0,05 (5%) dengan DK V1=
4 dan V2= 16. Hasil Uji Beda Jarak Duncan menunjukkan bahwa setiap perlakuan memberi pengaruh
yang sangat nyata dalam menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Dengan demikian
terbukti bahwa ekstrak daun sirih (Piper sp.) mempengaruhi pertumbuhan jamur Candida albicans.

Kata Kunci: Ekstrak Daun Sirih, Zona Bening, Candida albicans

PENDAHULUAN
enggunaan bahan alami sebagai zat (Mona, 2010) dan juga sebagai zat antimikroba
penghambat merupakan suatu langkah atau penghambat pertumbuhan mikroba dan
untuk back to nature berupa juga digunakan sebagai bahan utama atau bahan
pemanfaatan bahan alami untuk kebutuhan pokok dalam pembuatan obat herbal.
hidup. Bahan alami yang digunakan berupa Sundari dan Winarno melaporkan bahwa
ekstrak beberapa jenis sirih yaitu ekstrak daun daun sirih merupakan salah satu bahan alami
sirih hijau (Piper betle L.), ekstrak sirih merah yang mengandung 13 zat yang dapat mengobati
(Piper crocatum Ruiz & Pav.), dan ekstrak sirih keputihan. Daun sirih mengandung minyak
hutan atau daun seserehan (Piper aduncum L.). atsiri yang komponen penyusunnya merupakan
Daun sirih secara tradisional sudah senyawa fenol yang mampu menjadi senyawa
digunakan dan diketahui khasiatnya sejak anti bakterisidal, fungisidal, maupun germisidal
zaman dahulu sebagai tanaman obat dalam (Achmad, 2009). Minyak atsiri dan esktrak
kebutuhan sehari-hari. Sirih merupakan etanol daun sirih dilaporkan mempunyai
tumbuhan herbal yang mudah ditemukan di aktifitas anti cendawan terhadap Candida
rumah-rumah masyarakat karena mudah albicans (Eni, 2008). Dengan demikian, maka
dikembangbiakkan. Berdasarkan hasil penelitian daun sirih dapat dijadikan arternatif dalam
sebelumnya, daun sirih berfungsi untuk pengobatan untuk penyakit yang disebabkan
mengobati sariawan dan keputihan, bahkan oleh Candida albican. Penggunaan ekstrak daun
sering digunakan untuk obat kumur (Nurul, sirih (Piper betle L.) dengan kosentrasi 80% dan
2010), atau antiseptik sebagai penyembuh luka 100% terbukti sangat mempengaruhi
bakar karena mengandung senyawa saponin pertumbuhan Candida albicans (Nurul, 2010).

368
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih (Piper sp)... 369

Selama ini belum ada penelitian tentang K + = kontrol (dengan ketokonazol 2%)
penggunaan daun sirih hutan (Piper aduncum P1 = ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)
L.) terhadap isolat Candida albicans, tetapi P2 = ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum
sudah dilakukan terhadap isolat jamur Ruiz & Pav)
3
Trichophyton mentagrophytes. Djaenudin P = ekstrak daun sirih hutan (Piper aduncum
melaporkan bahwa penggunaan ekstrak etanol L.)
daun sirih hutan (Piper aduncum L.) dengan
konsentrasi 0,8% dan 1% tidak terdapat Prosedur Pelaksanaan Penelitian
pertumbuhan koloni jamur Trichophyton Metode penelitian yang digunakan pada
mentagrophytes (Djaenudin, 2009). penelitian ini adalah metode difusi cakram dan
Candida albicans tumbuh sebagai mikro dengan menggunakan rancangan acak lengkap
flora normal tubuh manusia pada saluran (RAL). Tahap penelitian ini dibagi menjadi 4
pencernaan, saluran pernafasan dan saluran tahap yaitu :
genital wanita (Nurul, 2010). Dan juga sering
ditemukan di dalam rongga mulut orang sehat, Isolasi Jamur Candida albicans.
saluran cerna, saluran nafas bagian atas, mukosa Isolasi jamur Candida albicans dilakukan
vagina, dan di bawah kuku sebagai saprofit untuk proses peremajaan, dan untuk
tanpa menyebabkan penyakit. Tetapi bila terjadi mendapatkan stok tambahan isolat jamur.
perubahan fisiologi atau penurunan kekebalan Pembuatan stok jamur Candida albicans
tubuh maka Candida albicans akan bersifat dilakukan dengan menginokulasikan pada
patogen, timbullah infeksi yang disebut dengan media Medium Sabouraud Dextrosa Agar
kandidiasis (Inge, 2008). Kandidiasis adalah (SDA) dalam petridist kemudian diinkubasi
penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut pada suhu 37o C selama 3 hari dalam inkubator
yang disebabkan oleh Candida albican, dan (Eni, 2008).
dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku,
bronkus, dan paru, dapat menyerang manusia Pembuatan Ekstrak Daun Sirih.
pada semua tingkat umur baik laki-laki maupun Pembuatan ekstrak bermacam daun sirih
perempuan (Ahdi, 2007). dengan konsentrasi 100 % dari 100 g daun sirih
Dari latar belakang di atas, maka segar, yang telah dicuci dengan air mengalir dan
penelitian ini dilakukan untuk membuktikan dipotong-potong, lalu ditambahkan 100 ml
pengaruh pemberian ekstrak beberapa jenis akuades serta dihaluskan dengan blender.
daun sirih terhadap pertumbuhan Candida Ekstrak kasar ini disaring dengan menggunakan
albicans. dua lapis kain kasa dan saringan. Ekstrak yang
sudah di dapat disaring kembali dengan
METODE PENELITIAN menggunakan kertas saring. Ekstrak daun sirih
Rancangan Penelitian 100% kemudian diencerkan menjadi 80% dan
Rancangan penelitian ini adalah penelitian disterilkan di autoklave.
eksperimen dengan menggunakan metode difusi
cakram (Dian, 2011). Peneliti melaksanakan Pembuatan Media Pertumbuhan.
penelitian dengan menggunakan rancangan acak Media pertumbuhan yang digunakan yaitu
lengkap (Kemas, 2012) yang terdiri dari 5 medium sintetik SDA. Pembuatan media
perlakuan dan 4 ulangan, sehingga diperoleh 20 dilakukan berdasarkan petunjuk pembuatan
unit penelitian (Dian, 2011). Perlakuan yang pada botol media yaitu dengan 65 g serbuk
diberikan adalah ekstrak daun dari beberapa SDA dalam 1 liter air/ 1000 ml.
jenis sirih (P) pada konsentrasi 80% (Nurul,
2010) sebagai berikut :
K - = kontrol (dengan akuades)
370 Adi Gunawan, dkk.

Penanaman Isolat pada Media SDA cakram. Setelah itu, diinkubasi selama 3 hari
Suspensi jamur Candida albican dioleskan pada suhu 37 0C, dan diamati pertumbuhannya
secara merata pada permukaan media SDA yang serta zona bening yang terbentuk. Kemudian
sudah padat sebanyak 50 µl dengan dilakukan pengukuran dengan menggunakan rol
menggunakan batang L steril hingga kering. atau jangka sorong.
Kertas cakram direndam pada masing-masing
ekstrak sirih. Kertas cakram dibuat dari kertas HASIL DAN PEMBAHASAN
saring dengan cara mengguntingnya dengan alat Pengaruh pemberian ekstrak daun sirih
pemotong kertas sehingga didapatkan kertas (Piper sp.) terhadap pertumbuhan jamur
cakram yang bulat. Kemudian kertas cakram Candida albicans dilihat dengan mengukur zona
ditiriskan sesaat di bagian pinggir petridist yang bening yang terbentuk dari setiap ekstrak daun
steril lalu di letakkan di bagian tengah media sirih. Daya hambat yang dihasilkan tergantung
SDA yang sudah berisi isolat Candida albicans. dari ekstrak yang diberikan dan juga
Perlakuan tersebut dilakukan pada masing- konsentrasinya. Dengan melakukan dua kali
masing ekstrak daun sirih dengan 4 kali ulangan pengenceran pada ekstrak daun sirih dari 80%
dan pada masing-masing pengenceran. Kontrol terbukti bahwa semakin pekat ekstraknya maka
positif menggunakan Ketokonazol 2% pada semakin besar pula daya hambat yang
kertas cakram. Sedangkan kontrol negatif dihasilkan, hal ini seperti yang terlihat pada
dengan menggunakan akuades steril pada kertas Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3.

Gambar 1. Zona hambat yang Terbentuk dengan Penggunaan Ekstrak Daun Sirih Hijau.
Keterangan: (P1) Pengenceran pertama, (P2) Pengenceran kedua.

Gambar 2. Zona Hambat yang Terbentuk dengan Penggunaan Ekstrak Daun Sirih Merah.
Keterangan: (P1) pengenceran pertama, (P2) Pengenceran kedua.

Gambar 3. Zona Hambat yang Terbentuk dengan Penggunaan Ekstrak Daun Sirih Hutan.
Keterangan: (P1) Pengenceran pertama, (P2) Pengenceran kedua.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih (Piper sp)... 371

Gambar diatas menunjukkan bahwa (P2). Dari ketiga ekstrak sirih yang digunakan
penggunaan ekstrak daun sirih 80% zona bening terlihat bahwa ekstrak sirih hijau memiliki zona
yang terbentuk lebih besar dan begitu juga pada hambat yang lebih besar dibandingkan dengan
pengenceran pertama (P1) zona bening yang ekstrak sirih merah dan esktrak sirih hutan.
terbentuk lebih besar dari pengenceran dua kali

Gambar 4. Zona Hambat yang Terbentuk Gambar 5. Zona Hambat yang Terbentuk
dengan Menggunakan Ketokonazol dengan Menggunakan Akuades.
2%.

Penggunaan ketokonazol 2% membentuk Daya hambat ini diukur dengan melihat


zona bening yang lebih besar dari semua diameter zona bening yang terbentuk yang
perlakuan. Sedangkan pada Gambar 5 dengan diukur dengan menggunakan jangka sorong, dan
menggunakan akuades sebagai kontrol negatif data hasil pengukuran diameter hambat dari
(K-) tidak terlihat adanya zona hambat. masing-masing perlakuan (Tabel 1).

Tabel 1. Data Hasil Diameter Zona Bening yang Terbentuk Dari Masing-Masing Perlakuan.
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rataan
I (mm) II (mm) III (mm) IV (mm)
Sirih Hijau (P1) 26,5 33,8 24,35 30,2 114,85 28,71
Sirih Hutan (P2) 13,9 16,95 10,05 11,125 52,03 13,00
Sirih Merah (P3) 19,95 10,15 16,525 15,225 61,85 15,46
K+ 41,95 31,7 37,8 28,225 139,67 34,92
K- 0 0 0 0 0 0
Jumlah 102,3 92,6 88,725 84,775 368,4 92,1

Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu kuat jika menghasilkan diameter zona
adalah daya hambat pertumbuhan Candida hambat lebih dari 8 mm, aktivitas sedang jika
albicans pada media tumbuh yang diberikan menghasilkan diameter zona hambat 7-8 mm,
beberapa ekstrak daun sirih. Dari hasil dan aktivitas lemah jika memiliki diameter zona
pengukuran, rataan zona hambat yang paling hambat kurang dari 7 mm (Siti, 2010). Oleh
besar terdapat pada sirih hijau (P1) dengan karena itu maka hasil pengamatan zona bening
28,71 mm, kemudian diikuti oleh ekstrak daun yang terbentuk menunjukkan bahwa ekstrak
sirih merah (P2) dengan rataan 15,46 mm daun sirih hijau, sirih merah dan sirih hutan
selanjutnya sirih hutan (P3) dengan rataan 13,01 mempunyai aktivitas antijamur yang kuat
mm seperti yang terlihat pada Tabel 1. Namun karena diameter zona hambatnya lebih dari 8
dengan menggunakan ketokonazol 2% zona mm. Data daya hambat dari ekstrak daun sirih
bening yang terbentuk lebih besar dengan rataan selanjutnya dianalisis sesuai dengan analisis
34,92 dibandingkan dengan perlakuan lainnya. data.
Menurut Elganjar dalam Siti Ngaisah Penelitian ini menggunakan rancangan
kekuatan antibakteri digolongkan menjadi 3 acak lengkap (RAL) yang akan dianalisis
372 Adi Gunawan, dkk.

dengan menggunakan analisis sidik ragam. dilakukan Uji Beda Jarak Nyata Duncan pada
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dan taraf 5%. Data hasil analisis sidik ragam (Tabel
koefisien keragaman (KK) selanjutnya 2).

Tabel 2. Tabel Analisis Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih terhadap
Pertumbuhan Jamur Candida albicans.
Jenis Sirih Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Ftabel 5% Ftabel 1%

Perlakuan 4 3021,99 755,4962 49,7232** 3,01 4,77


Galat 16 243,105 15,19404
Total 20 3265,09
Keterangan : ** = sangat berbeda nyata

Hasil perhitungan analisis sidik ragam melihat efek setiap perlakuan digunakan Uji
adalah Fhitung= 49,72 apabila dibandingkan Beda Jarak Nyata Duncan dengan taraf 5%,
dengan daftar distribusi F. Harga ini adalah hasil perhitungannya adalah masing masing
lebih besar dibandingkan dengan Ftabel= dengan perlakuan terdapat perbedaan yang nyata seperti
taraf signifikan α = 0,05 (5%) dengan DK yang ditunjukkan dalam Tabel 3.
pembilang V1= 4 dan DK penyebut V2= 16 atau
Ftabel= 0,05= 3,01. Dengan demikian terbukti Tabel 3. Tabel Hasil Uji Beda Jarak Nyata
bahwa Fhitung > Ftabel. Hal ini menunjukkan Duncan.
bahwa terdapat pengaruh ekstrak daun sirih PERLAKUAN x ± SD
terhadap daya hambat pertumbuhan jamur Sirih Hijau 28,71 c ± 33,27
Candida albicans. Pada hasil pengukuran zona Sirih Hutan 13,00 b ± 15,19
bening maka terlihat bahwa kemampuan Sirih Merah 15,46 b ± 18,17
menghambat pertumbuhan jamur Candida K+ 34,92 d ± 40,64
-
albicans yang besar terdapat pada penggunaan K 0a±0
ekstrak daun sirih hijau. Selanjutnya untuk

Gambar 6. Grafik Rataan Zona Bening yang Terbentuk dari Masing-Masing Perlakuan.

Keterangan:
P1 = Ekstrak daun sirih Hijau
P2 = Ekstrak daun sirih Merah
P3 = Ekstrak daun sirih Hutan
K+ = Ketokonazol 2%
K- = Akuades
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih (Piper sp)... 373

Berdasarkan Uji Beda Jarak Nyata Duncan terkandung di dalam masing-masing jenis sirih
menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih merah itu berbeda dari unsurnya dan juga kosentrasi
dan ekstrak daun sirih hutan tidak berbeda yang ada pada daun sirih tersebut. Zat-zat
dalam menghambat pertumbuhan jamur antimikroba tersebut berupa minyak atsiri, fenil
Candida albicans. Sedangkan ekstrak daun sirih propane, klavikol, flavanoid, tanin dan senyawa
hijau menunjukan pengaruh yang sangat terpenoid yaitu monoterpen dan seskuiterpen,
berbeda sangat nyata antara perlakuan yang lain. zat aktif inilah yang menjadi zat anti fungi yang
Grafik diatas menunjukkan bahwa setiap menghambat pertumbuhan Candida albicans.
perlakuan memberi pengaruh yang berbeda Selain itu dapat juga dipengaruhi oleh daun sirih
terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. itu sendiri seperti asal tanaman, letak geografis,
Ekstrak daun sirih mempunyai umur tanaman dan proses ekstraksi (Eni, 2008).
kemampuan yang berbeda dalam menghambat Sehingga untuk mendapatkan hasil yang optimal
pertumbuhan jamur Candida albicans perlu adanya standarisasi bahan baku sebelum
tergantung dari jenis sirih, kandungan dari daun dilakukan ekstraksi.
sirih dan konsentrasi yang digunakan. Pada Kandungan yang paling berpengaruh
penelitian ini menggunakan ekstrak dari tiga sebagai senyawa yang bersifat anti fungi yang
jenis daun sirih yaitu sirih hijau (Piper betle L.), terkandung dalam daun sirih segar yaitu fenil
sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) dan propane (senyawa fenolik) (Nurul, 2010).
sirih hutan (Piper aduncum L.). Penggunaan Senyawa tersebut dapat menyebabkan
ekstrak sirih yang berbeda jenis maka denaturasi protein yaitu kerusakan struktur
kemampuan dalam menghambat pertumbuhan tersier protein penyusun dinding sel jamur
jamur akan berbeda pula, disebabkan sehingga akan mengakibatkan kelemahan fungsi
kandungan dari masing-masing ekstrak daun protein dinding sel. Selain itu senyawa kavikol
sirih tersebut berbeda. Hal ini dapat diamati dan kavibetol yang merupakan turunan dari
pada Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3. fenol yang mempunyai daya anti bakteri lima
Penggunaan ekstrak daun sirih hijau kali lipat dari fenol biasa (Ditha, 2013). Hal ini
dengan kosentrasi 80% membentuk zona bening juga seperti yang dilaporkan oleh Achmad
yang lebih besar di bandingkan dengan bahwa senyawa fenol mampu memutuskan
penggunaan ekstrak yang sudah diencerkan ikatan silang (cross linkage) peptidoglikan
yaitu dengan pengenceran pertama (P1) dan dalam usahanya menerobos dinding sel jamur
pengenceran kedua (P2) (Gambar 1). Begitu (Achmad, 2009). Protein merupakan senyawa
juga dengan penggunaan ekstrak daun sirih yang berperan dalam seluruh kegiatan
merah dan ekstrak sirih hutan pada kosentrasi mekanisme fisiologi dari jamur Candida
80 % membentuk zona bening yang lebih besar albicans (Eni, 2008). Terdenaturasinya protein
(Gambar 2 dan Gambar 3). Hal ini menunjukan dinding sel jamur tersebut akan menyebabakan
bahwa semakin besar kosentrasi ekstrak yang kerapuhan dari dinding sel, sehingga akan
digunakan semakin banyak pula zat aktif yang mudah terlewati zat-zat aktif lainnya yang
terkandung di dalamnya. Sehingga bersifat anti fungi.
mempengaruhi besarnya zona bening yang Perbedaan konsentrasi dari senyawa fenol
terbentuk dari setiap konsentrasi ekstrak. yang terkandung di dalam daun sirih juga
Pembentukan zona bening yang paling menjadi faktor besar kecilnya zona bening yang
besar terlihat pada penggunaan ekstrak daun akan dibentuk, seperti yang dilaporkan oleh
sirih hijau (Gambar 1) dibandingkan dengan Achmad bahwa semakin banyak fenol maka
penggunaan ekstrak daun sirih merah dan sirih aktifitas aktioksidan akan semakin meningkat
hutan. Pembentukan zona bening yang berbeda (Achmad, 2009). Dengan demikian maka
dari tiap ekstrak daun sirih yang digunakan semakin banyak senyawa fenol yang terkandung
karena kandungan dari zat antimikroba yang di dalam daun sirih maka akan semakin banyak
374 Adi Gunawan, dkk.

dinding sel yang akan dirusak, sehingga daun sirih hijau (Piper betle L.) sebesar 28,71
menyebabkan pertumbuhan jamur menjadi mm, ekstrak daun sirih hutan (Piper aduncum
lambat dan mati. Sel jamur yang mati akan L.) sebesar 13,00 mm, dan ekstrak daun sirih
membentuk zona bening pada media merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) sebesar 15,
pertumuhan. Oleh karena itu sirih hijau 46 mm (Tabel 1), dengan demikian bahwa zona
mengandung lebih banyak senyawa fenol dari bening yang terbentuk dengan menggunakan
ekstrak daun sirih merah dan hutan yang dilihat ekstrak daun sirih hijau lebih besar dalam
berdasarkan besarnya zona bening yang menghambat pertumbuhan jamur Candida
terbentuk. albicans. Walaupun dengan penggunaan kontrol
Aktivitas flavanoid kemungkinan positif (ketokonazol 2%) lebih besar zona
disebabkan oleh kemampuannya untuk hambat yang terbentuk dari penggunaan ekstrak
mengganggu pembentukan peseudohifa selama daun sirih hijau yaitu sebesar 34,92 mm (Tabel
proses perkembangan (Eni, 2008), membentuk 1), hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan penggunaan ekstrak daun sirih lebih optimal
terlarut, dan dengan dinding sel sehingga dalam menghambat pertumbuhan jamur
menyebabkan terjadinya denaturasi protein Candida albicans karena kandungan dari
dinding sel yang akhirnya akan menyebabkan ekstrak daun sirih hijau tersebut. Sehingga perlu
kerapuhan dinding sel. Flavonoid diketahui dilakukan lagi penelitian lebih lanjut terhadap
telah disintesis oleh tanaman dalam responsnya kandungan senyawa penyusun ekstrak daun
terhadap infeksi mikroba sehingga tidak sirih hijau (Piper betle L.).
mengherankan kalau efektif secara in vitro Pengujian ekstrak daun sirih digunakan
terhadap sejumlah mikroorganisme. Walaupun dua macam kontrol yaitu kontrol positif
demikian, belum diketahui senyawa dominan (ketokonazol 2%) dan kontrol negatif
yang berfungsi sebagai anti kapang atau khamir menggunkan akuades. Penggunaan ketokonazol
yang tedapat pada daun sirih. 2% bertujuan sebagai pembanding terhadap
Tanin yang terkandung dalam daun sirih daya hambat ekstrak daun sirih pada cendawan
menjadi zat antifungi dengan cara menghambat uji (Gambar 4). Walaupun zona hambat yang
kerja enzim-enzim termasuk enzim katalase pada ekstrak daun sirih hijau dengan rataan zona
(Nurul, 2010). Dengan terhambatnya kerja hambat 28,71 mm lebih kecil dari ketokonazol
enzim maka kegiatan metabolisme dan fisiologi 2% dengan rataan zona hambat sebesar 34,92
sel akan terganggu sehingga proses reproduksi mm, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa
pun akan terhambat. Apabila yang dihambat penggunaan ekstrak daun sirih dengan
yaitu enzim pembentuk ergosterol maka sel kosentrasi 80% lebih potimal dalam
fungi tidak dapat mensintesis ergosterol yang menghambat pertumbuhan Candida albicans.
mengakibatkan pembentukan membran plasma Karena ketokonazol 2% merupakan krim yang
sel tidak terbentuk dengan sempurna dan mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai
fungsinya pun akan tergangu (Nurul, 2010). anti cendawan sebanyak 2%, sedangkan 25%
Penggunaan ekstrak daun sirih sebagai zat dalam ekstrak daun sirih hijau masih berupa
hambat pada penelitian ini dengan campuran senyawa yang tidak semua berfungsi
menggunakan metode difusi cakram. Hasil yang sebagai anti cendawan. Sehingga dapat
didapat yaitu zona bening yang terbentuk pada dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap
masing-masing perlakuan dan ulanganya seperti senyawa aktif murni yang terkandung dalam
yang disajikan dalam Tabel 1. Data hasil zona ekstrak daun sirih hijau yang berfungsi sebagai
bening yang terbentuk memperlihatkan bahwa anti cendawan.
ketiga jenis sirih dapat menghambat Sedangkan penggunaan akuades
pertumbuhan jamur Candida albicans dengan berdasarkan sifatnya tidak berpotensi menjadi
zona hambat yang relatif besar yaitu ekstrak agen anti jamur sehingga tidak mempengaruhi
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih (Piper sp)... 375

pertumbuhan dari jamur Candida albicans menunjukkan perbedaan yang sangat nyata.
(Gambar 5). Seperti yang terlihat pada Gambar Tetapi ekstrak daun sirih merah dan ekstrak
5 bahwa penggunaan kontrol negatif tidak daun sirih hutan disetiap perlakuan adanya
membentuk zona bening, dalam pengertian perbedaan yang nyata antara setiap perlakuan.
penggunaan akuades tidak dapat menghambat Hal ini menunjukkan bahwa setiap perlakuan
pertumbuhan dari jamur Candida albicans. memberi pengaruh yang sangat berbeda
Data hasil zona bening yang terbentuk terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.
kemudian dianalisis dengan menggunakan Hasil penelitian ini memberikan informasi
Analisis Sidik Ragam (Ansira), dan kemudian bahwa penggunaan ekstrak daun sirih hijau
diuji lanjut dengan mengunnakan Uji Beda (Piper betle L.) dapat menghambat
Jarak Nyata Duncan dengan taraf 5%. Data pertumbuhan jamur Candida albicans yang
Tabel 2 bahwa nilai Fhitung sebesar 49,72 dan merupakan agen utama penyebab keputihan
nilai Ftabel pada taraf 5 % sebesar 3,01. Hal ini (kandidiasis) sehingga ekstrak daun sirih hijau
menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar (Piper betle L.) bisa dijadikan pencegahan
daripada nilai Ftabel, dengan demikian bahwa untuk penyebaran atau infeksi oleh Candida
terdapat pengaruh ekstrak daun sirih terhadap albicans.
pertumbuhan jamur Candida albicans. Hal
tersebut menyatakan bahwa ekstrak daun sirih KESIMPULAN
hijau (Piper betle L.), ekstrak daun sirih merah Pemberian ekstrak daun sirih hijau (Piper
(Piper crocatum Ruiz & Pav) dan ekstrak daun betle L.) membentuk zona bening 28.71 mm,
sirih hutan (Piper aduncum L.) dapat daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)
mempengaruhi pertumbuhan jamur Candida membentuk zona bening 15,46 mm, dan daun
albicans. sirih hutan (Piper aduncum L.) membentuk
Selanjutnya hasil analisis Uji Beda Jarak zona bening 13.00 mm sehingga memberi
Nyata Duncan dengan taraf 5% pada Tabel 3, pengaruh dalam menghambat pertumbuhan
menunjukkan bahwa setiap perlakuan jamur Candida albicans.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, dan Ido Suryana, “Pengujian Aktivitas roxb.) dan Daun Seserehan (Piper
Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) aduncum L.) terhadap Trichophyton
terhadap Rhizoctonia sp. secara In Vitro”. mentagrophyte”. Teknologi Peternakan
Vol. 20, No. 1, 2009, h. 92-98. dan Veteriner, 2009, h. 815-819.
Ahdi Djuanda, dkk., Ilmu Penyakit Kulit dan Eni Kusumaningtyas, R.R. Widiati, D. Gholib,
Kelamin, (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, “Uji Daya Hambat Ekstrak dan Krim
2007), h.106. Ekstrak Daun Sirih (Piper betle) terhadap
Dian Saraswati, “Pengaruh Kosentrasi Ekstrak Candida albicans dan Trichophyton
Daun Sirih terhadap Daya Hambat mentagrophytes”. Seminar Nasional
Escherichia coli”. Jurnal Health & Sport, Teknologi Peternakan dan Veteriner,
Vol. 3, No. 2, Agustus 2011, h. 285-362. 2008, h. 805-811.
Ditha Tri Armianty Harman , “Efektivitas Anti Inge Sutanto, dkk., Buku Ajar Parasitologi
Bakteri Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Kedokteran edisi keempat, (Jakarta: Balai
Linn) terhadap Bakteri Enterococcus Penerbit FKUI, 2008), h. 356.
faecalis (Penelitian In Vitro)”, Skripsi, Kemas Ali Hanafiah, Rancangan Percobaan
(Makassar: Universitas Hasanuddin, Teori dan Aplikasi Edisi Ketiga, (Jakarta:
2013), h. 46. Rajagrafindo Persada, 2012), h. 34.
Djaenudin Gholib, “Uji Daya Hambat Ekstrak Mona Novita Trisnaningtyas, “Pengaruh
Etanol Daun Karuk (Piper sarmentosum Pemberian Ekstrak Daun Sirih Hijau
376 Adi Gunawan, dkk.

(Piper betle L.) Topikal terhadap Siti Ngaisah, “Identifikasi dan Uji Aktivitas
Peningkatan Ketebalan Epitel Luka Bakar Anti Bakteri Minyak Atsiri Daun Sirih
Derajat II A pada Tikus Putih (Rattus Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav). Asal
norvegicus) Strain Wistar”. Jurnal Magelang”, Skripsi, (Surakarta:
Kesehatan, Vol. 23, 2010, h. 93. Universitas Sebelas Maret, 2010), h. 49.
Nurul Rahmah, dan Aditya Rahman, “Uji
Fungistatik Ekstrak Daun Sirih (Piper
betle L.) terhadap Candida albicans”.
Jurnal Bioscientae, Vol. 7, No. 2, Juli
2010, h. 17-24.

Anda mungkin juga menyukai