Anda di halaman 1dari 8

UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI BAWANG DAYAK (Eleutherine

bulbosa Mill.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Candida


albicans SECARA IN VITRO
Ryan Heri Gunawan*, Binto Akturusiano**, Risnandya Primanagara **
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati*
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati**
E-mail : ryanherigunawan.98@gmail.com
ABSTRAK
Candida albicans merupakan jamur penyebab keputihan dengan presentasi 75% wanita di
seluruh dunia. Minyak atsiri bawang dayak mengandung flavanoid, fenol, tanin, naftokuinon dan
saponin. Senyawa tersebut terbukti dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui efektivitas Minyak Atsiri bawang dayak dalam menghambat pertumbuhan
jamur Candida albicans secara in vitro. Dilakukan di laboratorium Mikrobiologi FK UGJ, periode
Desember 2018- Februari 2019. Rancangan penelitian post-test control group design menggunkan
jamur Candida albians sesuai standar MC Farland 0,5, pada media SDA sebagai subjek penelitian.
Kelompok penelitian berjumlah 7 kelompok dengan masing masing 1 kelompok kontrol positif
menggunakan flukonazol dan 1 kelompok kontrol negatif menggunakan DMSO 10% serta 5 kelompok
yang berbeda pada perlakuan pemberian minyak atsiri bawang dayak dengan konsentrasi bertingkat.
Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan rerata diameter pada konsentrasi 50% sebesar 9,25 mm,
konsentrasi 25% dengan diameter 6,5 mm, konsentrasi 12,5% dengan diameter 5 mm, konsentrasi
6,25% dengan diameter 3,75 mm, konsentrasi 3,125% dengan diameter 2,5 mm, kontrol positif dengan
diameter 20 mm, dan kontrol negatif dengan diameter 0 mm. Minyak atsiri bawang dayak dapat
menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
Kata Kunci: Eleutherine bulboosa Mill., Candida albicans.
PENDAHULUAN
Candida albicans merupakan salah paling tidak sekali seumur hidup dan
satu genus jamur golongan khamir (yeast sebanyak 45% wanita mengalami
like coloni) yang berperan sebagai flora keputihan dua kali atau lebih.(2) Kandidiasis
normal vagina, rongga mulut dan saluran oral merupakan infeksi oportunis dalam
pencernaan.(1) Candida bersifat rongga mulut.(3) WHO melaporkan pada
oportunistik karena dapat berkembang tahun 2007 frekuensi kejadian Candidiasis
menjadi patogen dan menyebabkan infeksi oral terdapat sekitar 98,3%, dan Prevalensi
bila terjadi perubahan pada individu (host) Candidiasis oral di Indonesia mencapai
yang memungkinkan untuk 84% ditahun 2009, yang disebabkan oleh
pertumbuhannya. Beberapa penyakit yang jamur Candida albicans.(4) Terapi yang
diakibatkan oleh Candida albicans digunakan untuk mengobati keputihan
diantaranya keputihan (flour albus) dan dan kandidiasis oral yang disebabkan oleh
kandidiasis oral. Candida albicans yaitu dengan
Keputihan (flour albus) adalah menggunakan obat antijamur. Salah satu
cairan yang keluar berlebihan dari vagina golongan obat antijamur yang ditujukan
bukan merupakan darah. Menurut WHO untuk Candida albicans adalah golongan
masalah kesehatan reproduksi perempuan azol, beberapa contoh dari golongan
yang buruk telah mencapai 33% dari tersebut yaitu Imidazol, Ketokonazol,
jumlah total beban penyakit yang diderita Flukonazol, Itrakonazol, Posakonazol, dan
para perempuan di dunia salah satunya Vorikonazol.(5) Flukonazol menjadi
adalah keputihan, sekitar 75% wanita standar terapi pada pasien yang tidak
didunia pasti akan mengalami keputihan mempunyai riwayat pemakaian obat
golongan azol, sebelumnya mempunyai bawang dayak dalam menghambat
penyakit dengan tingkat keparahan ringan pertumbuhan Candida albicans In Vitro.
sampai sedang,(6) namun saat ini,
flukonazol menimbulkan efek samping METODE PENELITIAN
yang sering terjadi pada sistem pencernaan,
maka dari itu dibutuhkan penggunaan Tempat dan waktu penelitian
pengobatan alternatif dengan pengobatan Penelitian dilaksanakan di
herbal. laboratorium FK UGJ pada bulan
Penggunaan herbal di Indonesia Desember 2018 sampai Februari 2019.
merupakan bagian dari budaya bangsa dan Jenis dan Rancangan Penelitian
telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak Penelitian ini menggunakan desain
berabad-abad yang lalu dan cenderung post-test control group design.
meningkat. WHO menyebutkan bahwa Rancangan penelitian untuk
hingga 65% dari penduduk di negara maju menggunakan bear sampel digunakan
telah menggunakan pengobatan tradisional rumus estimasi besar Sampel menurut
dimana di dalamnya termasuk penggunaan federrer
obat-obat bahan alam.(7,8) (n – 1) (t – 1) > 15
Salah satu tumbuhan yang telah
lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional n > 3 kali replikasi
oleh masyarakat adalah bawang dayak, Kriteria Inklusi
bawang dayak ini adalah tumbuhan yang
biasanya ditemukan di Kalimantan, tetapi Koloni jamur Candida albicans
sudah banyak ditempat tempat lain, yang tumbuh pada media SDA yang sesuai
sehingga tanaman ini mudah untuk standar Mc Farland 0,5.
didapatkan. Kandungan kimia yang
terdapat pada bawang dayak adalah Kriteria Eklusi
senyawa metabolit sekunder golongan Koloni jamur Candida albicans
naftokuinon yang dikenal sebagai yang terkontaminasi mikroorganisme lain.
antimikroba, antifungal, antiviral dan
antiparasitik. Selain itu juga mengandung Variabel Penelitian
flavanoid, fenol, tanin dan saponin.(13)
Sebagian besar masyarakat masih Minyak atsiri bawang dayak
mempercayai pengobatan tradisional, (Eleutherine bulbosa Mill.) sebagai
namun sejauh ini belum ada uji variabel bebas dan daya hambat terhadap
prekliniknya sehingga penting untuk Candida albicans sebagai variabel terikat.
mengetahui dosis yang tepat untuk
Alat dan Bahan
pemakaiannya.(9,10) Pada penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Alat yang digunakan pada
Woris Christoper tahun 2017 menyatakan penelitian ini antara lain: Tabung reaksi, rak
bahwa konsentrasi Ekstrak etanol umbi tabung reaksi, cawan petri, gelas ukur, pipet
bawang dayak mampu menghambat ukur, cakram, otoklaf, oven (lemari
pertumbuhan Trichophyton pengering), inkubator, pipet steril, lampu
mentagrophytes.(12) spiritus, korek api, ose, kertas tempelan,
Berdasarkan uraian di atas, peneliti lidi, kapas steril, penggaris, labu
tertarik untuk melakukan penelitian tentang erlenmeyer dan mikropipet.
uji efektivitas minyak atsiri bawang dayak
dalam menghambat pertumbuhan Candida Bahan yang digunakan antara lain
albicans secara in vitro? biakan Candida albicans, bawang dayak
Tujuan penelitian ini adalah untuk yang berasal dari perkebunan kota Nanga
mengetahui efektivitas minyak atsiri Pinoh provinsi Kalimantan Barat. Bahan
lainnya yang digunakan penelitian ini yaitu 6. Persiapan Preparat Flukonazol
DMSO 10%, Flukonazol 25 µg, media agar
Satu kapsul Flukonazol 50 mg
SDA, Kloramfenikol, NaCl dan akuades.
dilarutkan dengan 100 ml aquades.
Prosedur Penelitian Pengenceran ini adalah pengenceran
pertama. 50 mg dalam 100 ml = 500
1. Sterilisasi Alat µg/1 ml
Digunakan autoklaf dengan suhu Kemudian dengan rumus berikut:
121°C, tekanan 2 atm selama 15 menit. N1·V1 = N2·V2
500·5 = N2·100
2. Pembuatan Minyak atsiri bawang dayak N2 = 25 µg
Pada pengenceran kedua 5 ml dari
(Eleutherine bulbosa Mill.) hasil pengenceran pertama
Sampel bawang dayak diambil dimasukkan ke dalam 100 ml aquades,
sesuai kebutuhan kemudian diproses sehingga didapatkan normalitas
dengan metode solvent ethanol. Flukonazol setelah pengenceran
sebesar 25 µg. Zona sensitifitas
3. Pengenceran Minyak atsiri Flukonazol 25 µg(23)
≥ 20 mm tergolong susceptible
Masing masing sampel diencerkan 15 – 19 mm tergolong intermediate
menjadi konsentrasi yang diingankan ≤ 14 mm tergolong resistent
sebanyak 1 ml menggunakan pelarut
DMSO 10%. Digunakan rumus 7. Pembuatan Pengembangbiakkan Jamur
pengenceran : Isolat pada biakan murni jamur
Candida albicans diambil satu mata ose,
dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan
4. Pembuatan Media Sabouraud Dextrose ditambahkan NaCl 0,9% hingga
Agar kekeruhannya sama dengan standar Mc
Bahan pembuatannya yaitu 40 gr Farland 0,5 (konsentrasi jamur 106
Dextrosa, 10 gr pepton, 20 gr agar dan CFU/mL). Pengenceran yang dihasilkan
1000 ml akuades. Semua bahan kemudian ditanam pada media SDA
dicampur menjadi satu hingga larut dan dengan metode pour plate dengan cara
dipanaskan, kemudian diangkat, mengambil 1 mL bahan pengenceran
selanjutnya disterilkan dengan yang diinginkan dan dituangkan pada
temperatur 110º C pada tekanan 1 atm cawan petri yang kemudian
selama 15-20 menit dalam autoklaf. ditambahkan dengan agar SDA yang
Untuk isolasi jamur ditambahkan 250 dicairkan dengan suhu 45°C sebanyak 2
mg Kloramfenikol dalam media SDA mL kemudian dihomogenkan. Setelah
pada suhu ± 50ºC.(26) itu diinkubasi pada suhu ruang 37°C
selama 3-4 hari.
5. Pembuatan Suspensi McFarland 0,5
Kriteria diameter zona hambat yang
Sebanyak 0,5 ml larutan barium diukur antara lain:(24)
klorida 0,048 M (BaCl2 H2O 1,175%). > 20 mm = sangat kuat.
Dicampurkan dengan 9,5 ml larutan 11-20 mm = kuat.
asam sulfat 0,18 M (H2SO4 1% b/v) 5-10 mm = sedang.
dalam labu takar dan dihomogenkan. 0-4 mm = lemah.
Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan Penelitian ini telah disetujui oleh
(27)
suspensi jamur uji. komisi etik FK UGJ Ethical clearence
No.46/EC/FK/XI/2018.
HASIL PENELITIAN Identifikasi secara Mikroskopis
Identifikasi secara Makroskopis Uji Mikroskopis menggunakan
mikroskop Olympus CX 22 dan diberi
Candida albicans diperoleh di pewarnaan LPCB (Laptophenol Cotton
Laboratorium Mikrobiologi FK UGJ yang Blue) untuk mengamati isolat Candida
telah dikultur pada media SDA albicans pada object glass terlihat hifa
memperlihatkan berbentuk bulat, berwarna semu berbentuk benang-benang halus.
krem, mengkilat dan berbau seperti ragi. Jamur berbentuk yeast cell (bintik-bintik
Pada tepi koloni akan terlihat hifa semu bulat) dan juga terlihat bentuk myselium
berbentuk benang-benang halus atau budding yeast.

Gambar 1. Hasil Identifikasi Jamur secara Gambar 2. Hasil Identifikasi Jamur secara
makroskopis mikroskopis

Tabel 1. Rerata Zona Hambat Pertumbuhan Candida albicans

Konsentrasi Diameter zona hambat


Kode (mm) Kemampuan
Bawang Rerata
perlakuan daya hambat
dayak P1 P2 P3 P4
P1 50% 10 9 8 10 9,25 Sedang
P2 25% 6 6 7 7 6,5 Sedang
P3 12,5% 5 6 4 5 5 Sedang
P4 6,25% 4 3 5 3 3,75 Lemah
P5 3,125% 3 4 2 2 2,75 Lemah
K+ Kontrol + 20 21 20 19 20 Kuat
K- Kontrol - 0 0 0 0 0 Lemah

Gambar 1. Diagram Rerata Zona Hambat Candida albicans


Hasil Analisis Data Tabel 4. Uji Mann Whitney
Uji normalitas bertujuan untuk P1 P2 P3 P4 P5 K+ K-
mengetahui kenormalan data, dengan P1 #
menggunakan uji Saphiro-Wilk. Hasil dari
P2 0,019 #
uji menunjukkan bahwa nilai p value <0,05
yang berarti bahwa data berdistribusi tidak P3 0,019 0,036 #
normal. Sehingga analisis data dilanjutkan P4 0,019 0,019 0,099 #
dengan menggunakan uji alternatif dari One P5 0,019 0,019 0,027 0,178 #
Way Anova yaitu Kruskal Wallis.
K(+) 0,019 0,019 0,019 0,019 0,019 #
Tabel 2. Uji Normalitas K(-) 0,019 0,018 0,019 0,019 0,063 0,019 #

Shapiro-Wilk
Konsentrasi Stati
Pada perbandingan P1 terhadap
stic Df Sig. kelompok perlakuan lain menunjukkan
Daya 50% ,863 4 ,272
hambat perbedaan yang signifikan antar 2
25% ,729 4 ,024
kelompok. Begitu pula perbandingan
12,5% ,945 4 ,683 perlakuan P2 dengan kelompok perlakuan
6,25% ,863 4 ,272 yang lain menunjukkan adanya perbedaan
3,125% ,863 4 ,272 yang signifikan antar 2 kelompok. Namun
pada perbandingan perlakuan antara P3 &
Kontrol ,945 4 ,683
Positif P4, P4 & P5, P5 & K(-) didapatkan nilai p
Kontrol ,729 4 ,024 value 0,099, 0,178 dan 0,063 yang
Negatif
menandakan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan. Hal tersebut dapat
Uji Kruskal Wallis dilakukan untuk disebabkan beberapa faktor seperti jenis
melihat perbedaan rerata diameter zona mikroba, metode sintesis nanopartikel dan
hambat jamur Candida albicans pada setiap konsentrasi nanopartikel yang
kelompok. Hasil uji didapatkan nilai p digunakan.(24)
value < 0,001 (p<0,05), yang menunjukkan
bahwa daya hambat bawang dayak terhadap PEMBAHASAN
jamur uji memiliki perbedaan yang
bermakna antar dua kelompok perlakuan. Rerata perhitungan zona hambat
minyak atsiri bawang dayak menunjukkan
Tabel 3. Uji Kruskal Wallis bahwa diameter zona hambat terkecil yaitu
Daya hambat 2,75 mm dengan konsentrasi 3,125% dan
Kruskal-Wallis H 25,562 zona hambat terbesar pada konsentrasi 50%
Df 6 dengan diameter 9,25 mm, yang memiliki
Asymp. Sig. ,000 kriteria hambatan sedang, namun dari
semua kelompok perlakuan didapatkan
bahwa zona hambat terbesar dihasilkan
Uji Mann Whitney bertujuan untuk oleh kontrol positif dengan diameter 20 mm
melihat perbedaan daya hambat dari setiap yang memiliki kriteria hambatan kuat. Hal
kelompok. ini disebabkan karena mekanisme kerja
flukonazol yang sudah teruji pasti dan
bekerja dengn cara menghambat biosintesis
ergosterol sehinga menyebabkan terjadinya
perubahan fungsi membran sel menjadi sumuran yang tidak ditumbuhi jamur
tidak stabil dan setelah beberapa lama akan Candida albicans.
rusak kemudian sel jamur akan mati.(5)
Hasil penelitian ini berbeda dengan
Daya hambat minyak atsiri bawang penelitian yang telah dilakukan oleh Woris
dayak yang lebih lemah dari kontrol positif (2017) dan Natalia (2015). Pada penelitian
dapat disebabkan juga karena kandungan Woris, dkk yang didapatkan hasil bahwa
senyawa metabolit sekunder yang bawang dayak dapat menghambat
berpotensi menghambat jamur uji pada pertumbuhan jamur Trichophyton
minyak atsiri bawang dayak lebih rendah mentagrophytes dengan konsentrasi 60%
daripada senyawa aktif yang terkandung menghasilkan diameter zona hambat 26,70
pada kontrol positif. Zona hambat yang mm, dengan kriteria kuat.(12) Hal ini
terbentuk berbeda-beda menandakan dikarenakan pada penelitian ini
bahwa adanya kemampuan ekstrak yang menggunakan jamur uji yang berbeda
berbeda pula dalam menghambat dengan penelitian yang dilakukan
pertumbuhan jamur Candida albicans yang sebelumnya. Penelitian yang dilakukan
dipengaruhi besarnya konsentrasi ekstrak oleh Natalia (2015), yang mendapatkan
dari masing-masing kelompok, semakin hasil bahwa tidak terbentuk zona hambat di
banyak ekstrak yang diberikan akan sekitar kertas cakram. Hal tersebut
menghasilkan zona hambat yang semakin menandakan tidak adanya hambatan
luas, ini disebabkan karena semakin banyak pertumbuhan jamur Malassezia furfur oleh
zat aktif yang terkandung dalam ekstrak ekstrak etanol umbi bawang dayak.(35)
tersebut.(31) Perbedaan hasil ini dapat terjadi karena
metode dan jamur uji yang digunakan
Hasil perlakuan dari kontrol negatif
berbeda. Metode Kirby baurer merupakan
pada penelitian ini yang menggunakan
metode yang menggunakan kertas cakram
DMSO 10% sebagai pelarut Minyak atsiri
yang terisi bahan uji, diletakkan diatas
bawang dayak tidak memberikan zona
media yang terdapat mikroba, sehingga
hambat terhadap jamur Candida albicans,
diduga senyawa metabolik sekunder tidak
terlihat dari meratanya pertumbuhan jamur
dapat berdifusi ke dalam sel.
disekitar sumuran. Pelarut DMSO 10%
merupakan pelarut organik dan tidak Hasil penelitian ini menujukkan
bersifat bakterisidal, Hal ini menandakan bahwa bawang dayak dapat menghambat
bahwa sampel jamur Candida albicans pertumbuhan jamur Candida albicans dan
yang digunakan dalam penelitian ini terbukti sebagai antijamur, yang
tumbuh dengan baik dan membuktikan pula menujukkan bahwa hipotesis pada
bahwa DMSO 10% tidak memiliki potensi penelitian ini diterima.
sebagai antifungi. Selain itu, hasil
SIMPULAN
penelitian yang telah dilakukan pada
penelitian ini gambar dicantumkan pada 1. Bawang dayak dapat menghambat
lampiran, dengan menggunakan Minyak pertumbuhan Candida albicans secara In
atsiri bawang dayak pada konsentrasi 50%; Vitro.
25%; 12,5%; 6,25% dan 3,125% untuk
menghambat jamur Candida albicans 2. Konsentrasi efektif bawang dayak dalam
secara signifikan mempunyai efek antifungi menghambat jamur Candida albicans
yang ditandai dengan terbentuknya zona adalah 50% dengan rerata diameter zona
hambat, yaitu suatu daerah disekitar hambat 9,25 mm.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hakim L, Ramadhian MR. Kandidiasis oral. Jurnal Majority. 2015 Dec 1;4(9):53-7.
2. Rismawan W. Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita Usia Subur 20-45 tahun yang
Mengalami Keputihan Di Rw 01 Kelurahan Setiajaya Kecamatan Cibeureum Kota
Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan,
Analis Kesehatan dan Farmasi. 2017 Feb 26;17(1):166-75.
3. Nur'aeny N, Hidayat W, Dewi TS, Herawati E, Wahyuni IS. Profil oral candidiasis di
bagian ilmu penyakit mulut RSHS Bandung periode 2010-2014. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia. 2017;3(1):23-8.
4. Ramadhan G, Hanafi P, Sulistiorini R. Perbandingan Daya Hambat Flukonazol Dengan
Mikonazol Terhadap Jamur Candida albicans Secara In Vitro. Inprosiding Seminar
Nasional & Internasional 2017 Oct 18 (Vol. 1, No. 1).
5. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10. Jakarta: EGC.
2010.
6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta: Interna Publishing. 2014.
7. DEPKES R. Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. 2007.
8. Alwan A. Global status report on noncommunicable diseases 2010. World Health
Organization; 2011.
9. Sabularse VC. Antioxidant activity, phenolic and flavonoid content of some Philippine
fruits and vegetables.; Juni 2009.
10. Damayanti AY, Choiriyah NA, Naufalina MD. Pengaruh Penambahan Ekstrak Bawang
Dayak (Eleutherine Americana Merr.) Pada Aktivitas Antioksidan Nuget Tempe.
Darussalam Nutrition Journal. 2018 Dec 1;2(2):32-40.
11. Firdaus T. Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia L. Merr) dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2014.
12. Christoper W, Natalia D, Rahmayanti S. Uji aktivitas antijamur ekstrak etanol umbi
bawang dayak (Eleutherine americana (Aubl.) Merr. Ex K. Heyne.) terhadap
Trichophyton mentagrophytes secara in Vitro. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018 Feb
20;6(3):685-9.
13. Armanda F, Nahzi MY, Budiarti LY. Efektivitas Daya Hambat Bakteri Ekstrak Bawang
Dayak Terstandarisasi Flavonoid Terhadap Enterococcus Faecalis (In Vitro). Dentino.
2017 Sep 15;2(2):183-7.
14. Puspadewi R, Adirestuti P, Menawati R. Khasiat Umbi Bawang Dayak (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr.) Sebagai Herbal Antimikroba Kulit. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi.
2013 Dec 7;1(1):31-7.
15. Mutiawati VK. Pemeriksaan mikrobiologi pada Candida albicans. Jurnal kedokteran syiah
kuala. 2016 Apr 1;16(1):53-63.
16. Gunawan S. Mekanisme Daya Hambat Kombinasi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper
betle Linn) dan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Terhadap Pertumbuhan
Candida albicans. (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga). 2010.
17. Brooks, Geo F D. Jawetz, Melnick, Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
2014.
18. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3rd ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2012.
19. Greenberg MI. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2010.
20. Sulistia GG, Rianto S. Nafrialdi. Penghambat Adrenergik. Farmakologi dan Terapi. 5th
ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007;76.
21. Rijayanti R. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mangga Bacang (Mangifera
foetida L.) Terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro. J Naskah Publ Mhs PSPD
FK Univ Tanjung Pura. 2014:13-14.
22. Karou D, Savadogo A, Canini A, Yameogo S, Montesano C, Simpore J, Colizzi V, Traore
AS. Antibacterial activity of alkaloids from Sida acuta. African journal of biotechnology.
2006;5(2):195-200.
23. Amanah, Amanah; Lazuardi, Naufal Fadhil Mufid; Hermawan, Iwan. Perbandingan
Efektivitas Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn) dengan Minyak Atsiri
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) terhadap Candida albicans secara In Vitro.
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan, 2018, 4.2.
24. Kandoli F. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Durian (Durio zybethinus) terhadap
Pertumbuhan Candida albicans secara In Vitro. Pharmacon. 2016 Feb 9;5(1).
25. Ardelia PI, Andrini F, Hamidy MY. Aktivitas Antijamur Air Perasan Daun Seledri (Apium
graveolens L.) Terhadap Candida albicans Secara In Vitro. Jurnal Ilmu Kedokteran. 2017
Nov 23;4(2):102-7.
26. Naldi Y, Aisah IS. Perbandingan Efektivitas Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata K
Schum) dan Lengkuas Putih (Alpinia Galanga) terhadap Pertumbuhan Jamur Candida
albicans Secara In Vitro. Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan. 2014;1(4).
27. Hammada, R. Perbandingan Efektivitas Perasan Daun Seledri (Apium graveolens L.)
dengan Miconazole 2% Terhadap Pertumbuhan Jamur Malassezia furfur. Skripsi.
Cirebon: Universitas Swadaya Gunung Jati. 2018.
28. Prayoga E. Perbandingan efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan metode
difusi disk dan sumuran terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2013.
29. Lansida. Prosedur Ekstraksi dan Komplikasi Data Unit Produksi. Yogyakarta; 2018.
30. Sopiyudin, MD. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi 6. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia; 2014.
31. Kusuma SF, Widyastuti SM, Fajar B. Uji aktivitas ekstrak etanol sirih merah terhadap
Trichomonas vaginalis. Jurnal Universitas Padjajaran. 2009;115:11-4.
32. Sulistyorini A. Potensi Antioksidan dan Antijamur Ekstrak Umbi Bawang Putih (Allium
sativum Linn.) Dalam Beberapa Pelarut Organik. UIN Malik Ibrahim: Malang; 2015.
33. Ashour ML,Wink M. Genus bupleurum: a review of its phytochemistry, pharmacology
and modes of action. J Pharma Pharmacol. 2011;63:305-321.
34. Warnida, Husnul; Juliannor, Ade; Sukawaty, Yullia. Formulasi Pasta Gigi Gel Ekstrak
Etanol Bawang Dayak (Eleutherine Bulbosa (Mill.) Urb.). Jurnal Sains Farmasi & Klinis,
2016, 3.1: 42-49.
35. Natalia D, Rahmayanti S, Kedokteran F, Pontianak T, Studi P, Dokter P, et al. Uji Aktivitas
Antijamur Ekstrak Etanol Umbi Bawang Dayak (Eleutherine americana (Aubl.) Merr. Ex
K. Heyne) Terhadap Malassezia furfur Secara In Vitro; 2015;1-2.

Anda mungkin juga menyukai