Anda di halaman 1dari 13

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Uji Keamanan Dan Uji Aktifitas Sitotoksik Minyak Kayu Manis


(Cinnamomum burmannii) untuk Menghasilkan Fitofarmaka
Antikanker
Wiwin Herdwiani1, Fransiska Leviana1, Sari R1, Yolanda1, Rica1, Zahra1, Zullies
Ikawati2, Triana Hertiani2
1
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi
2
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK
Kanker adalah penyakit mematikan dan angka kejadiannya di Indonesia sangat
tinggi. Data yang berasal dari Departemen Kesehatan didapatkan angka 1,8 ribu
per 100 ribu penduduk. Ironisnya saat ini belum ditemukan antikanker yang
efektif dan aman. Minyak kayu manis yang diperoleh dari tanaman kayu manis
(Cinnamomum burmannii) diduga memiliki aktivitas antikanker. Penelitian tahun
pertama bertujuan untuk isolasi, standarisasi minyak kayu manis sudah dilakukan.
Penelitian ini untuk mengetahui aktivitas sitotoksik serta keamanan minyak kayu
manis untuk mendapatkan fitofarmaka antikanker. Penelitian tahun kedua
pengujian aktivitas antikanker dengan menguji kemampuan penghambatan sel
kanker terhadap sel line kanker WiDr (kanker kolon). Dilanjutkan keamanan
minyak kayu manis melalui uji toksisitas sub kronis terhadap mencit putih jantan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minyak kayu manis memiiki aktivitas
sitotoksik terhadap kultur sel WiDr dengan IC50 = 13,70 µg/mL. Pemberian
minyak kayu manis kepada hewan uji Tikus selama satu bulan tidak memberikan
perubahan biokimia darah BUN Creatinin, SGPT dan SGOT serta hematologi
darah. Hasil histopatologi terhadap hepar dan ginjal juga tidak memberikan
kerusakan sel kecuali pada dosis 0,04 mL / 200 g BB.

Kata Kunci: Minyak kayu manis, antikanker, WiDr, toksisitas.

21
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Pendahuluan Cinnamomum cassia juga telah


Kanker merupakan penyakit terbukti memiliki efek
yang berbahaya yang ditandai antiangiogenesis. Oleh karena itu
terjadinya proliferasi sel yang tidak dapat disimpulkan bahwa
terkontrol dan abnormal. Penyakit cinnamaldehyde dan turunannya
kanker menempati peringkat kedua memiliki aktivitas antitumor.4
setelah kardiovaskular yang Minyak kayu manis memiliki khasiat
menyebabkan kematian di Inggris sitotoksik yang sangat kuat yaitu
dan Amerika Serikat.2 Meskipun LC50 sebesar 0,03 mg/mL.6
belum ada data yang pasti di Berdasarkan penelitian pendahuluan
Indonesia, tetapi dari berbagai tersebut sangat penting kiranya untuk
laporan terdapat kenaikan jumlah dilakukan isolasi dan pengujian
kasus, data dari Depkes didapati praklinis terhadap minyak kayu
angka 1,8 per 100.000 penduduk.1 manis, sehingga dapat dihasilkan
Ironisnya, sampai saat ini obat fitofarmaka antikanker yang efektif
kanker yang sangat efektif dan aman dan sekaligus aman. Fitofarmaka ini
belum ditemukan. Hal ini karena bisa digunakan sebagai alternatif
rendahnya selektivitas obat-obat pengobatan antikanker alami di
kanker yang digunakan maupun lingkungan masyarakat, untuk
karena belum diketahuinya dengan pengembangan ilmu pengetahuan,
jelas proses karsinogenesis itu dan untuk meningkatkan kualitas
sendiri. Apalagi obat kanker harus hidup masyarakat. Sehingga
diminum dalam jangka panjang. penelitian ini bertujuan untuk
Oleh karena itu penemuan obat mengetahui efek farmakologi minyak
kanker alami yang aman dan efektif kayu manis sebagai antikanker dan
mutlak diperlukan.5 mengetahui keamanan penggunaan
Tanaman Kayu manis minyak kayu manis sebagai
(Cinnamomum burmannii) antikanker dalam jangka panjang.
merupakan salah satu tanaman obat
tradisional yang telah diteliti Metode
kegunaannya sejak lama. Kayu
manis bisa digunakan untuk obat Metode pengujian aktivitas
sariawan, obat batuk, sesak napas, Sitotoksik
nyeri lambung, perut kembung, Sterilisasi Laminar Air Flow (LAF)
diare, rematik, menghangatkan Sterilisasi LAF dilakukan
lambung dan sebagai antikanker. dengan cara menyalakan lampu
Diduga senyawa aktif yang ultraviolet (UV) selama 15 menit
bertanggung jawab terhadap aktivitas sebelum digunakan. Setelah itu,
dalam tanaman kayu manis adalah lampu UV dimatikan, dan
senyawa aktif cinnamaldehyde.3 dihidupkan lampu LAF, kemudian
Penelitian pendahuluan pada permukaan LAF disterilkan dengan
kayu manis menunjukkan bahwa etanol 70%.
senyawa cinnamaldehyde mampu
menghambat proliferasi, invasi, dan Sterilisasi alat
pertumbuhan tumor. Alat-alat gelas yang akan
Cinnamaldehyde yang diisolasi dari digunakan harus dalam keadaan

22
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

steril, dapat dicuci dengan deterjen secara perlahan. Sebanyak 10 μL


atau antiseptik, lalu dibilas dengan dipipetkan ke haemocytometer lalu
air bersih mengalir dan direndam sel dihitung di bawah mikroskop
dalam akuades selama satu jam inverted.
kemudian dikeringkan dalam oven
selama 24 jam. Setelah kering, alat- A B
alat tersebut dimasukkan ke dalam
autoklaf selama 20 menit pada suhu D C
121 °C. Gambar 1. Skema bilik hitung
dalam
Pengaktifan sel haemocytometer
Sel yang inaktif diambil dari
tangki nitrogen cair dan segera Haemocytometer terdiri dari
dicairkan pada suhu 37 °C kemudian empat bilik hitung. Setiap bilik
vial disemprot dengan etanol 70%. hitung terdiri dari 16 kotak. Sel yang
Di dalam LAF, sel WiDr (kanker gelap (mati), sel yang berada di batas
kolon) dimasukkan ke dalam tabung luar sebelah atas, dan sebelah kanan
khusus sentrifugasi lalu tidak ikut dihitung. Sel di batas kiri
disentrifugasi dengan kecepatan dan batas bawah ikut dihitung. Lalu
putaran 1500 rpm selama 15 menit. dihitung sel-sel setial mL dengan
Endapan yang terbentuk diisolasi rumus:
kemudian ditambah media
penumbuh RPMI 1640 dengan FBS Jumlah sel terhitung (mL) =
Sel A+Sel B+Sel C+Sel D
10%. Selanjutnya sel ditumbuhkan × 10
4
ke dalam beberapa tissue culture
flask kecil (2-3 buah) dan diamati di Setelah itu jumlah suspensi sel
bawah mikroskop untuk yang harus diambil dan jumlah
memperkirakan jumlah sel. Sel hidup media yang harus ditambahkan
kelihatan bulat-bulat, jernih, dan dihitung sampai memperoleh
bersinar. Flask dimasukkan dalam konsentrasi sel sebesar 2 x 104 sel/
inkubator beraliran CO2 5% pada 100 µL Sel didistribusikan ke dalam
suhu 37 °C dengan tutup flask microplate sumuran 96 dengan
dilonggarkan. Setelah 24 jam, konsentrasi 2 x 104 sel/sumuran
medium diganti dan sel ditumbuhkan dalam 100 µL kemudian diinkubasi
lagi hingga konfluen serta jumlahnya selama 24 jam untuk beradaptasi dan
cukup untuk penelitian. menempel di sumuran sampai sel
Panen dan perhitungan sel siap untuk diberi perlakuan minyak
Kultur sel WiDr yang telah kayu manis.
konfluen dipanen dengan tripsi. Sel
dipindahkan ke dalam tabung conical Uji sitotoksik
steril dan ditambah media RPMI Larutan uji sebanyak 100 μL
1640 hingga volume 10 mL dan disuspensikan dengan 100 μL sel
disentrifugasi dengan kecepatan dalam medium RPMI 1640
4
1500 rpm selama 5 menit. (kepadatan 2 x 10 sel/well) dan
Supernatan dibuang, ditambahkan 3 dimasukkan kedalam microtiterplate
μL media kemudian diresuspensikan 96. Kemudian sel diinkubasi selama

23
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

24 jam dalam inkubator CO2 5 %. Uji Keamanan Minyak Kayu


Sampel masuk dalam plate dengan Manis
variasi kadar 500 µg/mL; 250 Tikus putih yang telah
µg/mL; 125 µg/mL; 62,5 µg/mL; dipuasakan dikelompokan secara
31,25 µg/mL; 15,6 µg/mL; 7,8 acak menjadi empat kelompok
µg/mL; 3,9 µg/mL. Selanjutnya plate dengan masing-masing kelompok
diinkubasi dalam inkubator CO2 5 % lima ekor untuk kelompok uji dan
selama 24 jam. Sel yang hidup akan lima ekor untuk kelompok kontrol.
bereaksi dengan MTT membentuk Kelompok I kontrol negatif diberi
warna ungu (formazan). Media sel akuades, kelompok II diberi minyak
dibuang, ditambahkan 110 μL reagen kayu manis dengan dosis 50 mg/kg
MTT ke setiap well, termasuk BB, kelompok 3 diberi minyak kayu
kontrol media (tanpa sel). Setelah manis dengan dosis 100 mg/kg BB
diinkubasi berjalan 4 jam, dan kelompok 4 diberi minyak kayu
ditambahkan 100 μL SDS (Sodium manis dengan dosis 200 mg/kg BB.
Dodecyl Sulfate) 10 %, dan untuk Setelah dikelompokan kemudian
menghentikan reaksi antara sel hidup dilakukan pemberian minyak kayu
ditambahkan reagen asam manis dengan dosis I: 50 mg/kg BB,
isopropanol (perbandingan HCl 4 N dosis II: 100 mg/kg BB, dosis III:
(merck) dengan isopropanol (merck) 200 mg/kg BB, selama satu bulan
yaitu 1:100), digoyang diatas shaker dan pada awal percobaan diambil
selama 10 menit. Pada akhir inkubasi darahnya sebagai t0 dan pada
serapan dibaca dengan ELISA reader minggu ke-1, 2, 3, dan 4 diambil
pada panjang gelombang 595 nm. darahnya untuk pemeriksaan
biokimia hewan uji (SGPT/SGOT,
Analisa Hasil Pengujian Sitotoksik BUN Creatinin), dan diambil apusan
Minyak Kayu Manis darahnya untuk dihitung sel darah
Data yang diperoleh berupa erh, sel darah putih dan sel
absorbsi masing-masing sumuran trombositnya dan pada akhir masa
dikonversikan ke persen viabilitas sel percobaan hewan uji dikorbankan
dengan menggunakan rumus sebagai untuk dilihat efek toksisitas secara
berikut: histopatologi darah pada organ hati
dan ginjal.
% 𝑣𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑠𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 Data diperoleh pada uji
= × 100%
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑙 − 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 toksisitas subkronik adalah kadar
SGPT/SGOT, BUN Creatinin dan
Dari kurva hubungan antara kadar sel darah merah, darah putih
log kadar senyawa uji versus % dan trombosit pada awal (t0), dan
viabilitas sel, dicari harga IC50, pada minggu 1, 2, 3, 4 dan
dengan cara viabilitias sebesar 50% pengamatan jaringan organ hati dan
diplotkan pada kurva sehingga di ginjal tikus putih jantan setelah
dapat log kadar senyawa uji. Antilog kematian. Data tersebut dianalisis
merupakan nilai yang diperoleh untuk mengetahui ada tidaknya
disebut dengan IC50. perbedaan antar kelompok perlakuan
menggunakan SPSS.

24
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Hasil dan Pembahasan test, didapatkan hasil pengamatan


berat badan p>0,05 (H0 diterima)
Hasil uji sitotoksik. untuk masing-masing perlakuan.
Gambar 2 menunjukkan grafik Hasil yang diperoleh menunjukkan
hubungan antara konsentrasi dan bahwa dari t0 ke t1, t0 ke t2, t0 ke t3,
viabilitas sel. Berdasarkan data pada dan t0 k3 t4 tidak terdapat perbedaan
gambar 2 dapat diperoleh persamaan yang nyata.
pada tabel 1.
Tabel 1. Persamaan Kurva Hubungan Log
Hasil pengujian toksisitas Dosis Vs persen Sel WiDr
IC50
subkronik Replikasi Persamaan Nilai r
(µg/mL)
Hasil pengamatan berat badan 1 y = -51,426x + 0,950 13,85
Pengamatan pada berat badan 108,7
hewan uji, bertujuan untuk 2 y = -51,266x + 0,949 13,65
mengetahui apakah terdapat 108,2
3 y = -53,29x + 0,956 13,49
perubahan berat badan hewan uji
110,22
antara sebelum dan sesudah 4 y = -47,981x + 0,880 13,80
pemberian minyak atsiri kulit batang 104,7
kayu manis. Hasil rata-rata (Mean) nilai IC50 Minyak 13,70
berat badan dalam berbagai Terhadap sel WiDr
kelompok dibuat dalam tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisa rata-rata berat badan
tikus putih jantan

Rata-rata berat badan (gram)


Min Min Min Min Min
Kelo
ggu ggu ggu ggu ggu
mpok
0 1 2 3 4
(t0) (t1) (t2) (t3) (t4)
Akuad 199, 199, 199, 200, 200,
es 4 8 8 2 4
Dosis 200 200, 199, 200, 200,
I 6 8 2 6
Dosis 201 201, 200, 201 201,
II 4 8 2
Gambar 2. Kurva hubungan log dosis Dosis 200, 201, 200, 200, 202,
versus persen sel WiDr yang III 8 6 6 6 2
hidup (viabilitas sel) dengan Keterangan:
perlakuan minyak atsiri kulit Dosis I : 0,01 mL/200g BB tikus
batang kayu manis dari Dosis II : 0,02 mL/200g BB tikus
konsentrasi 1,95 ; 3.9 ; 7.81 ; Dosis III : 0,04 mL/200g BB tikus
31.25 ; dan 250 µg/mL.
Minyak atsiri kayu manis dosis
Data hasil dari pengamatan I = 0,01 mL/200 gram BB tikus,
berat badan tikus putih jantan yang dosis II = 0,02 mL/gram BB tikus
diperoleh dari penelitian (tabel 2) dan dosis III = 0,04 mL/200 gram
kemudian dianalisa secara statistik BB tikus tidak mempengaruhi
dengan menggunakan paired t-test. kenaikan atau penurunan berat badan
Dari data analisa Paired samples t- hewan uji. Dari hasil analisa statistik

25
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

tersebut dapat disimpulkan bahwa t-0 ke t-2, t-0 ke t-3,dan t-0 ke t-4
didalam kandungan minyak atsiri untuk masing-masing antar
kayu manis tidak terdapat senyawa perlakuan tidak terdapat perbedaan
yang dapat menyebabkan perubahan yang nyata.
berat badan pada hewan uji.
Hasil pemeriksaan hati (SGOT)
Hasil pemeriksaan hati (SGPT) Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan laboratorium laboratorium untuk kadar SGOT
terhadap kadar SGPT pada tabel 3 (Tabel 4) menunjukkan bahwa hasil
menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan sebelum pemberian
pemeriksaan sebelum pemberian pada kelompok kontrol, dosis I, dosis
pada kelompok kontrol, dosis I, dosis II, dan dosis III normal. Menurut
II, dosis III pada rentang normal. paget 1970, rentang normal kadar
Menurut Paget 1970, rentang normal SGOT yaitu 96-200 U/L. Untuk
kadar SGPT 21-52 U/L. Perhitungan melihat perbedaan mean kadar
kadar SGPT tidak lagi merujuk pada SGOT hewan uji maka dilakukan uji
rentang normal tetapi pada terhadap statistika paired t-test, digunakan uji
kadar SGPT sebelum dan setelah ini karena akan dibandingkan kadar
pemberian sediaan uji. Untuk melihat sebelum dan sesudah pemberian dan
perbedaan mean kadar SGPT hewan perubahan kadar SGOT pada
uji maka dilakukan uji statistik kelompok tikus putih jantan galur
paired t-test perubahan kadar SGPT wistar.
pada kelompok tikus putih jantan Data hasil kadar SGOT/AST
galur wistar. yang diperoleh dari penelitian
ditunjukkan pada tabel 4 kemudian
Tabel 3. Hasil analisa rata-rata kadar dianalisis secara statistik dengan
SGPT/ALT tikus putih jantan menggunakan paired t-test. Hasil
Rata-rata kadar SGPT (U/L)
yang diperoleh menunjukkan bahwa
Kelomp
ok T0 T1 T2 T3 T4
dari t-0 ke t-1, t-0 ke t-2 ,t-0 ke t-
Aquades 25, 26,9 26,9 26,3 26,3 3,dan t-0 ke t-4 tidak terdapat
t 6 2 4 8 4 perbedaan yang nyata. Dari hasil
Dosis I 23, 23,1 25 27,5 25,9 analisa statistik tersebut dapat
8 4 4 disimpulkan bahwa didalam
Dosis II 24, 26 24,5 26,4 27,2
8 2 8 2
kandungan minyak atsiri kayu manis
Dosis III 27, 29,8 28,0 30,6 32,0 tidak terdapat senyawa yang dapat
2 6 6 4 menyebabkan efek toksik pada organ
Keterangan: hati maupun organ lain seperti,
Dosis I : 0,01 mL/200g BB tikus jantung, otot, ginjal dan pankreas
Dosis II : 0,02 mL/200g BB tikus
hewan uji berdasarkan parameter
Dosis III : 0,04 mL/200g BB tikus
SGOT dan juga SGPT.
Tabel 3 merupakan data hasil
kadar SGPT/ALT yang diperoleh
dari penelitian kemudian dianalisa
secara statistik dengan menggunakan
paired t-test. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa dari t-0 ke t-1,

26
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Tabel 4. Hasil analisa rata-rata kadar manis harus sesuai dengan dosis
SGOT /AST tikus putih jantan yang ditentukan. Dalam hal ini
menurut penelitian dosis yang aman
Rata-rata kadar SGOT
Kelomp
(U/L)
untuk digunakan adalah minyak atsiri
ok kayu manis dosis I = 0,01 mL/200 g
T0 T1 T2 T3 T4
Akuade 110, 111, 113, 112, 111, BB tikus dan minyak atsiri kayu
s 8 4 8 4 8 manis dosis II = 0,02 mL/200 g BB
Dosis I 111, 112, 108, 111, 114, tikus.
2 2 2 8 2
Dosis II 109 117, 115, 117, 121
2 4 4 Pemeriksaan terhadap organ
Dosis 114, 119, 120, 124, 125, ginjal
III 6 8 6 2 6
Keterangan: Hasil uji biokimia
Dosis I : 0,01 mL/200g BB tikus Hasil rata-rata uji kadar
Dosis II : 0,02 mL/200g BB tikus
Dosis III : 0,04 mL/200g BB tikus kreatinin plasma dapat dilihat pada
tabel 6 dan grafik rata-rata uji kadar
Data hasil pemeriksaan kreatinin dapat dilihat pada gambar
sentralobularis hepar tikus yang 5. Hasil analisis statistik dari data
diperoleh dari penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
ditunjukkan pada tabel 5 kemudian beda antar tiap perlakuan terhadap
dianalisis secara statistik. Hasil kadar kreatinin.
menunjukkan bahwa minyak atsiri
kayu manis dosis II = 0,04 mL/200 Hasil pengamatan secara
gram BB tikus memiliki perbedaan mikroskopis (uji histopatologi)
yang bermakna terhadap kontrol Dilakukan pengamatan
negatif. Hal ini dapat disimpulkan mikroskopis dengan uji
bahwa minyak atsiri kayu manis histopatologis pada organ ginjal yang
dosis II = 0,04 mL/200 gram BB diambil. Hasil gambar histopatologi
tikus memiliki jumlah sel nekrosis dapat dilihat pada gambar 5.
paling banyak. Jadi, untuk
penggunaan minyak atsiri kayu

A B C
D
Gambar 3. Morfologi sel WiDr setelah pemberian minyak atsiri kulit batang kayu manis
Cinnamomum burmanii nees ex. BI. (A) kontrol sel, (B) sebelum perlakuan
dengan penambahan medium, (C) setelah MTT dengan konsentrasi 3,9 µg/mL,
(D) setelah MTT dengan konsentrasi 500 µg/mL. Pengamatan dilakukan
dibawah inverted microscope dengan perbesaran 100x serta difoto menggunakan
kamera digital Samsung DV 150F dan Lenovo A390.

27
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Tabel 5. Hasil pengamatan mikroskopis pada sampel

Total sel
Jumlah Persentase
Kelompok pada 4 Sel Persentase
Sampel Nekrosis Sel Normal
Perlakuan lapang Normal Nekrosis (%)
(n) (%)
pandang
Akuades 4 400 336 64 84% 16%
Dosis I 4 400 320 80 80% 20%
Dosis II 4 400 311 89 77,75% 22,25%
Dosis III 4 400 300 100 75% 25%
Keterangan:
Dosis I : 0,01 mL/200g BB tikus
Dosis II : 0,02 mL/200g BB tikus
Dosis III : 0,04 mL/200g BB tikus

Tabel 6. Hasil rata-rata kadar kreatinin plasma tikus putih jantan

Rata-rata kadar kreatinin (mg/dl)


Minggu ke -
Akuades ½ DE 1 DE 2 DE
0 0,52 0,50 0,52 0,50
1 0,54 0,44 0,54 0,52
2 0,56 0,48 0,56 0,56
3 0,58 0,54 0,62 0,58
4 0,58 0,60 0,66 0,66
Keterangan:
½ DE : 0,01 mL/200 gram BB tikus
1 DE : 0,02 mL/200 gram BB tikus
2 DE : 0,04 mL/200 gram BB tikus

A
C
B

A C

B D
D
Kontrol (Akuades) Dosis I (0,01 mL/200 gram BB tikus)

28
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

B
A
A
C D

C
B
D

Dosis II (0,02 mL/200 gram BB tikus) Dosis III (0,04 mL/200 gram BB tikus)
Gambar 4. Zona sentralobularis hepar tikus putih jantan dengan perbesaran 1000 x. Tampak
pada gambar: (A) inti sel normal, (B) inti sel yang mengalami piknosis, (C) inti sel
yang mengalami kariolisis, (D) inti sel yang mengalami karioreksi.

Tabel 7. Hasil jumlah total sel pada Kondisi Darah


gambaran histopatologi organ Perhitungan jumlah eritrosit
ginjal
Jumlah Total sel Presentase Presentase
Pada tabel 8 menunjukkan
sampel pada 2 Sel Normal Nekrosis hasil rata-rata jumlah eritrosit pada
Kelompok (n) lapang (%) (%) tikus putih jantan. Berdasarkan hasil
pandang
analisis data dengan SPSS diperoleh
Kontrol 4 400 83 17
½ Dosis 4 400 79,75 20,25 kesimpulan tidak ada beda antar
1 Dosis 4 400 71,25 26,75 kelompok perlakuan pada kenaikan
2 Dosis 4 400 83,5 16,5 dosis di minggu ke satu sampai
Keterangan: minggu ke empat. Dapat disimpulkan
½ Dosis : 0,01 mL / 200 gram BB tikus bahwa pemberian minyak kayu
1 Dosis : 0,02 mL / 200 gram BB tikus
2 Dosis : 0,04 mL / 200 gram BB tikus manis selama satu bulan tidak
memberikan perbedaan yang
Hasil analisis statistik dengan bermakna terhadap jumlah eritrosit.
ANOVA menunjukkan bahwa tidak
Tabel 8. Hasil analisis rata-rata jumlah
ada beda secara nyata antar eritrosit pada tikus putih jantan
perlakuan. Akan tetapi dapat Kelomp Rata-rata jumlah eritrosit (sel)
disimpulkan bahwa keadaan sel ok T0 T1 T2 T3 T4
pada keempat perlakuan tidak ada Akuade 84300 85100 87200 84000 82400
s 00 00 00 00 00
perbedaan yang bermakna yang Dosis I 87600 88600 87700 86600 85400
mana minyak kayu manis tidak 00 00 00 00 00
Dosis II 89200 88700 87700 86300 83200
mengandung suatu senyawa yang 00 00 00 00 00
dapat menyebabkan kerusakan sel Dosis 87400 87800 86100 83500 80100
III 00 00 00 00 00
pada organ ginjal.
Keterangan
Dosis I : 0,01 mL/200g BB tikus
Dosis II : 0,02 mL/200g BB tikus
Dosis III : 0,04 mL/200g BB tikus

29
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

C
D

B
D B
D
C
A

A
A
Akuades ½ DE (0,01 mL / 200 gram BB tikus)

A A

B
C

1 DE (0,02 mL / 200 gram BB tikus) 2 DE (0,04 mL / 200 gram BB tikus)


Gambar 5. Gambaran mikroskopis organ ginjal tikus putih jantan pada uji hispatologis. Tampak pada gambar: (A)
inti sel normal, (B) inti sel yang mengalami karioreksis, (C) inti sel yang mengalami piknosis, (D) inti sel
yang mengalami kariolisis.

Perhitungan jumlah leukosit bulan tidak memberikan perbedaan


Perhitungan jumlah leukosit yang bermakna pada jumlah leukosit.
bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat perubahan jumlah leukosit Perhitungan Trombosit
antara sebelum dan sesudah Perhitungan jumlah trombosit
pemberian minyak atsiri kulit batang bertujuan untuk mengetahui apakah
kayu manis selama satu bulan. terdapat perubahan jumlah trombosit
Pada tabel 9 merupakan data antara sebelum dan sesudah
hasil analisa rata-rata jumlah leukosit pemberian minyak atsiri kulit batang
pada tikus putih jantan. Hasil analisis kayu manis selama satu bulan.
statistik dari data tabel 9 dapat
disimpulkan bahwa pemberian
minyak kayu manis selama satu
30
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Tabel 9. Hasil analisis rata-rata jumlah Tabel 11. Rata-rata jumlah Hematokrit
leukosit pada tikus putih jantan Rata-rata jumlah hematokrit
Kelompo
Kelom Rata-rata jumlah leukosit (%)
k
pok T0 T1 T2 T3 T4 T0 T1 T2 T3 T4
Akuade 104 103 103 972 956 Akuades 41, 41 41, 40, 39,
s 40 60 60 0 0 2 6 2 4
Dosis I 111 109 106 106 106 Dosis I 42, 43, 42 41, 38,
20 60 80 40 40 8 4 2 6
Dosis II 106 107 992 968 960 Dosis II 41 42, 43, 40, 38,
00 20 0 0 0 8 8 2 6
Dosis 107 104 103 103 100 Dosis III 40, 41 40, 38, 39,
III 60 00 60 60 40 4 2 4 2
Keterangan Keterangan
Dosis I : 0,01 mL/200g BB tikus Dosis I : 0,01 mL/200g BB tikus
Dosis II : 0,02 mL/200g BB tikus Dosis II : 0,02 mL/200g BB tikus
Dosis III : 0,04 mL/200g BB tikus Dosis III : 0,04 mL/200g BB tikus

Tabel 10. Rata-rata jumlah trombosit Hasil analisa statistik dengan


Kelomp Rata-rata jumlah trombosit (mL3) metode SPSS terhadap hematokrit
ok T0 T1 T2 T3 T4 tidak ada beda antar kelompok
Akuade 4060 4140 4200 3900 3680
s 00 00 00 00 00 terhadap kenaikan dosis perlakuan
Dosis I 3880 4060 3780 3500 3660 pada minggu ke-empat. Dapat
00 00 00 00 00
Dosis II 3920 4060 3680 3800 3640 disimpulkan bahwa pemberian
00 00 00 00 00 minyak kayu manis selama satu
Dosis 3860 3800 3700 3640 3340
III 00 00 00 00 00 bulan tidak memberikan perbedaan
Keterangan yang bermakna pada persen
Dosis I : 0,01 mL/200g BB tikus hematokrit tikus.
Dosis II : 0,02 mL/200g BB tikus
Dosis III : 0,04 mL/200g BB tikus
Pengamatan sel darah
Hasil pengamatan darah dapat
Analisis statisitik (tabel 10)
menunjukkan tidak terdapat perbedaan
dilihat pada Gambar 6 dan Gambar
bermakna jumlah trombosit pada dosis 7.
disetiap minggunya. Dapat disimpulkan
bahwa pemberian minyak kayu manis
selama satu bulan tidak memberikan
perbedaan yang bermakna pada jumlah
trombosit tikus.

Hematokrit
Perhitungan persen hematokrit Gambar 6. Pewarnaan Giemsa dan
untuk mengetahui apakah terdapat Wright dosis I pada
perubahan persen hematokrit antara perbesaran 40x. Keterangan
gambar: (1) dosis I pada
sebelum dan sesudah pemberian minggu 0; (2) dosis I pada
minyak atsiri kulit batang kayu minggu 4; (a) eritrosit normal;
manis selama satu bulan. (a1) eritrosit abnormal; (b)
leukosit; dan (c) trombosit.

31
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Simpulan
Berdasar hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa: Minyak kayu
Manis memiliki aktifitas sitotoksik
terhadap kultur sel WiDr dengan
nilai IC50= 27,27 µg/mL. Minyak
Kayu Manis pada dosis I
Gambar 7. Pewarnaan Giemsa dan (0,01mL/200gBB) dan dosis II
Wright pada pemberian (0,02mL/200gBB) tidak memberikan
akuades pada perbesaran 40x.
Keterangan gambar: (1) pengaruh terhadap SGPT, SGOT,
akuades pada minggu 0; (2) Kreatinin dan histopatologi hati dan
aquadest pada minggu 4; (a) ginjal serta kadar sel eritrosit,
eritrosit normal; (a1) eritrosit leukosit dan trombosit pada Tikus
abnormal; (b) leukosit; dan (c) Rattus novergicus setelah pemberian
trombosit.
selama satu bulan.
Berdasarkan hasil pewarnaan
darah dapat dijelaskan bahwa Daftar Pustaka
eritrosit memiliki bentuk piringan 1. Depkes, Deteksi Dini Kanker
bikonkaf dengan garis tengah 8, Usus Besar, (Online),
ketebalan 2, dan ketebalan 1 bagian (http://www.litbang.depkes.go.id/
tengah. Leukosit ada yang bergranula aktual/kliping/Kanker.11106.htm,
dan ada yang tidak bergranula. 2006. diakses 15 Februari 2012.
Leukosit memiliki inti di tengah dan 2. Di Piro, Pharmacotherapy A
intinya mudah dilihat. Leukosit Pathophysiologic Approach,
paling mudah dibedakan dari sel McGraw-Hill, Medical
darah yang lain. Trombosit memiliki Publishing, Division, New York.
bentuk jasad kecil bergranula 1997.
memiliki diameter 2-4. Trombosit 3. Kwon, B. M., Lee, S. H., Cho, Y.
terkadang susah dilihat karena K., Bok, S. H., So, S. H., Youn,M.
ukuran yang kecil dan bentuk yang R., and Chang, S. I., Synthesis and
tidak tetap. Pada minggu 0 dan biological activity
minggu 4 bentuk eritrosit, leukosit ofcinnamaldehyde as
dan trombosit pada pemberian angiogenesis inhibitors. Bioorg.
minyak kayu manis dosis I, dosis II, Med.Chem. Lett., 1997,7, 2473-
dosis III dan pada pemberian 2476.
aquadest memiliki bentuk yang 4. Kwon, B. M., Lee, S. H., Choi, S.
relatif tetap. Dapat disimpulkan U., Park, S. H., Lee, C. O.,Cho, Y.
bahwa pemberian minyak kayu K., Sung, N. D., and Bok, S. H.,
manis selama 1 bulan tidak Synthesis and in vitro cytotoxicity
mempengaruhi bentuk darah. of cinnamaldehyde to human solid
tumor cells. Arch. Pharm. Res.,
1998, 21,147-152 (1998).

32
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

5. Nurrochmad A.,Kristina S.A.,


Effect of Curcuma zedoaria Rosc.
Ethanolic Extract on the Lung
Tumor Growth on Post Initiation
Phase in Female Mice Induced by
Benzo(a)pyrene, Indonesian
Journal of Pharmacy, 2004, 15
(1): 7 – 12
6. Sharififar F, Moshafi MH,
Dehghan-Nudehe G, Ameri A,
Alishahi F, Pourhemati A.,
Bioassay screening of the
essential oil and various extracts
from 4 spices medicinal plants.
Pak Journal Pharm Science.;
2009, 22(3):317-322

33

Anda mungkin juga menyukai