SALEP
DOSEN PENGAMPU :
KELOMPOK 2 J
NAMA ANGGOTA:
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2019
I. JUDUL PRAKTIKUM
Salep
II. HARI / TANGGAL PRAKTIKUM
Rabu, 27 Maret 2019
III.TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat membuat dan melakukan pengujian terhadap sediaan salep
2. Mahasiswa dapat melakukan pengujian homogenitas salep
3. Mahasiswa dapat melakukan pengujian daya menyebar salep
4. Mahasiswa dapat melakukan pengujian daya lekat salep
5. Mahasiswa dapat melakukan pengujian kemampuan proteksi salep
6. Mahasiswa dapat melakukan pengujian viskositas pada sediaan salep
IV. DASAR TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir (FI ed IV). Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok (FI ed III). Salep tidak boleh berbau tengik.
Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salepyang mengandung obat keras
atau narkotik adalah 10 %. Sedian setengan padat ini tidak menggunakan tenaga.Akan
tetapi salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil,tidak terpengaruh oleh suhu
dan kelembaban kamar, dan semua zat yangdalam salep harus halus. Oleh karena itu
pada saat pembuatan salepterkadang mangalami banyak masalah saleb yang harus
digerus dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan
diserab oleh kulit.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat
berupamassa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.
Menurut farmakopeedisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topical pada kulit atau selaput lendir.Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat
dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting.
Menurut Scoville’s salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep
kentaldimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan
menahanlapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut Formularium
Nasional salepadalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya
lembek dan mengandung obat,digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau
melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Saleptidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yangmengandung obat keras atau
narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).
Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon :
sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta
sulit tercuci olehair sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis
hidrokarbon jikadibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi
seperti krim dan lotion.
Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang
tepat bila dipakaisebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan
bahan-bahan lain yang kurang stabildengan adanya air
Persyaratan salep Menurut FI III, yaitu :
ALAT :
VI. CARA KERJA :
a. Formula salep A
b. Formula salep B
Melelehkan PEG 4000 diatas WB, menambahkan PEG 400, lalu memasukkan dalam mortir,
dan mengaduk sampai dingin dan homogen
Mengoleskan salep pada sekeping kaca atau bahan transparan yang cocok
Menimbang dahulu kaca yang satunya, lalu meletakkan kaca tersebut diatas masa salep dan
membiarkan selama 1 menit
Mengukur berapa diameter salep yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata
diameter dari berbagai sisi)
Menambahkan 50g beban tambahan, dan mendiamkan 1 menit, lalu mencatat salep yang
menyebar seperti sebelumnya
Meneruskan dengan menambah tiap kali dengan beban tambahan 50g dan mencatat diameter
salep yang menyebar selama 1 menit
Meletakkan objec glass yang lain diatas salep tersebut, dan menekan dengan beban 1kg
selama 5menit
Melepaskan beban seberat 80g dan mencatat waktu hingga kedua objec glass terlepas
Melakukan tes untuk formula salep yang lain dengan masing-masing 3 kali percobaan
Mengambil sepotong kertas saring ukuran 10cm x 10cm, dan membasahi dengan larutan
fenoptalein untuk indikator. Setelah itu mengeringkan kertas saring
Mengolesi kertas saring tersebut dengan salep yang akan dicoba (satu lapis) seperti lazimnya
orang menggunakan salep
Sementara itu pada kertas saring yang lainnya, membuat suatu area ukuran 2,5cm x 2,5cm
dengan parafin padat yang dilelehkan. Setelah kering akan didapat area yang dibatasi dengan
parafin padat
Melihat sebalik kertas yang dibasahi larutan fenoplatein pada waktu 15 : 30 : 45 : 60 detik : 3
dan 5 menit. Lalu mengamati apakah ada noda merah/kemerahan pada kertas tersebut
Jika tidak ada noda maka salep dapat memberikan proteksi terhadap cairan (larutan KOH)
g. Uji viskositas
Memasang viskometer pada klemnya dengan arah horizontal/tegak lurus dengan arah klem
Memasang rotor pada viskometer dengan menguncinya berlawanan arah jarum jam
Formulasi Salep A
R/ Asam salisilat 1%
Vaselin flavum ad 50
Formulasi Salep B
R/ Asam salisilat 1%
PEG 400 60
PEG 4000 40
Perhitungan Penimbangan :
= 0,5 gram
Vaselin flavum = 50 gram – 0,5 gram
= 49,5 gram
= 0,5 gram
PEG 400 = x x 49 gram
100
= 60 x 49 gram
100
= 29,4 gram
PEG 4000 = x x 49 gram
100
= 40 x 49 gram
100
= 19,6 gram
Hasil percobaan :
A. Uji homogenitas salep
1. A Homogen
2. B Tidak homogen
Rata- Rata
A B
rata -rata
1, 1,
59,959 (Bobot kaca alat) 3,775 3,275 3,5 3,52 0,9 1,1 1,2
5 1
1. A 01:23
Waktu pengukuran
Formula
15 detik 30 detik 45 detik 60 detik 3 menit 5 menit
1. A 30
2. B 550
VIII. PEMBAHASAN
Uji daya sebar pada salep bertujuan untuk melihat kemampuan sediaan
salep dapat menyebar pada kulit, dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki
daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang baik. Hasil uji
menunjukkan bahwa peningkatan beban akan memperluar daya sebar sehingga
luas penyebaran salep meningkat. Penambahan beban dilakukan secara bertingkat
untuk masing-masing formula yaitu beban 50 , 100 dan 150 gram dengan 3 kali
pengukuran. Hasil yang diperoleh untuk formula A (beban 50 g = 4 cm ; beban
100 g = 4,3 cm ; beban 150 g = 4,6 cm) dan untuk formula B A (beban 50 g = 1,4
cm ; beban 100 g = 1,5 cm ; beban 150 g = 1,7 cm ). Hal ini menunjukkan bahwa
formula A memiliki daya sebar lebih baik daripada formula B.
Uji daya lekat pada salep bertujuan untuk melihat kemampuan salep
melekat pada kulit, dimana hal ini dapat mempengaruhi kemampuan penetrasi
salep ke dalam kulit untuk menimbukan efek. Pengujian daya lekat salep
dilakukan menggunakan rheviskometer. Semakin lama daya lekat salep maka
ikatan antara salep dengan kulit semakin baik sehingga absorbsi obat oleh kulit
akan semakin baik. Sebaliknya jika ikatan antara salep dengan kulit kurang
optimal, maka obat akan mudah terlepas dari kulit. Syarat untuk daya lekat pada
sediaan topikal adalah tidak kurang dari 4 detik. Dari data yang diperoleh, pada
formula A memiliki daya lekat sebesar 1 menit 23 detik, sedangkan formula B
daya lekatnya Lebih dari 5 menit tetap melekat. Hal ini dikarenakan viskositas
formula B lebih besar dari pada Formula A, jika viskositas tinggi maka daya lekat
akan semakin lama, pengaruh suhu menyebabkan salep menjadi lebih keras dan
memiliki daya lekat semakin tinggi, selain itu basis salep juga mempengaruhi
daya lekat karena tiap basis memiliki viskositas yang berbeda sehingga waktu
antar daya lekat juga berbeda.
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat dismpulkan bahwa :
1. Parameter pengujian terhadap sediaan salep meliputi uji homogenitas, uji daya
sebar, uji daya lekat, uji kemampuan proteksi, dan uji viskositas
2. Formula A lebih homogen daripada formula B
3. Formula A memiliki daya sebar lebih besar daripada formula B
4. Formula B memiliki daya lekat lebih lama dibandingkan formula A
5. Formula A dan Formula B tidak memiliki kemapuan proteksi yang baik
6. Formula B memiliki nilai viskositas lebih besar daripada formula A
X. DAFTAR PUSTAKA
Uji Homogenitas
( Tanpa beban )
( dengan beban )
Uji viskositas