Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Teknologi Formulasi

Sediaan Semi Padat

Materi : “ Sediaan Salep”

Dosen Pengampu :

Nama Dosen :

Dra. Suhartinah, M. Sc., Apt.

Nama Kelompok ( B ) :

1. Kharisma Gustinoor F 19133987A


2. Widuri Sweet Julian 19133988A
3. Nisa Amila Rodhiya 19133991A
4. Dhini Jiwa Ramadhani 19133998A

Fakultas Farmasi
Universitas Setia Budi Surakarta
2015 / 2016
I. TUJUAN
Membuat dan melakukan pengujian terhadap sediaan salep, yang meliputi
daya menyebar, daya proteksi, daya melekat dan disolusi.

II. DASAR TEORI


Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar.
Preparat farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan
pengawet kimia sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini termasuk hidroksil
benzoat, fenol-fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener, dan
campuran-campuran lain. Preparat setengah padat menggunakan dasar salep yang
mengandung atau menahan air, yang membantu pertumbuhan mikroba supaya lebih
luas daripada yang mengandung sedikit uap air, dan oleh karena itu merupakan
masalah yang lebih besar dari pengawetan (Chaerunnisa, 2009).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar salep
yang cocok. Pemerian Tidak boleh berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan
untuk salap yang mengandung obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah
10 %. Kecuali dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih. Tergantung
dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar
berikut: dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning atau
campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau senyawa hidrokarbon
lain yang cocok; dasar salep serap lemak bulu domba dengan campuran 8 bagian
kolesterol 3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih,
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; dasar salap yang
dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dan air, dasar salep yang dapat larut dalam air
Polietilen glikola atau campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa
atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen
(Anif, 2000).
Pada penyakit kulit, obat yang digunakan berupa salep, krim atau lotion
(kocokan). Kulit yang utuh dan sehat sukar sekali ditembus obat, tetapi resorpsi
berlangsung lebih mudah bila ada kerusakan. Efek sistemis yang menyusul kadang-
kadang berbahaya, seperti dengan kortikosteroida (kortison, betameson, dan lain-
lain), terutama bila digunakan dengan cara occlusi, artinya ditutup dengan plastik.
Reseorpsi dapat diperbaiki pula dengan tambahan zat-zat keratolis dengan daya
melarutkan lapisan tanduk kulit, misalnya asam salisilat, urea dan resorsin 3% (Ansel,
1989).
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube. Botol dapat dibuat
dari gelas tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen
putih. Botol plastik juga dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna
berguna untuk salep yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat
dari kaleng atau plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan dengan alat
bantu khusus bila salep akan digunakan untuk dipakai melalui rektum, mata, vagina,
telinga atau hidung (Anif, 1993).

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat daya sebar
2. Alat daya melekat
3. Viskometer
4. Salep As. Salisilat basis lemak
5. Salep As. Salisilat basis PKG

IV. CARA KERJA


a. Formulasi Salep A

R/ As. Salisilat 1%

Vaselin flavum ad 100

1. Vaselin dimasukan kedalam mortir kemudian sambil diaduk


2. Kemudian ditambahkan asam salisilat lalu aduk sampai homogen
Formulasi Salep B

R/ As. Salisilat 1% 1 gram


60
PEG 400 60 × 99 = 59,4
100

40
PEG 4000 40 × 99 = 39,6
100
1. PEG 4000 dilelehkan diatas WB ditambah PEG 400 masukkan dalam mortir
kemudian diaduk sampai dingin dan homogeny
2. Kemudian ditambahkan dengan asam salisilat aduk sampai homogeny
b. Uji homogenitas salep
1. Salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan yang cocok
2. Diamati sediaan salep menunjukkan suasana yang homogeny
c. Uji daya menyebar salep
1. Timbang 0,5 g salep. Letakkan ditengah alat (kaca bulat)
2. Timbanglah dahulu kaca yang saatnya. Letakkan kaca tersebut di atas masa
salep dan biarkan selama 1 menit
3. Ukurlah berapa diameter salep yang menyebar (dengan mengambil panjang
rata-rata diameterdari beberapa sisi)
4. Tambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan cacatlah salep
yang menyebar seperti sebelumnya
5. Teruskan dengan menambah tiap kali dengan beban tambahan 50 g dan catat
diameter salep yang menyebar setelah 1 menit
6. Ulangi masing-masing 3 kali untuk tiap salep yang tersisa
7. Buat grafik hubungan antara beban dan luas yang menyebar
d. Uji daya lekat salep
1. Letakkan salep (secukupnya) diatas obyek glass yang telah ditentukan luasnya
2. Letakkan obyek glass yang lain diatas salep tersebut. Tekanlah dengan beban
1 kg selama 5 menit
3. Pasanglah obyek glass pada alat uji
4. Lepaskan beban seberat 80 g dan catat waktunya hingga kedua obyek glass
tersebut terlepas
5. Ulangi sebanyak 3 kali
6. Lakukan tes untuk formula salep yang lain dengan masing-masing 3 kali
percobaan
e. Uji kemampuan proteksi
1. Ambillah sepotong kertas saring (10 x 10 cm). basahilah dengan larutan
fenoptalein untuk indicator. Setelah itu kertas saring dikeringkan
2. Olesilah kertas tersebut pada No. 1 dengan salep yang akan dicoba (satu
lapis)seperti lazimnya orang mempergunakan salep
3. Sementara itu pada kertas saring yang lain, buatlah suatu areal (2,5 x 2,5 cm)
dengan paraffin padat yang dilelehkan. Setelah kering / dingin akan dapat areal
yang di batasi dengan paraffin padat
4. Tempelkan kertas No. 3 diatas kertas sebelumnya (kertas No. 2)
5. Tetesi areal ini dengan sedikit larutan KOH 10%
6. Lihatlah sebalik kertas yang dibasahi dengan larutan fenoplatein pada waktu
15 : 30 : 45 : 60 detik : 3 : 5 menit. Apakah ada noda berwarna merah /
kemerahan pada kertas tersebut
7. Kalau tidak ada noda berarti salep dapat memberikan proteksi terhadap cairan
(larutan KOH)
8. Lakukan percobaan untuk salep lain
f. Uji viskositas
1. Pasanglah viskometer pada klemnya dengan arah horizontal / tegak lurus
dengan arah klem
2. Rotor kemudian dipasang pada viskometer dengan menguncinya berlawanan
arah jarum jam
3. Masukkan sampel kedalam mangkuk, kemudian alat dihidupkan
4. Catat berapa kekentalan sampel setelah jarum pada viskositas stabil

V. HASIL PENGAMATAN
 UJI HOMOGENITAS SALEP

Formula Hasil Uji

1 A √

2 B X

 Uji Daya Menyebar Salep


Luas Daerah Penyebaran (cm2)
Beban (g)
A B

Kaca (55,130) 3,4 ; 3,1 ; 3,2 ; 3,3 = 4,3 2 ; 1,7 ; 1,8 ; 1,7 = 2,4
50 g + Kaca = 105,13 4 ; 3,3 ; 3,3 ; 3,3 = 4,36 2,1 ; 2,1 ; 2,2 ; 2,2 = 2,87

100 g + 55,130 = 155,13 4,1 ; 4 ; 3,4 ; 3,4 = 4,97 2,2 ; 2,2 ; 2,3 ; 2,3 = 3

 Uji Daya Lekat Salep

Formula Lama Melekat (detik + SD)

1 A 1 detik

2 B 18 detik

 Uji Kemampuan Proteksi

Waktu Pengukuran
Formula
15 detik 30 detik 45 detik 60 detik 3 menit 5 menit

A √ √ √ X (60 dtk)

B √ √ √ √ X (2.07 mnt)

 UjiViskositas

Formula Viskositas (dPa-s)

1 A 700 dPa-s

2 B 900 dPa-s

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan praktikum pembuatan
sediaan setengah padat salep (unguentum) asam salisilat. Dari komponen yang tertera
dalam formula diatas disebutkan bahwa hanya ada 4 komponen yaitu asam salisilat
yang berfungsi sebagai zat aktif yang berkhasiat sebagai keratolitikum ; antifungi dan
vaselin flavum, PEG 400 dan PEG 4000 yang berfungsi sebagai basis krim.
Selanjutnya setelah pembuatan sediaan unguentum asam salisilat, kami
melakukan pengujian diantaranya uji homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar, uji
viskositas dan uji kemampuan proteksi. Uji homogenitas menghasilkan bahwa sediaan
salep formula A homogen sedangkan sediaan salep formula B tidak homogen. Hal ini
dapat terjadi mungkin karena kesalahan saat pencampuran yang kurang benar. Kedua
yaitu uji daya menyebar yang menghasilkan pada formula A dengan tutup kaca = 3,4
cm; 3,1 cm; 3,2 cm; 3,3 cm, tutup kaca + 50 gram = 4 cm; 3,3 cm; 3,3 cm; 3,3 cm,
dan tutup kaca + 100 gram = 4,1 cm; 4 cm; 3,4 cm; 3,4 cm, sedangkan formula B
dengan tutup kaca = 2 cm; 1,7 cm; 1,8 cm; 1,7 cm , tutup kaca + 50 gram = 2,1 cm;
2,1 cm; 2,2 cm; 2,2 cm, dan tutup kaca + 100 gram= 2,2 cm; 2,2 cm; 2,3 cm; 2,3 cm.
Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5 – 7 cm, maka berdasarkan
hasil uji daya sebar pada sediaan dapat dikatakan bahwa sediaan kurang memenuhi
syarat daya sebar yang baik. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat
dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Ketiga
uji daya lekat kelompok kami menghasilkan formula A dengan waktu 1 detik,
sedangkan pada formula B dengan waktu 18 detik. Salep dikatakan baik jika daya
lekatnya itu besar pada tempat yang diobati karena obat tidak mudah lepas sehingga
dapat menghasilkan efek yang diinginkan.
Keempat yaitu uji kemampuan proteksi yang menghasilkan formula A 60
detik dan formula B 2,07 menit. Hasil pengujian kemampuan proteksi menunjukkan
noda merah pada salep unguentum Asam Salisilat. Noda merah yang seharusnya
terbentuk kurang dari 1 menit setelah penambahan larutan KOH. Basis salep yang
baik dapat melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam – basa, debu dan sinar
matahari pada waktu pengobatan, ditandai dengan tidak terbentuknya noda merah
setelah penambahan KOH, sedangkan terbentuknya noda merah pada salep asam
salisilat dikarenakan zat aktif dari salep yang bereaksi dengan KOH, pengolesan
unguentum yang kurang merata, pengeringan kertas saring yang ditetesi larutan PP
yang belum kering sempurna. Maka solusinya harus diperhatikan lagi pengolesan
unguentum secara benar dan merata, pengeringan kertas saring yang harus lebih
diperhatikan lagi. Dan kelima uji viskositas menghasilkan formula A 700 dPa-s dan
formula B 900 dPa-s, viskositas suatu sediaan berpengaruh pada luas penyebarannya.
Semakin rendah viskositas suatu sediaan maka penyebarannya akan semakin besar
sehingga kontak antara obat dengan kulit semakin luas dan absorbsi obat ke kulit akan
semakin cepat.
Saat penggerjaan mungkin terjadi kesalahan yaitu melarutkan asam salisilat
yang dengan etanol 96%. Karena Asam Salisilat memiliki bentuk hablur atau
berbentuk seperti jarum-jarum, sehingga perlu dilarutkan terlebih dahulu untuk
memperkecil partikelnya, baru setelah itu dilarutkan dengan etanol 96% sedikit demi
sedikit dan diaduk hingga asam salisilat terlarut secara sempurna. Selain itu sanitasi
dan higiene dari peralatan yang dipakai kurang diperhatikan.

VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan untuk mengevaluasi sediaan unguentum
asam salisilat seperti Uji Daya Sebar, Uji Daya Lekat, Uji Kemampuan Proteksi, uji
Homogenitas, dan Uji Viskositas menunjukkan hasil yang kurang baik karena ada
yang belum memenuhi syarat nilai untuk salep yang baik.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Tim Penyusun. 2013, “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”. Fak.ultas Farmasi UMI.
Makassar.
Tim penyusun. 1987. “Dasar-dasar Ilmu Resep dan Meracik Obat”. Sekolah
Menengah Farmasi. Makassar.
Dirjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI. Jakarta
Ansel C. Howard. 1989. “Penuntun Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Empat, UI-Press,
Jakarta.
Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. UI Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai