Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Simvastatin merupakan kandidat yang baik untuk pemberian


melalui bukal karena simvastatin dapat mengalami first-pass metabolisme
yang tinggi dihati sehingga pada pemberian oral akan menghasilkan
bioavailability yang buruk ( 5 %) dan sangat bervariasi. Hal lain seperti
waktu paruh yang pendek ( 2 - 3 jam ), dosis yang kecil, dan berat
molekular yang rendah juga menjadi alasan pendukung untuk pembuatan
simvastatin dalam bentuk buccal patch. (Shalini, 2012)

Selama ini rute oral menjadi rute pemberian obat tersering baik
bagi obat lama dan obat baru. Hal ini dikarenakan cara pemberian oral ini
dirasa sangat mudah dan dapat diterima pasien. Yang menjadi masalah
utama pada pemberian obat oral yaitu, jika obat dapat mengiritasi saluran
pencernaan. Hal ini biasanya diatasi dengan pemberian lapisan selaput
pada obat. Rute oral mungkin kurang sesuai dengan obat obat yang
memiliki target pada organ yang spesifik. (Shalini, 2012)

Beberapa tipe sedian buccal yang konvensional termasuk tablet


bucal, troches dan lozenges dan pembersih mulut. Sejauh ini, dari berbagai
rute pemberian, obat mucoadhesion menjadi lebih populer karena
kemampuannya mengoptimalkan lokalisasi pemberian obat dengan
merekatkan atau memberikan kontak langsung pada tempat absorbsi obat
(misal rongga bucal). (Shalini, 2012)

Bioadhesi merupakan kemampuan suatu material (sintetik ataupun


biologikal) untuk menempel pada jaringan dalam jangka waktu yang
panjang. Jaringan biologis dapat berupa jaringan epitel ataupun lapisan
mukosa diatas jaringan epitel tersebut. Jika penempelannya pad lapisan
mukosa maka disebut mucoadhesion. (Shalini, 2012)

1
Bucal patch dirasa lebih fleksible dan lebih nyaman dari bentuk
sediaan bukal lainnya. Terlebih lagi, sediaan patch dapat mengatasi
masalah pada sediaan oral gel yang sering berefek cepat karena mudah
terbawa saliva. (Shalini, 2012)

Pemberian melalui rute bucal menyediakan akses langsung ke


sirkulasi sistemik melalui vena jugularis, melewati fase fisrt-pass
metabolisme sehingga memungkinkan biovailability yang tinggi. (Shalini,
2012)

Keuntungan lain diantaranya akses yang baik, reaksi enzimatik


yang rendah, cocok untuk obat dan bahan tambahan yang mengiritasi
mukosa saluran pencernaan, pemberian yang mudah, mudah ditarik
kembali, dapat ditambahkan inhibitor enzim, bahan yang dapat
mempercepat penyerpan atau modifikasi pH pada formulasi, kebebasan
dalam membentuk obat mejadi sistem pelepasan yang multidirectional atau
unidirectional untuk lokal atau sistemik. (Shalini, 2012)

1.2. Tujuan pembuatan makalah

Makalah ini dibuat bertujuan sebagai review jurnal untuk melihat pengaruh
perbedaan exsipien terutama polimer pada pembuatan sediaan patch bukal.

BAB II
ISI

2.1. Formula

2
2.2. Metode Pembuatan Sediaan.

Meteode pembuatan sediaan yang digunakan pada jurnal ini adalah


adalah metode solvent casting. Metode ini memiliki dua tahap, pertama yaitu
pembuatan larutan polimer, kemudian yang kedua, dilakukan pendispersin zat
aktif dan berlanjut ke pembuatan sediaan. (Shalini, 2012)

Langkah-langkah dalam pembuatan larutan polimer :


Masing-masing polimer yang akan digunakan didispersikan kedalam 5 %
ethanol.
Ditambahkan Eudragit RS 100 sesuai kebutuhan.
Diamkan 24 jam dalam sonicator.
Filtrasi dengan muslin cloth.

Yang ke dua dilakukan pendispersian zat aktif dengan cara sebagai brikut:
Mendispersikan simvastatin pada larutan polimer.
Menambahkan glycerine 50% sebagai plastisizer kemudian diaduk
homogen.
Larutan diatas dituang kedalam cetakan khusus dan dipanaskan dalam
oven dengan suhu 45 0C selama 24 jam.

3
Patch yang terbentuk diangkat dan di simpan dengan pelapis yang tidak
bisa ditembus dalam desicator.

BAB III
PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengujian

a. Uji Ketebalan sediaan.


Diukur dengan screw gauge pada 5 posisi berbeda dari patch dan dihitung
rata rata. Alat ukur yang digunakan disebut digital mikrometer. (Shalini,
2012)

b. Uji Folding Edurance (Ketahanan Lipat)


Folding enduran dapat diartikan sebagai ketahanan sediaan untuk tidak
ptah setelah beberapa kali pelipatan ditempat yang sama. Ditentukan
dengan berulang kali melipat patch pada tempat yang sama sampai patah
atau dilipat sampai 300 kali secara manual. Tes dilakukan pada 5 patch.

4
Jumlah pelipatan tanpa mematahkan patch dianggap nilai folding
endurance. (Shalini, 2012). Referensi lain mengatakan cukup 200 kali
(Gamal, 2015).

c. Uji Indeks Swelling.


Patch dipotong 1x1 cm2 ditimbang (W1) kemudian diletakkan pada cawan
petri dan ditambahkan 50 ml buffer fosfat dengan pH 6,6. Dan didiamkan
selama 5- 60 menit kemudian ditimbang kembali (W2). (Shalini, 2012)

Cara lain yaitu dengan menimbang sediaan patch bukal (W1) lalu
meletakkannya dalam cawan berisi agar gel 2%. Kemudian diinkubasi
dengan suhu 37 0C 1 0C dan dilihat jika ada perubahan fisik. Biasanya
dalam waktu 1 3 jam, patch di angkat dengan hati hati menggunakan
kertar filter. Patch yang sudah mengembang di timbang (W2) dan
swelling index nya kemudian dihitung menggunakan rumus
(Raghavendra,2013) :

w 2w 1
SI = X 100
w1

Atau dengan meletakkan kertas berukuran dibawah cawan untuk melihat


pengembangan atau perluasan areanya. Setiap 5 menit selama 60 menit,
perluasan area dilihat kemuadian patch ditimbang kemudian diukur
dengan rumus (Shalini, 2012) :

Xt X 0
S= X 100
X0

X0 = Luas area awal.


Xt = Luas area setelah waktu tertentu.

d. Uji Keseragaman Kandungan.


Potong patch 1x1 cm2 dan letakkan dalam beaker glass. Tambahkan 10 ml
larutn asam klorida 0,1 N. Campurn diaduk dengan cylomixer untuk
melarutkan patch. Campuran dipindah ke tabung volumetrik (10 ml) atau
kuvet kemudian diukur dengan larutan blangko pada panjang gelombang
248 nm. (Shalini, 2012)

e. Uji Kekuatan Ketegangan.

5
Diukur dengan alat digital tensile tester (DY 10). Rentang sensitifitas
alat dari 1 10 Newton. Terdiri dari 2 grip. Grip bagian bawah terfiksasi
dan grip bagian atas dapat digerakkan. Ukuran patch yang digunakan
yaitu 5 x 3 cm2. Patch dipasang dan ditarik sampai terbelah menjadi dua
dan hasil dapat dibaca pada alat (dalam Kg). (Shalini, 2012)

f. Uji pelepassan patch bukal secara in vitro.


Sediaan pacth di potong dengan ukuran 1x1 cm 2 dan di tempelkan pada
objek glass kemudian di tetesi dengan buffer fosfat (pH 7,2). Glass objek
ini kemudian diletakan dalam beaker glass yag mengandun 100 ml buffer
posfat (pH 7,2) dengan sudur 45 0C. Beaker glass kemudian diletakkan
dalam circulating water bath yang suhunya dijaga pada 37 0C. sistem non-
agitated dipilih untuk mengeliminasi efek turbulensi pada pelepasan.
Sampel di ambil secara bertahap sebanyak 5 ml menggunakan pipet yang
diujungnya di tempelkan kapas sebagai filter.
Obyek glassnya kemudian dimasukkan kembali ke beaker glass.
Pengambilan sampel ini di lakukan setiap 10 menit sampai 90 menit. Dan
kemudian di analisis degan spektrofotometer pada panjang gelombang
238 nm. (Shalini, 2012)

3.2. Pembahasan.

Kalibrasi kurva simvastatin dalam larutan 0,1 N HCl dan buffer posfat (pH
7,2) diperoleh pada panjang lamda maksimal 238 nm dengan UV-VIS
spectrometer (UV-1601PC, Shimazu corporation, Tokyo Jepang). Rentang
konsentrasi yang memberikan gambaran sesuai dengan hukum lambert beer
untuk dapat membentuk kurva kalibrasi adalah pada konsentrasi 2 10
g/ml. Analisa dilakukan dengan tiga kali pengulangan yang ditunjukkan
pada gambar 1.

6
Dari penelitian
sebelumnya
didapatkan
bahwa sediaan patch bukal yang dibuat dengan 1 % eudragit-RS 100 dan
beberapa variasi jumlah polimer PVP, PVA, HPMC, dan EC dapat di sipulkan
beberapa hal yaitu sediaan patch bukal dengan 50% glycerin w/w ditemukan
memiliki karakteristik fisik yang bagus.

Ketebalan sediaan patch bukal didapatkan meningkat sesuai dengan


peningkatan persentase jumlah polimer yang digunakan. Eudragit-RS 100 dan
EC (1:2) yang mengandung gliserin w/w memiliki ketebalan maksimum.

Perentase swelling index yang diuji pada waktu 5, 10, 30, dan 60 menit
menunjukkan peningkatan sesuai dengan peningkatan polimer hidrofilik.
Sediaan patch bukal Eudragit-RS 100 dan EC memiliki swelling index
terbaik. Untuk Folding endurance atau ketahanan pelipatan Eudragit-RS 100
dan EC juga memiliki nilai terbaik diikuti Eudragit-RS 100 dan HPMC ,
Eudragit-RS 100 dan PVA dan terakhir Eudragit-RS 100 dan PVP.

7
Simvastatin telah bergabung dengan polimer yang berbeda beda
sehingga perlu di evaluasi keseragaman kandungannya serta pelepasannya
secara in vitro (gambar 2). Pelepasan obat yang lebih tinggi didapatkan dari
sediaan patch bukal Eudragit-RS 100 dan PVP diikuti oleh Eudragit-RS 100
dan PVA, Eudragit-RS 100 dan HPMC, dan terakhir Eudragit-RS 100 dan
EC. Formula 1 menunjukkan pelepasan tercepat dan maksimal dimana T50%

8
nya dicapai dalam waktu 1.7 jam dan dalam 8 jam sudah dapat lepas
sebanyak 99.95 % yang kemudian diikuti oleh F2, F3 dan F5.

Karakteristik pelepasan simvastatin sediaan patch bukal ini


menunjukkan penurunan dari persentase pelepasan obat sejalan dengan
bertambahnya jumlah polimer.
Pada F12 didapatkan pelepasan 50% sudah merupakan pelepasan
maksimalnya yang dicapai dalam 7.6 jam diikuti oleh F9 dalam waktu 6.5
jam dan F11 mencapai pelepasan maksimal pada 50% selama 6.2 jam.
Ketiganya menunjukkan hasil yang sangat lambat dengan perlepasan terkecil
pada F12.

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari studi yang menggunakan 1 % eudargit-RS 100 dan berbagai


variasi polimer seperti PVP, PVA, HPMC dan EC ini dapat disimpulkan
bahwa patch bukal yang dibuat dengan 50% gliserin w/w memiliki
karakteristik fisik yang baik. Ketebalan rata rata meningkat sesuai
peningkatan jumlah polimer.

Eudargit-RS 100 dan EC (1:2) yang mengandung 50% gliserin w/w


memiliki ketebalan maksimal. Persentase swelling index yang di lihat pada
menit ke 5, 10, 30, dan 60 menit meningkat sejalan dengan peningkatan
jumlah polimer hidrofilik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem polimer
dengan eudargit-RS 100 yang dicampur dengan PVP, PVA, HPMC, dan EC
memiliki potesial sebagai formulasi sediaan bukal.

10
DAFTAR PUSTAKA

El-Maghraby, Gamal M. et al, Formulation and Evaluation of Simvastatin


Buccal Film, Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 5 (04), 201,
070 077. (http://www.japsonline.com)
Mishra, Shalini et al, A Review Article : Recet Approaches in Buccal
Patches, The Pharma Innovation Vol. 1 No. 7, 2012, 78 86.
(www.thepharmajournal.com)
Mishra, Shalini et al, Formulation and Evaluation of Buccal Patch of
Simvastatin by Using Different Polymers, The Pharma Innovation Vol. 1
No. 7, 2012, 87 92. (www.thepharmajournal.com)
Rao, N. G. Raghavendra et al, Overview on Buccal Drug Delivery
Systems, J. Pharm. Sci. & Res. Vol 5 (4), 2013, 80 88.
(www.jpsr.pharmainfo.in)
Tarai, Magdaline et al, Nove, Bucco-compatible Simvastatin Buccal Film :
An Integratieve Study of The Effect of Formulation Variable, Journal of
Science and Innovative Research 2013, Vol. 2 (5), 903 913.
(www.jsirjournal.com)

11

Anda mungkin juga menyukai