PENDAHULUAN
Selama ini rute oral menjadi rute pemberian obat tersering baik
bagi obat lama dan obat baru. Hal ini dikarenakan cara pemberian oral ini
dirasa sangat mudah dan dapat diterima pasien. Yang menjadi masalah
utama pada pemberian obat oral yaitu, jika obat dapat mengiritasi saluran
pencernaan. Hal ini biasanya diatasi dengan pemberian lapisan selaput
pada obat. Rute oral mungkin kurang sesuai dengan obat obat yang
memiliki target pada organ yang spesifik. (Shalini, 2012)
1
Bucal patch dirasa lebih fleksible dan lebih nyaman dari bentuk
sediaan bukal lainnya. Terlebih lagi, sediaan patch dapat mengatasi
masalah pada sediaan oral gel yang sering berefek cepat karena mudah
terbawa saliva. (Shalini, 2012)
Makalah ini dibuat bertujuan sebagai review jurnal untuk melihat pengaruh
perbedaan exsipien terutama polimer pada pembuatan sediaan patch bukal.
BAB II
ISI
2.1. Formula
2
2.2. Metode Pembuatan Sediaan.
Yang ke dua dilakukan pendispersian zat aktif dengan cara sebagai brikut:
Mendispersikan simvastatin pada larutan polimer.
Menambahkan glycerine 50% sebagai plastisizer kemudian diaduk
homogen.
Larutan diatas dituang kedalam cetakan khusus dan dipanaskan dalam
oven dengan suhu 45 0C selama 24 jam.
3
Patch yang terbentuk diangkat dan di simpan dengan pelapis yang tidak
bisa ditembus dalam desicator.
BAB III
PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengujian
4
Jumlah pelipatan tanpa mematahkan patch dianggap nilai folding
endurance. (Shalini, 2012). Referensi lain mengatakan cukup 200 kali
(Gamal, 2015).
Cara lain yaitu dengan menimbang sediaan patch bukal (W1) lalu
meletakkannya dalam cawan berisi agar gel 2%. Kemudian diinkubasi
dengan suhu 37 0C 1 0C dan dilihat jika ada perubahan fisik. Biasanya
dalam waktu 1 3 jam, patch di angkat dengan hati hati menggunakan
kertar filter. Patch yang sudah mengembang di timbang (W2) dan
swelling index nya kemudian dihitung menggunakan rumus
(Raghavendra,2013) :
w 2w 1
SI = X 100
w1
Xt X 0
S= X 100
X0
5
Diukur dengan alat digital tensile tester (DY 10). Rentang sensitifitas
alat dari 1 10 Newton. Terdiri dari 2 grip. Grip bagian bawah terfiksasi
dan grip bagian atas dapat digerakkan. Ukuran patch yang digunakan
yaitu 5 x 3 cm2. Patch dipasang dan ditarik sampai terbelah menjadi dua
dan hasil dapat dibaca pada alat (dalam Kg). (Shalini, 2012)
3.2. Pembahasan.
Kalibrasi kurva simvastatin dalam larutan 0,1 N HCl dan buffer posfat (pH
7,2) diperoleh pada panjang lamda maksimal 238 nm dengan UV-VIS
spectrometer (UV-1601PC, Shimazu corporation, Tokyo Jepang). Rentang
konsentrasi yang memberikan gambaran sesuai dengan hukum lambert beer
untuk dapat membentuk kurva kalibrasi adalah pada konsentrasi 2 10
g/ml. Analisa dilakukan dengan tiga kali pengulangan yang ditunjukkan
pada gambar 1.
6
Dari penelitian
sebelumnya
didapatkan
bahwa sediaan patch bukal yang dibuat dengan 1 % eudragit-RS 100 dan
beberapa variasi jumlah polimer PVP, PVA, HPMC, dan EC dapat di sipulkan
beberapa hal yaitu sediaan patch bukal dengan 50% glycerin w/w ditemukan
memiliki karakteristik fisik yang bagus.
Perentase swelling index yang diuji pada waktu 5, 10, 30, dan 60 menit
menunjukkan peningkatan sesuai dengan peningkatan polimer hidrofilik.
Sediaan patch bukal Eudragit-RS 100 dan EC memiliki swelling index
terbaik. Untuk Folding endurance atau ketahanan pelipatan Eudragit-RS 100
dan EC juga memiliki nilai terbaik diikuti Eudragit-RS 100 dan HPMC ,
Eudragit-RS 100 dan PVA dan terakhir Eudragit-RS 100 dan PVP.
7
Simvastatin telah bergabung dengan polimer yang berbeda beda
sehingga perlu di evaluasi keseragaman kandungannya serta pelepasannya
secara in vitro (gambar 2). Pelepasan obat yang lebih tinggi didapatkan dari
sediaan patch bukal Eudragit-RS 100 dan PVP diikuti oleh Eudragit-RS 100
dan PVA, Eudragit-RS 100 dan HPMC, dan terakhir Eudragit-RS 100 dan
EC. Formula 1 menunjukkan pelepasan tercepat dan maksimal dimana T50%
8
nya dicapai dalam waktu 1.7 jam dan dalam 8 jam sudah dapat lepas
sebanyak 99.95 % yang kemudian diikuti oleh F2, F3 dan F5.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11