Anda di halaman 1dari 28

QC Produksi &

Produk Sediaan
Cair II
(Sistem
Dispersi)

Vina Maulidya, M.Farm., Apt.

Sistem Dispersi
Sistem

dispersi dapat diartikan sebagai


suatu sistem yang salah satu zatnya
adalah fase terdispersi kedalam zat atau
fase pendispersi.
Klasifikasi sistem dispersi dalam farmasi
dilakukan berdasarkan keadaan fisik
medium dispersi, fasa terdispersi, serta
ukuran partikel fasa terdispersi.

Sistem
Disper
si

Suspen
si
Emulsi

Suspensi
Berdasarkan FI IV
Merupakan sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair.
Beberapa suspensi dapat langsung
digunakan, sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus
dikonstitusikan terlebih dahulu dengan
pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan .

Formula Umum
Zat
Zat aktif
aktif

Pembawa
Pembawa
(air,
(air, sirup,
sirup,
dll)
dll)

Pembasah
Pembasah

Pensuspens
Pensuspens
ii

Pengawet
Pengawet

Pemanis
Pemanis

Pewarna
Pewarna

Pewangi
Pewangi

AntiAnticaplocking
caplocking

Pendapar
Pendapar

Antioksidan
Antioksidan

Skala Laboratorium

Perhitungan

Akan dibuat sediaan suspensi X, dengan


volume a ml per botol. Kekuatan sediaan yang
dibuat adalah ..........mg/5ml, dengan jumlah Z
botol (coklat).

Jumlah sediaan yang akan dibuat Z botol @ a ml,


ditambah untuk keperluan uji mutu sediaan akhir

Evaluasi
Homogenitas
Distribusi

ukuran partike
1 botol
Penentuan bobot jenis
Penetapan pH
Volume sedimentasi 1 botol
Kemampuan redispersi 1 botol
Penetapan viskositas dan rheologi (visk Brookfield) 400-500 mL
Volume terpindahkan (tidak destruktif)
Identifikasi 3 botol
Penetapan kadar 3 botol
Penetapan potensi antibiotika (jika zat aktifnya antibiotika) 1 botol
Uji efektifitas pengawet 5 botol
Penetapan kapasitas penetralan asam
(khusus untuk suspensi antasid)
1 botol
Uji batas mikroba (khusus untuk suspensi antasida)

Karena dari seluruh uji diatas ada uji yang tidak destruktif
sehingga dapat digunakan untuk uji evaluasi yang lain. Jadi
jumlah suspensi yang akan dibuat adalah Z + 30 = Y
botol

Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin


ketepatan volume sediaan setelah dituang dari botol.
Persentase penambahan volume mengacu pada FI IV
<1131>, hal 1044. Volume sediaan tiap botol = a ml +
(3 % x a ml) = d ml

Total volume sediaan yang akan dibuat : Y botol x d ml = b


ml

Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka


total sediaan dilebihkan 10 % , sehingga volume total yang
dibuat = b ml + (10% x b) ml = c ml.

Skala Industri

Perhitungan

Akan dibuat sediaan suspensi ...X..., dengan volume a ml per


botol. Kekuatan sediaan yang dibuat adalah ..........mg/5ml,
dengan jumlah Z botol (coklat).
Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan
volume sediaan setelah dituang dari botol. Persentase
penambahan volume mengacu pada penetapan volume
injeksi dalam wadah (FI IV <1131>, hal 1044). Volume
sediaan tiap botol = a ml + (3 % x a ml) = d ml
Jumlah sediaan yang akan dibuat Z botol x daa ml = b ml.
Jumlah ini sudah termasuk untuk IPC (In Process Control) dan
evaluasi uji mutu sediaan akhir.
Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total
sediaan dilebihkan 10 % , sehingga volume total yang dibuat
= b ml + (10% x b) ml = c ml.

Prosedur Pembuatan
1.
2.
3.
4.

5.
6.

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Gunakan aqua DM (demineralisata) (sebagai pelarut atau pembawa) yang sudah dididihkan
selama 15 menit untuk seluruh proses.
seluruh bahan (zat aktif dan eksipien) ditimbang
tampung dalam wadah bersih zat aktif (bila menggumpal ayak melalui mesh 30).
jika menggunakan pembasah, tambahkan pembasah ke dalam zat aktif, aduk hingga homogen
dalam ultra turax. Tambahkan aqua DM matang (30-35oC) sedikit demi sedikit, aduk kemudian
coloid mill hingga suspensi halus sampai terbentuk massa yang cukup basah.
dalam wadah bersih kembangkan suspending agent dan tambahkan pengawet.
dalam wadah steam double jacketed larutkan eksipien lain (kecuali flavor) dalam wadah
beberapa aqua DM. Aduk sampai larut, biarkan mendidih selama 1 menit, lewatkan melalui
saringan mesh 100, tampung dalam wadah bersih.
tuangkan bagian (6) kedalam (7) lalu diaduk
masukkkan lagi bagian (6) kedalam (7) lalu diaduk
campur (4) dan bagian yang tersisa dari (6), panaskan pada temperatur 90-95 oC selama 30
menit, sambil di strirrer. Dinginkan sampai temperatur 40oC.
larutkan flavor dalam pelarut yang sesuai, aduk selama 15 menit.
tuangkan (9) ke dalam (8) sambil di stirrer kemudian tambahkan flavor yang telah dilarutkan
sebelumnya, aduk
pindahkan (11) melalui saringan mesh 100, tampung dalam wadah bersih
sampling QC
lakukan pengisian suspensi ke dalam botol dengan menggunakan liquid filling automatic
machine, selama pengisian juga dilakukan sampling QC
botol diberi etiket dan kelengkapan penandaan sediaan, meliputi nomor register, batch dan
tanggal kadaluarsa.
dimasukkan ke dalam kemasan sekunder disertai dengan brosur dan sendok.

Evaluasi
Sediaan akhir yang dihasilkan diuji
berdasarkan persyaratan sesuai yang
tertera pada farmakope dan atau buku
resmi lainnya.

Monografi Sediaan
Identifikasi, penetapan kadar, dll seperti
yang tertera di FI IV atau buku resmi
lainnya.

Evaluasi Fisika
Organoleptik

Dilakukan pengamatan terhadap warna (intensitas


warna), bau (terjadinya perubahan bau).
Distribusi

ukuran partikel
(Marteen, Physical Pharmacy, hal 430-431)
Digunakan Metode mikroskopik
Mikroskopik merupakan metode langsung yang
sering digunakan pada penentuan ukuran partikel
terutama sediaan suspensi dan emulsi.

Distribusi ukuran partikel


Cara 1 :

Dapat digunakan mikroskop biasa untuk menentukan ukuran partikel antara 0,2-100 m.

Pada metode ini suspensi (yang sebelumnya diencerkan ataupun tidak) diteteskan pada
slide (semacam objek glass). Kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur sehingga
partikel terlihat dengan jelas.

Frekuensi ukuran yang diperoleh diplot terhadap range ukuran partikel sehingga
diperoleh kurva distribusi ukuran partikel.

Jumlah partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah antara
300-500 partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus cukup sehingga
diperoleh data yang representatif. British standard bahkan menetapkan pengukuran
terhadap 625 partikel.

Jika distribusi ukuran partikel luas, dianjurkan untuk menentukan ukuran partikel dengan
jumlah yang lebih besar lagi. Sedangkan, jika distribusi ukuran partikel sempit, 200
partikel sudah mencukupi.

Untuk memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila dilakukan
pemotretan. Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi dan waktu yang cukup
lama. Jika partikel yang ada dalam larutan lebih dari satu macam, sebaiknya tidak
digunakan metode ini.

Penafsiran

hasil : distribusi ukuran partikel


yang baik adalah distribusi normal pada
kurvanya.

Distribusi ukuran partikel


Cara 2 :

Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama


dengan gliserol dan kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu
dengan campuran sejumlah volume yang sama dari gliserol dan air,
sebagai alternatif digunakan paraffin sebagai pelarutnya (sesuai
monografinya).

Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek.

Periksalah
sebaran
acaknya
secara
mikroskopik
dengan
menggunakan mikroskop resolusi yang cukup untuk mengobservasi
partikel yang kecil.

Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel


atau tidak lebih dari beberapa partikel di atas ukuran maksimum
yang diperbolehkan pada monografinya dan karena itu hitunglah
presentasi partikel yang mempunyai diameter maksimum dalam
batas yang ditetapkan.

Homogenitas

Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun


distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada
berbagai tempat (ditentukan menggunakan mikroskop untuk hasil
yang lebih akurat).

Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama,


homogenitas dapat ditentukan secara visual, prosedurnya adalah
sebagai berikut :

Sampel diambil pada bagian atas, tengah, atau bawah setelah


suspensi dikocok terlebih dahulu.

Sampel diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan


kaca objek lain sehingga terbentuk lapisan tipis.

Susunan partikel yang terbentuk atau ketidakhomogenan diamati


secara visual.

Penafsiran hasil : suspensi yang homogen akan memperlihatkan


jumlah atau distribusi ukuran partikel yang relatif hampir sama pada
berbagai tempat pengambilan sampel.

Volume sedimentasi
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen
dengan volume asal (Vo) sebelum terjadi pengendapan.
Semakin besar nilai Vu, semakin baik suspendibilitasnya.
Prosedur :

Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang


berskala.
Volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo)
Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan
terjadinya sedimentasi. Volume terakhir tersebut diukur (Vu).
Hitung volume sedimentasi (F)
Buat kurva/grafik antara F (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu
X)

Penafsiran hasil :
Bila
F=1
dinyatakan
sebagai
Flocculation
equilibrium, merupakan sediaan yang baik.
Demikian bila F mendekati 1.
Bila F>1 terjadi Floc sangat longgar dan halus
sehingga volume akhir lebih besar dari volume
awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.
Formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva
garis yang horizontal atau sedikit curam.

Parameter sedimentasi terdiri dari :

1. Volume

sedimentasi (F)

F dapat dinyatakan dalam % yaitu dengan


F = Vu/Vo x 100%
F= volume sedimentasi
Vu = volume endapan atau sedimen
Vo = volume keseluruhan
2.

Tingkat Flokulasi ()

Catatan : Untuk pengukuran volume sedimentasi suspensi yang berkonsentrasi


tinggi yang mungkin sulit untuk membandingkannya karena hanya ada cairan
supernatan yang minimum maka dilakukan dengan cara berikut : Encerkan
suspensi dengan penambahan pembawa yaitu dengan formula total semua bahan
kecuali fasa yang tidak larut. Misal 50 mL suspensi menjadi 100 mL.
Hu = volume sedimentasi dalam sampel yang diencerkan
Ho = volume awal sampel sebelum pengenceran
Rasio Hu/Ho mungkin lebih dari 1.

Kemampuan Redispersi

Kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan


utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi dan
karena endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali
dengan pengocokan sedang agar menghasilkan sistem yang homogen, maka
pengukuran volume endapan dan mudahnya mendispersikan kembali
membentuk dua prosedur yang paling umum.

Metode penentuan reologi dapat digunakan untuk membantu menentukan


sifat suatu cairan dan penentuan pembawa dan bentuk struktur partikel
untuk tujuan perbandingan.

Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok sediaannya


dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik. Keuntungan
pengocokan mekanik ini dapat memberikan hasil yang reprodusibel bila
digunakan dengan kondisi terkendali.

Suspensi yang sudah tersedimentasi (ada endapan) ditempatkan ke silinder


bertingkat 100 mL. Dilakukan pengocokan (diputar) 360 dengan kecepatan
20 rpm. Titik akhirnya adalah jika pada dasar tabung sudah tidak terdapat
endapan.
Penafsiran hasil :

Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan


pengocokan tangan maksimum 30 detik.

Penetapan viskostas dan sifat aliran dengan


Viskosimeter
Volume terpindahkan
Penentuan bobot jenis
Penetapan pH

Evaluasi Kimia
Identifikasi
Penetapan

kadar
Penetapan
kapasitas penetralan asam
(KPA) hanya untuk sediaan suspensi
antasida

Evaluasi Biologi

Uji efektivitas pengawet antimikroba


Tujuan :
Pengujian
dimaksudkan
untuk
menunjukkan
efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan
pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar
atau bahan pembawa berair. Mikroba uji, media,
pembuatan inokula, prosedur dan penafsiran
Uji potensi antibiotika (jika zat aktifnya antibiotik)
Uji batas mikroba (hanya untuk suspensi
antasida)

Suspensi Kering

Secara umum pengujian sama dengan suspensi biasa


Jika zat aktif di buat dalam bentuk granul maka pada
proses produksi skala lab ada evaluasi granul
(kecepatan aliran dan kelembaban).
Pda
evaluasi
sediaan
terdapat
pengujian
penetapan waktu rekonstitusi

TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai