Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitan yang digunakan pada penelitian ini adalah

eksperimental, dengan optimasi formula sediaan salep ekstrak Lampasau

(Diplazium esculentum Swartz.) menggunakan metode Simplex Lattice Design.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan Alam dan Teknologi Farmasi,

Sekolah Tinggi Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru. Waktu pelaksanaan

penelitian dari periode November 2018 - Maret 2019.

3.5 Instrumen Penelitian

3.3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji daya lekat,

aluminium foil, batang pengaduk, blender, cawan porselin, corong, kaca arloji,

kaca objek, kertas grafik, kertas saring, labu ukur, lemari pendingin, mortir dan

stamper, penggaris, penjepit kayu, pH meter, pipet volume, plastik zipper, pot

salep, rotary evaporator, sendok tanduk, stopwatch, sudip, termometer,

timbangan digital, tisu, viscometer stromer, wadah kaca besar, wadah simplisia,

dan waterbath.
3.3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah simplisia herba Lampasau (Diplazium

esculentum Swartz), etanol 96%, HCL 2 N, HCL pekat, serbuk magnesium, FeCL

1%, vaselin putih, lanolin, propilen glikol alfa tokoferol, dan propil paraben.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas : Variasi konsentrasi vaselin album dan propilen

glikol pada sediaan salep.

3.4.2 Variabel Terikat : Karakteristik fisik (organoleptis, pH, homogenitas,

daya sebar, daya lekat, dan viskositas) dan

kestabilan fisik salep sebelum dan sesudah uji

stabilitas freeze thaw.

3.5 Prosedur Peneletian

3.5.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman herba Lampasau (Diplazium esculentum Swartz),

dilakukan di laboratorium Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat,

Banjarbaru.

3.5.2 Preparasi Ekstraksi

Sampel yang digunakan yaitu herba Lampasau yang berasal dari desa

Sukadamai, kecamatan Mantewe, kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Herba Lampasau disortir dan dicuci hingga bersih. Kemudian dipotong-potong

kecil dan dicuci hingga bersih. Kemudian dipotong-potong kecil dan dikeringkan
selama 1 minggu dibawah sinar matahari, proses pengeringan ini dilakukan untuk

mendapat simplisia yang berkualitas serta tidak mudah rusak dalam penyimpanan

(Gunawan, 2012). Simplisia kering yang didapat dihancurkan hingga menjadi

serbuk untuk mempermudah proses ekstraksi dengan cara maserasi. Proses

penyarian menggunakan metode maserasi karena metode ini sederhana dan cepat

sehingga dapat menyari zat aktif secara maksimal, serta metode ini tidak

menggunakan pemanasan sehingga dapat mencegah rusak atau hilangnya zat aktif

yang ingin disari (Sa’adah & Nurhasnawati, 2015).

Pembuatan ekstrak etanol 96% Lampasau dilakukan dengan metode

maserasi, yaitu sebanyak 1 kg serbuk lampasau di maserasi dengan etanol 96%

sebanyak 3,4 liter selama 1 X 24 jam. Remaserasi dilakukan sebanyak 3 X 24 jam

(Saputri & Putri, 2017). Pemekatan dilakukan dengan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 50oC hingga didapatkan ekstrak kental herba Lampasau

(Lestari dkk., 2014). Hitung nilai rendemen ekstrak yang didapat menggunakan

rumus:

Bobot ekstrak kental


Rendeman = Bobot serbuk simplisia x 100%...........................................................(1)

3.5.3 Skrining Fitokimia

1. Identifikasi Senyawa Flavonoid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 2 mg serbuk magnesium (Mg),

kemudian dikocok sampai tercampur dan ditambahkan 2 ml HCL pekat. Hasil

positif flavonoid berwarna jingga, merah, atau kuning (Lutfiyati dkk., 2017).
2. Identifikasi Senyawa Saponin

Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambahkan dengan 2 ml pelarut 96%,

kemudian ditambahkan dengan 5 ml air suling dan kocok, kemudian diamkan

selama 15-20 menit tambahkan 2 ml HCl pekat. Amati jika terbentuk busa

setelahnya maka mengandung saponin (Hapsari dkk., 2017).

3. Identifikasi Senyawa Tanin

Ekstrak 0,5 gram ditambahkan dengan pelarut 96%, kemudian dididihkan

dengan 5 ml air suling dan saring, ditambahkan dengan beberapa tetes FeCl 1%.

Positif tanin akan menghasilkan warna coklat kehitaman (Lutfiyati dkk., 2012).

3.5.4 Formula Salep

Tabel.1 Formula Salep Ekstrak Etanlo 96% Lampasau

Basis Hidrokarbon (Konsentrasi %)


Bahan
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4

Ekstrak lampasau 20 20 20 20

Vaselin putih 69,96 65,96 61,96 57,96

Propilen glikol 5 10 15 20

Lanolin 5 4 3 2

Alfa tokoferol 0,02 0,02 0,02 0,02

Propilen paraben 0,02 0,02 0,02 0,02

Bobot total 100% 100% 100% 100%

3.5.5 Pembuatan Salep Basis Hidrokarbon

Salep dibuat dengan menggunakan metode peleburan karena terdapat bahan

padat, semi padat dan cair, sehingga membutuhkan pemanasan agar bahan dapat
bercampur dengan bahan yang lainnya (Sandi & Musfirah, 2018; Rosyiedi, 2011).

Vaselin album dan lanolin dilelehkan diatas waterbath dengan suhu 60oC-70oC

sampai melebur, ditambahkan dengan propil paraben, lalu diaduk hingga

homogen. Setelah dingin dan memadat, basis salep kemudian ditambhkan alfa

tokoferol dan ekstrak etanol 96% lampasau dalam mortir, kemudian digerus

hingga homogen (Muflihunna & Lating, 2013).

3.5.7 Evaluasi Uji Sediaan Salep

1. Uji Organoleptik

Sediaan diamati secara visual terkait tekstur, warna, bentuk, dan bau.

Dilakukan uji sebelum dan sesudah kondisi dipanaskan (Fithriyah, 2016)

2. Uji Homogenitas

0,5 gram ekstrak etanol 96% Lampasau ditimbang, dioleskan pada objek

gelas, lalu digosokkan dan diraba. Bila homogen maka massa salep tidak tersisa

bahan padatnya atau strukturnya rata. Dilakukan replikasi 3 kali serta di uji

sebelum dan sesudah kondisi dipanaskan (Astuti dkk., 2010).

3. Uji pH Salep

Sediaan salep sebanyak 0,5 gram diukur nilai pH, dengan mencelupkan

elektroda pH-meter ke dalam sediaan salep. Nilai pH dilihat pada skala dalam alat

dan dicatat setelah tercapai kestabilan. Lakukan replikasi 3 kali serta di uji

sebelum dan sesudah kondisi dipanaskan (Sugiyono dkk., 2016).

4. Uji Daya Sebar

Sebanyak 0,5 gram ekstrak etanol 96% Lampasau ditimbang, lalu diletakkan

di tengah kaca bulat berdiameter 15 cm. Kaca yang satu diletakkan di atasnya,
dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar salep diukur, kemudian ditambahkan 50

gram, 100 gram, dan 150 gram beban tambahan, didiamkan selama 1 menit lalu

diukur diameter sebar konstan. Lakukan replikasi 3 kali serta di uji sebelum dan

sesudah kondisi dipanakan dengan rentang diameter daya sebar 5-7 cm (Astuti

dkk., 2010).

5. Uji Daya Lekat

Sebanyak 0,5 gram salep ekstrak etanol 96% lampasau ditimbang, lalu

dioleskan pada plat kaca dengan luas 2,5 cm2. Kedua plat ditempelkan sampai plat

menyatu, ditekan kemudian dilepas. Dicatat waktu sampai kedua plat saling lepas.

Dilakukan replikasi 3 kali serta diuji sebelum dan sesdah kondisi dipaksakan

dengan syarat daya lekat tidak kurang dari 4 detik (Astuti dkk., 2010).

6. Uji Viskositas

Sediaan salep sebanyak 40 gram dimasukkan kedalam wadah kemudian

diukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer stromer yang dilengkapi

dengan spindel 4 dan kecepatan 30 (putaran per menit) dengan rentang 4.000-

40.000 cP. Dilakukan uji sebelum dan sesudah kondisi dipanaskan (Sugiyono

dkk., 2016).

7. Uji Stabilitas

Uji stabilitas untuk memastikan kualitas, keamanan dan manfaat salep

memenuhi syarat yang diharapkan serta mempunyai kestabilan saat penyimpanan

(Sayuti, 2015). Pada penelitian ini dilakukan sebanyak 6 siklus selama 12 hari

dimana 1 siklus dilakukan selama 2 hari yaitu 1 x 24 jam pada suhu kamar 27 ±

2oC dan 1 x 24 jam pada suhu kulkas 4 ± 2oC (Wiguna, 2016).


3.5.8 Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

yaitu hasi uji organoleptis meliputi bau khas lampasau, berwarna kuning

kehijauan, serta kental dan homogenitas salep ditandai dengan tidak ada butiran

kasar atau partikel. Data kuantitatif yaitu nilai dari pH dengan rentang 4,5-6,5,

daya lekat dengan syarat tidak kurang dari 4 detik, viskositas dengan rentang

4.000-40.000 cPs, dan daya sebar dengan rentang diameter 5-7 cm menggunakan

perhitungan berdasarkan penelitian monika dkk (2015), perhitungan luas

penyebaran dirumuskan sebagai berikut:


1
A = π x 4 D2.................................................................................................(2)

Keterangan: A = Luas penyebaran (cm2)

D = Diameter sebar (cm)


22
π = 3,14 atau 7

Pada penelitian Astuti dkk (2010), daya sebar salep dirumuskan sebagai

berikut:

MxL
S= .......................................................................................................(3)
T

Keterangan: S = Daya sebar (g.cm2/s)

M = Berat beban (g)

L = Luas penyebaran (cm2)

T = Waktu (s)

Hasil evaluasi salep dibandingkan dengan nilai teoritis pada literatur,

kemudian dianalisis dengan pendekatan Simplex Lattice Design untuk menghitung

koefisien a, b, ab sehingga didapatkan persamaan Y = a(A) + b(B) + ab(A)(B).


Dari persamaan ini kemudian dapat dibuat suatu profil yang menggambarkan sifat

fisik dengan berbagai komposisi basis hidrokarbon. Hasil profil yang diperoleh

berdasarkan rumus digunakan untuk menentukan komposisi basis yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai