Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Maserasi
Hasil Pengamatan
Pelarut Sebelum Sesudah Residu (gram) Filtrat (mL)

Etanol 96%
750 mL
42,5 gr 640 mL

Bening Berwarna hijau


4.1.2 Evaporasi

Hasil Pengamatan
Pelarut Sebelum Sesudah % rendamen

Etanol 96% 25,85 %

Filtrat Kental

4.2 Perhitungan
Ekstrak kental 4
% rendamen = × 100% = × 100%
Sampel 15, 47
= 25,85 %

4.3 Pembahasan
4.3.1 Maserasi
Menurut Harmita (2008), maserasi merupakan cara sederhana yang dapat dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk
kedalam rongga sel yang mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif akan larut. Tujuan
dilakukannya maserasi untuk menarik senyawa metabolit sekunder.
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan dengan pelarut
yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemanasan rendah atau tanpa
adanya proses pemanasan. Ekstraksi dengan metode maserasi memiliki kelebihan yaitu
terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak akan rusak (Pratiwi, 2010).
Sampel yang digunakan adalah daun sembung (blumea balsamifera). Tanaman sembung
(blumea balsamifera) memiliki banyak zat yang terkandung didalamnya baik dari daun bahkan
akarnya, Zat yang terkandung dalam tanaman sembung ini antara lain seperti minyak atsiri,
glikosida, flavanol dan tanin. Bagian tanaman sembung yang dapat dijadikan sebagai obat yaitu
daun dan akarnya, tanaman ini tumbuh pada daerah yang cukup cahaya. Daun sembung yang
digunakan pada proses maserasi telah dibuat simplisia. Tujuan sampel dibuat dalam bentuk
simplisia sagar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan sampel.
Pada saat proses perendaman bahan akan terjadi pemecahan dinding sel dan membran sel
yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan antara luar sel dengan bagian dalam sel sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan pecah dan terlarut pada pelarut organik yang
digunakan.
Umumnya ekstraksi metode maserasi menggunakan suhu ruang pada prosesnya, namun
dengan menggunakan suhu ruang memiliki kelemahan yaitu proses ekstraksi kurang sempurna
yang menyebabkan senyawa menjadi kurang terlarut dengan sempurna. Dengan demikian perlu
dilakukan modifikasi suhu untuk mengetahui perlakuan suhu agar mengoptimalkan proses
ekstraksi (Ningrum, 2017).
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum alat yaitu batang pengaduk, cawan
porselen, corong, gelas stainless, gelas ukur, lap halus, lap kasar, neraca ohaus, penangas,
penjepit, spatula, toples kaca, vial dan wadah stainless. Bahan yang digunakan adalah alkohol
70%, aluminium foil, aquadest, daun sembung (blumea balsamifera), etanol 96%, kain saring
dan tisu.
Untuk metode maserasi langkah yang dilakukan adalah pertama, membersihkan alat dan
bahan dengan alkohol 70% karena menurut Noviansari dkk (2013), alkohol menunjukkan
aktifitas sebagai antifungi dan dapat mendenaturasi protein, alkohol mempunyai aktifitas sebagai
bakterisid yang membunuh bakteri dalam bentuk vegetatifnya.
Kemudian dimasukkan sampel daun sembung sebanyak 15,47 gr ke dalam toples kaca dan
dimasukkan pelarut etanol 96% ke dalam toples. Alasan penggunaan toples kaca agar kita bisa
melihat perubahan warna yang terjadi pada sampel yang telah direndam dengan pelarut etanol
96%. Penggunaan etanol karena memiliki kemampuan menyari senyawa pada rentang polaritas
yang lebar mulai dari senyawa polar hingga non polar, tidak toksik dibanding dengan pelarut
organik lain, tidak mudah ditumbuhi mikroba dan relatif murah (Widjaya, 2012).
Ditutup menggunakan aluminium foil dan penutup toples, Ditutup menggunakan alumunium
foil agar tidak terjadi penguapan pelarut etanol pada saat maserasi karena Etanol mempunyai
sifat tidak berwarna, mudah menguap, mudah larut dalam air (Hambali dkk, 2007).
Kemudiaan diaduk atau dikocok secara konstan selama 15 menit. Pengadukan bertujuan
untuk mempercepat kontak antara sampel dan pelarut. proses perendaman dilakukan pengocokan
berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat
didalam cairan (Voigh, 1994)
Kemudian larutan disaring menggunakan kain saring dan diperoleh filtrat dari daun
sembung dengan warna hijau pada ekstrak etanol dan warna hijau muda pada ekstrak air.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki
semaksimal mungkin tanpa pengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga
diperoleh ekstrak yang lebih murni (Dewi, 2015)
Langkah terakhir ditimbang residu dan diukur filtrat sebelum tahap evaporasi. Hasil filtrat
dari daun sembung sebanyak 640 mL dan residu sebanyak 42,5 gr.
Sedangkan evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang terdiri
atas pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang non volatile (Widjaja,2010).
Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut.
Proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut,
memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air (Praptiningsih 1999).
Langkah-langkah yang dilakukan untuk evaporasi adalah sebagai berikut. Memasukan filtrat
ke dalam wadah stainlees. Digunakan wadah stainlees agar mempercepat proses penguapan
karena Pindah panas terjadi secara konveksi, uap air yang dihasilkan oleh air didalam penangas
air akan merambat ke wadah bejana stainless steel sehingga menyebabkan suhu cairan yang
dimasukkan meningkat dan terjadi penguapan (Nirwanto,2010).
Selanjutnya adalah memanaskan filtrate dan di aduk. Hal ini dilakukan agar mempercepat
proses penguapan pelarut sehingga dapat dihasilkan ekstrak kental karena menurut MC. Cab,dkk
(1993), evaporasi dilakukan dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan
larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi tidak sama dengan
pengeringan. Dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair yang sangat kental, bukan zat
padat. Evaporasi berbeda pula dengan destilasi, karena uapnya adalah komponen tunggal.
Evaporasi berbeda dengan kristalisasi, karena evaporasi digunakan untuk memekatkan larutan
bukan untuk membuat zat padat atau Kristal.
Kemudian ditimbang vial kosong dan dimasukan ekstrak kental kedalam vial kemudian
di timbang kembali agar dapat dikertahui berapa ekstrak kental yang diperoleh. Karena
mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran sejenis atau alat
ukur yang ditetapkan sebagai satuan. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur,mempunyai nilai
yang dapat dinyatakan dengan angka-angka dan memiliki satuantertentu. Sedangkan satuan
adalah pernyataan yang menjelaskan arti dari suatu besaran (Rully Bramasti dan Eko
Sujatmiko, 2012).
Langkah terakhir yang dilakukan yaitu menghitung persen rendamen menggunakan
rumus yang ada agar dapat diketahui karena Tujuan dari analisa rendemen ini adalah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan ( Andi Susanto, 2018).
Setelah dihitung persen rendamen yang didapatkan adalah 25,85%. Semakin besar
rendemen yang dihasilkan, maka semakin efisien perlakuan yang diterapkan dengan tidak
mengesampingkan sifat-sifat lain. Berdasarkan hasil rendemen dapat diasumsikan bahwa
komponen bioaktif yang terkandung dalam Blumea balamifera. Sejalan dengan Nurhayati et al.
(2009) bahwa nilai rendemen yang tinggi menunjukkan banyaknya komponen bioaktif yang
terkandung di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai