Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Maserasi serbuk daun coklat (Theobroma cacao)

Pelarut Sebelum Sesudah Residu Filtrat


(gram) (ml)

N-Heksan 360 gram 144 ml

Etil-
Asetat 262 gram 125 ml

Metanol 275 gram 300 ml

4.1.2 Maserasi serbuk bintang laut (Asteroidea)

Pelarut Sebelum Sesudah Residu Filtrat


(gram) (ml)

Etanol 33 gram 200 ml

Pada maserasi serbuk daun coklat (Theobroma cacao) hasil yang diperoleh
dengan menggunakan pelarut N-Heksan 500 ml yaitu residu sebanyak 360 gram,
filtratnya sebanyak 144 ml. Adapun hasil yang diperoleh dengan menggunakan
pelarut etil asetat 250 ml yaitu residu sebanyak 262 gram dan filtratnya sebanyak
125 ml. Serta hasil dari pelarut metanol 500 ml yaitu residu sebanyak 275 gram
dan filtratnya sebanyak 300 ml.
Adapun hasil dari maserasi serbuk bintang laut (Asterodiae) menggunakan
pelarut etanol 96% menghasilkan residu sebanyak 33 gram dan filtratnya
sebanyak 200 ml.
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan percobaan untuk mengetahui cara pembuatan
ekstrak daun coklat (Theobroma cacao) dan bintang laut (Asterodiae) dengan
metode maserasi. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi dengan prinsip
ekstrasi sampai setimbang. Maksudnya adalah proses ekstrasi yang dilakukan
dihentikan ketika telah terjadi kesetimbangan konsentrasi antara pelarut dengan
cairan intrasel (senyawa didalam sel). Salah satu cara untuk menentukan apakah
proses maserasi sudah selesai dan pelrlu dihentikan ialah dengan pemberian
indikator. Maserasi merupakan proses perendaman sampel pelarut organik yang
digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam
isolasi senyawa bahan alam karena denganperendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding sel akibat pebedaan tekanan antara didalam dan diluar
sel sehinggah metabolitsekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstrak senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang dilakukan ( Hasrianti, 2016).
Menurut Dirjen POM (1986), maserasi terbagi atas beberapa metode yaitu,
digesti, maserasi menggunakan mesin pengaduk, remaserasi, maserasi melingkar
dan maserasi bertingkat. Pada percobaan kali ini digunakan metode maserasi biasa
pada sampel bintang laut dan maserasi bertingkat pada sampel daun coklat.
Maserasi bertingkat adalah proses ektraksi bertahap dengan menggunakan pelarut
yang berbeda-beda kepolarannya (non-polar, semi polar, dan polar). Metode
ekstraksi bertingkat dapat menghasilkan ekstrak yang beragam, tergantung dari
jenis-jenis pelarut yang digunakan (Yang et al., 2010).
Hal pertama yang dilakukan pada untuk penyarian suatu zat yaitu
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian dibersihkan alat
menggunakan alkohol 70% tujuannya agar mikroba yang ada di alat mati.
Menurut Pratiwi (2008) alkohol 70% dapat bersifat sebagai antiseptik atau
desinfektan yang dapat membunuh bakteri. Sedangkan menurut Adji (2007)
alkohol 70% merupakan zat antiseptik yang dapat membunuh mikroorganisme.
Ditimbang sampel serbuk daun coklat sebanyak 100 gram kemudian,
masukkan kedalam toples dan ditambahkan pelarut N- Heksan yang sudah
diukur sebanyak 500 ml. Ditutup toples dan digoyang-goyangkan selama 30
menit. Tujuannya untuk mencapai kondisi kesetimbangan antara konsentrasi
senyawa dalam bahan dengan konsentrasi senyawa pada pelarut (Yollaningtyas
dan Kusmartono, 2016). Dihasilkan filtrat sebanyak 144 ml dan residu sebanyak
360 gram.
Kemudian jika sudah selesai, saring sampel mengunakan kain saring. Hasil
saringan kemudian dimasukkan kedalam toples lalu ditambahkan pelarut yang
kedua yaitu etil-asetat sebanyak 250 ml. Ditutup toples dan di goyang-goyangkan
selama 30 menit didapatkan residu sebanyak 262 gram dan filtratnya sebanyak
125 ml.Begitu juga pada pada pelarut yang ketiga yaitu metanol. Metanol diukur
sebanyak 500 ml dan dimasukan kedalam serbuk daun coklat yang telah disaring
dan dimasukan kedalam toples, di goyangkan selama 30 menit kemudian di
saring. Didapatkan residu sebanyak 275 gram dan filtrat sebanyak 300 ml.
Digunakan maserasi bertingkat dalam percobaan ini karena menurut Sediawan
(2000), maserasi ekstraksi bertingkat memiliki kelebihan, yaitu hasil ekstrak yang
didapat lebih murni dibandingkan dengan maserasi persial.
Pada percobaan kedua yaitu, maserasi menggunakan sampel biota laut.
Sampel yang digunakan adalah bintang laut (Asterodiae). Dilakukan cara yang
sama seperti pada sampel tanaman daun coklat tetapi pada sampel serbuk bintang
laut tidak menggunakan metode bertingkat. Sebelum digunakan alat praktikum
dibersihkan menggunakan alkohol 70 % karena alkohol 70% dapat bersifat
sebagai antiseptik atau desinfektan yang dapat membunuh bakteri (Pratiwi, 2008).
Kemudian ditimbang sampel serbuk bintang laut sebanyak 37,5 gram dan
dimasukan kedalam toples, setelah itu dimasukan larutan etanol 96 % sebanyak
500 ml dan di goyang-goyangkan selama 30 menit. Karena menurut
Yollaningtyas dan Kusmartono (2016), Tujuan diaduk selama 30 menit untuk
mencapai kondisi kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam bahan dengan
konsentrasi senyawa pada pelarut. Setelah itu di saring dan dipisahkan filtrat dan
residunya. Didapatkan residu sebanyak 33 gram dan filtrat sebanyak 200 ml.
Setiap filtrat dari masing-masing sampel setelah diukur disalin di dalam wadah
atau botol vial dan diberi label.
Kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi pada proses pelaksanaan
praktikum percobaan maserasi yaitu, kurang telitinya praktikan dalam pengukuran
pelarut dan sampel yang akan digunakan dan kurang stabil dalam melakukan
pengadukan.

Anda mungkin juga menyukai