Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Maserasi Daun Cokelat (Theobroma cacao) N-Heksan
Sebelum Sesudah

Hasil maserasi daun cokelat (Theobroma cacao) dengan pelarut N-Heksan


yaitu tejadi perubahan warna dari bening menjadi coklat kehitaman.
4.1.2 Remaserasi Daun Coklat (Theobroma cacao) Etil Asetat
Sebelum Sesudah

Hasil remaserasi daun cokelat (Theobroma cacao) dengan pelarut Etil Asetat
yaitu tejadi perubahan warna dari bening menjadi coklat kehitaman.
4.1.3 Maserasi Daun Cokelat (Theobroma cacao) Metanol
Sebelum Sesudah

Hasil maserasi daun cokelat (Theobroma cacao) dengan pelarut Metanol


yaitu tejadi perubahan warna dari bening menjadi coklat kehitaman.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum Fitokimia II kali ini kami melakukan percobaan ekstraksi.
Metode ekstraksi yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ekstraksi dingin
yaitu maserasi bertingkat. Maserasi bertingkat merupakan proses ektraksi bertahap
dengan menggunakan pelarut yang berbeda-beda kepolarannya (non-polar, semi
polar, dan polar). Metode ekstraksi bertingkat dapat menghasilkan ekstrak yang
beragam, tergantung dari jenis-jenis pelarut yang digunakan dimana .metode ini
memiliki keuntungan yaitu hasil ekstrak yang didapat lebih murni (Sediawan,
2000).
Pada metode maserasi bertingkat kami menggunakan sampel daun cokelat
(Theobroma cacao). Penggunaan daun pada metode maserasi karena maserasi
termasuk metode ektraksi dingin yang diperuntukan untuk sampel yang
mempunyai tekstur yang lunak seperti daun (Agung, 2011).
Langkah awal yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dan dibersihkan alat menggunakan alkohol 70% untuk
menstrerilkannya dari mikroorganisme. Hal ini sesuai literatur menurut Gilliland
(1985), alkohol 70% adalah larutan yang efektif untuk membunuh bakteri dan
mikroorganisme. Setelah itu ditimbang serbuk daun cokelat (Theobroma cacao)
sebanyak 120 g dan diukur pelarut N-Heksan, Etil asetat, dan Metanol masing-
masing sebanyak 500 mL.
Langkah kedua yaitu melakukan maserasi 500 g daun coklat (Theobroma
cacao) dengan menggunakan pelarut pertama yaitu N-Heksan 500 mL, pelarut N-
heksan digunakan untuk menarik senyawa nonpolar. Hal ini sesuai dengan
literatur menurut Maulida dan Zulkarnaen (2010), N-heksana merupakan jenis
pelarut nonpolar sehingga n-heksana dapat melarutkan senyawa-senyawa bersifat
nonpolar. setelah itu dilakukan pengocokan selama 30 menit setelah itu dilakukan
penyaringan. Menurut Maria R. D. (2011), Pada penyarian dengan cara maserasi,
perlu dilakukan pengocokan. Proses ini akan mempercepat tercapainya
kesetimbangan pada saat esktraksi. Sedangkan tujuan penyarigan untuk
memisahkan zat padat dengan cairan penyarinya. Hasil ekstrak daun cokelat yang
diperoleh dari proses maserasi dengan menggunakan pelarut n-heksan berwarna
coklat kehitaman, dengan residu sebanyak 196 g dan filtrat sebanyak 215 mL.
Langkah ketiga yaitu melakukan maserasi 500 g daun coklat (Theobroma
cacao) dengan mengguakan pelarut kedua yaitu Etil asetat 500 mL, pelarut ini
digunakan dengan tujuan untuk menarik senyawa yang bersifat semi polar.
Dimana menurut Harborne (1987), Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan
dapat melarutkan senyawa semi polar pada dinding sel. Kemudian dilakukan
pengocokan selama 30 menit dan dilakukan penyaringan. Hasil ekstraksi yang
didapatkan dengan menggunakan pelarut etil asetat adalah filtrrat berwarna coklat
kehitaman sebanyak 409 mL dan residunya 233,9 g.
Langkah selanjutnya proses maserasi daun cokelat (Theobroma cacao)
dengan menggunakan pelarut methanol. Metanol digunakan karena menurut
Kusumaningtyas et al. (2008) metanol merupakan pelarut polar yang dapat
melarutkan senyawa- senyawa yang bersifat polar seperti golongan fenol.
Kemudian dilakukan pengocokan selama 30 menit dan dilakukan penyaringan.
Hasil dari maserasi dengan pelarut metanol yaitu ekstrk berwarna coklat
kehitaman dengan filtrat sebanyak 365 mL dan residu sebanyak 313,9 mL.
Adapun kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi selama percobaan
yakni pada proses penimbangan sampel dan pengukuran larutan penyari yang
digunakan kurang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Abadi Kiswandono. 2011. Perbandingan dua ekstraksi yang berbeda pada
daun kelor (Moringa oleifera, lamk) terhadap rendemen ekstrak dan
senyawa bioaktif yang dihasilkan. Universitas Prima Indonesia Medan.
Corzo, G dan Gilliland. 1989. Measurement of Bile Salt Hydrolase Activity
From
dairy Science.
Harborne JB. 1987. Phytochemical Methods. Terjemahkan. Padmawinata K.,
Soediro I. Penerbit ITB, Bandung.
Kusumaningtyas E., Widiati R. Dan Gholib D. 2008. Uji daya hambat ekstrak
dan krim ekstrak daun sirih (Piper betle) terhadap C. Albicans dan
Trichophyton mentagrophytes. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Yogyakarta.
L. acidophilus Based on Dissapearance of Conjugate Bile Salt.
Journal
Maria Ratri Damarini. 2010. Pengaruh lama proses dan kecepatan putar pada
maserasi daging buah asam jawa. Skripsi. Universitas Santha Darma.
Yogyakarta.
Maulida D. Dan Naufal Z. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) Dari Buah
Tomat Dengan Menggunakan Solvent Campuran, N-heksana, Aseton dan
Etanol. Skripsi S1 (Tidak dipublikasikan). Universitas Dipenegoro.
Sediawan, W. B. 2000. Berbagai Teknologi Proses Pemisahan II. Prosiding
Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir. Vol 5

Anda mungkin juga menyukai