153 297 1 SM
153 297 1 SM
1, 2017
ABSTRACT
Caffeine benzoate semisynthetis had been create from tea powder which produced by PTP Nusantara VI Kayu
Aro, District of Kerinci, Province of Jambi. Caffeine was isolated from 25 grams of tea powder by fractionated
and crystallized to obtained 102 mg of caffeine crystals. Caffeine crystals isolated as much as 50 mg was reacted
with 32 mg of benzoic acid the result was 30 mg of caffeine benzoate. Caffeine benzoate was characterized
which organoleptic form was fine powder, greenish-white color, bitter taste, and distinctive odor. Melting point
was 196 oC. Infrared spectrum showed group O-H at wave number 2700-2500 cm-1, which it did not show on
spectrum caffeine crystals. The maximum absorption wavelength was obtained 273.5 nm. Profile of thin-layer
chromatography which stationary phase silika gel 60 F254 and mobile phase chloroform : ethanol (99:1) was
obtained Rf value 0.35.
ABSTRAK
Kafein benzoat telah dibuat secara semisintetis dari serbuk teh yang diproduksi oleh PTP Nusantara VI Kayu
Aro yang terletak di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Kafein diisolasi dari 25 gram
sampel serbuk teh dengan cara difraksinasi dan dikristalisasi sehingga diperoleh 102 mg kristal kafein. Kristal
kafein hasil isolasi sebanyak 50 mg direaksikan dengan 32 mg asam benzoat hasilnya adalah 30 mg kafein
benzoat. Kafein benzoat dikarakterisasi dengan organoleptis yaitu bentuk serbuk halus, warna putih kehijauan,
rasa pahit, bau khas. Titik leleh yaitu 196 oC. Spektrum inframerah menunjukkan adanya gugus O-H asam pada
bilangan gelombang 2700-2500 cm-1, dimana gugus fungsi ini tidak ada pada spektrum kristal kafein. Panjang
gelombang serapan maksimum diperoleh 273,5 nm. Profil kromatografi lapis tipis dengan fase diam silika gel
60 F254 dan fase gerak kloroform : etanol (99:1) menunjukan nilai Rf 0,35.
9
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017
daun teh akan ikut terbawa dalam suasana pertama derivatif spektrofotometri. Hasil
panas (Fulder, 2004). yang diperoleh dari penelitian ini, antara
Bagian yang paling banyak natrium benzoat dan kafein memiliki
mengandung kafein pada tanaman teh panjang gelombang yang berbeda (Hadkar,
adalah daunnya. Kadar kafein yang 2014).
terkandung dalam daun teh yaitu sebesar Berdasarkan hal tersebut, maka
1-5 % (Atomssa & Gholap, 2010). Kafein dilakukan penelitian tentang pembuatan
merupakan alkaloid turunan xantin, yaitu kafein benzoat secara semisintetis dari
1,3,7-trimetilxantin bersifat basa lemah serbuk teh Kayu Aro. Semisintetis disini
dan garamnya mudah terurai dalam air. artinya senyawa obat yang bahan dasarnya
Isolasi kafein dalam teh dapat dilakukan berasal dari alam yang dibuat secara
dengan cara kristalisasi (Pavia et al., sintetis (Siswandono & Soekardjo, 1995).
1988). Pembuatan kafein benzoat diawali dengan
Isolasi adalah proses pengambilan isolasi senyawa kafein dari serbuk teh
atau pemisahan suatu zat dari suatu bahan Kayu Aro dengan menggunakan metode
alam dengan menggunakan suatu pelarut kristalisasi, kemudian hasil kristal kafein
yang sesuai. Kelarutan suatu zat didalam yang diperoleh direaksikan dengan asam
pelarut tergantung dari ikatannya apakah benzoat sehingga diperoleh kafein benzoat.
polar atau nonpolar. Bahan-bahan organik Kafein dan natrium benzoat biasanya
tidak selalu larut dalam air, oleh karena itu dibuat dalam suatu injeksi yang jernih dan
dapat dipisahkan dengan menggunakan non pirogen. Natrium benzoat
corong pemisah (Djamal, 2010). ditambahkan untuk meningkatkan
Kristalisasi adalah suatu teknik kelarutan kafein. Injeksi ini digunakan
pemurnian. Kristalisasi dapat didefinisikan secara intramuskular dan intravena untuk
sebagai tahap perubahan dimana produk penanganan efek depresi pernafasan oleh
yang berupa kristal diperoleh dari suatu over dosis obat depresan susunan saraf
larutan multi komponen yang membentuk pusat (Sowmya et al., 2011). Kafein
fase tunggal homogen. Syarat suatu larutan benzoat yang dibuat secara semisintetis ini
agar dapat mengkristalisasi adalah larutan diharapkan dapat digunakan sebagai
telah mencapai lewat jenuh. Cara yang stimulan sistem saraf pusat serta mampu
dapat dilakukan untuk mencapai kondisi mengurangi efek over dosis pada orang
lewat jenuh tersebut diantaranya dengan yang mengkonsumsi alkohol. Setelah itu
perubahan temperatur dan penguapan kafein benzoat yang dihasilkan
pelarut (Myerson, 2007). dikarakterisasi dengan uji organoleptik,
Beberapa penelitian tentang isolasi pengujian titik leleh, pemeriksaan
kafein telah dilakukan seperti penelitian spektrum inframerah dan penentuan
tentang karakterisasi kafein yang diisolasi panjang gelombang maksimum serta
dari daun Camellia sinensis dari wilayah pemeriksaan kemurnian dengan
Himalaya. Karakterisasi yang diperoleh kromatografi lapis tipis (KLT).
dari senyawa kafein hasil isolasi adalah
sama dengan kafein standar (Verma, METODE PENELITIAN
2010). Penelitian tentang isolasi kafein Alat dan Bahan
dari daun teh sehingga diperoleh kafein Alat yang digunakan dalam penelitian
dalam bentuk kristal kafein. Setelah itu ini adalah Spektrofotometer inframerah
direaksikan dengan asam salisilat sehingga (Perkin Elmer), Spektrofotometer UV-Vis
diperoleh derivat kafein dalam bentuk (Shimadzu UV mini-1240),
kafein salisilat (Pavia et al., 1988). Spektrofotometer UV doublebeam
Penelitian lainnya yaitu tentang analisis (Shimadzu UV-1800), timbangan analitik
kuantitatif natrium benzoat dan kafein (Precisa XB 220A), kertas saring, melting
dalam campuran biner menggunakan orde point apparatus (Stuart), rotary
10
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017
evaporator (IKA RV 10), plat KLT (silika erlenmeyer, sisa yang masih tinggal di
gel 60 F254) (Merck) dan alat-alat gelas dalam corong pisah dibilas dengan 50 mL
yang menunjang penelitian seperti: CH2Cl2 kocok lebih kurang selama 5 menit
Erlenmeyer (Iwaki), batang pengaduk, kemudian didiamkan, ambil kembali
pipet tetes, corong (Iwaki), gelas ukur lapisan bawahnya, gabungkan dengan
(Iwaki), corong pisah (Iwaki), labu ukur masa pertama pada erlenmeyer (Pavia et
(Iwaki), gelas piala (Iwaki), pipet ukur al., 1988).
(Iwaki), chamber (Camag) dan pipet Tambahkan larutan dengan 10 gram
gondok (Iwaki). MgSO4 anhidrat kocok perlahan kemudian
Bahan yang digunakan dalam didiamkan, pisahkan dengan hati-hati,
penelitian ini adalah sampel dari serbuk masukkan ke dalam erlenmeyer. Ulang
teh Kayu Aro (PTP Nusantara VI Kayu kembali dengan penambahan MgSO4
Aro), kafein murni (Kimia Farma), anhidrat sisa yang tinggal tadi kemudian
aquadest (Brataco), kalsium karbonat saring gabungkan dengan massa pertama.
(CaCO3) (Merck), metilen klorida Selanjutnya diuapkan dengan rotary
(CH2Cl2) (Merck), magnesium sulfat evaporator hingga diperoleh ekstrak
(MgSO4) anhidrat (Merck), kloroform berwarna coklat (Pavia et al., 1988).
(CHCl3) (Merck), etanol (CH3OH)
(Merck), petreoleum eter (Brataco), asam Kristalisasi Kafein
benzoat (C7H6O2) (Merck), toluen (C7H8) Ekstrak yang terbentuk didalam labu
(Merck), asam klorida (HCl) (Merck), rotary ditambahkan 10 mL CH2Cl2, sisa
kalium klorat (KClO3) (Merck), ekstrak yang tertinggal ditambah dengan 5
ammonium hidroksida (NH4OH) (Merck), mL CH2Cl2 campurkan, masukkan dalam
natrium hidroksida (NaOH) (Merck) dan cawan penguap dan panaskan dengan
aseton (C3H6O) (Merck). penangas air sampai kering sehingga
didapat ekstrak kering. Tambahkan 5 mL
Prosedur aseton, panaskan sampai larut.
Selanjutnya pada larutan aseton ditambah
Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah serbuk petroleum eter tetes demi tetes sampai
teh Kayu Aro yang diproduksi oleh PTP larutan menjadi keruh. Dinginkan dan
Nusantara VI Kayu Aro, Exp. Date saring hingga didapat kristal. Uapkan
Oktober 2017. kembali sisa dari filtrat kemudian saring
dan gabungkan hasil kristal yang didapat.
Persiapan Sampel Kristal yang didapat merupakan kafein
Timbang serbuk teh sebanyak 25 kasar, lalu timbang (Pavia et al., 1988).
gram, dimasukkan ke dalam gelas piala,
ditambahkan aquadest 250 mL. Masukkan Identifikasi Kafein
CaCO3 10 gram dan dipanaskan hingga 1. Uji organoleptik
mendidih. Setelah mendidih dilanjutkan Meliputi: bentuk, warna, bau dan rasa.
pemanasan selama lebih kurang 20 menit 2. Pemeriksaan titik leleh
sambil diaduk, kemudian disaring selagi Ambil sedikit kafein hasil kristalisasi
panas, filtrat didinginkan (Pavia et al., ditotolkan kedalam pipa kapiler
tempatkan pada alat Melting Point
1988).
Apparatus, lalu amati suhu leleh.
Isolasi Kafein 3. Reaksi kimia
Filtrat dimasukan ke dalam corong Dengan reaksi Murexid, larutkan kurang
pisah seterusnyadiekstrak dengan 50 mL lebih 5 mg kafein hasil kristalisasi
CH2Cl2. Kocok perlahan, selanjutnya dalam 1 mL HCl pekat dalam cawan
diamkan sampai memisah menjadi dua penguap, tambahkan 50 mg KClO3,
lapisan, lapisan bawah masukan dalam uapkan diatas tangas air hingga kering.
Balikkan cawan diatas bejana berisi
11
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017
12
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017
14
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017
15
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017
16
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017
17
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017
18
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017
19