Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOKIMIA 1
“ISOLASI KAFEIN DARI TEH (Camellia sinensis L.)

OLEH :
KELOMPOK 1

A.TENRI GADING O1A118104


WA ODE INDAH ARUM MURSANTI O1A119058
ANGGI AMBARWATI SAMBUR O1A119069
ERIANITA WIDYASARI.K O1A119083
LIANA RAHMAWATI DUPALITAN O1A119092
MUH. ASRUN O1A119096

ASISTEN : RIZAL FEBRIANDI, S.Farm.

PROGRAM STUDI S1-FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
PERCOBAAN I

ISOLASI KAFEIN DARI TEH (Camellia sinensis L.)

A. Tujuan
1. Menjelaskan konsep dan jenis ekstraksi yaitu ekstraksi padat-cair, cair-
cair, dan asam-basa serta terampil dalam melakukan ekstraksi
2. Mengetahui karakteristik alkaloid yang terkandung dalam teh.

B. Landasan Teori
Alkaloid adalah golongan senyawa organik turunan asam amino yang
mengandung nitrogen dengan berat molekul rendah, yang terutama terdapat
pada berbagai organisme hidup, seperti bakteri, jamur, tumbuhan, dan hewan.
Pada tumbuhan, alkaloid adalah metabolit sekunder yang dihasilkan sebagai
respons terhadap modulasi lingkungan dan cekaman biotik atau abiotik, yang
memungkinkan alkaloid memiliki keragaman struktur dan aktivitas biologis
yang signifikan. Sifat-sifat tersebut menjadikan alkaloid sebagai kandidat
senyawa potensial untuk pengembangan obat baru sehingga semakin menarik
perhatian para ilmuwan (Peng dkk., 2019).
Jenis-jenis alkaloid terdiri dari, alkaloid sejati: Ini berisi cincin heterosiklik
dengan nitrogen dan berasal dari asam amino. Contoh: Atropin, Nikotin,
Morfin. Proto alkaloid: Tidak ada cincin heterosiklik dengan Nitrogen dan
berasal dari asam amino. Contoh: Efedrin, Mescaline, Adrenalin. Alkaloid
semu: Mengandung cincin heterosiklik dengan Nitrogen tetapi tidak berasal
dari asam amino. Contoh: Kafein, Teobromin, Teofilin (Badri dkk., 2019).
Kafein adalah salah satu senyawa turunan alkaloid yang dapat ditemukan
dalam kopi dan teh. Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat
secara klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, dengan efek
menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga meningkatkan daya
konsentrasi dan memperkuat kontraksi jantung, karena efek farmakologis
inilah seringkali kafein ditambahkan pada minuman-minuman berenergi
dalam kemasan (Aprilia dkk., 2018).

1
Teh yang diperoleh dari daun tanaman yang dikenal sebagai Camellia
sinensis saat ini digambarkan sebagai minuman sehat karena molekul bioaktif
dan kapasitas antioksidan yang tinggi. Potensi terapi ilmiah teh telah
terungkap dalam beberapa tahun terakhir. Teh, yang dikonsumsi oleh dua
pertiga penduduk dunia, yang merupakan minuman terpenting setelah air dan
yang secara positif mempengaruhi tubuh manusia dalam banyak hal,
mengandung lebih dari 4000 zat kimia. Perbedaan antara teh biasanya
disebabkan oleh proses, kondisi tumbuh, dan fitur geografis. Teh dibagi
menjadi empat kelompok menurut proses atau pemanenannya: teh hitam
(fermentasi), teh hijau (tidak difermentasi), teh oolong (semi-fermentasi), dan
teh putih. Teh yang dikonsumsi pada suhu sedang dan dalam jumlah tertentu
dapat didefinisikan sebagai minuman yang berdampak positif bagi kesehatan,
selain tidak menimbulkan efek toksik akut maupun kronis. Dalam studi yang
dilakukan, disebutkan bahwa orang yang minum teh secara teratur juga
memiliki gaya hidup yang sehat (Fidan dan Arif, 2020).
Studi telah menunjukkan bahwa teh memiliki efek farmakologis yang
berbeda seperti antioksidan, antiinflamasi, antimutagenik, antikarsinogenik,
antiangiogenik, apoptosis, antiobesitas, hipokolesterolemia,
antiaterosklerotik, antidiabetes, antibakteri, antivirus, dan anti-penuaan. Teh
juga mengandung kafein, selain zat tersebut. Tidak boleh diabaikan bahwa
konsumsi berlebihan senyawa kafein yang ada dalam kandungan teh memiliki
efek toksik. Karena efek samping kafein, kecenderungan untuk
mengkonsumsi produk bebas kafein telah meningkat di antara orang-orang
(Fidan dan Arif, 2020).
Teh (Camellia sinensis) yang masuk dalam famili Theaceae diyakini
mempunyai manfaat kesehatan, yakni memiliki khasiat sebagai anti-
inflamasi, anti oksidasi, anti alergi, dan anti obesitas. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa senyawa aktif yang terdapat pada teh juga dapat
mencegah berbagai penyakit, seperti mengurangi kadar kolesterol dan
mencegah penyakit jantung berpotensi sebagai antioksidan, dan dapat
menjadi salah satu alternatif dalam menangani penyakit infeksi bakteri.

2
Kafein memiliki efek farmakologi sebagai stimulan dari sistem saraf pusat
dan metabolisme, digunakan secara baik untuk pengobatan dalam
mengurangi keletihan fisik dan juga dapat meningkatkan tingkat
kewaspadaan sehingga rasa ngantuk dapat ditekan. Kafein juga merangsang
sistem saraf pusat dengan cara menaikkan tingkat kewaspadaan, sehingga
fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi badan menjadi lebih baik.
Konsumsi kafein secara rutin dapat menyebabkan terjadinya toleransi.
Tanda-tanda dan gejala-gejala dari konsumsi kafein secara berlebihan antara
lain kecemasan, insomnia, wajah memerah, diuresis, gangguan saluran
cerna, kejang otot, takikardia, aritmia, peningkatan energi dan agitasi
psikomotor. Kafein dapat berinteraksi dengan siprofloksasin dimana
mengakibatkan terjadinya penurunan metabolism hepatik kafein sehingga
efek farmakologi kafein dapat meningkat (Wilantari dkk., 2018).
Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan
adalah sebagai berikut: pengelompokkan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll),
pengeringan dan penggilingan bagian tumbuhan; pemilihan pelarut: pelarut
polar (air, etanol, metanol, dan sebagainya), pelarut semi polar (etik, asetat,
diklorometan, dan sebagainya), dan pelarut non polar (n-heksana, petroleum
eter, kloroform, dan sebagainya) (Tetti, 2014).
Kandungan senyawa kafein yang tepat dalam teh telah banyak dilakukan
pengujian, beberapa jenis pengujian kafein adalah dengan metode ekstraksi
cair-cair. Prinsip dari ekstraksi cair-cair adalah berdasarkan hukum Nernst
dimana distribusi solut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur.
Semakin stabil kompleks khelat (harga Kd semakin besar) maka semakin
besar pula efisiensi ekstraksi. Prinsip tersebut juga digunakan sebagai dasar
untuk pemisahan logam-logam tanah jarang (Rubiyanto, 2017).
Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan suatu zat dari suatu
bahan alam dengan menggunakan suatu pelarut yang sesuai. Kelarutan suatu
zat didalam pelarut tergantung dari ikatannya apakah polar atau nonpolar.
Bahan-bahan organik tidak selalu larut dalam air, oleh karena itu dapat

3
dipisahkan dengan menggunakan corong pemisah. Beberapa penelitian
tentang isolasi kafein telah dilakukan seperti penelitian tentang karakterisasi
kafein yang diisolasi dari daun Camellia sinensis dari wilayah Himalaya.
Karakterisasi yang diperoleh dari senyawa kafein hasil isolasi adalah sama
dengan kafein standar. Penelitian tentang isolasi kafein dari daun teh
sehingga diperoleh kafein dalam bentuk kristal kafein. Setelah itu
direaksikan dengan asam salisilat sehingga diperoleh derivat kafein dalam
bentuk kafein salisilat. Penelitian lainnya yaitu tentang analisis kuantitatif
natrium benzoat dan kafein dalam campuran biner menggunakan orde
pertama derivatif spektrofotometri. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini,
antara natrium benzoat dan kafein memiliki panjang gelombang yang
berbeda (Fauziah dkk., 2017).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan teknik kromatografi yang
berdasar pada prinsip adsorbsi, bedanya dengan kromatografi kolom yaitu
konfigurasi KLT yang berbentuk planar (plate). Fasa diam berupa padatan
yang diaplikasikan berbentuk datar pada permukaan kaca atau aluminium
sebagai penyangganya sedangkan fasa gerak berupa zat cair (Rubiyanto,
2017). Fase gerak yang yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan
bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan
secara menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada
pengembangan secara menurun (descending) (Gandjar dan Abdul, 2019).

4
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk,
cawan porselen, chamber, corong pisah, erlenmeyer, gelas kimia, gelas
ukur, hot plate, kertas saring, lampu uv, pipet tetes, timbangan analitik,
dan statif klem.

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest,
aseton, etil asetat, kloroform, natrium bikarbonat, N-heksane, plat KLT,
dan serbuk teh.

5
D. Prosedur Kerja
a. Ekstraksi Kafein
Masukkan serbuk teh kering sebanyak 25 mg atau 10 kantong teh ke
dalam gelas kimia dan 20 gr natrium karbonat, lalu tambahkan air
mendidih sebanyak 225 mL. Larutan diaduk dan didinginkan, kemudian
disaring. Lakukan ekstraksi cair-cair dengan menambahkan 100 mL
larutan ekstrak dengan 100 mL kloroform ke dalam corong pisah. Kocok
corong pisah secara perlahan (agar tidak terbentuk emulsi), sambil
membuka keran corong pisah untuk mengeluarkan tekanan udara/gas dari
dalam corong pisah, menghasilkan fase bawah pertama. Lakukan kembali
ekstraksi cair-cair dengan menambahkan 100 mL kloroform ke fase atas
dan diambil fase bawah. Gabungkan fase bawah pertama dan kedua,
kemudian dipartisi kembali ekstrak bawah di dalam corong pisah dan
ditambahkan aquadest sebanyak 50 mL untuk memisahkan fase air yang
masih terbawa, digojog, kemudian didiamkan hingga terbentuk dua fase.
Setelah terbentuk fase bawah, dilakukan lagi ektraksi cair-cair fase bawah
tersebut dengan menambahkan aquades sebanyak 25 mL hingga
menghasilkan fase bawah. Hasil fase bawah kloroform kemudian
keringkan untuk menguapkan kandungan kloroformnya, hingga
menghasilkan kristal kafein.

b. Uji Kromatografi Tipis KLT


Larutkan sedikit sampel kristal kafein hasil ekstraksi dari daun teh dengan
7 mL aseton. Siapkan Plat KLT dengan panjang 5 cm dan lebar 1 cm, serta
yang telah digaris batas atas dan bawahnya. Larutan sampel ditotolkan di
atas plat KLT lalu dielusi menggunakan eluen n-heksan dan etil asetat
dengan perbandingan 7:3. Kemudian dicelupkan plat KLT ke dalam glass
chamber dan diangkat setelah eluen mencapai batas atas. Lakukan
pengamatan plat KLT pada lampu UV di bawah sinar UV 254 dan 366.

E. Hasil Pengamatan
1. Tabel hasil pengamatan
GAMBAR
PERLAKUAN SINAR UV PANJANG SINAR UV PANJANG KETERANGAN
GELOMBANG 254 GELOMBANG 366

6
Sampel Kristal
kafein 1ml +
1ml kloroform
+ ditotolkan di
atas plat KLT

Sampel Kristal
kafein 1ml +
1ml kloroform
+ ditotolkan di
atas plat KLT
+ dielusi
menggunakan
eluen etil
asetat : N-
Heksan = 3:7

2. Perhitungan
Dik : - batas atas : 3,5 cm
- batas bawah : 1,5 cm
- jarak noda : 0,7 cm
- jarak pelarut : 4,7 cm

Dit : RF = …?

Penyelesaian :
Jarak yang ditempuh noda
RF =
Jarak yang ditempuh pelarut
0,7 cm
= 4,7 cm
= 0,15

F. Pembahasan

7
Teh (Camellia sinensis L.) merupakan salah satu jenis minuman yang
paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Teh memiliki banyak manfaat seperti
antioksidan, mengurangi stress oksidatif, hingga melancarkan sirkulasi darah.
Namun kandungan kafein dalam teh juga dapat menimbulkan dampak negatif
jika dikonsumsi secara berlebihan seperti dapat menimbulkan insomnia,
gelisah, hingga diuresis (Wardani dkk, 2016).
Kandungan alkaloid biasanya sebagai garam organik di tumbuhan dalam
bentuk senyawa padat berbentuk kristal dan kebanyakan berwarna. Pada daun
atau buah segar biasanya akan memberikan rasa pahit. Kafein merupakan
alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia C8H10N4O2. Kafein termasuk
kelompok methylxantine yaitu senyawa yang terbentuk secara alami dan
termasuk dalam derivat xanthine yang dihasilkan oleh tanaman untuk
melawan penyakit yang menyerang tanaman (Sinurat, Lidia, 2020).
Kafein memiliki efek farmakologi sebagai stimulan dari sistem saraf pusat
dan metabolisme, digunakan untuk pengobatan dalam mengurangi keletihan
fisik dan juga dapat meningkatkan kewaspadaan. Kafein dapat menekan
sistem saraf pusat dengan cara menaikkan tingkat kewaspadaan, sehingga
fikiran lebih jelas, fokus dan koordinasi tubuh menjadi lebih baik (Wilantri,
dkk, 2017).
Identifikasi senyawa kafein dalam teh dapat dilakukan dalam beberapa
metode. Pada percobaan ini dilakukan teknik isolasi sebagai cara untuk
mengidentifikasi senyawa kafein. Ekstraksi cair-cair atau yang dikenal dengan
ekstraksi solvent merupakan proses pemisahan fasa cair yang memanfaatkan
perbedaan kelarutan zat terlarut yang akan dipisahkan antara larutan asal dan
pelarut pengekstrak. Prinsip dasar dari ekstraksi cair-cair melibatkan
pengontakan suatu larutan dengan pelarut (solvent) lain yang tidak saling
melarut (immisible) dengan pelarut asal yang mempunyai densitas yang
berbeda sehingga membentuk dua fasa beberapa saat setelah penambahan
solvent. Hal ini menyebabkan terjadinya perpindahan massa dari pelarut asal
ke pelarut pengekstrak. Perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut baru yang
diberikan, disebabkan oleh adanya daya dorong yang muncul akibat adanya

8
pontesial kimia antara kedua pelarut. Sehingga proses ekstraksi cair-cair
merupakan proses perpindahan massa yang berlangsung secara difusional.
Kelebihan dari metode ini adalah dapat beroperasi pada kondisi ruang, dapat
memisahkan sistem yang memiliki sensitivitas terhadap temperatur, dan
kebutuhan energinya relatif kecil (Mirwan, 2013). Dalam metode yang
digunakan pemilihan pelarut sangat penting dilakukan pada tahapan proses
ekstraksi cair-cair, pada percobaan ini digunakan pelarut kloroform dan air.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kloroform dikatakan lebih efektif
dalam mengisolasi kafein. Namun, penggunaan kloroform harus dibatasi
karena efek toksisitasnya (Wilantri, dkk, 2018).
Selain menggunakan metode ekstraksi cair-cair, pada percobaan ini
dilakukan pula pengidentifikasian senyawa kafein menggunakan ekstraksi
padat-cair. Prinsip ekstraksi padat-cair adalah adanya kemampuan senyawa
dalam suatu matriks yang kompleks dari suatu padatan, yang dapat larut oleh
suatu pelarut tertentu. Digunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk
mengidentifikasi senyawa kafein. Prinsip KLT adalah perpindahan analit dari
fase diam karena pengaruh fase gerak. Proses ini biasa disebut dengan elusi,
dimana apabila semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin
sempit kisaran ukuran dari fase diamnya, maka semakin baik kinerja dari KLT
terkait dengan efisiensi dan resolusi. Dalam KLT terdapat fase diam dan fase
gerak. Fase diam adalah komponen yang dilewati oleh fase gerak. Fase diam
merupakan zat padatan yang diletakkan di dalam chamber berisi zat cair,
kemudian terserap dan terabsorpsi sebagai lapisan tipis. Yang merupakan fase
diam adalah lempeng pelat KLT. Sedangkan fase gerak, merupakan media
angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut. Disebut fase gerak karena
cairan tersebut bergerak melewati permukaan zat inert (fase diam) secara
bersama-sama (Rohman, 2007).
Percobaan ini menggunakan serbuk teh dari Teh Celup Merk “Teh Candi
Wayang”. Dimana tahapan awal adalah menggunakan metode ekstraksi cair-
cair. Serbuk teh (sampel) diseduh bersama natrium karbonat menggunakan air
panas. Penggunaan natrium karbonat bertujuan untuk menarik zat polar (air).

9
Seduhan teh tentunya tidak hanya mengandung kafein saja, namun juga
beberapa senyawa campuran, kafein bersifat non-polar sehingga perlu
dipisahkan dengan senyawa-senyawa polar lainnya yang terlarut. Digunakan
air mendidih untuk memudahkan kelarutan. Setelah itu, larutan sampel
didinginkan dan di dekantasi, diambil 100 mL ekstrak dan dilakukan partisi
larutan. Ekstraksi kafein menggunakan metode ini pada akhirnya
menghasilkan 2 fase yaitu fase kloroform dan fase air. Lapisan atas
merupakan fase air, sedangkan fase bawah merupakan kloroform. Penggunaan
kloroform bertujuan untuk menarik senyawa kafein, karena kloroform
merupakan pelarut non-polar sehingga dapat menarik senyawa kafein yang
juga bersifat non-polar. Begitupun dengan air, ia akan menarik senyawa polar
sehingga dapat diperoleh ekstrak yang mengandung kafein lebih murni.
Tahapan selanjutnya adalah menggunakan metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT). Sampel hasil partisi sebelumnya kemudian di keringkan/
diuapkan fase airnya setelah terbentuk kristal, ditambahkan aseton sebagai
pelarut kristal kafein, kemudian dilakukan uji KLT menggunakan plat KLT
berukuran 5x1 cm. Dimana fase geraknya adalah eluen n-heksan dan etil
asetat dengan perbandingan 7:3, dan fase diamnya adalah plat silika. Di
totolkan sampel dengan perbandingan menggunakan kafein murni, plat
kemudian di masukkan ke dalam chamber berisi eluen, setelah eluen mencapai
batas atas, kemudian dilakukan pengamatan UV 254 dan 366 nm. Hasil yang
diperoleh terdapatnya noda sampel yang sama dengan noda kafein murni,
sehingga dapat dipastikan bahwa senyawa yang teridentifikasi adalah senyawa
kafein. Adapun nilai Rf yang diproleh adalah sebesar 0,15.

G. Kesimpulan

10
Kesimpulan pada percobaan ini berhasil di dapatkan isolat kafein pada
sampel teh cap “Teh Candi Wayang”, hal ini dibuktikan dengan pengujian
KLT dimana didapatkan noda yang sama dengan senyawa pembandingnya
(kafein murni) dengan nilai Rf sebesar 0,15.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aprilia, F. A., Ayuliansari, Y., Putri, T., Azis, Y. M., Camelina, D. W., & Putra,
R. M. (2018). Analisis Kandungan Kafein dalam Kopi Tradisional Gayo dan
Kopi Lombok Menggunakan HPLC dan Spektrofotometri UV-Vis. Biotika,
16(2), 38-39.

Badri, S., Basu, V. R., Chandra, K., & Anasuya, D. 2019. A review on
pharmacological activities of alkaloids. World Journal of Current Medical
and Pharmaceutical Research, 230-234.

Fauziah, F., Zulharmita, dan Wahyu, N., 2017, Pembuatan Kafein Benzoat Secara
Semisintesis dari Serbuk Teh Kayu Aro, Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9(1).

Fidan, M., & Arif, A. Y. A. R. 2020, Effects of Tea Forms With Different Caffein
Contents on Fecundity And Mortality. Journal of Amasya University the
Institute of Sciences and Technology, Vol. 1(2), 113-126.

Gandjar, I. G., Abdul R., 2019, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Mirwan, Agus. 2013. Keberlakuan Model HB-GFT sistem n-heksana-MEK-AIR


pada Ekstraksi Cair-Cair Kolom Isian. Konversi. Vol.2(1)

Peng, J., Zheng, T. T., Li, X., Liang, Y., Wang, L. J., Huang, Y. C., & Xiao, H. T.
2019. Plant-derived alkaloids: the promising disease-modifying agents for
inflammatory bowel disease. Frontiers in pharmacology, 10, 351.

Sinurat, L. (2020). Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Deteksi Bahaya Kelebihan


Mengkomsumsi Kafein dengan Menggunakan Metode

12
Backpropagation. JOURNAL OF INFORMATION SYSTEM RESEARCH
(JOSH) Vol 1 No 3 April 2020, 1.

Rubiyanto, D., 2017, Metode Kromatografi : Prinsip Dasar, Praktikum dan


Pendekatan Pembelajaran Kromatografi, Yogyakarta : Deepublish

Tetti, M. (2014). Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif.


Jurnal Kesehatan, 7(2).

Wardani, R. K., & Fernanda, M. H. F. (2016). Analisis kadar kafein dari serbuk
teh hitam, teh hijau dan teh putih (camellia sinensis l.). Journal of Pharmacy
and Science, 1(1), 15-17.

Wilantari, P.D., Putri, N. R. A., Putra, D.G.P., Nugraha, I.G.A.A.K.,


Syawalistianah, Prawitasari, D.N.D., Samirana P.O., 2018, Isolasi Kafein
Dengan Metode Sublimasi dari Fraksi Etil Asetat Serbuk Daun Teh Hitam
(Camelia sinensis), Jurnal Farmasi Udayana, Vol 7(2).

13

Anda mungkin juga menyukai