Anda di halaman 1dari 12

PENGHAMBATAN EKSTRAK ETANOL, FRAKSI N-HEKSAN DAN ETIL ASETAT

DAUN TIN (Ficus carica L) TERHADAP α-AMYLASE SECARA IN-VITRO

In-Vitro Study of α-Amylase Inhibition Of Tin Leaves (Ficus Carica L) Ethanol Ekstract, N-
Hexane And Ethyl Acetate Fraction

1)
Siska Megawati,2)Oktariani Pramiastuti,3 ) Agung Nur Cahyanta
1)
Mahasiswa Program Studi Farmasi Sarjana (S-1)
2,3)
Dosen Program Studi Farmasi Sarjana (S-1)
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Bhamada Slawi
Email: siska.megawati16@gmail.com

ABSTRAK
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis,ditandai
dengan tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang disebabkan karena penurunan
sekresi insulin. Pengobatan yang penting untuk Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 adalah
mengendalikan kadar glukosa darah. Enzim alfa amylase di dalam tubuh berperan memecah
karbohidrat menjadi amylum. Pengendalian enzim amylase tersebut sangat diperlukan pada kasus
diabetes. Salah satu tanaman yang memiliki efek hiperglikemia adalah daun tin (Ficus carica L).
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim alfa amylase oleh
ekstrak etanol dan fraksi n-heksan, dan fraksi etil asetat dari daun tin (Ficus carica L.) secara in
vitro menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dengan inhibitor standar akarbose sebagai
pembanding. Akarbose dapat menunda hidrolisis karbohidrat dan disakarisa, absorbsi gula dan
menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Dari hasil pengujian yang telah
dilakukan, diketahui bahwa daun tin (Ficus carica L) mengandung senyawa metabolit sekunder
meliputi flavonoid, alkaloid, tannin dan steroid atau triterpenoid. Sementara itu hasil pengujian
penghambatan enzim alfa amylase oleh ekstrak etanol dan fraksi diperoleh nilai IC50 berturut-turut
sebesar 138,96 µg/mL, 117,78 µg/mL,dan 147,50 µg/mL. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat daun tin (Ficus carica L)
memiliki aktivitas penghambatan enzim alfa amylase dengan kategori sedang.
Kata kunci: Diabetes mellitus, Enzim α-amylase, Daun Tin,IC50, In-vitro

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic disorder, characterized by high levels of
glucose in the blood (hyperglycemia) caused by decreased secretion insulin.An important treatment
for type 2 diabetes is controlling blood glucose levels. Alpha amylase enzyme in the body plays a
role in breaking down carbohydrates into strach. Control of the amylase enzyme is needed in
diabetes cases. One of the plants that have a hyperglycemic effect is Tin (Ficus carica L). This
study aimed to determine the inhibitory activity of the alpha amylase enzyme by ethanol extract and
n-hexane, ethyl acetate fractions from Tin (Ficus carica L) leaves in vitro using UV-Vis
spectrophotometri method with a standard inhibitor of acarbose as a comparison. Acarbose can
delay the hydrolysis of carbohydrates and disaccharides, absorption of sugar and inhibit the
metabolism of sucrose into glucose and fructose. The result showed that Tin leaves contained
secondary metabolites including flavonoids, alkaloids, tannins, and steroids or triterpenoids.
Meanwhile, the results of the alpha amylase inhibition test by ethanol extract and fractions
obtained IC50 values of, 138,96 µg/mL, 117,78 µg/mL,dan 147,50 µg/mL. Based on these results, it
can be concluded that the ethanol extract and n-hexane, ethyl acetate fractions from Tin leaves
have moderate activity in inhibiting the alpha amylase enzyme.
Keywords: Diabetes mellitus, Enzym α-amylase, Tin leaves, IC50, In-vitro

PENDAHULUAN Selain itu, juga terdapat kandungan flavonoid,


Sebagian besar masyarakat di Indonesia fenolik, terpenoid, saponin dan beberapa
menggunakan obat tradisional dari tanaman senyawa biokatif seperti arabinose, ß-amirin,
dalam mengobati berbagai macam penyakit, glikosida, ß-sitosterol. Senyawa golongan
salah satunya adalah diabetes mellitus. flavonoid memiliki aktivitas sebagai inhibitor
Penggunaan tanaman obat secara tradisional enzim alfa amylase melalui ikatan hidrogen
pada umumnya dinilai memiliki efek samping membentuk sistem π-terkonjugasi dengan situs
yang lebih rendah tingkat bahayanya aktif enzim.
dibandingkan dengan obat – obatan sintetik Penelitian mengenai daun tin sebagai
atau kimiawi serta relatif lebih ekonomis antidiabetes sebelumnya pernah dilakukan oleh
(Pujiyanto & Raharja, 2019). beberapa peneliti. Menurut penelitian yang
Diabetes mellitus (DM) merupakan dilakukan oleh Wijaya (2017), menunjukkan
gangguan metabolisme kronis yang ditandai bahwa ekstrak etanol dari daun Tin dengan
oleh hiperglikemia dengan abnormalitas dosis 200 mg/KgBB dapat memengaruhi
metabolisme karbohidrat lemak dan protein penurunan kadar gula dan kolesterol dalam
sebagai akibat dari resistensi terhadap aksi darah mencit putih yang diinduksi Aloksan.
insulin, sekresi insulin tidak mencukupi atau Penelitian lainnya juga menunjukkan ada
keduanya(Berryman,2000). Upaya menanggula pengaruh pemberian teh daun tin terhadap
ngi diabetes mellitus (DM) salah satunya kadar gula darah pada penderita diabetes
dengan cara menghambat kerja enzim alfa mellitus (Zakaria, Amin,&Zakariya Yahya,
amylase untuk menghidrolisis karbohidrat 2019).
sehingga dapat mengurangi absorbsi glukosa Penelitian yang telah dilakukan oleh
(Alagesan,K et al., 2012). Penghambatan peneliti sebelumnya adalah menggunakan
terhadap enzim alfa amylase diketahui akan metode secara in-vivo. Oleh karena itu, perlu
menunda dan memperpanjang waktu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pencernaan karbohidrat, sehingga terjadi mekanisme spesisik ekstrak daun tin pada
penurunan laju absorbsi glukosa serta penurunan kadar gula darah terutama terhadap
mengahambat peningkatan kadar plasma penghambatan enzim α-amylase secara in-vitro
glukosa postpandrial (De Sales et al., 2012). yang ditunjukkan melalui nilai IC50.
Tanaman tin (Ficus carica L) termasuk Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
salah satu contoh tanaman yang tumbuh di tertarik untuk melakukan penelitian tentang Uji
daerah tropis dan sub tropis. Tanaman ini sudah Aktivitas Enzim Alfa Amylase Ekstrak Etanol,
banyak dibudidayakan sebab secara empiris Fraksi N-Heksan dan Etil Asetat Daun Tin
dipercaya banyak digunakan mengobati (Ficus carica L) secara In-Vitro Menggunakan
berbagai penyakit. Selain bagian buah bagian Metode Spektrofotometri UV-Vis.
lain yang dimanfaatkan untuk pengobatan
adalah bagian daunnya yang secara empiris METODE PENELITIAN
dipercaya dapat menurunkan kadar gula dalam Waktu dan Lokasi penelitian
darah (Agustina, 2017). Penelitian ini dilakukan di
Menurut Joseph dan Raj (2011) Laboratorium Bahan Alam dan Laboratorium
kandungan gizi dari tin antara lain serat, Instrumen Fakultas Farmasi Universitas
vitamin A, C, kalsium, magnesium dan Bhamada Slawi selama 6 bulan.
potassium yang sangat diperlukan oleh tubuh.
Alat dan Bahan Selanjutnya sari yang diperoleh diuapkan
Alat yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan rotary evaporator
adalah Spektrofotometer (Shimadzu UV 1280), dibawah titik didih hingga diperoleh ekstrak
bejana maserasi, rotary evaporator (Biobase), yang kental.
neraca analitik, oven, grinder simplisia,
penangas air, moisture balance, mikropipet, alat Pembuatan Fraksinasi Cair – Cair
– alat gelas merk pyrex, inkubator (Memmert Ekstrak kental etanol 70 % daun tin
IN55), stopwatch, krush, desikator, tanur, pipa difraksinasi dalam corong pisah mulai dari
kapiler mikro, lampu UV 254 dan 366 nm, pelarut n-heksan dan etil asetat. Ekstrak kental
chamber dan kuvet disposable. etanol daun tin ditimbang sebanyak 20 gram
Bahan yang digunakan pada penelitian ini diencerkan terlebih dahulu menggunakan etanol
adalah daun tin (Ficus carica L), etanol 70% 70% sebanyak 75 mL aduk sampai homogen
(teknis), larutan amylum manihot 5% (Merck), dalam beakerglas. Kemudian dimasukkan
larutan iodine 0,5 %, larutan dapar fosfat pH kedalam corong pisah, tambahkan pelarut n-
7,0, larutan DMSO (dimetilsulfoksida), enzim heksan sebanyak 75 mL kocok kemudian
alfa amylase (Sigma-Aldrich), akarbose didiamkan sampai terlihat batas pisah antara
(Sigma), H2SO4 pekat, HCl 2N, FeCl3 1%, kedua pelarut, setelah terpisah fraksi n-heksan
aquadest, pereaksi Lieberman Bouchard, dikeluarkan dari corong pisah. Sisa fraksi etanol
pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorf, ditambah lagi dengan n-heksan diulang dua kali
lempeng KLT Silika Gel GF254, metanol, etil dengan cara yang sama, lapisan n-heksan yang
asetat, n-hexane, kloroform, n-butanol, asam terbentuk selama 3 kali fraksinasi digabungkan
acetat, baku pembanding quercetin. dan disebut fraksi n-heksan. Selanjutnya bagian
etanol dari sisa proses fraksi n-heksan
Determinasi Tanaman kemudian difraksinasi lebih lanjut dengan etil
Determinasi tanaman dilakukan di asetat dan diulang sampai 3 kali fraksinasi
Laboratorium Bahan Alam Universitas dengan cara yang sama, kemudian didapatkan
Bhamada Slawi untuk memastikan bahwa fraksi etil asetat masing - masing hasil
tumbuhan yang digunakan untuk penelitian fraksinasi dikentalkan dengan rotary
adalah tanaman tin (Ficus carica L). evaporator (Rani, 2020).
Pembuatan Simplisia Daun Tin Uji Mutu Ekstrak
Pembuatan simplisia diawali dengan Uji mutu ekstrak terdiri dari beberapa
pengumpulan daun tin yang diperoleh dari parameter meliputi :
petani di daerah Ponorogo Jawa Timur. Bagian a. Parameter Spesifik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Parameter spesifik dengan melihat
daun kremah yang telah diperoleh dibersihkan secara organoleptis dilakukan untuk uji
dari kotoran yang melekat dengan cara dicuci pendahuluan awal yang sederhana dan
dengan air mengalir. Setelah itu dikeringkan dilakukan secara objektif melalui pengamatan
dengan cara diangin-anginkan pada tempat dengan panca indera terhadap bentuk, warna,
yang tidak terkena sinar matahari atau bau dan rasa dari ekstrak (Saifudin,Viesa &
dikeringkan dengan oven pada suhu 40ºC. Hilwan.,2011).
Setelah itu disortasi kembali dan dibuat serbuk b. Parameter Non Spesifik
dengan menggunakan ayakan nomor 40 Mesh. 1) Pengujian Kadar Air
Pengujian kadar air dilakukan dengan
Pembuatan Ekstrak menggunakan alat digital Moisture Balance
Ditimbang daun tin yang sudah menjadi dengan sampel yang digunakan sebanyak 1
serbuk sebanyak 1kg, kemudian diekstraksi gram sampel (Saifudin et al, 2011).
dengan menggunakan metode maserasi, dengan 2) Pengujian Kadar Abu Total
cara merendam simplisia kering daun kremah Pengujian kadar abu total dilakukan
dalam 6 L pelarut etanol 70% selama 5 hari dengan cara menimbang sebanyak 2 gram
dengan sesekali dilakukan pengadukan.
ekstrak daun tin dimasukkan dalam krus Pembuatan enzim α-amilase
porselin yang telah dipijarkan dan ditara, Pembuatan larutan enzim α-amilasedilakukan
kemudian diratakan. Krus dipijarkan perlahan dengan menimbang sebanyak (0,5128 U/mL)
– lahan dalam tanur dengan menaikkan suhu 3,246 mg α-amilase dan dilarutkan dalam 100
hingga ± 600°C selama ± 6 jam atau sampai mL dapar fosfat pH 7,0 (Wirasti et al., 2021).
arang habis. Selanjutnya didinginkan dalam
desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot Pembuatan larutan amilum
konstan(Depkes RI,2000). Pembuatan larutan amilum 0,5% dilakukan
dengan melarutkan 500 mg amylum dalam 100
Skrining Fitokimia mL aquadest kemudian dipanaskan sampai
Skrining fitokimia bertujuan untuk larut (Depkes RI,1995).
mengetahui kandungan senyawa yang terdapat
pada ekstrak etanol daun tin. Skrining fitokimia Pembuatan larutan iodine
yang dilakukan meliputi pemeriksaan senyawa Pembuatan larutan iodin 0,5% dilakukan
golongan flavonoid, alkaloida, fenol, steroid dengan melarutkan 0,75 gram kalium iodida
triterpenoid, saponin dan tannin. dan 0,5 gram iodine dalam 100 mL aquadest
kemudian dipanaskan sampai larut (Depkes
Pengujian Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak RI,1995).
Daun Tin
Pengujian kualitatif senyawa metabolit Uji AktivitasEnzim Alfa Amylase
sekunder yang berikutnya yaitu pengujian Menurut Mugiyanto (2017), pengujian
dengan metode kromatografi lapis tipis. aktivitas enzim α-amylase ekstrak etanol daun
Senyawa metabolit sekunder yang akan diuji tin secara in vitro dapat dilakukan dengan
secara KLT meliputi flavonoid, alkaloid, tahapan berikut:
saponin, tanin, fenol dan terpenoid. Pengujian blanko
Pengujian blanko dapat diukur
Pembuatan Larutan Uji dengan mengambil 1000 µL dapar fosfat pH
Pembuatan larutan dapar fosfat 7,0, kemudian diinkubasi selama 10 menit
Pembuatan larutan dapar fosfat 0,01 M pH 7,0 pada suhu 37oC. Kemudian pada sampel
dapat dilakukan dengan cara menimbang 5,99 ditambahkan 500 µL amilum 0,5%, lalu
gram natrium dihidrogen fosfat dan dilarutkan diinkubasi kembali selama 15 menit pada
dalam 500 mL air suling (larutan A). suhu 37oC. Setelah masa inkubasi selesai,
Kemudian sebanyak 8,52 gram natrium maka ditambahkan 10 µL iodine 0,5%.
hidrogen fosfat ditimbang dan dilarutkan dalam Absorbansinya diukur dengan spektrofoto
600 mL air suling (larutan B). Dari larutan A meter UV-Vis pada panjang gelombang 598,5
diambil 255 mL dan dari larutan B diambil nm.
245 mL, lalu dicampurkan kedua larutan Pengujian kontrol blanko
tersebut dan kemudian dicek pH sampai Pengujian kontrol blanko dapat
mencapai 7,0 (Depkes RI, 1995). dilakukandengan pembuatan kontrol blanko.
Kontrol blanko dibuat dengan mengambil
Penyiapan sampel 1000 µL dapar fosfat pH 7, kemudian
Penyiapan sampel dilakukan dengan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC.
melarutkan sebanyak 25,0 mg ekstrak Kemudian pada sampel ditambahkan 500 µL
etanol,fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat amilum 0,5%, lalu inkubasi kembali selama
masing-masing ekstrak dilarutkan dengan 1 mL 15 menit pada suhu 37oC. Setelah masa
DMSO dan larutan dapar fosfat pH 7 sampai 25 inkubasi selesai maka ditambahkan 10 µL
mL sehingga diperoleh konsentrasi 1000µg/mL, dapar fosfat pH 7,0. Absorbansinya diukur
kemudian dibuat seri konsentrasi larutan sampel dengan spektrofotometer UV-Vis pada
uji ekstrak. panjang gelombang 598,5 nm.
Pengujian Sampel ditambahkan 30 µL larutan dapar fosfat pH 7.
Larutan sampel (ekstrak,fraksi n- Larutan kemudian diukur absorbansinya
heksan dan etil asetat) 500 µL dengan dengan spektofotometer UV-Vis pada panjang
berbagai seri konsentrasi (60, 80, 100 & gelombang 598,5 nm.
200μg/mL). Tabel 1. Sistem Reaksi Pengujian Aktivitas
Ditambahkan dengan 500 µL enzim amylase, Enzim α-Amylase (Mugiyanto, 2017)
kemudian campuran diinkubasi selama 10
menit pada suhu 37°C. Selanjutnya
ditambahkan 500 µL larutan amylum 0,5 %
pada sampel dan diinkubasi kembali selama
15 menit pada suhu 37°C. Setelah masa
inkubasi selesai, ditambahkan 30 µL larutan
iodine 0,5 %. Larutan kemudian diukur
absorbansinya dengan spektofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 598,5 nm.
Pengujian Kontrol Sampel
Pengujian kontrol sampel dilakukan
dengan mengambil 500 µL sampel dengan
berbagai konsentrasi dan 500 µL dapar fosfat Analisis Data
pH 7,0, kemudian diinkubasi selama 10 Analisis data dilakukan dengan cara
menit pada suhu 37oC. Selanjutnya ke dalam menghitung persentase inhibisi α-amilase. Data
sampel ditambahkan 500 µL dapar fosfat pH yang diperoleh dari hasil pengukuran
7,0. Lalu diinkubasi kembali selama 15 menit absorbansi dapat dihitung % penghambatan
pada suhu 37oC, setelah masa inkubasi menggunakan persamaan pada rumus:
selesai, ditambahkan 10 µL iodine 0,5%. Lalu
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 598,5 nm. % Inhibisi = x 100%
Pengujian Kontrol Positif
Larutan akarbose 500 µL dengan Keterangan:
berbagai konsentrasi ditambahkan dengan 500 C = Absorbansi kontrol (Blanko – Kontrol blanko)
S = Absorbansi sampel (Sampel – kontrol sampel)
µL enzim α-amylase. Kemudian campuran
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37°C. Menghitung IC50 dengan menggunakan
Selanjutnya ditambahkan 500 µL larutan persamaan regresi linier dengan sumbu x
amylum 0,5 % dan diinkubasi kembali (sebagai konsentrasi sampel) dan sumbu y
selama 15 menit pada suhu 37°C. Setelah (sebagai % inhibisi). Dari persamaan regresi :
masa inkubasi selesai, ditambahkan 30 µL y = bx+ a kemudian dapat dihitung nilai IC50
larutan iodine 0,5 %. Larutan kemudian dengan menggunakan rumus:
diukur absorbansinya dengan spektofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 598,5 nm.
Selanjutnya dianalisis kuantitaif dengan uji One
Way Analisis of Variance (ANOVA)
Pengujian Kontrol Negatif
menggunakan program Statistical Package for
Larutan sampel 500 µL dengan
the Sosial Sciences (SPSS) untuk melihat
konsentrasi 60, 80,100 dan 200 µg/ml
ditambahkan dengan 1000 µL larutan dapar perbedaan persen inhibisi antar konsentrasi
fosfat pH 7. Kemudian diinkubasi selama 10 ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan frakasi etil
menit pada suhu 37°C. Selanjutnya asetat.
ditambahkan 500 µL Amylum 0,5 % dan
diinkubasi kembali selama 15 menit pada
suhu 37°C. Setelah masa inkubasi selesai,
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2.Hasil Uji Parameter Ekstrak
Bahan utama yang digunakan pada Etanol Daun Tin
penelitian ini adalah bagian daun yang
diperoleh dari petani daun tin di daerah
Ponorogo Jawa Timur. Daun segar yang
digunakan diambil dari daun muda nomor 3-4
dari ujung. Daun segar dilakukan sortasi basah
yaitu memisahkan kotoran yang ikut pada saat
pasca panen. Selanjutnya dicuci dengan air
mengalir untuk menghilangkan debu dan
kotoran yang menempel. Daun yang sudah
dicuci bersih kemudian ditiriskan sampai kering
Berdasarkan hasil skrining fitokimia
dan dikeringkan dibawah sinar matahari atau
menunjukkan ekstrak etanol daun Tin (Ficus
dengan oven pada suhu 40º C. Tujuan dari
carica L) diketahui positif mengandung
proses pengeringan untuk menurunkan
flavonoid, alkaloid, fenol, steroid, triterenoid,
kandungan air dalam suatu simplisia.
terpenoid dan tanin (Tabel 3).
Pengeringan suatu bahan yang terlalu lama dan
Tabel 3. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak
suhunya yang tinggi juga dapat menurunkan
Etanol Daun Tin
mutu karena dapat merusak komponen- Kandungan Hasil Warna
komponen yang terdapat didalamnya (Purwanti, Metabolit Uji
Yuliana & Sari., 2018). Lalu setelah kering
simplisia disortasi kering untuk dipisahkan dari Flavonoid + Hijau Kehitaman
kotoran ataupun bahan – bahan asing dan
mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa Endapan putih
selama proses pengeringan . Daun kemudian (Mayer)& larutan
Alkaloid +
warna
dihaluskan dengan blender dan diayak dengan merah(Dragendorf)
ayakan nomor mesh 40. Proses penghalusan Fenol + Warna hitam
bertujuan agar ketika proses maserasi, kontak
Steroid & Warna hijau
antara sampel dan pelarut bisa lebih besar Triterpenoid
+
sehingga proses maserasi akan berjalan dengan Warna merah
Terpenoid +
optimal (Esiyati, 2020).
Saponin - Busa tidak stabil
Simplisia daun tin diekstraksi dengan
menggunakan metode maserasi. Maserasi Tanin + Warna biru tua
merupakan metode ekstraksi dengan proses Proses fraksinasi dilakukan dengan
perendaman bahan dengan pelarut yang sesuai metode ekstraksi cair – cair. Metode ini ( partisi
dengan senyawa aktif yang akan diambil cair – cair ) merupakan proses pemisahan zat
dengan pemanasan rendah atau tanpa adanya yang terlarut dalam dua fase pelarut yang tidak
proses pemanasan. Faktor – faktor yang saling campur. Metode ekstraksi cair – cair
mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, dapat digunakan untuk melihat perbedaan
suhu, jenis pelarut, perbandingan bahan dan kelarutan dimana komponen kimia akan
pelarut, dan ukuran partikel (Chairunnisa, terpisah ke dalam dua fase sesuai dengan
Wartini & Suhendra., 2019). tingkat kepolarannya (Budiarti , 2016). Tujuan
Uji mutu ekstrak terdiri dari beberapa dilakukan fraksinasi adalah untuk memisahkan
parameter meliputi : (a) parameter spesifik (b) senyawa berdasarkan kepolarannya. Senyawa
parameter non spesifik. Tujuan dari uji mutu senyawa yang bersifat polar akan masuk ke
ekstrak adalah untuk menjamin standar mutu dalam pelarut polar, begitu pula senyawa
dan keamanan dari suatu ekstrak tanaman obat senyawa yang bersifat non polar akan masuk ke
(Tabel 2). dalam pelarut non polar . Oleh karena itu
fraksinasi dilakukan dengan menggunakan dua
pelarut yang berbeda tingkat kepolarnnya yaitu
n-heksana (non polar) dan etil asetat ( semi
polar) (Sutomo ,2021).
Selanjutnya, dilakukan pengujian
ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan fraksi etil
asetat daun tin menggunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi
lapis tipis merupakan salah satu metode
dengan teknik yang sederhana, hemat biaya,
dan mudah dioperasikan dalam fitokimia dan
biokimia dengan banyak aplikasi yang Gambar 2. Profil KLT Alkaloid
digunakan dalam pengembangan obat baru
dan berbagai jenis formulasi dari tanaman
obat (Rosamah, 2019). Pada pengerjaan
kromatografi lapis tipis, digunakan fase
gerak berupa pelarut organik dengan
berbagai perbandingan. Dengan demikian,
dapat dilihat pemisahan yang baik dari
ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan fraksi etil
asetat daun tin (Rahmawati, Prayoga &
Musyirna.,2019). Berikut hasil pengujian
KLT ekstrak etanol, fraksi n-heksan
dan fraksi etil asetat daun tin (Gambar
1 s.d 6)

Gambar 3. Profil KLT Saponin

Gambar 1. Profil KLT Flavonoid

Gambar 4. Profil KLT Tanin


pada dasarnya berwarna kuning kecoklatan
akan membentuk senyawa kompleks yang
berwarna biru apabila bereaksi dengan pati.
Prinsip dari pengujian ini adanya pemecahan
oleh substrat untuk menghasilkan produk
berwarna yang diukur absorbansinya pada
panjang gelombang yang telah ditentukan
(Pujiyanto & Raharja, 2019). Ekstrak yang
paling aktif berupa ekstrak yang menunjukkan
% inhibisi yang dapat menghambat enzim α-
Gambar 5. Profil KLT Terpenoid amilase 50%.
Pengujian sampel diawali dengan
menghitung % inhibisi dari masing-masing
konsentrasi ekstrak etanol, fraksi n-heksan
dan fraksi etil asetat daun tin daun dengan
pembanding yaitu akarbosa. Nilai % inhibisi
menunjukkan kemampuan ekstrak etanol,
fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat dalam
konsentrasi tertentu dapat menghambat
aktivitas enzim α-amilase. Hasil data
pengamatan antara konsentrasi masing-
masing ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan
Gambar 6. Profil KLT Fenol fraksi etilasetat dan pembanding (Akarbosa)
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji aktivitas Enzim Alfa
Amylase

Uji aktivitas enzim alfa amylase


bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak
etanol, fraksi n-hekasan dan fraksi etil asetat
daun tin (Ficus carica L) terhadap enzim α-
amylase. Amylase adalah enzim yang berfungsi
memutus ikatan glikosidik untuk
menghidrolisis pati menghasilkan dekstrin dan
oligosakarida. Jenis amylase ada tiga yaitu, α-
amylase, β- amylase, dan γ-amylase. Amylase
yang sering digunakan pada hidrolisis pati
adalah α-amylase (Sundarram & Murthy,
2014). Enzim α-amylase berperan penting
dalam sistem pencernaan dan langkah awal Ekstrak yang paling aktif yaitu ekstrak
dalam pemecahan karbohidarat. Enzim ini yang menunjukkan % inhibisi yang paling
merupakan endoamilase yang membelah besar. Dilihat dari hasil perbandingan antara
ikatan α-1,4 glikosidik rantai amilosa atau sampel ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan etil
amilopektin untuk menghasilkan produk asetat daun tin dengan pembanding dapat
dengan konfigurasi alfa (Ainezzahira et al., dikatakan bahwa ekstrak etanol, fraksi n-heksan
2019). dan etil asetat daun tin mempunyai aktivitas
Metode yang digunakan dalam inhibitor α-amilase sehingga mampu untuk
penelitian ini yaitu metode secara in-vitro, menghambat kerja enzim α-amilase.
yang mana pada proses ini larutan iodin yang
Aktivitas inhibitor α-amilase ekstrak
etanol, fraksi n-heksan dan etil asetat daun tin
lebih baik dari akarbosa, karena dilihat dari
nilai persen inhibisi ekstrak etanol, fraksi n-
heksan dan etil asetat pada konsentrasi 200
μg/mL mempunyai nilai persen inhibisi yang
lebih besar secara berturut – turut yaitu 74,01%;
69,97% dan 79,69% dibanding akarbosa pada
konsentrasi 200 μg/mL yang mempunyai nilai
persen inhibisi 67,75%. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan peningkatan konsentrasi uji Gambar 9. Kurva Sampel Fraksi N-Heksan
maka semakin besar nilai % inhibisi yang
diperoleh. Dimana dengan semakin besarnya
nilai % inhibisi maka akan semakin berpotensi
sebagai antidiabetes. Menurut Pujiyanto &
Raharja( 2019), data persen (%)inhibisi berpola
linier dimana semakin tinggi konsentrasi
sampel yang digunakan maka semakin tinggi
aktivitas penghambatan enzim.
Persamaan regresi linier yang
didapatkan dari tabel 4 dari baku pembanding
akarbose sampel ekstrak etanol, fraksi n-heksan Gambar 10. Kurva Sampel Fraksi Etil
dan fraksi etil asetat secara berturut –turut Asetat
diperoleh R2 sebesar 0,992, 0988, 0,984 dan Nilai IC50 yang diperoleh dari baku
0,979. Dapat dilihat pada gambar kurva baku 7 pembanding akarbose, ekstrak etanol, fraksi
s.d 10. n-heksan dan fraksi etil asetat secara berturut
– turut sebesar 138,22, 138,96, 117,78, dan
147,50 µg/mL. Nilai IC 50 merupakan nilai
konsentrasi dari suatu senyawa atau ekstrak
yang memiliki aktivitas penghambatan
terhadap enzim alfa amylase sebesar 50%.
IC50 diperoleh dari suatu persamaan regresi
linier yang menyatakan hubungan antara
konsentrasi sampel sebagai variabel 𝑥 dengan
% penghambatan sebagai variabel 𝑦.
Semakin kecil nilai IC50, maka aktivitas
Gambar 7. Kurva Pembanding Akarbose penghambatan senyawa atau ekstrak semakin
baik (Chang, 2019).
Berdasarkan nilai IC50, kategori
aktivitas penghambatan dari suatu senyawa
dapat dibagi menjadi sangat kuat (<50
μg/mL), kuat (50-100 μg/mL), sedang (100-
250 μg/mL), lemah (250 -500 μg/mL) dan
tidak aktif (>500 μg/mL) (Rahmawati ,
Prayoga & Musyirna., 2019). Dari hasil
penelitian ini baik sampel maupun baku
pembanding akarbose didapatkan nilai IC50
dengan kategori sedang (100 – 250 μg/mL)
Gambar 8. Kurva Sampel Ekstrak Etanol seperti pada gambar 11.
Daun Tin
kadar glukosa darah. Flavonoid juga berperan
sebagai inhibitor non kompetitif pada enzim
sehingga menurunkan efektivitas enzim pada
proses enzimatik.
Mekanisme aksi senyawa triterpenoid
sebagai antidiabetes adalah merangsang
pengeluaran insulin dan membantu
penyerapan glukosa dengan cara merangsang
GLUT-4 di dalam sel. Triterpenoid yang
berfungsi sebagai penyuplai kadar insulin
Gambar 11. Hasil Nilai IC 50 Uji Aktivitas dalam tubuh dan membantu pankreas untuk
Enzim Alfa Amylase menambah asupan insulin maka dapat
Mekanisme kerja enzim α-amilase meningkatkan jumlah insulin yang dibutuhkan
terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap pertama oleh tubuh untuk mengikat kadar gula dalam
degradasi amilosa menjadi maltosa dan darah sehingga dapat menurunkan kadar gula
maltotriosa yang terjadi secara acak. Tahap darah dan jumlah kebutuhan insulin yang
kedua terjadi pembentukan glukosa dan diperlukan (Zakaria, Amin, Zakariya Yahya,
maltosa sebagai hasil akhir dan tidak acak. 2019).
Keduanya merupakan kerja enzim α-amylase
pada molekul amilosa. Pada molekul Analisis data secara statistik dengan
amilopektin kerja α-amylase akan uji One Way ANOVA dilakukan untuk
menghasilkan glukosa, maltosa dan satu seri mengetahui ada tidaknya perbedaan data
α-limit dekstrin, serta oligosakarida yang persentase inhibisi untuk tiap kelompok
terdiri dari empat atau lebih glukosa yang eksperimen. Berdasarkan output Annova
mengandung ikatan α-1,6-glikosidik (Ariandi, diketahui nilai signifikan ekstrak etanol,
2016). fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat sebesar
Mekanisme akarbose berupa 0,001<0,05 sehingga dapat disimpulkan
penundaan hidrolisis karbohidrat dan bahwa rata – rata kelompok eksperimen
disakarida, absorbsi glukosa dan tersebut “BERBEDA” secara signifikan.
mengahambat metabolisme sukrosa menjadi
KESIMPULAN
glukosa dan fruktosa . Akarbose merupakan
Ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan
obat untuk terapi diabetes melitus tipe 2
fraksi etil asetat daun tin (Ficus carica L)
dengan yang bekerja dengan cara
menghambat enzim alfa amylase dengan memiliki aktivitas penghambatan terhadap
menunda pencernaan karbohidrat, mengurangi enzim alfa amylase secara in-vitro. Nilai
aktivitas penghambatan (IC50) yang didapat
absorsi glukosa sehingga mencegah naiknya
glukosa plasma post prandial pada ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan fraksi
(Afsari,Kusmiyati & Merta 2016). Selain itu etil asetat daun tin secara berturut – turut
sebesar 138,96, 117,78, dan 147,50 µg/mL
akarbose merupakan penghambat α-
glukosidase (AGI – Alpha Glucosidase termasuk kategori sedang.
Inhibitor) yang paling efekif menghambat SARAN
enzim α-glukosidase (Yasmin, 2016). Perlu dilakukan pengujian akivitas
Menurut Fadillah (2014), adanya enzim dengan metode lain seperti Elisa
kandungan senyawa metabolit sekunder Reader.Perlu dilakukan identifikasi senyawa
berupa flavonoid dan triterpenoid pada daun spesifik pada metabolit sekunder yang
tin yang menyerupai insulin sangat berguna terdapat pada fraksi n-heksan dan fraksi etil
untuk penderita DM sebagai pengontrol ekstrak etanol daun tin (Ficus carica L), serta
kadar gula darah dalam tubuh. Flavonoid disarankan untuk menggunakan enzim yang
mampu menahan laju absorbsi glukosa darah lebih spesifik yakni enzim α-glukosidase.
dari saluran cerna menuju pembuluh darah
sehingga mampu menahan laju peningkatan
UCAPAN TERIMA KASIH Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.)
Terima kasih kepada Ibu apt. Oktariani sebagai Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa
Pramiastuti, M.Sc.,Bapak apt Agung Nur Dan Manajemen Agroindustri, 7(4), 551.
Cahyanta,M.Farm selaku dosen pembimbing https://doi.org/10.24843/jrma.2019.v07.i0
untuk penelitian ini serta seluruh civitas 4.p07
akademik Program Studi S1 Farmasi Chang, M. J. V. (2019). Uji Aktivitas
Unuversitas Bhamada Slawi. Penghambat Enzim Alfa-Amilase Oleh
Ekstra Air Daun Sambiloto (Andrographis
DAFTAR PUSTAKA paniculata). Journal of Chemical
Afsari, R. K. dan I. W. M. (2016). Pengaruh Information and Modeling, 53(9), 1689–
Pemberian Ekstrak Daun Sirih Merah 1699.
(Piper Crocatum) Terhadap Penurunan Departemen Kesehatan Republik
Kadar Gula Darah Mencit (Mus Indonesia.(1995).Farmakope Indonesia
musculus). Tropis, Jurnal Biologi, 16(1), Edisi IV.Jakarta : Depkes RI.
49–55. Departemen Kesehatan Republik
Agustina, E. (2017). Uji Aktivitas Senyawa Indonesia.(2000). Parameter Standar
Antioksidan Dari Ekstrak Daun Tiin ( Umum Ekstrak Tanaman Obat.Jakarta :
Ficus Carica Linn ) Dengan Pelarut Air ,. Depkes RI.
1(1), 38–47. De Sales, P. M., de Souza, P. M., Simeoni, L.
Ainezzahira, Multri, H. D., Kiyat, W. El, A., Magalhães, P. de O., & Silveira, D.
Nacing, N., & Dari, D. W. (2019). (2012). α-amylase inhibitors: A review of
Pemanfaatan Enzim Αlpha-amilase pada raw material and isolated compounds from
Modifikasi Pati Singkong Sebagai plant source. Journal of Pharmacy and
Substitusi Gelatin Produk Marsmallow. Pharmaceutical Sciences, 15(1), 141–183.
Jurnal Agroindustri Halal, 5(2), 220–227. https://doi.org/10.18433/j35s3k
Alagesan, K., Raghupathi, P. K., & Esiyati, L. (2020). Ekstraksi Simplisia Daun
Sankarnarayanan, S. (2012). Amylase Senggani (Melastoma Malabathricum L.)
inhibitors: Potential source of anti-diabetic Menggunakan Pelarut Metanol.
drug discovery from medicinal plants. Int Fadillah, R. U. (2014). Antidiabetic Effect of
J. Pharm. Biol. Sci., 3(2), 1407–1412. Morinda Citrifolia L. As A Treatment of
Ariandi. (2016). Pengenalan Enzim Amilase Diabetes Mellitus. J Majority, 3(7), 107–
(Alpha-Amylase) Dan Reaksi 112.
Enzimatisnya Menghidrolisis Amilosa Pati Joseph, B., & Justin Raj, S. (2011).
Menjadi Glukosa. April, 74–82. Pharmacognostic and phytochemical
https://doi.org/ISSN 2087-7889 Vol 07 No properties of Ficus carica linn - An
1 overview. International Journal of
Berryman, L. Y. (2000). Pharmacotherapy PharmTech Research, 3(1), 8–12.
Handbook. 2nd Edition. In The Annals of Mugiyanto, E., Partomuan, S., & Setyahadi, S.
Pharmacotherapy (Vol. 34, Issue 12). (2017). Identifikasi Senyawa Aktif Fraksi
https://doi.org/10.1345/aph.10237 Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata
Budiarti, A., Ulfah, M., & Oktania, F. A. Linn.) Sebagai Inhibitor Α-Amylase.
(2016). Aktivitas Antioksidan Fraksi Jurnal Para Pemikir, 6, 131–138.
Kloroform Ekstrak Etanol Daun Sirsak Pujiyanto, S., & Raharja, B. (2019). Aktivitas
(Annona muricata L.) dan Identifikasi Inhibitor α -Amilase Ekstrak Etanol
Kandungan Senyawa Kimianya. Prosiding Tanaman Brotowali ( Tinospora crispa L
SNST Ke-5 Fakultas Teknik Universitas .) α -Amilase Activity Extract Ethanol Of
Wahid Hasyim Semarang, 2006, 7–12. Brotowali Plant ( Tinospora crispa L .).
Chairunnisa, S., Wartini, N. M., & Suhendra, L. 21(2).
(2019). Pengaruh Suhu dan Waktu Purwanti, N. U., Yuliana, S., & Sari, N. (2018).
Maserasi terhadap Karakteristik Ekstrak Pengaruh Cara Pengeringan Simplisia
Daun Pandan (Pandanus Amaryllifolius)
Terhadap Aktivitas Penangkal. Jurnal
Farmasi Medica/Pharmacy Medical
Journal (PMJ), 1(2), 63–72.
https://doi.org/10.35799/pmj.1.2.2018.216
44
Rahmawati, N., Prayoga, H. N., & Nst, M. R.
(2019). Isolasi Dan Uji Aktivitas
Antioksidan Senyawa Metabolit Sekunder
Dari Fraksi N- Butanol Daun Tin ( Ficus
carica L .). 8(September).
Rani, S. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi
Dari Ekstrak Etanol Daun Tin (Ficus
carica L.) Terhadap Bacillus cereus Dan
Escherichia coli. 20–35.
Rosamah, E. (2019). Tipis, Kromatografi Lapis
Sederahana, Metode Kimia, Analisis
Berkayu, Tumbuha.
Sundarram, A., & Murthy, T. P. K. (2014). α -
Amylase Production and Applications : A
Review. Journal of Applied &
Environmental Microbiology, 2(4), 166–
175. https://doi.org/10.12691/jaem-2-4-10
Sutomo. (2021). Identifikasi Potensi Senyawa
Antioksidan Dari Fraksi Etil Asetat Daun
Mundar ( Garcinia Forbesii King .) Asal
Kalimantan Selatan. 6(April).
Wijaya, Zudan Ady. (2017). Antidiabetes
Ekstrak Etanol Daun Tin ( Ficus Carica L
) Pada Mencit ( Mus Musculus ) Yang
Diinduksi Aloksan. Antidiabetes Ekstrak
Etanol Daun Tin (Ficus Carica L) Pada
Mencit (Mus Musculus) Yang Diinduksi
Aloksan, 1, 1–9.
Wirasti, Titi Lestari & Isyti'aroh.
(2021).Penghambatan Ekstrak Daun
Kremah ( Alternanthera sessilis )
Terhadap Enzim α -amilase secara In-
Vitro .In-vitro Study of α -Amylase
Inhibition of Kremah Leaves Extract (
Alternanthera sessilis ). 18(1), 68–74.
Yasmin. (2016). Uji Aktivitas Antidiabetes
Ekstrak Teh Hitam Dan Teh Hijau Secara
in Vitro Menggunakan Metode Inhibisi.
Zakaria, Amin, Zakariya Yahya, H. N. (2019).
Pengaruh Pemberian Teh Daun Tin
Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus. Ilmu
Kesehatan, 7(2), 357–365.

Anda mungkin juga menyukai