Anda di halaman 1dari 8

Stannum : Jurnal Sains dan Terapan Kimia, 3 (2) (2021) 76-83

Stannum : Jurnal Sains dan Terapan Kimia


Website: https://journal.ubb.ac.id/index.php/stannum
doi: 10.33019/jstk.v3i2.2290
Research paper

Nanoemulsion of Pelawan Leaf (Tristaniopsis merguensis Griff)


as Antidiabetic

Nanoemulsi Daun Pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff)


sebagai Antidiabetes
Ary Samsiar*, Robby Gus Mahardika, dan Occa Roanisca

Department of Chemistry, Universitas of Bangka Belitung


Kampus Terpadu Universitas Bangka Belitung, Bangka, Bangka Belitung, 33172

* Corresponding author: ary1425gmail@yahoo.com

ABSTRAK

Diabetes melitus adalah peningkatan kadar gula dalam darah dan sekresi glukosa dalam
urin akibat gangguan metabolisme sekresi insulin. Upaya penanganan diabetes melitus
dapat dilakukan dengan terapi dan obat-obatan, namun hal ini dapat menimbulkan efek
samping. Diabetes juga bisa diobati dengan ramuan herbal dari alam. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi daun pelawan sebagai antidiabetes berupa
nanoemulsi. Daun pelawan diekstraksi dengan aseton, kemudian dipartisi menggunakan
pelarut MeOH: air, dipartisi lagi dengan etil asetat, kemudian dipartisi dengan pelarut n-
heksana. Nanoemulsi dibuat menggunakan homogenizer dengan kecepatan pengadukan
8000 rpm selama 30 menit dengan komposisi 2,5 ml VCO, 10 ml tween 80 dan 37,5 ml air.
Nanoemulsi dari MeOH: fraksi air dan etil asetat memiliki karakteristik yang lebih baik
daripada nanoemulsi fraksi n-heksan. Nanoemulsi fraksi MeOH: air memiliki ukuran
partikel 123,8 nm, sedangkan etil asetat memiliki ukuran partikel 153,9 nm. Sedangkan
sediaan nanoemulsi n-heksan memiliki karakteristik ukuran partikel yang lebih besar
yaitu 361 nm, dan memiliki indeks polidispersitas 0,625 nm. Uji antidiabetes
menggunakan fraksi etil asetat dapat menghambat α-glukosidase sebesar 1,075% pada
konsentrasi 2,5 mg / ml.
Kata Kunci: Fraksi daun pelawan, nanoemulsi, α-glucosidase

PENDAHULUAN peningkatan hingga mencapai 552 juta orang


pada tahun 2030 (Dewi, 2013). Pengobatan
Diabetes melitus adalah meningkatnya terhadap penyakit diabetes dapat
kadar gula di dalam darah dan pengeluaran disembuhkan dengan penggunaan obat
glukosa dalam urin karena gangguan hipoglikemik oral dan juga penanganan secara
metabolik sekresi insulin (Adeyi, 2012). tradisional dengan obat herbal (Wadkar dkk.,
International Diabetic Federation (IDF) merilis 2007).
data terdapat kurang lebih 366 juta orang Pada penelitian Ariani dkk (2017) fraksi etil
pengidap diabetes melitus di seluruh dunia asetat pada ekstrak metanol daun Cryptocarya
dengan persentase sebesar 8,3% adalah orang densiflora Blume yang mengandung metabolit
dewasa. Penyakit diabetes melitus sekunder golongan flavonoid dapat
diperkirakan akan terus mengalami menginhibisi enzim α-glukosidase dengan nilai
A Samsiar dkk / Stannum : Jurnal Sains dan Terapan Kimia, 3 (2) (2021) 76-83

IC50 93,325 ppm. Aktivitas anti diabetes juga corong pisah, corong biasa, tabung reaksi,
ditunjukkan dari kandungan daun garu yang botol vial 20 mL, botol semprot, labu
dapat menginhibisi α-glukosidase dengan nilai erlenmeyer, alumunium foil, kertas saring,
IC50 sebesar 138,38 ppm (Nofiantini dkk., kertas Ph, neraca analitik, rotary evaporator
2013). Metabolit sekunder golongan flavonoid vakum IKA RV 20 Basic, homogenizer HG-15D-
dari tanaman berpotensi sebagai antidiabetes SET/korea, hot plate, magnetic stirrer, Particle
karena memiliki aktivitas antioksidan (Ajie, Size Analyzer (PSA) HORIBA SZ-100, pH meter,
2015). Senyawa golongan flavonoid dapat piknometer, sentrifugasi, spektrofotometer UV-
meningkatkan sensitifitas insulin yang mampu Vis 1800 Brand Shimadzu.
menghambat kerusakan sel β sebagai penghasil
insulin (Panjuantiningrum, 2010). Persiapan Sampel
Daun pelawan mengandung metabolit Sampel daun tanaman pelawan
sekunder seperti alkaloid, fenol (Tristaniopsis merguensis) dilakukan
hidrokuinon/tanin, dan flavonoid pengeringan di dalam ruangan dan terlindungi
(Enggiwanto dkk., 2018). Kandungan senyawa dari sinar matahari langsung, setelah itu
yang terdapat pada daun pelawan berpotensi sampel dihaluskan dengan menggunakan
memiliki aktivitas antidiabetes karena blender sampai diperoleh serbuk halus. Serbuk
memiliki metabolit sekunder yaitu flavonoid daun pelawan kemudian disaring dengan
yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam menggunakan ayakan ukuran 100 mesh.
darah. Ekstraksi
Pemanfaatan senyawa sebagai bahan obat Serbuk daun pelawan yang telah diayak
sering dibuat dalam bentuk sediaan ditimbang sebanyak 500 g. Selanjutnya serbuk
nanoemulsi. Nanoemulsi merupakan bentuk di maserasi dengan 5 L pelarut aseton
sediaan emulsi yang transparan, stabil dan disimpan dalam botol dan didiamkan selama
memiliki ukuran partikel yang sangat kecil 3x24 jam pada suhu ruang. Ekstrak yang
(nano) biasanya di kisaran 20-200 nm. diperoleh disaring dan didapat filtrat/ekstrak
Keunggulan bentuk sediaan nanoemulsi karena cair aseton dan residunya. Filtrat kemudian
memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga dipekatkan dengan menggunakan rotary
proses penyerapan obat lebih efektif dalam evaporator hingga diperoleh ekstrak pekat
usus dan tahan lama. Penelitian mengenai aseton daun pelawan.
bioaktivitas daun pelawan telah banyak
dilakukan penelitian, akan tetapi penelitian Fraksinasi
daun pelawan sebagai obat antidiabetes dalam Ekstrak pekat daun pelawan ditimbang
sedian nanoemulsi masih belum dilakukan. sebanyak 30 g difraksinasi dengan ekstraksi
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian cair-cair menggunakan corong pisah.
mengenai pembuatan nanoemulsi fraksi daun Dilakukan penambahan MeOH:H2O (3:2)
pelawan sebagai antidiabetes dengan sebanyak 247 mL untuk melarutkan ekstrak
menggunakan formulasi nanoemulsi yang lebih pekat daun pelawan. Setelah itu dilakukan
aman dan efektif. partisi 2 kali penambahan pelarut n-heksana
sebanyak 800 mL. Hasil partisi n-heksana yang
METODOLOGI diperoleh terdiri dari 2 fasa, yaitu fasa n-
heksana dan fasa air. Fasa air dipartisi cair-cair
Bahan lebih lanjut menggunakan pelarut etil asetat
Bahan-bahan yang digunakan adalah sebanyak 2x800 mL. Hasil dari partisi
akuades, aseton teknis MKR Chemicals, DMSO, diperoleh fasa etil asetat dan fasa air dan
enzim α-glukosidase, etil-asetat teknis MKR dipisahkan dengan menggunakan corong pisah.
Chemicals, kalium bromida, kuersetin, metanol Ketiga fraksi tersebut kemudian ditampung
Pa Merck, Na2HPO4, natrium bikarbonat, n- secara terpisah dan dipekatkan untuk
heksana teknis MKR Chemicals, P-nitrofenil-α- menghilangkan kandungan pelarut didalamnya
D-glukopiranosida (PNP), tween 80 teknis MKR menggunakan rotary evaporator hingga
Chemicals, dan Virgin Coconut Oil (VCO). diperoleh fraksi kental ekstrak daun pelawan.
Hasil fraksinasi dilakukan analisis fitokimia
Alat dan dilanjutkan dengan pembuatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini nanoemulsi dari masing-masing fraksi
adalah baskom, toples, batang pengaduk, tersebut.
blender, gelas ukur, gelas kimia, pipet tetes,

77
Nanoemulsion of Pelawan Leaf (Tristaniopsis merguensis Griff) as Antidiabetic

Uji Fitokimia (Nilamsari, 2019).


Pengujian fitokimia yang dilakukan secara
kualitatf terhadap senyawa alkaloid, steroid, Uji Transmitan
flavonoid, fenolik, terpenoid. Uji alkaloid Pengujian transmitan dilakukan untuk
dilakdengan metode Mayer dan Wagner. mengamati kejernihan nanoemulsi dengan
Sedangkan uji steroid menggunakan metode menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis
uji Liberman-Burcher. Uji flavonoid pada panjang gelombang 650 nm dengan
menggunakan metode logam magnesium larutan blanko akuades. Kejernihan
dengan amil alkohol, sedangkan pengujian nanoemulsi dikatakan baik apabila memiliki
fenolik menggunakan metode FeCl3 (Pane, nilai transmitan mendekati 100% yang secara
2013). visual larutan tampak transparansi pada sistem
emulsi (Bali dkk., 2010).
Pembuatan Nanoemulsi
Pembuatan nanoemulsi menggunakan Uji stabilitas fisik
teknik emulsifikasi spontan. Sistem Pengujian stabilitas fisik pada nanoemulsi
emulsi terdiri dari fase organik (ekstrak fraksi dilakukan dengan menggunakan alat
daun pelawan dan virgin coconut oil) dan fase sentrifugasi selama 2 jam dengan kecepatan
air (air 18,5ml dan Tween 80 10 ml). Virgin 3750 rpm. Nanoemulsi dikatakan stabil apabila
Coconut Oil 2,5 ml dimasukkan ke dalam gelas pada larutan nanoemulsi tidak terjadi
beaker dan dicampur dari setiap fraksi ekstrak pemisahan (Pratiwi dkk., 2016).
daun pelawan masing masing 0,1 gram
menggunakan magnetic stirrer selama 10 Uji aktivitas inhibisi α-glukosidase
menit dengan kecepatan 8000 rpm. Pengujian aktivitas antidiabetes nanoemulsi
Campurkan seluruh bahan kemudian fraksi ekstrak daun pelawan dilakukan di
dihomogenkan dengan menggunakan Laboratorium Penelitian Kimia Lembaga Ilmu
homogenizer dengan kecepatan 8.000 rpm Pengetahuan Indonesia (LIPI) berdasarkan
selama 30 menit (Rachmawati dkk., 2014). reaksi enzimatik secara in vitro menggunakan
enzim α-glukosidase kuersetin sebagai kontrol
Karakterisasi nanoemulsi ( Dewi dkk., 2014).
Uji Ukuran Partikel
Uji ukuran partikel bertujuan untuk Penyiapan Pereaksi
menentukan ukuran partikel nanoemulsi a) Buffer Fosfat pH 7,0
menggunakan prinsip kerja PSA dari cahaya Na2HPO4 sebanyak 3,59 g dilarutkan
terhambur yang diakibatkan oleh sinar laser dalam 100 mL aquades (Larutan A) dan
diffraction. Pengukuran partikel nanoemulsi Na2HPO4 sebanyak 1,39 g dilarutkan dalam
diukur dengan menggunkan instrumen DelsaTM 100 mL aquades (Larutan B). Larutan A
nano C Partikel Size Analyzer (PSA) (Hendrasi ditambahkan dengan larutan B hingga
dkk., 2012). mencapai pH 7,0 kemudian ditambahkan
dengan aquades sehingga volume menjadi
Uji pH Nanoemulsi 200 mL.
Pengujian pH sediaan nanoemulsi fraksi b) P-nitrofenil-α-D-glukopiranosida (PNP) 20
ekstrak daun pelawan dengan menggunakan mM
pH meter. pH meter di kalibrasi atau P-nitrofenil-α-D-glukopiranosida
diverifikasi menggunakan larutan pH standar sebanyak 150,65 mg dilarutkan dalam 25
dapar pH. Setelah pH yang tertera pada layar mL buffer fosfat pH 7,0. Larutan substrat
sesuai dengan pH standar dan stabil, elektroda diencerkan hingga menjadi 5mM.
dicelupkan kedalam nanoemulsi. Nilai pH c) Enzim α-glukosidase
nanoemulsi akan tertera pada layar (Lucida Enzim α-glukosidase sebanyak 1,0 mg
dkk, 2015). (62 unit/mg) dilarutkan dalam 100 ml
buffer fosfat pH 7,0 yang mengandung 200
Uji Bobot Jenis mg bovin serum albumin. Untuk pengujian
Pengujian bobot jenis nanoemulsi stok enzim diencerkan 10x dengan buffer
fraksi ekstrak daun pelawan dilakukan fosfat pH 7,0.
dengan menggunakan piknometer.
d) Na2CO3 0,2 M

78
A Samsiar dkk / Stannum : Jurnal Sains dan Terapan Kimia, 3 (2) (2021) 76-83

Natrium bikarbonat sebanyak 2,12 g metanol yang bersifat polar melarutkan


dilarutkan dalam 100 mL aquades. senyawa yang bersifat lebih polar
(Kusumaningtyas dkk., 2008). Hasil fraksinasi
Penyiapan Larutan Uji disaring dan sisa pelarut dihilangkan dengan
Contoh berbentuk cair dianggap sebagai rotary evaporator. Fraksi MeOH:air, fraksi etil
larutan induk, kemudian dilakukan asetat, dan fraksi n-heksan yang diperoleh
pengenceran dengan DMSO sebanyak ½, ¼, berturut-turut adalah 4,12; 13,8773; dan 1,0
dan1/8 dari larutan induk. Di dapat variasi gram.
konsentrasi sampel pada pengukuran 2,52;
1,26; 0,63 dan 0,315 mg/mL. Skrinning Fitokimia dan FTIR
Skrining fitokimia dilakukan untuk
Pengukuran inhibisi Aktivitas α-Glukosidase mengidentifikasi kandungan metabolit
Larutan P-nitrofenil-α-D-glukopiranosida 5 sekunder pada ekstrak dan fraksi daun
mM sebanyak 250 μL dan buffer fosfat pH 7 0,1 pelawan
M sebanyak 495/490 μL ditambahkan kedalam
tabung reaksi yang berisi 5 μL (larutan Tabel 1. Hasil fitokimia ekstrak dan fraksi
standar)/ 10 μL (larutan contoh) dalam DMSO daun pelawan
dengan variasi konsentrasi 2,52; 1,26; 0,63 dan Uji Ekstrak F.etil asetat
0,315 mg/mL. Campuran larutan tersebut Fitokimia
homogen dan kemudian dipreinkubasi selama Alkaloid + +
5 menit pada suhu 37oC, reaksi dimulai pada P.mayer
saat penambahan 250 μLlarutan α-glukosidase Alkaloid + +
(0,062 unit), dan dilanjutkan inkubasi selama P.wagner
15 menit. Reaksi dihentikan dengan Steroid - -
menambahkan larutan Na2CO3 0,2 M sebanyak Saponin - -
1 mL. Aktivitas enzim diukur berdasarkan Fenolik + +
pembacaan serapan P-nitrofenol yang Flavonoid + +
terbentuk pada panjang gelombang 400 nm.
Quersetin digunakan sebagai baku Kandungan fitokimia yang diperoleh dari
pembanding. Presentasi aktivitas ekstrak kental dan masing-masing fraksi daun
penghambatan diukur dengan menggunkan pelawan metabolit sekunder seperti saponin
persamaan : dan steroid menunjukan hasil yang negatif.
Metabolit sekunder yang terdapat pada
ekkstrak kental daun pelawan mengandung
C = Absorban blanko (DMSO) senyawa golongan alkaloid, fenolik dan
S = Absorban sampel (selisih absorben dengan flavonoid. Pada frraksi MeOH:air mengandung
dan tanpa enzim) senyawa golongan flavonoid. Fraksi etil asetat
positif mengandung senyawa metabolit
HASIL DAN PEMBAHASAN sekunder alkaloid, fenolik dan flavonoid.
Sedangkan pada fraksi n-heksana
Ektraksi dan Fraksinasi menunjukkan hasil negatif untuk semua uji.
Sampel serbuk daun pelawan yang Untuk memperkuat data fitokimia maka
digunakan dalam pembuatan ekstrak aseton dilakukan identifikasi gugus fungsi pada fraksi
adalah sebanyak 500 gram. Ekstrak aseton etil asetat maka dilakukan uji FTIR. Spektrum
daun pelawan yang dihasilkan dalam penelitian IR pada fraksi etil asetat memberikan
ini adalah sebanyak 102,0216 gram. Ekstrak informasi adanya gugus hidroksil pada
aseton daun pelawan difraksinasi dengan bilangan gelombang 3412,08 cm-1 dan
pelarut MeOH:air, etil asetat dan n-heksan terbentuk pita serapan yang melebar. Gugus
berturut-turut. Menurut Mahardika dkk (2020) hidroksi OH juga terdapat pada serapan
fraksinasi menggunakan pelarut n-neksan yang bilangan gelombang 750 cm-1. Serapan lemah
bersifat non polar adalah untuk menarik pada bilangan gelombang 2940 cm-1
senyawa-senyawa non polar seperti steroid, menunjukkan gugus CH3 (metil) dan vibrasi
klorofil dan terpenoid yang terdapat dalam asimetris CH2 (metilen). serapan kuat pada
ekstrak aseton daun pelawan. Penggunaan bilangan gelombang 1710 yang menandakan
pelarut etil asetat bertujuan untuk melarutnya adanya gugus C=O (karbonil). Ikatan C=C
senyawa semi polar. Sedangkan pelarut ditunjukkan pada serapan gelombang 1610 cm -

79
Nanoemulsion of Pelawan Leaf (Tristaniopsis merguensis Griff) as Antidiabetic
1. Bilangan gelombang pada 1450 cm-1
menunjukkan gugus C-H. Gugus C-H Nanoemulsi dari fraksinasi daun
ditunjukkan pada serapan bilangan gelombang pelawan aman untuk digunakan karena nilai
1320 cm-1. Pada bilangan gelombang 1710 cm-1 pH daun pelawan termasuk pada rentang 4,5-
menandakan adanya gugus karbonil (C=O). 6,5 yang sesuai dengan rentang pH kulit.
Apabila pH pada sediaan nanoemulsi terlalu
asam atau basa akan membuat kulit iritasi dan
bersisik.
Nanoemulsi dari tiap fraksi daun
pelawan mempunyai nilai viskositas 5 cP. Nilai
viskositas pada fraksi nanoemulsi daun
pelawan termasuk nilai ideal karena pada
umumnya nilai viskositas ideal nanoemulsi
berkisar antara 1-1000 cP dengan nilai pH
antara 4,5-6,5 (Purnamasari, 2012).
Pengujian stabilitas fisik nanoemulsi
Gambar 1. Spektrum FTIR fraksi etil asetat dari fraksi daun pelawan dengan menggunakan
sentrifugasi dilakukan untuk mengetahui
Tabel 2. Hasil data analisis FT-IR fraksi etil sediaan nanoemulsi tersebut terdapat
asetat daun pelawan pemisahan larutan atau tidak (Stephanie,
Gugus Fungsi Bilangan 2015). Hasil uji stabilitas fisik pada fraksi-
Gelombang (cm- fraksi nanoemulsi daun pelawan tidak
1) mengalami pemisahan ataupun terbentuk
O-H streching 3320 endapan sehingga nanoemulsi fraksi daun
CH3 streaching, asymmetric 2940 pelawan memiliki stabilitas yang baik dan
CH2 streaching relatif stabil. Sediaan nanoemulsi dengan
C=O streaching 1710 stabilitas fisik stabil jika disimpan pada waktu
C=C aromatic streaching 1610 yang lama tidak akan mengalami perubahan.
CH2 bending 1450 Persen Transmitan dilakukan untuk
C-H bending 1320 melihat kejernihan sediaan nanoemulsi yang
C-OH alcohol streaching 1020 dihasilkan memiliki nilai transmitan mendekati
C-H aromatic bending 750 90-100% secara visual jernih dan transparan
(Zulfa dkk., 2014). Nanoemulsi dari fraksi n-
heksana yang memiliki warna larutan kuning
Karakterisasi Nanoemulsi Daun Pelawan dan tampak jernih memiliki nilai persen
Berdasarkan hasil uji karakterisasi transmitan 67,33% yang merupakan nilai
nanoemulsi dari fraksi-fraksi daun pelawan tertinggi dibandingkan dari 2 fraksi
pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat nanoemulsi lainnya. yaitu fraksi etil asetat
keasaman (pH) pada berbagai fraksi memiliki persen transmitan 52,02% dengan
nanoemulsi memiliki nilai yang sama yaitu 5. warna larutan sedikit keruh, sedangkan fraksi
Hasil ini menunjukkan pembuatan nanoemulsi MeOH:air memiliki nilai persen transmitan
dari fraksi dengan menggunakan pelarut yang terkecil yaitu sebesar 47,88%.
berbeda tidak mempengaruhi nilai pH
(Talegaonkar dkk., 2011).

Tabel 3. Karakterisasi Nanoemulsi


Ukuran
Nanoemuls Massa viskosita Persen
pH Stabilitas Fisik Partikel
i jenis s (cP) Transmitan
(nm)
Tidak ada
n-heksana 5 0,9871 5,903 67,311 361,0 nm
pemisahan fase
Tidak ada
Etil Asetat 5 0,9878 5,9855 52,026 153,9 nm
pemisahan fase
Tidak ada
MeOH:air 5 0,9877 5,6614 47,488 123,8 nm
pemisahan fase

80
A Samsiar dkk / Stannum : Jurnal Sains dan Terapan Kimia, 3 (2) (2021) 76-83

Pengujian partikel dari nanoemulsi fraksi perannya dalam mengontrol gula darah
daun pelawan dilakukan dengan menggunakan (Khuankaew, 2014). Hal ini kemungkinan
instrumen Particle Size Analyzer (PSA) Horiba disebabkan konsentrasi ekstrak pada proses
SZ-100 yang bertujuan untuk mengetahui pembuatan nanoemulsi pada fraksi etil yang
ukuran partikel dari setiap fraksi. Berdasarkan digunakan seberat 0,01 mg dan pada uji
pada tabel 3 nanoemulsi fraksi MeOH : air antidiabetes nanoemulsi fraksi etil asetat
memiliki ukuran partikel terkecil dengan nilai dilakukan pengenceran sampel uji sebelum
123,8 nm. Fraksi n-heksana memiliki nilai diukur serapannya yang memungkinkan
ukuran tertinggi sebesar 361,0 nm. Pada aktivitas antidiabetes senyawa pada fraksi
nanoemulsi fraksi MeOH : air diperoleh ukuran tersebut berkurang. Daun pelawan
partikel yang paling kecil (123,8 nm) daripada mengandung senyawa golongan flavonoid yang
nanoemulsi fraksi etil asetat dan n-heksana, hal dapat digunakan sebagai antidiabetes. Senyawa
ini dikarenakan nanoemulsi fraksi MeOH : air golongan flavonoid memiliki aktivitas sebagai
pada fase terdispersinya larut dengan antidiabetes karena pada golongan flavonoid
sempurna terhadap fase pendispersinya yang dalam bentuk glikosida mempunyai gugus-
berupa air dan tween 80. Sedangkan pada gugus gula seperti amigladin dapat menangkap
fraksi n-heksana memiliki ukuran partikel yang radikal hidroksil sehingga dapat mencegah
paling besar hal ini menunjukkan adanya diabetes (Sudiawan dan Santosa, 2005). Selain
proses dispersi yang belum sempurna antara itu, uji antidiabetes ini menggunakan ekstrak,
fase terdispersi dengan pendispersinya (Nina sehingga perbandingan hasil inhibisi antara
dkk, 2019). Selain itu juga terdapat perbedaan kuersetin dengan nanoemulsi ekstrak sangat
kepolaran pada yang terdapat pada komponen berbeda.
nanoemulsi dan fraksi n-heksan. Komposisi
terbanyak pada sistem nanoemulsi adalah air KESIMPULAN
sebanyak 37,5 ml dimana air bersifat polar,
sehingga kelarutan n-heksana dalam sistem Berdasarkan hasil penelitian dan
nanoemulsi kurang larut sehingga ukuran pembahasan dapat disimpulkan bahwa
partikel yang diperoleh berukuran lebih besar nanoemulsi dari fraksi MeOH:air dan etil asetat
dibandingkan dengan fraksi nanoemulsi memiliki karakteristik yang lebih baik
lainnya. dibandingkan dengan nanoemulsi fraksi n-
heksan. Nanoemulsi fraksi MeOH:air memiliki
Inhibisi α-Glukosidase Fraksi Etil Asetat ukuran partikel 123,8 nm pada etil asetat
Daun Pelawan memiliki ukuran partikel 153,9 nm. Sedangkan
Berdasarkan pada Tabel 4 dapat dilihat pada sediaan nanoemulsi n-heksana memiliki
bahwa nanoemulsi fraksi daun pelawan karakteristik ukuran partikel yang lebih besar
berpotensi untuk menginhibisi α-glukosidase yaitu 361 nm. Nanoemulsi fraksi etil asetat
walaupun pada penelitian nilai inhibisi yang mampu menginhibisi α-glukosidase dengan
diperoleh sangat kecil bila dibandingkan inhibisi sebesar 1,075%.
dengan kuersetin.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tabel 4. Inhibisi α- glukosidase nanoemulsi
fraksi etil asetat Penulis berterima kasih kepada
laboratorium Dasar MIPA dan Laboratorium
Sampel Inhibisi (%)
Kimia Universitas Bangka Belitung yang
Kuersetin menyediakan fasilitas untuk penelitian dan
46,93
(0,0025 mg/ml) pihak-pihak yang telah membantu selama
Nanoemulsi Fraksi penelitian.
Etil Asetat 1,075
(0,004 mg/ml) REFERENSI

Kursetin digunakan sebagai Ajie, R.B. (2015). White Dragon Fruits


pembanding karena kuersetin merupakan (Hylocereus undatus) Potential as
senyawa fenolik dengan golongan flavonoid Diabetes Mellitus Treatmen. J.Majority.
yang telah dilaporkan secara aktif menghambat 4(1):69-72.
enzim α-glukosidase, yang berperan dalam

81
Nanoemulsion of Pelawan Leaf (Tristaniopsis merguensis Griff) as Antidiabetic

Ariani, N. Kartik, I.R., dan Kurniadewi, F. Nofiantini. Elya, B. Azizahwati. (2013). Uji
(2017). Uji aktivitas inhibisi enzim α- penghambatan aktivitas alfa-glukosidase
glukosidase secara in vitro dari ekstrak ekstrak etanol dari fraksi daun
metanol daun cryptocarya densiflora Antidesma montanum Blume serta
blume dan fraksi-fraksinya. Jurnal Riset identifikasi golongan senyawa kimia dari
Sains dan Kimia Terapan. 7(1):14-20. fraksi teraktif. Skripsi. Fakultas Farmasi
Bali, V., Ali, M. and Ali, J. (2010). Study of Universitas Indonesia. Jakarta.
Surfactant Combinations and Pane, E.R. (2013). Ujji aktivitas senyawa
Development of a Novel Nanoemulsion antioksidan dari ekstrak metanol kulit
for Minimising Variations in pisang raja (Musa paradisiaca
Bioavailability of Ezetimibe. Colloids and Sapientum). Valensi. 3(2): 76-81.
Surfaces Biointerfaces. 76:410-420. Panjuantiningrum, F. (2010). Pengaruh
Dewi, R.P. (2013). Faktor resiko perilaku yang Pemberian Buah Naga Merah
berhubungan dengan kadar gula darah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Kadar
pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Glukosa Darah Tikus Putih yang
RSUD Kabupaten Karanganyar. Jurnal Diinduksi Aloksan. Skripsi. Universitas
Kesehatan Masyarakat. 2(1). Sebelas Maret. Surabaya.
Dewi, R, T., Tachibana S dan Darmawan. Pratiwi, L.A., Fudholi, R., Martien, S. dan
(2014). Effect on α-glukosidase Pramono. (2016). Design And
Inhibition and Antioxidant Activities of Optimization Of Self Nanoemulsifying
Butyrolactone Derivatives From Drug Delivery Systems (SNEDDS) Of
Aspergillus terreus MC751. Med Chem Res. Ethyl Acetate Fraction From Mangosteen
23: 454-460. Peel (Garcinia Mangostana, L.).
Enggiwanto, S., Istiqomah, P., Daniati, K., International Journal of PharmTech
Roanisca, O., Mahardika, R.G. (2018). Research. 9(6):380-387.
Ekstraksi daun pelawan (Tristaniopsis Purnamasari, S.D. (2012). Formulasi dan uji
merguensis Griff.) Dengan Metode penetrasi natrium diklofenak dalam
Microwave Assisted Extraction dan Uji emulsi dan mikroemulsi menggunakan
Fitokimianya. Prosiding Seminar Nasional virgin coconut oil (VCO) sebagai fase
Penelitian dan Pengabdian Pada minyak. Skripsi. Jakarta: Jurusan Farmasi
Masyarakat. 184-186. Universitas Indonesia.
International Diabetes Federation. (2011). One Rachmawati, H., D. K. Budiputra dan R.
adult in ten will have diabetes by 2030. 5th Mauludin. (2014). Curcumin
edition diabetes atlas. Nanoemulsion For Transdermal
Kusumaningtyas E., Widiati R. Dan Gholib D. Application: Formulation and Evaluation.
(2008). Uji daya hambat ekstrak dan Drug Dev Ind Pharm. 1-7.
krim ekstrak daun sirih (Piper betle ) Stephanie. (2015). Pengaruh Variasi Fase
terhadap C albicans dan Trichophyton Minyak Virgin Cocunot Oil dan Medium-
mentagrophytes. Seminar Nasional Chain Triglycerides Oil Terhadap
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Stabilitas Fisik Nanoemulsi Minyak Biji
Yogyakarta 11-10 Maret 2008. Delima dengan Kombinasi Surfaktan
Lucida . (2015). Uji daya penetrasi virgin Tween80 dan Kosurfaktan PEG 400,
coconut oil (VCO) dalam basis krim. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 13: Sanata Dharma, Yogyakarta:19-20.
20-30. Studiawan, H., dan Santoso, M.H. (2005). Uji
Mahardika, R.G., Roanisca, O., Sari, F.I.P. (2020). aktivitas penurunan kadar glukosa
Inhibition of α-glukosidase activity and darah ektrak daun eugenia polyantha
the toxicity of tristaniopsis merguensis pada mencit yang diinduksi
griff leaf extract. Journal of Islamic aloksan. Media Kedokteran Hewan. 21(2).
Science and Tecnology. 1(6): 67-76. Talegaonkar, S., Azeem A, Ahmad FJ, Khar RK,
Nina J., & Wan. S., (2019). Karakterisasi Pathan SA, Khan ZI. (2008).
Nanoemulsi Ekstrak Daun Kelor (Moringa Microemulsion. A Novel Aooroach to
oleifera Lamk.). Fakultas Farmasi Enhanced Drug Delivery, Recent Patents
Universitas 17 agustus 1945 Jakarta, on Drug Delivery & Formulation, 238-257.
Indonesia. Wadkar, K.A., Magdum, C.S., Patil, S.S. dan
Naikwade, N.S. (2007). Anti-diabetic

82
A Samsiar dkk / Stannum : Jurnal Sains dan Terapan Kimia, 3 (2) (2021) 76-83

potential dan Indian medical plants.


Journal of Herbal medicine and toxicology.
2(1):45-50.
Zulfa, E., Novianto, D., & Setiawan, D. (2014).
Formulasi Nanoemulsi Natrium
Diklofenak Dengan Variasi Kombinasi
Tween 80 Dan Span 80 : Kajian
Karakteristik Fisik Sediaan. Media
Farmasi Indonesia. 14(1): 1471–1477.

83

Anda mungkin juga menyukai