Anda di halaman 1dari 7

Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 18, No. 1, (2021).

e-ISSN 2685-5062
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon

Penghambatan Ekstrak Daun Kremah (Alternanthera sessilis)


Terhadap Enzim α-amilase secara In-Vitro

In-vitro Study of α-Amylase Inhibition of Kremah Leaves Extract


(Alternanthera sessilis)
Wirasti Wirasti1, Titi Lestari2, Isyti’aroh Isyti’aroh 3
1,2
Progam Studi S1 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
(UMPP), Jl. Raya Ambo kembang No 8 Pekalongan Jawa Tengah Indonesia
3
Program Studi Diploma Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan (UMPP), Jl. Raya Ambo kembang No 8 Pekalongan, Jawa Tengah Indonesia
Email: wirasti.kharis@gmail.com

Received: 27 Mei 2021; Accepted: 19 Juni 2021; Published: 30 Juni 2021

Abstrak

Pengobatan yang penting untuk Diabetes Melitus (DM) tipe 2 adalah mengendalikan kadar glukosa darah.
Enzim α-amilase di dalam tubuh berperan dalam memecah karbohidrat menjadi amilum. Pengendalian
enzim amilase tersebut sangat diperlukan pada kasus diabetes. Tanaman kremah (Alternanthera sessillis)
merupakan salah satu tanaman yang bagian daunnya dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa
dalam darah karena mengandung metabolit sekunder salah satunya adalah flavonoid yang dapat
menghambat enzim α-mylase. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas dan nilai daya
hambat daun kremah terhadap enzim α-amilase. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reaksi
enzimatis dengan pengukuran intensitas warna menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Nilai IC50 yang
diperoleh penghambatan enzim α-amilase sebesar 101,89±7,21 μg/mL sedangkan nilai IC50 acarbose sebesar
127,17±4,42 μg/mL. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kremah mempunyai aktivitas
(hiperglikemia) dengan cara menghambat enzim penghidrolisis karbohidrat kompleks seperti penghambatan
enzim α-amilase yang baik dibandingkan dengan acarbose karena nilai IC50 ekstrak lebih kecil, sehingga
daun kremah mempunyai penghambatan terhadap enzim α-amilase.

Kata Kunci: Daun Kremah, ekstrak, α-amilase, Alternanthera sessillis

Abstract
An important treatment for type 2 diabetes is controlling blood glucose levels. α-amylase enzyme in the body
plays a role in breaking down carbohydrates into starch. Control of the amylase enzyme is needed in
diabetes cases Kremah plant (Alternanthera sessillis) is a plant whose leaves can be used to lower blood
glucose levels because it contains secondary metabolites, one of which is flavonoids which can inhibit the
α-amylase enzyme. The purpose of this study was to determine the activity and inhibition value of kremah
leaves against the α-amylase enzyme. The method used in this research is the enzymatic reaction by
measuring the intensity of the color using UV-Vis spectrophotometry. The IC50 value obtained by α-amylase
enzyme inhibition was 101.89±7,21 μg / ml while the IC50 acarbose value was 127.17±4,42 μg / ml. These
results indicate that kremah leaf extract has activity (hyperglycemia) by inhibiting complex carbohydrate
hydrolyzing enzymes such as the α-inhibition enzyme α-Amylase which is good compared to acarbose
because the IC50 value of the extract is smaller, so that the leaves of kremah has inhibiting of the α-amylase
enzyme.
Keywords: Kremah leaf, extract, α-amylase, Alternanthera sessillis

PENDAHULUAN mengatasi kadar gula darah yang berlebihan


Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan yaitu menghambat enzim penghidrolisis
kadar gula darah dalam tubuh melebihi batas karbohidrat yang disebut enzim α-amilase
normal (hiperglikemia). Salah satu cara untuk (Rizza, 2010).

68
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 18, No. 1, (2021). e-ISSN 2685-5062
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon

Pemilihan obat-obatan untuk mengatasi METODE PENELITIAN


diabetes melitus tanpa efek samping, Alat dan Bahan
merupakan suatu pertanyaan besar untuk para Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
ahli medis. Pada umumnya obat-obatan ini adalah alat gelas, vial atau botol kaca, kain
sintetis yang digunakan untuk mengatasi saring, vacum rotary evaporator (HEIDOLP),
diabetes melitus mempunyai efek samping mikropipet, cawan porselen, penangas air,
yang buruk, seperti muntah, disentri, migrain, oven, inkubator dan spektrofotometer UV-
dan anemia. Obat tradisional merupakan Vis (SHIMADZU). Bahan yang digunakan
pilihan yang baik sebagai alternatif obat- dalam penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun
obatan sintetis, karena efek samping yang kremah (Alternanthera sessilis), etanol 96%,
dihasilkan obat tradisional lebih sedikit enzim α-amylase, Acarbose, Amilum 5%,
(Verma et al., 2012). Menurut Informasi yang larutan iodine 0,5%, dan larutan dapar
diperoleh dari Goel (2012), terdapat 800 phospate.
tanaman yang berpotensi sebagai antidiabetes.
Salah satu tanaman obat yang memiliki
khasiat tersebut adalah kremah (Alternanthera Determinasi Tanaman
sessilis). Bagian daun kremah mengandung Determinasi tanaman dilakukan untuk
banyak metabolit sekunder, salah satunya memastikan bahwa tumbuhan yang
adalah flavonoid yang berpotensi sebagai digunakan untuk penelitian adalah jenis
penghambat enzim penghidrolisis karbohidrat spesies kremah (Alternanthera sessilis).
sepetri enzim α-amilase.
Pembuatan simplisia daun kremah
Penelitian mengenai daun kremah sebagai
antidiabetes sebelumnya pernah dilakukan Pembuatan simplisia diawali dengan
oleh beberapa peneliti. Mrinmay et al (2015) pengumpulan tanaman kremah yang
menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari daun diperoleh dari Desa Klareyan, Kecamatan
kremah dengan dosis 200 dan 400 mg/kgBB Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa
mempunyai aktivitas hipoglikemik pada tikus Tengah. Bagian yang digunakan dalam
yang diinduksi dengan streptozotocin penelitian ini adalah daun kremah yang telah
Dinyatakan pula, bahwa ekstrak etanol diperoleh dibersihkan dari kotoran yang
tanaman kremah dalam dosis 100 mg/kgBB melekat dengan cara dicuci dengan air
memiliki aktivitas antidiabetik karena secara mengalir. Setelah itu dikeringkan dengan cara
signifikan dapat menurunkan kadar glukosa diangin-anginkan pada tempat yang tidak
darah pada tikus yang telah menderita terkena sinar matahari atau dikeringkan
diabetes selama 15 hari. dengan oven pada suhu 40ºC. Setelah itu
Penelitian yang telah digunakan oleh disortasi kembali dan dibuat serbuk dengan
peneliti sebelumnya adalah menggunakan menggunakan ayakan nomor 40 Mesh.
metode secara in- vivo. Oleh karena itu, perlu Pembuatan ekstrak
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Ditimbang daun kremah yang sudah menjadi
mekanisme spesifik ekstrak daun kremah serbuk sebanyak 500 gram, kemudian
pada penurunana kadar gula darah terutama diekstraksi dengan menggunakan metode
mengenai penghambatan terhadap enzim α- maserasi, dengan cara merendam simplisia
amilase secara in-vitro yang ditunjukkan kering daun kremah dalam 6 L pelarut etanol
dengan nilai IC50. Inhibitor consentrasion 96% selama 5 hari dengan sesekali dilakukan
(IC)50 adalah konsentrasi penghambat yang pengadukan. Selanjutnya sari yang diperoleh
dapat menghambat enzim α-amilase 50% diuapkan dengan menggunakan rotary
(Afriyanti, 2015). evaporator dibawah titik didih hingga
diperoleh ekstrak yang kental.

69
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 18, No. 1, (2021). e-ISSN 2685-5062
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon

Pembuatan Larutan Uji suhu 37oC. Setelah masa inkubasi selesai,


Pembuatan larutan dapar fosfat maka ditambahkan 10 µL iodine 0,5%.
Pembuatan larutan dapar fosfat 0,01 M pH 7,0 Absorbansinya diukur dengan
dapat dilakukan dengan cara menimbang 5,99 spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gram natrium dihidrogen fosfat dan dilarutkan gelombang 601 nm.
dalam 500 mL air suling (larutan A). Pengujian kontrol blanko
Kemudian sebanyak 8,52 gram natrium Pengujian kontrol blanko dapat dilakukan
hidrogen fosfat ditimbang dan dilarutkan dengan pembuatan kontrol blanko. Kontrol
dalam 600 mL air suling (larutan B). Dari blanko dibuat dengan mengambil 1000 µL
larutan A diambil 255 mL dan dari larutan B dapar fosfat Ph 7, kemudian diinkubasi
diambil 245 mL, lalu dicampurkan kedua selama 10 menit pada suhu 37oC. Kemudian
larutan tersebut dan kemudian dicek pH pada sampel ditambahkan 500 µL amilum
sampai mencapai 7,0. 0,5%, lalu inkubasi kembali selama 15 menit
Penyiapan sampel pada suhu 37oC. Setelah masa inkubasi selesai
Penyiapan sampel dilakukan dengan maka ditambahkan 10 µL dapar fosfat pH 7,0.
melarutkan sebanyak 10,0 mg ekstrak, Absorbansinya diukur dengan
masing-masing ekstrak dilarutkan dengan 1 spektrofotometer UV-Vis pada panjang
mL DMSO dan aquadest sampai 10 mL gelombang 601 nm.
sehingga diperoleh konsentrasi 1000 µg. Pengujian sampel
kemudian dibuat seri konsentrasi larutan Pengujian sampel dilakukan dengan
sampel uji ekstrak. pembuatan berbagai konsentrasi. Konsentrasi
Pembuatan enzim α-amilase sampel dibuat dengan mengambil 500 µL
Pembuatan larutan enzim α-amilase sampel lalu dibuat berbagai konsentrasi (15,
dilakukan dengan menimbang sebanyak 30, 45, 60, 75 g/mL) dan 500 µL enzim α-
(0,5128 U/mL) 3,246 mg α-amilase dan amylase, selanjutnya diinkubasi selama 10
dilarutkan dalam 100 mL dapar fosfat pH 7,0. menit pada suhu 37oC. Selanjutnya ke dalam
Pembuatan larutan amilum sampel ditambahkan 500 µL amilum 0,5%,
Pembuatan larutan amilum 0,5% dilakukan lalu inkubasi kembali selama 15 menit pada
dengan melarutkan 500 mg amylum dalam suhu 37oC. Setelah masa inkubasi selesai
100 mL aquadest kemudian dipanaskan ditambahkan 10 µL iodine 0,5%.
sampai larut. Absorbansinya diukur dengan
Pembuatan larutan iodine spektrofotometer UV-Vis pada panjang
Pembuatan larutan iodin 0,5% dilakukan gelombang 601 nm.
dengan melarutkan 0,75 gram kalium iodida Pengujian kontrol sampel
dan 0,5 gram iodine dalam 100 mL aquadest Pengujian kontrol sampel dilakukan
kemudian dipanaskan sampai larut. dengan mengambil 500 µL sampel dengan
berbagai konsentrasi (15, 30, 45, 60, 75
Uji Aktivitas Enzim α-amilase µg/ml) dan 500 µL dapar fosfat pH 7,0,
Uji aktivitas α-amilase, menurut Mugiyanto kemudian diinkubasi selama 10 menit pada
(2016) dapat dilakukan dengan tahapan suhu 37oC. Selanjutnya ke dalam sampel
berikut. ditambahkan 500 µL dapar fosfat pH 7,0.
Pengujian blanko Lalu diinkubasi kembali selama 15 menit
Pengujian blanko dapat diukur dengan pada suhu 37oC, setelah masa inkubasi
mengambil 1000 µL dapar fosfat pH 7,0, selesai, ditambahkan 10 µL iodine 0,5%.
kemudian diinkubasi selama 10 menit pada Absorbansinya diukur dengan
suhu 37oC. Kemudian pada sampel spektrofotometer UV-Vis pada panjang
ditambahkan 500 µL amilum 0,5%, lalu gelombang 601 nm.
diinkubasi kembali selama 15 menit pada

70
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 18, No. 1, (2021). e-ISSN 2685-5062
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon

Analisis Data dan diayak dengan nomor pengayakan 40


Analisis data dilakukan dengan cara mesh sehingga diperoleh serbuk dan disimpan
menghitung persentase inhibisi α-amilase. dalam wadah tertutup baik pada suhu 15-30ºC
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran (Susanti, 2016).
absorbansi dapat dihitung % penghambatan Pada proses ekstraksi metode yang
menggunakan persamaan pada rumus 1. digunakan adalah metode maserasi. Maserasi
(𝑎𝑏𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 − 𝑎𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) merupakan metode yang paling mudah dan
1− 𝑥100%
𝑎𝑏𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 sederhana. Metode ini dilakukan dengan cara
merendam simplisia pada pelarut yang
Menurut Sugiwati (2009), perhitungan dipilih. Pelarut yang digunakan dalam proses
IC50 menggunakan persamaan regresi linear, ekstraksi adalah etanol 96%, karena etanol
konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan % 96% merupakan pelarut pengekstrasi yang
inhibisi sebagai sumbu y. Nilai IC50 dapat terpilih untuk pembuatan ekstrak sebagai
dihitung dari persamaan y = bx + a, dengan bahan baku sediaan herbal medicine, dan
menggunakan rumus 2. mudah untuk menembus dinding sel serta
50 − 𝑎
𝐼𝐶50 = masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
𝑏 zat aktif sehingga zat aktif akan larut dan
IC50: nilai aktivitas penghambatan (μg/mL) karena adanya perbedaan konsentrasi antara
a : nilai konstanta pada persamaan regresi linier larutan zat aktif didalam sel dengan yang
b : nilai gradien pada persamaan regresi linier diluar sel, maka larutan yang terpekat akan
didesak keluar sehingga akan menghasilkan
ekstrak kental yang akan lebih mudah dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN proses identifikasi (Pujiyanto, 2019).
Pembuatan simplisia diawali dengan Proses maserasi dilakukan dengan cara
pengumpulan bahan baku berupa tanaman merendam simplisia dengan pelarut
kremah (Alternanthera sessilis). Proses menggunakan perbandingan 1:6, tujuannya
memanen daun kremah dilakukan dengan untuk meningkatkan tersarinya senyawa
cara memetik daun dari tanaman yang belum kimia yang berada di dalam simplisia.
berbunga, karena hal tersebut akan Maserat yang diperoleh dari hasil maserasi
mempengaruhi kadar kandungan senyawa zat ditampung dan dipisahkan dengan pelarutnya
aktif dalam simplisia. menggunakan vacuum rotary evaporator
Setelah dipetik, daun kremah dilakuan pada suhu 40ºC dengan kecepatan 60 rpm.
sortasi basah tujuannya untuk memisahkan Prinsip dari vacuum rotary evaporator adalah
kotoran atau bahan-bahan asing yang terbawa ekstrak diputar di atas air hangat, sehingga
pada saat pengambilan sampel. Pencucian pelarut dari ekstrak akan menguap. Adanya
dengan menggunakan air bersih yang sistem vaccum akan menyebabkan tekanan
mengalir, tujuannya untuk menghilangkan pada sistem turun mencapai tekanan yang
tanah, mengurangi mikroba dan zat pengotor telah diatur sehingga pelarut yang menguap
lain yang melekat pada bahan simplisia. bisa menetes di tempat penampungan.
Selanjutnya simplisia dikeringkan dengan Ekstrak yang telah dipisahkan dari pelarutnya
panas matahari selama 1 hari dan dilanjutkan selanjutnya diuapkan di dalam oven untuk
dengan oven pada suhu 45ºC, tujuannya untuk menghilangkan sisa pelarut sehingga
mengurangi kadar air sehingga simplisia diperoleh ekstrak yang kental.
dapat disimpan dalam waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Setelah simplisia kering, langkah berikutnya aktivitas penghambatan ekstrak daun kremah
yaitu disortasi kering, tujuannya untuk terhadap enzim α-amilase. Metode yang
memisahkan pengotor lain yang tertinggal digunakan dalam penelitian ini yaitu
pada simplisia kering. Setelah itu, dihaluskan menggunakan metode secara in-vitro. Larutan

71
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 18, No. 1, (2021). e-ISSN 2685-5062
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon

iodin yang pada dasarnya berwarna kuning sampel ekstrak daun kremah dengan
kecokelatan akan membentuk senyawa pembanding dapat dikatakan bahwa ekstrak
kompleks yang berwarna biru apabila etanol daun kremah mempunyai aktivitas
bereaksi dengan pati. Oleh sebab itu, inhibitor α-amilase sehingga mampu untuk
absorbansi yang terukur oleh menghambat kerja enzim α-amilase. Aktivitas
spektrofotometer UV-Vis pada λ 601 nm inhibitor α-amilase ekstrak daun kremah lebih
menunjukkan jumlah pati yang tidak baik dari acarbosa, karena dilihat dari nilai
terhidrolisis oleh enzim. persen inhibisi ekstrak etanol pada
Prinsip pengujian sampel yaitu semakin konsentrasi 75 μg/mL mempunyai nilai
aktif ekstrak yang digunakan, maka semakin persen inhibisi yang lebih besar yaitu 38,30%
sedikit pati yang terhidrolisis sehingga daripada acarbosa pada konsentrasi 75 μg/mL
glukosa yang dihasilkan semakin sedikit, yang mempunyai nilai persen inhibisi yaitu
karena ekstrak dapat menghambat aktivitas 31%. Menurut Pujiyanto (2017) semakin
enzim α-amilase. Aktivitas enzim α-amilase tinggi konsentrasi sampel yang digunakan
yang dihambat oleh ekstrak tidak dapat maka semakin tinggi aktivitas penghambatan
bereaksi dengan substrat amilum, sehingga enzim.
intensitas warna yang dihasilkan akan Pengujian selanjutnya yaitu menentukan
semakin berkurang (Afriyanti, 2015). Ekstrak nilai IC50. Jumlah konsentasi penghambat
yang paling aktif yaitu ekstrak yang yang dapat menghambat enzim α-amilase
menunjukkan % inhibisi yang paling besar. mencapai penghambatan 50% adalah IC50.
Pengujian sampel diawali dengan Nilai IC50 semakin kecil maka penghambatan
menghitung % inhibisi dari masing-masing yang dihasilkan lebih baik (Afriyanti, 2015).
konsentrasi ekstrak daun kremah dan Nilai IC50 ditentukan melalui regresi linier,
pembanding yaitu acarbosa. Nilai % inhibisi dimana sumbu x menunjukkan konsentrasi
menunjukkan kemampuan ekstrak dalam sampel dan sumbu y menunjukkan %
konsentrasi tertentu dapat menghambat penghambatan. Berdasarkan persamaan y =
aktivitas enzim α-amilase. Hasil data bx + a dapat dihitung nilai IC50.
pengamatan antara konsentrasi masing-
masing ekstrak dan pembanding (Acarbosa)
dapat dilihat pada Gambar 1.

45
Inhibisi (%)

40
35
30
25
20 ekstrak
15 pembanding
10
5
0
0 50 100
Konsentrasi (µg/mL)
Gambar 2. Regresi linear antara kadar sampel dan
Gambar 1. Hasil uji penghambatan α-amilase oleh
% inhibisi terhadap α-amilase
ekstrak daun kremah dan acarbosa

Ekstrak yang paling aktif yaitu ekstrak Gambar 2 merupakan hasil kurva baku
yang menunjukkan % inhibisi yang paling pengujian antara sampel ekstrak dengan
besar. Dilihat dari hasil perbandingan antara pembanding. Hasil pengujian sampel ekstrak
daun kremah dalam menghambat aktivitas α-

72
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 18, No. 1, (2021). e-ISSN 2685-5062
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon

amilase menunjukkan nilai IC50 rata-rata aktivitas enzim α-amilase yang lebih baik. Hal
sebesar 101,89±7,21 μg/mL dengan nilai r = ini dikarenakan daun kremah mempunyai
0,998 dan persamaan regresi linear y = senyawa kimia aktif yang dapat menghambat
0,447x+4,4451. Hasil pengujian standar aktivitas enzim α-amilase. Senyawa-senyawa
acarbosa dalam menghambat aktivitas enzim tersebut dapat dilihat dari hasil skrining
α-amilase menunjukkan nilai IC50 rata-rata fitokimia, namun senyawa yang berpotensi
sebesar 127,17±4,42 μg/mL dengan nilai r = dalam menghambat enzim α-amilase adalah
0,992 dan persamaan regresi linear y = 0,354 senyawa golongan glikosida, alkaloid dan
x + 4,98. Pengujian standar acarbosa flavonoid (Pujiyanto, 2019). Selain itu,
bertujuan untuk mengetahui nilai IC50 dari senyawa xanton yang merupakan golongan
acarbosa sebagai kontrol positif pengujian flavanoid telah terbukti secara in-vitro
dan sebagai pembanding dengan nilai IC50 menghambat aktivitas enzim α-amilase.
ekstrak yang diuji. Senyawa flavanoid lainnya juga telah terbukti
mampu untuk menghambat aktivitas α-
Tabel 1. Nilai IC50 penghambatan α-amilase dari glukosidase dan α-amilase (Tadera et al.,
ekstrak dan pembanding (acarbosa) 2005).

Sampel Nilai IC50 (μg/ml)± SD KESIMPULAN


Daun kremah 101,89±7,21 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
Acarbosa 127,17±4,22 maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun
kremah dapat menghambat aktivitas enzim α-
Berdasarkan Tabel 1, hasil pengujian nilai amilase dengan nilai IC50 lebih kecil
IC50 ekstrak daun kremah dan pembanding dibandingkan dengan acarbose . Nilai IC50
(acarbose) menunjukkan nilai IC50 ekstrak ekstrak daun kremah yaitu
daun kremah lebih kecil daripada acarbosa, 101,89±7,21μg/mL dan nilai IC50 acarbose
yang menunjukkan ekstrak daun kremah yaitu 127,17±4,42μg/mL.
memiliki kemampuan penghambatan

Daftar Pustaka

Afriyanti, T. 2015, Uji potensi antidiabetik pada ekstrak daun Garcinia mangostana L. melalui
penghambatan aktifitas alfa glukosidase dan alfa amilase serta penapisan fitokimia pada
ekstrak teraktif. Universitas Indonesia
Goel, R., Dask, B., Sadaf, J.G., and Deepti, K. 2012. Medicinal plants as anti-diabetics: a
review. International Bulletin of Drug Research; 1 (2) :100-107
Mrinmay, D., Ashok, K.D., Mastanaiah, K., and Das, A. 2015. Evaluation of anti-diabetic
activity of ethanolic extract of Alternanthera sessilis Linn. in streptozotocin-induced
diabetic rats. International Journal of Pharma Sciences and Research (IJPSR); 6 (7) :
1027-1032
Pujiyanto, S., Wijanarka., Budi, R and Via, A. 2019. Aktivitas inhibitor α-amilase ekstrak
etanol tanaman brotowali (Tinospora crispa L.). Bioma; 21 (2) : 91-99
Rizza, R.A. 2010. Pathogenesis of fasting and postprandial hyperglycemia in type 2 diabetes:
Implications for Therapy. Diabetes Journal; 59(1): 2697-2707

73
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 18, No. 1, (2021). e-ISSN 2685-5062
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon

Sugiwati S., Siswati S., and Efy, A. 2019. Antihyperlycemic activity of the mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) leaf extracts as an alphaglucosidase inhibitor.
Makara Kesehatan; 13 (2): 74-78
Tadera, K., Yuji, M., Kouta, T., and Tomoko, M. 2005. Inhibition of α-glukosidase and α-
amylase by flavonoids. Japan : Kagoshima University
Verma, S., Madhu, .G, Harvinder, P., & Geeta, A. 2018. Diabetes mellitus treatment using
herbal drugs. International Journal Of Phytomedicine; 10(1) : 1-10

74

Anda mungkin juga menyukai