Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

ISOLASI KAFEIN DARI TEH/KOPI DAN UJI ALKALOID

OLEH

Transfer A 2016
Kelompok 4:
A. Nurhayati Arsyad 16. 01. 247
Isnaliati 16. 01. 256
Nur Khalifah Milawati 16. 01. 219
Mantang 16. 01. 265
Muh. Indra Sudirja 15. 01. 381
Pin Trifonia Tee 16. 01. 265
Samsu Alam Basri 16. 01. 228
Widya Murni Panna 16. 01. 238
Asisten: Angriani Magi

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

2016

BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang
Teh merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi
didunia yang dibuat dari tanaman Camellia sinensis. Teh memiliki
manfaat diantaranya dalam pencegahan dan pengobatan penyakit
karena bersifat antibakteri dan antioksidan. Selain manfaat teh, terdapat
pula zat dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat bersebut
adalah kafein. Meskipun kafein aman dikonsumsi, zat tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki jika dikonsumsi secara
berlebihan seperti insomnia, gelisah, delirium, takikardia, ekstrasistole,
pernapasan meningkat, tremor otot dan diuresis (Putri, 2015).
Semakin lama teh direndam maka kafein dalam teh akan semakin
terekstrak dan terjadi oksidasi. Untuk mendapatkan teh yang lebih pekat
dilakukan dengan menambahkan daun teh, bukan dengan
memperpanjang waktu penyeduhan. Ketika proses penyeduhan teh maka
terjadi proses ekstraksi yaitu kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang larut dengan pelarut cair
(Putri, 2015).
Berdasarkan penelitian Yang, Sun Hwang, dan Tien Lin pada tahun
2006 tentang pengaruh metode penyeduhan yang berbeda dan
penyimpanan kafein, katekin dan asam galat pada larutan infus teh.
Penelitian tersebut menggunakan dua metode perendaman teh yang
berbeda yaitu metode perendaman teh dalam air panas dan perendaman
teh dalam air dingin. Pada metode perendaman teh dengan air panas
suhu yang digunakan adalah 70ºC, 85ºC dan 100ºC sedangkan metode
perendaman teh dalam air dingin dilakukan pada suhu 4ºC dan 25ºC.
Namun pada penelitian tersebut, analisa kadar kafein dilakukan dengan
instrument HPLC (High Performance Liquid Chromatography) (Putri,
2015).
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam
biji kopi, daun teh, dan biji cokelat (Coffefag, 2001). Kafein memiliki efek
farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi
susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus
dan stimulasi otot jantung (Coffeefag, 2001). Berdasarkan efek
farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke
minuman (Maramis, 2013).
Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) yang diacu dalam liska
(2004), dosis kafein yang diizinkan 100-200 mg/hari, sedangkan menurut
SNI 01-7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman
adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Kafein sebagai stimulan tingkat
sedang (mild stimulant) memang seringkali diduga sebagai penyebab
kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan rutin. Namun
kecanduan kafein berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena
gejalanya akan hilang hanya dalam satu dua hari setelah konsumsi
(Maramis, 2013).

.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat
menjelaskan konsep dan jenis ekstraksi, yaitu ekstraksi padat-cair dan
asam-basa, serta terampil dalam melakukan teknik-teknik tersebut.
Selain itu juga, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tujuan
penggaraman dan pengeringan larutan.

.3 Prinsip Percobaan
Isolasi senyawa kafein dalam teh menggunakan ekstraksi cair - cair
dengan pelarut kloroform kemudian dilakukan uji kualitatif untuk
membuktikan ada atau tidaknya senyawa kafein yang diperoleh
menggunakan pereaksi wagner dan mayer. Kemudian dilakukan
pengujian menggunakan kromatografi lapis tipis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Teori Umum


Diantara sekian banyak jenis minuman, teh termasuk minuman
paling banyak dikonsumsi masyarakat diindonesia. Hampir semua orang
pernah minum teh. Selain nikmat, minum teh dalam bentuk seduhan juga
mempunyai banyak manfaat yang baik untuk kesehatan. Di jepang
dikenal adanya upacara minum teh. Selain nilai-nilai kultural dan ritual
yang dimilikinya, minum teh ternyata memberi pula manfaat kesehatan.
Secara empiris daun teh dipakai untuk obat sakit kepala, luka-luka,
mencret. Penyakit jantung, kanker dan anemia bisa dicegah dengan
minum teh secara teratur (Sundari, 2009).
Dari hasil penelitian ilmiah, teh memiliki kemampuan menghambat
pembentukan kanker. Teh juga mampu mencegah penyakit jantung dan
stroke. Teh hijau dapat mencegah serangan influenza. Bahkan minuman
dari pucuk daun Camellia sinensis ini dapat memperkuat gigi, melawan
bakteri dalam mulut, mencegah terbentuknya plak gigi, serta mencegah
osteoporosis. Dalam saluran pencernaan, teh juga membantu melawan
keracunan makanan dan penyakit seperti kolera, tipus dan disentri.
Beberapa penelitian pada hewan coba mencit maupun tikus
menyebutkan seduhan daun teh hijau dapat menurunkan kadar
kolesterol, glukosa darah, mengurangi kerusakan hati dan mengurangi
pertumbuhan jaringan kanker kelenjar mamae (Sundari, 2009)
Teh merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi
di dunia yang dibuat dari tanaman Camellia sinensis. Teh memiliki
manfaat diantaranya dalam pencegahan dan pengobatan penyakit
karena bersifat antibakteri dan antioksidan. Selain manfaat teh, terdapat
pula zat dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat tesebut
adalah kafein. Meskipun kafein aman dikonsumsi, zat tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki jika dikonsumsi secara
berlebihan seperti insomnia, gelisah, delirium, takikardia, ekstrasistole,
pernapasan meningkat, tremor otot dan diuresis (Putri, 2015).
Semakin lama teh direndam maka kafein dalam teh akan semakin
terekstrak dan terjadi oksidasi. Untuk mendapatkan teh yang lebih pekat
dilakukan dengan menambahkan daun teh, bukan dengan
memperpanjang waktu penyeduhan. Ketika proses penyeduhan teh maka
terjadi proses ekstraksi yaitu kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang larut dengan pelarut cair
(Putri, 2015).
Berdasarkan penelitian Yang, Sun Hwang, dan Tien Lin pada tahun
2006 tentang pengaruh metode penyeduhan yang berbeda dan
penyimpanan kafein, katekin dan asam galat pada larutan infus teh.
Penelitian tersebut menggunakan dua metode perendaman teh yang
berbeda yaitu metode perendaman teh dalam air panas dan perendaman
teh dalam air dingin. Pada metode perendaman teh dengan air panas
suhu yang digunakan adalah 70ºC, 85ºC dan 100ºC sedangkan metode
perendaman teh dalam air dingin dilakukan pada suhu 4ºC dan 25ºC.
Namun pada penelitian tersebut, analisa kadar kafein dilakukan dengan
instrument HPLC (High Performance Liquid Chromatography) (Putri,
2015).
Teh (Camellia sinensis) sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk
muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan tertentu seperti
pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis dan pengeringan. Manfaat
yang dihasilkan dari minuman teh adalah memberi rasa segar, dapat
memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak
negatif. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh tersebut berasal dari
kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam daun teh. Komposisi
susunan kimia dalam daun teh sangat bervariasi tergantung pada
beberapa faktor yaitu: (1) jenis klon; (2) variasi musim dan kondisi tanah;
(3) perlakuan kultur teknis; (4) umur daun dan (5) banyaknya sinar
matahari yang diterima (Towaha, 2013).
Beragam manfaat teh tadi tidak lepas dari keberadaan senyawa-
senyawa dan sifat-sifat yang ada pada daun teh. Komposisi kimia daun
teh segar (dalam % berat kering) adalah: serat kasar, selulosa, lignin
22%; protein dan asam amino 23%; lemak 8%; polifenol 30%; kafein 4%;
pektin 4%. Daun teh mengandung tiga komponen penting yang
mempengaruhi mutu minuman yaitu kafein, tannin dan polifenol. Polifenol
memberikan efek stimulant, tannin yang kandungannya sekitar 7-15%
merupakan astringen kuat yang memberi rasa sepat atau khas (ketir) dan
dapat mengendapkan protein pada permukaan sel dan polifenol yang
mempunyai banyak khasiat kesehatan. Senyawa polifenol adalah
antioksidan yang kekuatannya 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin
C dan 25 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin E. Polifenol bermanfaat
untuk mencegah radikal bebas yang merusak DNA dan menghentikan
perkembangbiakan sel-sel liar (kanker). Polifenol juga memberi efek
positif berupa pencegahan penyakit jantung dan stroke. Senyawa
antioksidan tersebut dapat pula memperlancar sistem sirkulasi,
menguatkan pembuluh darah dan menurunkan kadar kolestrol dalam
darah. Dengan polifenol teh membantu pula dalam penambahan jumlah
sel darah putih yang bertanggung jawab melawan infeksi (Sundari, 2009).
Menurut Tea Board India, dalam secangkir teh terkandung energi
sekitar 4 kilo kalori, disamping flour, mangan, vitamin B kompleks, asam
nikotinat dan asam pantotenat. Sejumlah vitamin yaitu niacin, atau
vitamin B kompleks seperti vitamin B1 dan vitamin B2 serta vitamin C, E
dan K dan mineral antara lain mangan, potassium dan flour. Kandungan
vitamin B2 teh kira-kira 10 kali lebih besar dibandingkan dengan yang
terdapat pada sereal dan sayuran. Vitamin C nya pun lebih tinggi dari
buah apel, tomat atau jeruk. Didalam kafein dengan kadar 3-4%. Kafein
inilah yang memberikan rasa segar pada tubuh kita. Pada teh hijau juga
ditemukan adanya katekin (catechin), r-amino butyric acid, flavonoid,
polisakarida dan fluoride. Demikian pula minyak essensial yang memberi
aroma khas dan harum. Secangkir teh hijau mengandung katekin 375
mg. Aktivitas polifenol dan katekin sebagai antioksidan mencegah radikal
bebas yang dapat mengurangi kerusakan sel sehingga proses penuaan
menjadi lebih lambat (Sundari, 2009).
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam
biji kopi, daun teh, dan biji cokelat (Coffeefag, 2001). Kafein memiliki efek
farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi
susunan syaraf pusat, ralaksasi otot polos terutama otot polos bronkus
dan stimulasi otot jantung (Coffeefag, 2001). Berdasarkan efek
farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke
minuman. Efek berlebihan (over dosis) mengkonsumsi kafein dapat
menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan
kejang (Farmakologi UI, 2002). Berdasarkan FDA (Food Drug
Administration) yang diacu dalam Liska (2004), dosis kafein yang
diizinkan 100-200 mg/hari, sedangkan menurut SNI 01-7152-2006 batas
maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan
50 mg/sajian. Kafein sebagai stimulant tingkat sedang (mild stimulant)
memang seringkali diduga sebagai penyebab kecanduan. Kafein hanya
dapat menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang
banyak dan rutin. Namun kecanduan kafein berbeda dengan kecanduan
obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang hanya dalam satu dua
hari setelah konsumsi. Adapun rumus struktur kafein adalah:

(Maramis, 2013)
Kopi diminum oleh konsumen bukan sebagai sumber nutrisi
melainkan sebagai minuma penyegar. Biji kopi secara alami mengandung
berbagai jenis senyawa volatile seperti aldehid, furfural, keton, alkohol,
ester, asam format dan asam asetat. Kafein (C 8H10 N4O2) atau 1, 3,7
trimetil 2, 6 dioksipurin merupakan salah satu senyawa alkaloid yang
sangat penting yang terdapat di biji kopi. Kafein dalam kondisi murni
berupa serbuk putih berbentuk Kristal prisma hexagonal dan merupakan
senyawa tidak berbau, serta berasa pahit (Widyotomo, 2007).
Maka dari itu perlu dilakukan pengurangan kadar kafein dalam teh
agar aman dikonsumsi setiap saat. Pada penelitian kali ini, pengambilan
kafein dilakukan dengan ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat.
Kandungan senyawa kimia pada daun teh serta perubahan-perubahan
yang terjadi pada senyawa kimia tersebut selama pengolahan, sangat
penting diketahui terutama bagi pelaku industri teh seperti pengusaha
dan petani sehingga dapat menghasilkan produk teh yang bercita rasa
dan beraroma serta berkhasiat tinggi yang dapat bersaing dengan teh
produksi luar negeri. Begitupun bagi konsumen teh, dengan pengetahuan
tersebut konsumen dapat memilih jenis teh yang tepat sesuai
kebutuhannya (Towaha, 2013).
Kandungan senyawa kimia dalam teh dapat digolongkan menjadi 4
kelompok besar yaitu: (1) golongan fenol; (2) golongan bukan fenol; (3)
golongan aromatis dan (4) enzim. Keempat kelompok tersebut bersama-
sama mendukung terjadinya sifat-sifat baik pada teh, apabila
pengendaliannya selama pengolahan dapat dilakukan dengan tepat
(Towaha, 2013).
Komposisi senyawa kimia yang terkandung dalam teh sangat
kompleks, terdiri atas polifenol (katekin dan turunannya), senyawa-
senyawa ksantin (kafein, teofilin, dan teobromin), asam amino,
karbohidrat, protein klorofil, senyawa-senyawa volatile, fluor, mineral dan
senyawa-senyawa kelumit. Turunan polifenol terdapat dalam jumlah yang
paling banyak dan memiliki potensi aktivitas antioksidan, baik in vitro
maupun in vivo (Artanti, 2016).
Tanaman teh dapat tumbuh subur dengan baik pada ketinggian 250-
1.200 m dpl, curah hujan minimal 60 mm/bulan, cara mendapat sinar
matahari, karena jika sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman
teh akan lambat, tidak boleh dilalui angin kering, dan keadaan tanah
subur (Artanti, 2016).
Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin
tinggi suatu tempat dari permukaan laut, semakin rendah suhu udaranya
semakin dingin. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang.
Jumlah kafein yang terkandung didalam teh tergantung pada berbagai
faktor seperti jenis daun teh, tempat tumbuhnya tanaman teh, ukuran
partikel teh, serta metode dan lamanya waktu penyeduhan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa lokasi perkebunan teh mempengaruhi
kadar kafein pada daun teh tersebut (Artanti, 2016).
Pada tempat tanam yang tinggi intensitas cahaya matahari
berkurang, cahaya matahari mempengaruhi tumbuhan berdaun hijau
karena cahaya matahari sangat menentukan proses fotosintesis.
Fotosintesis adalah pross dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan
makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan
energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Aryulina,
2006). Proses fotosintesis yang kurang sempurna mempengaruhi kadar
metabolit sekunder yang dihasilkan tanaman, salah satunya adalah
kafein. Kafein merupakan produk sekunder dari proses metabolisme
tanaman, semakin tingginya laju fotosintesis maka kafein yang dihasilkan
akan semakin tinggi (Artanti, 2016).
Kadar kafein yang paling besar adalah pada ketinggian 800 dpl yaitu
559,353884 mg/gram sampel. Hal ini dapat disebabkan karena pada
ketinggian tersebut intensitas cahaya matahari masih tinggi dan suhu
udaranya juga tinggi. Jika intensitas cahaya matahari tinggi maka proses
fotosintesis akan berjalan maksimal sehingga kadar metabolit sekunder
yang dihasilkan juga maksimal. Pada ketinggian 1200 m menunjukkan
kadar kafein paling rendah yaitu 185,194022 mg/gram sampel. Hal ini
disebabkan oleh adanya pengaruh intensitas matahari semakin
berkurang dan temperatur udara menurun menyebabkan proses
fotosintesis semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan kadar metabolit
sekunder yang dihasilkan dari tanaman teh khususnya kafein berkurang
(Artanti, 2016).
Jumlah kafein dalam tanaman teh dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu wilayah tumbuh, varietas tanaman, umur
tanaman, umur daun, panjang musim tanam, kondisi lapangan, nutrisi
tanah, curah hujan dan hama. Namun kandungan kafein pada teh lebih di
pengaruhi oleh sistem produksi teh seperti karbondioksida diudara bebas
juga dapat mempengaruhi kadar kafein dalam daun teh (Putri, 2015).
Kadar kafein dipengaruhi oleh waktu ekstraksi. Waktu penyeduhan
yang terlalu singkat dapat membuat kadar kafein didalam teh belum
terekstrak sepenuhnya sehingga kadar kafein terendah pada saat
penyeduhan tersingkat. Perlu diketahui bahwa menyeduh teh terlalu
lama, selain kafein terekstrak namun juga membuat kafein teroksidasi
dengan udara sehingga berdampak tidak baik bagi tubuh (Putri, 2015).
Jumlah kadar kafein dalam teh selain dipengaruhi oleh waktu
ekstraksi juga di pengaruhi oleh suhu ekstraksi. Pada padatan teh, suhu
yang semakin tinggi akan memperlebar jarak antara molekul dalam
padatan daun teh tersebut. Dengan semakin tinggi difusivitas pelarut air
dan renggangnya molekul dalam padatan daun teh sehingga kafein yang
terdapat dalam padatan daun teh terekstrak (Putri, 2015).
Sifat menyegarkan seduhan teh berasal dari alkaloid yang
dikandungnya, dengan kisaran 3-4% dari berat kering daun. Alkaloid
utama dalam daun teh adalah senyawa kafein, theobromin dan theofilin.
Senyawa kafein dipandang sebagai bahan yang menentukan kualitas teh.
Selama pengolahan teh, kafein tidak mengalami penguraian, tetapi kafein
akan bereaksi dengan katekin membentuk senyawa yang menentukan
nilai kesegaran (briskness) dari seduhan teh (Towaha, 2013).
Metode Partisi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia
diantara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur. Komponen kimia
akan terpisah kedalam kedua fase berdasarkan sesuai dengan tingkat
kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. Penelitian ini
dilakukan untuk membandingkan profil kandungan senyawa kimia pada
partisi bertingkat. Partisi bertingkat (polar, semi polar, non polar) akan
mempengaruhi profil kandungan kimia pada masing-masing fraksi.
Perbedaan profil kandungan kimia tersebut dimungkinkan berpengaruh
terhadap aktifitas antiradikal. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat
diketahui senyawa yang menyumbangkan aktivitas antiradikal (Da’i,
2012).
Analisis kualitatif adalah pekerjaan yang mempunyai tujuan untuk
menyelidiki dan mengetahui kandungan senyawa-senyawa apa saja yang
terdapat dalam sampel uji. Hasil positif alkaloid pada uji mayer ditandai
dengan terbentuknya endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut
adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi mayer,
larutan merkurium (II) klorida ditambah kalium iodida akan bereaksi
membentuk endapan merah merkurium (II) iodida. Jika kalium iodida
yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium
tetraiodomerkurat (II). Alkaloid mengandung atom nitrogen yang
mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam. Pada uji alkaloid
dengan pereaksi mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan
bereaksi dengan ion logam K+ dari Kalium tetraiodomerkurat (II)
membentuk kompleks kalium alkaloid yang mengendap (Marliana, 2005).
Hasil positif pada uji wagner ditandai dengan terbentuknya endapan
cokelat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah
kalium-alkaloid. Pada pembuatan peraksi wagner, iodin bereaksi dengan
ion I3 yang berwarna cokelat. Pada uji wagner, ion logam K + akan
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid
membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Marliana, 2005).
I.2 Uraian Bahan
1.1.1II.2.1 Kafein (FI edisi III hal 195)
Nama : COFFEINUM
Sinonim : Kafeina
Rumus Molekul : C8H10N4O2
Bobot molekul : 194,19
Rumus Struktur :

Pemerian :Serbuk atau hablur berbentuk jarum,


mengkilat biasanya menggumpal, putih tidak
berbau, rasa pahit
Kelarutan : agak sukar larut dalam air dan dalam etanol
(95%)p, mudah larut dalam kloroform p,
sukar larut dalam eter p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Penggunaan : Stimulan sistem saraf pusat, kardiotonikum

I.2.2 Kloroform (FI edisi III hal 151)


Nama : CHLOROFORM
Sinonim : Kloroform
Rumus Molekul : CHCl3
Bobot Molekul : 119,38
Rumus Struktur :

Pemerian : cairan, mudah menguap, tidak berwarna, bau


khas, rasa manis dan membakar
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air,
mudah larut dalam etanol mutlak p, dalam
eter p dalam sebagian besar pelarut organik
dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik tersumbat kaca,
terlindung dari cahaya
Penggunaan : untuk memisahkan kafein dengan gula
I.2.3 NaCO3 (FI disi III hal 400)
Nama Resmi : NATRII CARBONAS
Sinonim : Natrium karbonat
Rumus Molekul : Na2Cl3
Bobot Molekul : 124,00
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur


putih
Kelarutan : mudah larut dalam air lebih mudah larut
dalam air mendidih
Penggunaan : zat tambahan, keratolitikum, untuk melarutkan
tannin
I.2.4 CaCl2 anhidrat (FI III hal 693)
Nama Resmi : CALCII CLORIDUM ANHIDRATE
Sinonim : Kalsium Klorida Anhidrat
Rumus Molekul : CaCl2
Bobot Molekul : 5,550
Pemerian : Butiran putih, kering, sangat mudah meleleh,
basah
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air, dalam 3 bagian
etanol (95%) p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Penggunaan : Untuk melarutkan kotoran yang ada pada
sampel.
I.2.5 Aquadest (FI edisi III hal 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Bobot Molekul : 18,02
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pelarut
I.2.6 ASETON (FI edisi III hal 655)
Nama Resmi : 2-PROPANON DIMETHYL KETON
Sinonim : Aseton
Rumus Molekul : (CH3)2 CO
Bobot Molekul : 58,08
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan transparan tidak berwarna, mudah


terbakar, mudah menguap dengan suatu
karakteristik dan gaya berat yang spesifik
tidak lebih dari 0,789
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol, eter,
kloroform dan hampir semua minyak
menguap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
I.2.7 HgCl2 ( FI edisi III hal 287)
Nama Resmi : HYDRARGRY BICHLORIDUM
Sinonim : Raksa (II) Klorida
Rumus Molekul : HgCl2
Bobot Molekul : 271, 52
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau; berat
Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air; dalam 2,1 bagian
air mendidih; dalam 3 bagian etanol (95%) p,
dalam 2 bagian etanol (95%)p mendidih,
dalam 20 bagian eter p dan dalam 15 bagian
gliserol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai bahan pembuatan pereaksi mayer
I.2.8 KI (FI edisi III hal 330)
Nama Resmi : KALII IODIDUM
Sinonim : Kalium Iodida
Rumus Molekul : KI
Bobot Molekul : 166,00
Pemerian : Hablur Heksahedral, transparan atau tidak
berwarna, opak dan putih, atau serbuk
butiran putih, higroskopik.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah
larut dalam air mendidih; larut dalam etanol
(95%)p; mudah larut dalam gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :Sebagai bahan pembuatan reagen
mayer/wagner
I.2.9 Iodin (FI edisi III hal 316)
Nama Resmi : IODUM
Sinonim : Iodum
Rumus Molekul : I
Bobot Molekul : 126, 91
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti
logam, hitam kelabu; bau khas
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air,
dalam 13 bagian etanol (95%)P, dalam lebih
kurang 80 bagian gliserol p dan dalam lebih
kurang 4 bagian karbondisulfida P; larut
dalam kloroform P dan dalam karbon
teraklorida P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai bahan pembuatan reagen wagner
BAB III
METODE KERJA
II.1 Alat dan Bahan
II.1.1 Alat
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, gelas kimia, cawan
porselin, corong pisah, Erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, timbangan
analitik.

III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan Aseton, CaCl2 anhidrat, CHCl3, H2O,
metanol, NaCO3 dan Teh

II.2 Cara Kerja


III.2.1 Pembentukan Kristal Kafein
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 25 gram teh dimasukkan k dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan 2 gram NaCO3 dan H2O sebanyak 100 mL
3. Dipanaskan sampai mendidih, lalu didiamkan selama 7 menit
4. Di dekantasi dan residu ditambahkan H2O sebanyak 20 mL
5. Ditambahkan kloroform ± 25 mL
6. Diekstraksi cair – cair menggunakan corong pisah
7. Diambil fase kloroform ditambah CaCl2 anhidrat, kemudian dikocok
8. Diuapkan fase kloroform
9. Ditambah aseton panas
10. Didinginkan dalam wadah berisi es batu hingga membentuk Kristal
kafein berwarna putih kehijauan.
II.2.2Uji Kualitatif
1. Kristal kafein ditambah H2O secukupnya
2. Ditambah sampel dan pereaksi wagner atau mayer
3. Diamati
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil Pengamatan


V.1.1 Pembentukan Kristal kafein
No. Penambahan Bahan Hasil
1. Teh (sampel) + NaCO3 + H2O Larutan cokelat
2.
Campurkan didihkan, lalu di dekantasi Residu cokelat

3. Residu + H2O (200 mL) + CHCl3 Larutan cokelat kental


Terbentuk fase kloroform dan
4. Ekstraksi Cair-Cair (ECC)
fase air
5. Fase Kloroform + CaCl2 anhidrat
Larutan kuning kecoklatan
(diuapkan) + Aseton panas
6. Didinginkan Tidak terbentuk Kristal

V.1.2 Uji Kualitatif


No. Penambahan Bahan Hasil
1. Larutan sampel + pereaksi Mayer Larutan cokelat merah (-)
2. Larutan sampel + pereaksi Wagner Larutan kuning jernih (-)

V.2 Pembahasan
Percobaan ini adalah Isolasi kafein dan uji alkaloid dari teh.
Isolasi adalah suatu usaha untuk memisahkan senyawa yang
bercampur sehingga dapat menghasilkan senyawa tunggal yang
murni. Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat
dalam biji kopi, daun teh dan cokelat. Kafein memiliki efek
farmakologis yang bermanfaat secara klinis seperti menstimulasi
susunan saraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus
dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan efek farmakologisnya
tersebut kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu keminuman. Efek
berlebihan mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup,
gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang.
Pada percobaan ini 25 gram teh ditambah NaCO 3, dimasukkan
kedalam Erlenmeyer kemudian ditambah 100 mL H 2O. Fungsi
penambahan NaCO3 adalah untuk melarutkan tannin, NaCO 3 adalah
senyawa yang bersifat basa sehingga akan bereaksi dengan tannin
yang bersifat asam membentuk garam, garam ini larut dalam air,
namun tannin juga sedikit larut dalam diklorometana sehingga tannin
harus tetap berada dalam fase air agar dapat dipisahkan dengan
kafein. Kemudian dipanaskan dan didiamkan slama 7 menit,
campuran berwarna hitam pekat, lalu didekantasi untuk memisahkan
antara filtrat dan residu. Residu diambil kemudian ditambah 20 mL
H2O. Selanjutnya ditambah kloroform ± 25 mL. Kemudian dilakukan
ekstraksi cair-cair dengan menggunakan corong pisah. Setelah
diekstraksi terbentuk 2 lapisan, lapisan atas merupakan lapisan fase
air dan lapisan bawah merupakan lapisan yang mengandung kafein
dalam kloroform. Lapisan bawah pada corong pisah yang merupakan
fase klorofom ditambah CaCl2 kemudian dikocok. Selanjutnya
diuapkan hingga kering. Kemudian ditambah aseton panas, lalu
didinginkan dalam wadah berisi es batu hingga terbentuk Kristal
kafein. Fungsi penambahan CaCl2 anhidrat adalah untuk pengikatan
fase air yang ikut serta pada saat pemisahan fase kloroform dan fase
air dengan menggunakan corong pisah. Fungsi penambahan aseton
panas adalah untuk melarutkan kafein dan pengotor yang masih
tertinggal dan pemanasan membantu mempercepat kelarutan.
Selanjutnya didinginkan dalam wadah berisi es batu hingga terbentuk
Kristal kafein. Dalam percobaan ini tidak terbentuk Kristal kafein.
Karena adanya pengotor atau pemisahan senyawa yang tidak
sempurna, sehingga senyawa lain masih ikut terikat. Dapat pula
dipengaruhi karena koloform yang digunakan tidak mampu menarik
kafein.
Selanjutnya adalah uji kualitatif, Kristal ditambah H 2O secukupnya
dan ditambah sampel serta pereaksi wagner dan mayer. Percobaan
alkaloid menggunakan pereaksi mayer dan wagner pada dasarnya
menggunakan sifat dasar alkaloid yang reaktif terhadap logam berat.
Pada pereaksi mayer, jika terdapat alkaloid akan membentuk larutan
berwarna putih. Pada pereaksi wagner, jika terdapat alkaloid akan
membentuk larutan berwarna cokelat.
Dari uji kualitatif, hasil yang didapatkan pada pereaksi mayer
berupa larutan cokelat merah dan pada pereaksi wagner berupa
larutan jernih yang menandakan negatif mengandung alkaloid.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian pada uji kualitatif
disebabkan karena bahan-bahan yang digunakan sudah tidak murni
sehingga mempengaruhi hasil ketidakmurnian bahan-bahan tersebut
telah disimpan dalam jangka waktu yang lama. Untuk proses isolasi
harus diselesaikan pada saat praktikum, akan tetapi proses isolasi
ditunda karena waktu yang tidak mencukupi sehingga hasil isolasi
fase kloroform disimpan. Selama proses penyimpanan tersebut
terjadi kontaminasi.
BAB V
PENUTUP

.1 Kesimpulan
Dari Percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Isolasi kafein pada teh dalam pembentukan kristal kafein tidak
terbentuk kristal
2. Uji alkaloid pada larutan sampel teh dengan menggunakan pereaksi
mayer dan pereaksi wagner membentuk larutan cokelat merah dan
larutan kuning jernih menandakan negatif mengandung alkaloid.

.2 Saran
Alangkah baiknya apabila sebelum melakukan praktikum dimulai
dengan membaca do’a dan hendaknya mematuhi apa yang disampaikan
oleh asisten agar tujuan praktikum bermanfaat dan untuk menghindari
kecelakaan dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Artanti, dkk. 2016. Perbedaan Kadar Kafein Daun Teh (Camellia sinensis
(L) Kuntze) Berdasarkan Statuss Ketinggian Tempat tanam
dengan metode HPLC. journal of Pharmaceutical Science
Research. Laboratorim Fakultas MIPA Terpadu Universitas
Sebelas Surakarta.

Da’I, dkk. 2012. Pengaruh Partisi Bertingkat Cair-Cair Ekstrak Etanol


Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc)Terhadap Profil
Kandungan Senyawa Kimia Dan Aktivitas Antiradikalnya. Fakultas
Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Majid, dkk. 2011. Pembuatan Teh Rendah Kafein Melalui Proses Ekstraksi
Dengan Pelarut Etil Asetat. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik. Univrsitas Dipongoro: Semarang.

Maramis, dkk. 2013. Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk di Kota Manado
Menggunakan Spektrofotometri UV-VIS. Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi-UNSRAT Vol. 2. No.4. Program studi Farmasi FMIPA
UNSRAT Manado.

Marliana, dkk. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis


Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechum edule Jacq.
Swatrz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi 3 (1). Jurusan Biologi
FMIPA UNS Surakarta.

Putri, dkk. 2015. Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi terhadap Kadar
Kafein dalam Teh Hitam. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 4. No.2.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.

Sundari, dkk. 2009. Toksisitas Akut (LD50) Dan Uji Gelagat Ekstrak Daun
Teh Hijau (Camellia sinensis (LINN)Kunze) Pada mencit. Media
Peneliti dan Pengembang Kesehatan Volume XIX Nomor 4.

Towaha, 2013. Kandungan Senyawa Kimia Pada Daun Teh (Camellia


sinesis). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Volume 19. No. 3.

Widyotomo, dkk. 2007. Kafein: Senyawa Penting Pada Biji Kopi. Warta
pusat Penelitian, Kopi dan Kakao Indonesia. Vol. 23. No. 1

Anda mungkin juga menyukai