MAKASSAR
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
OLEH
Transfer A 2016
Kelompok 4:
A. Nurhayati Arsyad 16. 01. 247
Isnaliati 16. 01. 256
Nur Khalifah Milawati 16. 01. 219
Mantang 16. 01. 265
Muh. Indra Sudirja 15. 01. 381
Pin Trifonia Tee 16. 01. 265
Samsu Alam Basri 16. 01. 228
Widya Murni Panna 16. 01. 238
Asisten: Angriani Magi
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang
Teh merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi
didunia yang dibuat dari tanaman Camellia sinensis. Teh memiliki
manfaat diantaranya dalam pencegahan dan pengobatan penyakit
karena bersifat antibakteri dan antioksidan. Selain manfaat teh, terdapat
pula zat dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat bersebut
adalah kafein. Meskipun kafein aman dikonsumsi, zat tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki jika dikonsumsi secara
berlebihan seperti insomnia, gelisah, delirium, takikardia, ekstrasistole,
pernapasan meningkat, tremor otot dan diuresis (Putri, 2015).
Semakin lama teh direndam maka kafein dalam teh akan semakin
terekstrak dan terjadi oksidasi. Untuk mendapatkan teh yang lebih pekat
dilakukan dengan menambahkan daun teh, bukan dengan
memperpanjang waktu penyeduhan. Ketika proses penyeduhan teh maka
terjadi proses ekstraksi yaitu kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang larut dengan pelarut cair
(Putri, 2015).
Berdasarkan penelitian Yang, Sun Hwang, dan Tien Lin pada tahun
2006 tentang pengaruh metode penyeduhan yang berbeda dan
penyimpanan kafein, katekin dan asam galat pada larutan infus teh.
Penelitian tersebut menggunakan dua metode perendaman teh yang
berbeda yaitu metode perendaman teh dalam air panas dan perendaman
teh dalam air dingin. Pada metode perendaman teh dengan air panas
suhu yang digunakan adalah 70ºC, 85ºC dan 100ºC sedangkan metode
perendaman teh dalam air dingin dilakukan pada suhu 4ºC dan 25ºC.
Namun pada penelitian tersebut, analisa kadar kafein dilakukan dengan
instrument HPLC (High Performance Liquid Chromatography) (Putri,
2015).
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam
biji kopi, daun teh, dan biji cokelat (Coffefag, 2001). Kafein memiliki efek
farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi
susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus
dan stimulasi otot jantung (Coffeefag, 2001). Berdasarkan efek
farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke
minuman (Maramis, 2013).
Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) yang diacu dalam liska
(2004), dosis kafein yang diizinkan 100-200 mg/hari, sedangkan menurut
SNI 01-7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman
adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Kafein sebagai stimulan tingkat
sedang (mild stimulant) memang seringkali diduga sebagai penyebab
kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan rutin. Namun
kecanduan kafein berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena
gejalanya akan hilang hanya dalam satu dua hari setelah konsumsi
(Maramis, 2013).
.3 Prinsip Percobaan
Isolasi senyawa kafein dalam teh menggunakan ekstraksi cair - cair
dengan pelarut kloroform kemudian dilakukan uji kualitatif untuk
membuktikan ada atau tidaknya senyawa kafein yang diperoleh
menggunakan pereaksi wagner dan mayer. Kemudian dilakukan
pengujian menggunakan kromatografi lapis tipis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Maramis, 2013)
Kopi diminum oleh konsumen bukan sebagai sumber nutrisi
melainkan sebagai minuma penyegar. Biji kopi secara alami mengandung
berbagai jenis senyawa volatile seperti aldehid, furfural, keton, alkohol,
ester, asam format dan asam asetat. Kafein (C 8H10 N4O2) atau 1, 3,7
trimetil 2, 6 dioksipurin merupakan salah satu senyawa alkaloid yang
sangat penting yang terdapat di biji kopi. Kafein dalam kondisi murni
berupa serbuk putih berbentuk Kristal prisma hexagonal dan merupakan
senyawa tidak berbau, serta berasa pahit (Widyotomo, 2007).
Maka dari itu perlu dilakukan pengurangan kadar kafein dalam teh
agar aman dikonsumsi setiap saat. Pada penelitian kali ini, pengambilan
kafein dilakukan dengan ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat.
Kandungan senyawa kimia pada daun teh serta perubahan-perubahan
yang terjadi pada senyawa kimia tersebut selama pengolahan, sangat
penting diketahui terutama bagi pelaku industri teh seperti pengusaha
dan petani sehingga dapat menghasilkan produk teh yang bercita rasa
dan beraroma serta berkhasiat tinggi yang dapat bersaing dengan teh
produksi luar negeri. Begitupun bagi konsumen teh, dengan pengetahuan
tersebut konsumen dapat memilih jenis teh yang tepat sesuai
kebutuhannya (Towaha, 2013).
Kandungan senyawa kimia dalam teh dapat digolongkan menjadi 4
kelompok besar yaitu: (1) golongan fenol; (2) golongan bukan fenol; (3)
golongan aromatis dan (4) enzim. Keempat kelompok tersebut bersama-
sama mendukung terjadinya sifat-sifat baik pada teh, apabila
pengendaliannya selama pengolahan dapat dilakukan dengan tepat
(Towaha, 2013).
Komposisi senyawa kimia yang terkandung dalam teh sangat
kompleks, terdiri atas polifenol (katekin dan turunannya), senyawa-
senyawa ksantin (kafein, teofilin, dan teobromin), asam amino,
karbohidrat, protein klorofil, senyawa-senyawa volatile, fluor, mineral dan
senyawa-senyawa kelumit. Turunan polifenol terdapat dalam jumlah yang
paling banyak dan memiliki potensi aktivitas antioksidan, baik in vitro
maupun in vivo (Artanti, 2016).
Tanaman teh dapat tumbuh subur dengan baik pada ketinggian 250-
1.200 m dpl, curah hujan minimal 60 mm/bulan, cara mendapat sinar
matahari, karena jika sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman
teh akan lambat, tidak boleh dilalui angin kering, dan keadaan tanah
subur (Artanti, 2016).
Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin
tinggi suatu tempat dari permukaan laut, semakin rendah suhu udaranya
semakin dingin. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang.
Jumlah kafein yang terkandung didalam teh tergantung pada berbagai
faktor seperti jenis daun teh, tempat tumbuhnya tanaman teh, ukuran
partikel teh, serta metode dan lamanya waktu penyeduhan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa lokasi perkebunan teh mempengaruhi
kadar kafein pada daun teh tersebut (Artanti, 2016).
Pada tempat tanam yang tinggi intensitas cahaya matahari
berkurang, cahaya matahari mempengaruhi tumbuhan berdaun hijau
karena cahaya matahari sangat menentukan proses fotosintesis.
Fotosintesis adalah pross dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan
makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan
energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Aryulina,
2006). Proses fotosintesis yang kurang sempurna mempengaruhi kadar
metabolit sekunder yang dihasilkan tanaman, salah satunya adalah
kafein. Kafein merupakan produk sekunder dari proses metabolisme
tanaman, semakin tingginya laju fotosintesis maka kafein yang dihasilkan
akan semakin tinggi (Artanti, 2016).
Kadar kafein yang paling besar adalah pada ketinggian 800 dpl yaitu
559,353884 mg/gram sampel. Hal ini dapat disebabkan karena pada
ketinggian tersebut intensitas cahaya matahari masih tinggi dan suhu
udaranya juga tinggi. Jika intensitas cahaya matahari tinggi maka proses
fotosintesis akan berjalan maksimal sehingga kadar metabolit sekunder
yang dihasilkan juga maksimal. Pada ketinggian 1200 m menunjukkan
kadar kafein paling rendah yaitu 185,194022 mg/gram sampel. Hal ini
disebabkan oleh adanya pengaruh intensitas matahari semakin
berkurang dan temperatur udara menurun menyebabkan proses
fotosintesis semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan kadar metabolit
sekunder yang dihasilkan dari tanaman teh khususnya kafein berkurang
(Artanti, 2016).
Jumlah kafein dalam tanaman teh dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu wilayah tumbuh, varietas tanaman, umur
tanaman, umur daun, panjang musim tanam, kondisi lapangan, nutrisi
tanah, curah hujan dan hama. Namun kandungan kafein pada teh lebih di
pengaruhi oleh sistem produksi teh seperti karbondioksida diudara bebas
juga dapat mempengaruhi kadar kafein dalam daun teh (Putri, 2015).
Kadar kafein dipengaruhi oleh waktu ekstraksi. Waktu penyeduhan
yang terlalu singkat dapat membuat kadar kafein didalam teh belum
terekstrak sepenuhnya sehingga kadar kafein terendah pada saat
penyeduhan tersingkat. Perlu diketahui bahwa menyeduh teh terlalu
lama, selain kafein terekstrak namun juga membuat kafein teroksidasi
dengan udara sehingga berdampak tidak baik bagi tubuh (Putri, 2015).
Jumlah kadar kafein dalam teh selain dipengaruhi oleh waktu
ekstraksi juga di pengaruhi oleh suhu ekstraksi. Pada padatan teh, suhu
yang semakin tinggi akan memperlebar jarak antara molekul dalam
padatan daun teh tersebut. Dengan semakin tinggi difusivitas pelarut air
dan renggangnya molekul dalam padatan daun teh sehingga kafein yang
terdapat dalam padatan daun teh terekstrak (Putri, 2015).
Sifat menyegarkan seduhan teh berasal dari alkaloid yang
dikandungnya, dengan kisaran 3-4% dari berat kering daun. Alkaloid
utama dalam daun teh adalah senyawa kafein, theobromin dan theofilin.
Senyawa kafein dipandang sebagai bahan yang menentukan kualitas teh.
Selama pengolahan teh, kafein tidak mengalami penguraian, tetapi kafein
akan bereaksi dengan katekin membentuk senyawa yang menentukan
nilai kesegaran (briskness) dari seduhan teh (Towaha, 2013).
Metode Partisi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia
diantara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur. Komponen kimia
akan terpisah kedalam kedua fase berdasarkan sesuai dengan tingkat
kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. Penelitian ini
dilakukan untuk membandingkan profil kandungan senyawa kimia pada
partisi bertingkat. Partisi bertingkat (polar, semi polar, non polar) akan
mempengaruhi profil kandungan kimia pada masing-masing fraksi.
Perbedaan profil kandungan kimia tersebut dimungkinkan berpengaruh
terhadap aktifitas antiradikal. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat
diketahui senyawa yang menyumbangkan aktivitas antiradikal (Da’i,
2012).
Analisis kualitatif adalah pekerjaan yang mempunyai tujuan untuk
menyelidiki dan mengetahui kandungan senyawa-senyawa apa saja yang
terdapat dalam sampel uji. Hasil positif alkaloid pada uji mayer ditandai
dengan terbentuknya endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut
adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi mayer,
larutan merkurium (II) klorida ditambah kalium iodida akan bereaksi
membentuk endapan merah merkurium (II) iodida. Jika kalium iodida
yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium
tetraiodomerkurat (II). Alkaloid mengandung atom nitrogen yang
mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam. Pada uji alkaloid
dengan pereaksi mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan
bereaksi dengan ion logam K+ dari Kalium tetraiodomerkurat (II)
membentuk kompleks kalium alkaloid yang mengendap (Marliana, 2005).
Hasil positif pada uji wagner ditandai dengan terbentuknya endapan
cokelat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah
kalium-alkaloid. Pada pembuatan peraksi wagner, iodin bereaksi dengan
ion I3 yang berwarna cokelat. Pada uji wagner, ion logam K + akan
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid
membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Marliana, 2005).
I.2 Uraian Bahan
1.1.1II.2.1 Kafein (FI edisi III hal 195)
Nama : COFFEINUM
Sinonim : Kafeina
Rumus Molekul : C8H10N4O2
Bobot molekul : 194,19
Rumus Struktur :
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan Aseton, CaCl2 anhidrat, CHCl3, H2O,
metanol, NaCO3 dan Teh
V.2 Pembahasan
Percobaan ini adalah Isolasi kafein dan uji alkaloid dari teh.
Isolasi adalah suatu usaha untuk memisahkan senyawa yang
bercampur sehingga dapat menghasilkan senyawa tunggal yang
murni. Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat
dalam biji kopi, daun teh dan cokelat. Kafein memiliki efek
farmakologis yang bermanfaat secara klinis seperti menstimulasi
susunan saraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus
dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan efek farmakologisnya
tersebut kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu keminuman. Efek
berlebihan mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup,
gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang.
Pada percobaan ini 25 gram teh ditambah NaCO 3, dimasukkan
kedalam Erlenmeyer kemudian ditambah 100 mL H 2O. Fungsi
penambahan NaCO3 adalah untuk melarutkan tannin, NaCO 3 adalah
senyawa yang bersifat basa sehingga akan bereaksi dengan tannin
yang bersifat asam membentuk garam, garam ini larut dalam air,
namun tannin juga sedikit larut dalam diklorometana sehingga tannin
harus tetap berada dalam fase air agar dapat dipisahkan dengan
kafein. Kemudian dipanaskan dan didiamkan slama 7 menit,
campuran berwarna hitam pekat, lalu didekantasi untuk memisahkan
antara filtrat dan residu. Residu diambil kemudian ditambah 20 mL
H2O. Selanjutnya ditambah kloroform ± 25 mL. Kemudian dilakukan
ekstraksi cair-cair dengan menggunakan corong pisah. Setelah
diekstraksi terbentuk 2 lapisan, lapisan atas merupakan lapisan fase
air dan lapisan bawah merupakan lapisan yang mengandung kafein
dalam kloroform. Lapisan bawah pada corong pisah yang merupakan
fase klorofom ditambah CaCl2 kemudian dikocok. Selanjutnya
diuapkan hingga kering. Kemudian ditambah aseton panas, lalu
didinginkan dalam wadah berisi es batu hingga terbentuk Kristal
kafein. Fungsi penambahan CaCl2 anhidrat adalah untuk pengikatan
fase air yang ikut serta pada saat pemisahan fase kloroform dan fase
air dengan menggunakan corong pisah. Fungsi penambahan aseton
panas adalah untuk melarutkan kafein dan pengotor yang masih
tertinggal dan pemanasan membantu mempercepat kelarutan.
Selanjutnya didinginkan dalam wadah berisi es batu hingga terbentuk
Kristal kafein. Dalam percobaan ini tidak terbentuk Kristal kafein.
Karena adanya pengotor atau pemisahan senyawa yang tidak
sempurna, sehingga senyawa lain masih ikut terikat. Dapat pula
dipengaruhi karena koloform yang digunakan tidak mampu menarik
kafein.
Selanjutnya adalah uji kualitatif, Kristal ditambah H 2O secukupnya
dan ditambah sampel serta pereaksi wagner dan mayer. Percobaan
alkaloid menggunakan pereaksi mayer dan wagner pada dasarnya
menggunakan sifat dasar alkaloid yang reaktif terhadap logam berat.
Pada pereaksi mayer, jika terdapat alkaloid akan membentuk larutan
berwarna putih. Pada pereaksi wagner, jika terdapat alkaloid akan
membentuk larutan berwarna cokelat.
Dari uji kualitatif, hasil yang didapatkan pada pereaksi mayer
berupa larutan cokelat merah dan pada pereaksi wagner berupa
larutan jernih yang menandakan negatif mengandung alkaloid.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian pada uji kualitatif
disebabkan karena bahan-bahan yang digunakan sudah tidak murni
sehingga mempengaruhi hasil ketidakmurnian bahan-bahan tersebut
telah disimpan dalam jangka waktu yang lama. Untuk proses isolasi
harus diselesaikan pada saat praktikum, akan tetapi proses isolasi
ditunda karena waktu yang tidak mencukupi sehingga hasil isolasi
fase kloroform disimpan. Selama proses penyimpanan tersebut
terjadi kontaminasi.
BAB V
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Dari Percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Isolasi kafein pada teh dalam pembentukan kristal kafein tidak
terbentuk kristal
2. Uji alkaloid pada larutan sampel teh dengan menggunakan pereaksi
mayer dan pereaksi wagner membentuk larutan cokelat merah dan
larutan kuning jernih menandakan negatif mengandung alkaloid.
.2 Saran
Alangkah baiknya apabila sebelum melakukan praktikum dimulai
dengan membaca do’a dan hendaknya mematuhi apa yang disampaikan
oleh asisten agar tujuan praktikum bermanfaat dan untuk menghindari
kecelakaan dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Artanti, dkk. 2016. Perbedaan Kadar Kafein Daun Teh (Camellia sinensis
(L) Kuntze) Berdasarkan Statuss Ketinggian Tempat tanam
dengan metode HPLC. journal of Pharmaceutical Science
Research. Laboratorim Fakultas MIPA Terpadu Universitas
Sebelas Surakarta.
Majid, dkk. 2011. Pembuatan Teh Rendah Kafein Melalui Proses Ekstraksi
Dengan Pelarut Etil Asetat. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik. Univrsitas Dipongoro: Semarang.
Maramis, dkk. 2013. Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk di Kota Manado
Menggunakan Spektrofotometri UV-VIS. Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi-UNSRAT Vol. 2. No.4. Program studi Farmasi FMIPA
UNSRAT Manado.
Putri, dkk. 2015. Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi terhadap Kadar
Kafein dalam Teh Hitam. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 4. No.2.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.
Sundari, dkk. 2009. Toksisitas Akut (LD50) Dan Uji Gelagat Ekstrak Daun
Teh Hijau (Camellia sinensis (LINN)Kunze) Pada mencit. Media
Peneliti dan Pengembang Kesehatan Volume XIX Nomor 4.
Widyotomo, dkk. 2007. Kafein: Senyawa Penting Pada Biji Kopi. Warta
pusat Penelitian, Kopi dan Kakao Indonesia. Vol. 23. No. 1