Anda di halaman 1dari 2

Manfaat Teh Hijau Sebagai Pangan Fungsional

Beauty Azhary, M. Iqbal Prawira Atmaja


Fakultas Teknologi Industri Pangan, Universitas Padjadjaran

Teh merupakan minuman yang dikenal luas oleh masyarakat akan khasiatnya. Selain
itu, mengkonsumsi teh mulai menjadi gaya hidup seiring dengan kesadaran masyarakat akan
hidup sehat. Teh termasuk pangan fungsional mengingat khasiat yang terkandung dalam teh
dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan merupakan sumber zat gizi. Pangan fungsional
merupakan pangan alami atau pangan olahan yang mengandung komponen bioaktif sehingga
dapat memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme manusia.. Pangan fungsional
dibedakan dari suplemen makanan atau obat berdasarkan penampakan dan
pengaruhnya terhadap kesehatan. Bila fungsi obat terhadap penyakit bersifat kuratif,
maka pangan fungsional lebih bersifat pencegahan terhadap penyakit.
Diantara beberapa senyawa kimia yang paling besar peranannya dalam pembentukan
cita rasa dan berbagai khasiat istimewa teh adalah katekin. Katekin dapat berperan sebagai
penangkal radikal bebas hidroksil (OH) yang juga merupakan senyawa yang
menyumbangkan berat 20-30% dari daun teh yang kering. Senyawa katekin tidak
berwarna, larut dalam air, dan berfungsi untuk memberikan rasa pahit pada teh.
Dipandang dari sisi kesehatan, makin tinggi katekin berarti makin bermanfaat buat
kesehatan. Akan tetapi sebaliknya ditinjau dari sisi rasa, memiliki perbandingan yang
terbalik. Senyawa katekin merupakan senyawa yang penting pada daun teh yang
berfungsi sebagai antioksidan yang menyehatkan tubuh. Hasil penelitian University
of Kansas (2007) yang dipresentasikan di American Chemical Society, menyatakan bahwa
katekin teh hijau berkemampuan 100 kali lebih efektif untuk menetralisir radikal bebas
daripada vitamin C dan 25 kali lebih ampuh dari vitamin E.
Pada dasarnya teh diproses menjadi tiga jenis teh yaitu teh hitam, teh oolong dan teh
hijau. Teh hijau dihasilkan dari pengolahan daun teh tanpa proses oksidasi sehingga
kandungan polifenolnya lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam dan teh oolong. Seperti
pada pengolahan teh hitam, pengolahan teh hijau juga melalui beberapa tahap seperti
pelayuan, penggulungan, pengeringan, dan sortasi. Teh hijau berdasarkan hasil penelitian
memiliki kandungan katekin yang merupakan golongan polifenol. Senyawa ini diketahui
efektif dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, penurunan berat badan,
sebagai antiinflamasi, antivirus dan antibakteri. Kandungan katekin terbanyak yaitu (-)-
epigallocatechin-3-gallate (EGCG) ditemukan berkaitan kuat dengan penurunan risiko
penyakit metabolik. Epigallocatechin gallate (EGCG) merupakan kandungan katekin
terbesar di dalam teh hijau yang diketahui memiliki efek baik bagi kesehatan. EGCG
menghambat proliferasi sel adiposa dan diferensiasi pada sel 3T3-L1, meningkatkan oksidasi
lemak, meningkatkan penggunaan energi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, subyek yang mengkonsumsi teh hijau secara
rutin lebih dari 10 tahun menunjukkan prosentase lemak tubuh yang lebih rendah, lingkar
pinggang yang lebih kecil dan penurunan rasio pinggang panggul. Salah satu mekanisme
penurunan berat badan melalui konsumsi teh hijau yaitu dengan meningkatkan absorpsi lipid.
Jadi, teh hijau dapat digolongkan ke dalam pangan fungsional karena sudah terbukti memiliki
manfaat untuk kesehatan.

Daftar Pustaka:
Anjarsari L.R.D. 2016. Katekin Teh Indonesia : Prospek dan Manfaatnya. Jurnal Kultivasi
Vol.15(2).Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Amalia, Fryda. 2016. Pengaruh Grade Teh Hijau dan Konsentrasi Gula Stevia terhadap
Karakteristik Sirup Teh Hijau. Universitas Pasundan, Bandung.
Ariani N.L dan Ani Sutriningsih. 2017. Peran Konsumsi Teh Hijau Terhadap Penurunan
Indeks Massa Tubuh (IMT) Mahasiswa Keperawatan Universitas Tribhuwana
Tunggadewi. Jurnal Care Vol. 5, No 2.

Anda mungkin juga menyukai