Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

“ISOLASI KAFEIN DARI TEH”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Laboratorium Praktikum Kimia organik

Disusun Oleh :
Kelompok II (A2)

1. Majdi Anshari al Khairi (170140021)


2. Ira Sahara (170140030)
3. Wika Armadani (170140043)
4. Hijratul Izzati (170140046)
5. Sindi Qistina Asriati (170140113)

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2018
ABSTRAK

Pada percobaan ini adalah percobaan untuk menentukan kadar kafein yang terdapat di
dalam teh. Percobaan ini dilakukan dengan metode ekstraksi yang menggunakan tiga
jenis larutan yang berbeda, yaitu cloroform, timbal nitrat 10%, dan natrium sulfat.
Cloroform berfungsi sebagai pengikat kafein, timbal nitrat berfungsi sebagai pengikat
kotoran yang terdapat pada larutan teh, dan natrium sulfat berfungsi sebagai pengikat air
yang terdapat di dalam cloroform. Dalam pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi dua
tahap, yaitu pemisahan dan penguapan sehingga diperoleh hasil berupa kristal-kristal
berwarna putih yang merupakan kafein seberat 1,019 gram. Dan setelah dilakukan
perhitungan, hasil yang diperoleh adalah jumlah kadar yang terkandung di dalam teh
sebesar 4,07%.

Kata kunci: Ekstraksi, kadar dan kafein.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Isolasi kafein dari teh


1.2 Tanggal Praktikum : 15 Mei 2018
1.3 Tujuan Paktikum : Menentukan kadar kafein dari teh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Isolasi
Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam itu adalah sebuah
cara untuk memisahkan senyawa yang bercampur sehingga dapat menghasilkan
senyawa tunggal yang murni. Pada kebanyakan kasus proses isolasi senyawa dari
bahan alam telah mentargetkan untuk mengisolasi senyawa metabolisme
sekunder, karena senyawa metabolisme sekunder telah terbukti untuk dapat
memberikan manfaat terhadap kehidupan manusia.

2.1.2 Tahapan isolasi


Beberapa tahapan isolasi adalah sebagai berikut:
1. Melakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik.
2. Melakukan pemisahan dengan berbagai metode kromatografi.
3. Elusidasi struktur senyawa yang telah diisilolasi dengan menggunakan
metode spektroskopi.
4. Ujikan aktivitas farmakologis senyawa yang telah berhasil diisolasi.

2.1.2 Aplikasi isolasi


Banyak aplikasi dari isolasi sederhana dapat ditemukan dalam keseharian
manusia. Ekstraksi dan isolasi dapat digunakan untuk bahan-bahan berikut:
a. Bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau organ-organ dari binatang untuk
keperluan farmasi.
b. Gula dan umbi.
c. Minyak dari biji-bijian.
d. DNA dan RNA dari sel.
e. Zat warna dari tumbuhan.
f. Logam-logam dari mineralnya
(Hudaya, 2014)
2.2 Kafein
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji
kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar.
Kafein memiliki berat molekul 194,19 gr/gmol dengan rumus kimia C8H10N8O2
dan PH 6,9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari
kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak
langsungnya seperti menstimulasi pernapasan dan jantung, serta memberikan efek
samping berupa kegelisahan, tidak dapat tidur, dan denyut jantung tak beraturan
(Hermanto, 2007).
Kafein adalah suatu senyawa organik yang menmpunyai nama lain 1,3,7-
trimetil xantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum. Bila tidak mengandung air,
kafein meleleh pada suhu 234 0C sampai 239 0C dan menyublim pada suhu yang
lebih rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, tetapi sedikit
larut dalam air dingin, alkohol dan beberapa pelarut organik lainnya. Kafein juga
merupakan senyawa kimia golongan alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa
organik mirip alkali yang mengandung nitrogen yang bersifat basa dalam cincin
heterosiklik. Karena bersifat basa, tumbuhan yang mengandung alkaloid biasanya
terasa pahit. Keberadaan alkaloid pada tumbuhan sendiri tidaklah merupakan zat
metabolisme, namun lebih merupakan senyawa metabolit sekunder yang miliki
lebih banyak fungsi elogosi dari pada fungsi metabolisme itu sendiri.
Struktur kafein:

(Harold, 2003)

2.2.1 Sifat fisik kafein


Berikut ini merupakan sifat-sifat fisik kafein
Rumus molekul: C8H10N8O2
Nama lain : 1,3,7-trimetil xantin
Wujud : Bubuk putih tidak berbau
Berat molekul : 194,19 gr/mol
Densitas : 1,23 gr/cm3 solid
Titik leleh : 227-228 0C (anhidrat), 234-235 0C (mono)
Titik didih : 178 0C
Kelarutan dalam air: 2,17 g/100 ml (25 0C)
18,0 g/100 ml (80 0C)
0,13-1,22 pKa
Keasaman : 0,13-0,122 pKa
Momen diperoleh : 3,6400
(Bradry, 1996)

2.2.2 Sifat kimia kafein


Kafein dimetabolisme didalam hati menjadi tiga metabolisme utama yaitu
paraxantin (84%), teobromin (12%) dan teofilin (4%). Kafein adalah sejenis
koloid yang termasuk gilongan metilxantin (1,3,7- trimetil xantin) (Bradry, 1996).
Kafein adalah sejenis senyawa alkaloid yang termasuk golongan xantine.
Efek psikologis yang dihasilkan dapa beragam dan bisa menyebabkan
ketergantungan. Struktur kafein terbagi sistem cincin, purin yang secara biologis
dapat penting dan diantaranya banyak ditemukan didalam asam nukleat.
Kafein bekerja pada sistem saraf pusat, otot jantung, dan ginjal, pengaruh
pada saraf pusat terutama pada pusat mental yang lebih tinggi yang menghasilkan
peningkatan aktivitas mental dan tetap terjaga atau bangun kafein meningkatkan
kinerja dan hasil kerja otot, merangsang pusat pernafasan, dan meningkatkan
kecerdasan. Daya kinerja sebagai dwietika dari kafein, didapat dari beberapa cara,
seperti meningkatkan darah dalam ginjal dan kecepatan filtrasi glumerulus, tetapi
terutama sebagai akibat pengurangan reabsorbsi tubuler normal.
Kafein dapat menimbulkan ketagihan ringan, orang yang biasa minum teh
akan menderita sakit kepala pada pagi hari atau setelah kira-kira 12-16 jam dari
waktu ketika terakhir kali mengkonsumsinya. Metabolisme dalm tubuh manusia
akan mengubah kafein menjadi metabolit, terutama paraxantin, teobromin, dan
teofilin. Jika terlalu banyak mengkonsumsinya akan dapat menyebabkan sakit
mag, insomnia, diureces, pusing dan gemeteran. Jika saraf konsentrasi sampai 10
mol/ml dalam darah, kafein dapat menstimulasikan sistem saraf pusat.
Kafein ditemukan pertama kali pada tahun 1827 dan dinamakan theine,
namun setelah diketahui bahwa theine pada teh memiliki sifat yang sama dengan
kafein pada kopi. Namun theine tidak digunakan lagi, jumlah kafein yang ter-
kandung bergantung pada berbagai faktor seperti jenis daun teh, tempat
tumbuhnya tanaman teh, ukuran partikel teh, serta metode dan lamanya waktu
penyeduhan teh tersebut (Hermanto, 2007).

2.3 Teh
Teh sebagai minuman penyegar sudah dikenal lama, karena kandungan teh
diyakini dapat menyembuhkan, mengurangi, dan mencegah timbulnya penyakit.
Komponen utama daun teh adalah selulosa terutama dalam sel tanaman. Selulosa
merupakan polimer dari glukosa, tidak larut dalam air, tetapi tidak mengganggu
proses isolasi. Kafein larut dalam air dan merupakan zat utama yang diekskresi
dalam larutan teh. Kafein terdapat 5% dalam daun teh (Fulder, 2004).

2.4 Khasiat teh


Teh yang bisa dikonsumsi, khususnya teh hijau banyak mengandung
khasiat. Sebuah riset Urasmus University Medical School, Rotterdam
mengungkapkan pembuluh darah bilik besar (aorta) pada responden yang gemar
meminum teh hijau, memiliki lapisan yang melindungi terjadinya penggumpalan
darah. Kondisi ini menyebabkan menurunnya kemungkinan terjadi serangan
jantung koroner. Selain itu, penelitian The American Journal of Clinical Nutrition
belum lama ini menemukan khasiat teh hijau untuk melangsingkan tubuh.
Ternyata paduan kafein dan teh hijau yang sesuai tekanan mampu membakar 4%
kalori lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berdiet dengan
menggunakan placebo.
Teh jelas memiliki berbagai manfaat positif bagi kesehatan, terutama
pembuluh darah. Sekalipun demikian, teh juga mengandung kafein. Jika
dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan, seperti insomnia,
kecemasan, an ketidak teraturan detak jantung. Oleh karena itu, 2 cangkir teh yang
diminum secara teratur sudah bisa memberikan dampak baik bagi kesehatan
tubuh. Kafein dapat merangsang kerja penapasan, hati dan sistem saraf pusat.
Kafein juga dikenal sebagai suatu diuretic (pencetus urinase), dan dapat
menyebabkan insomnia dan kecanduan bagi yang meminumnya.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakam dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Beaker glass 500 ml 1 buah
2. Hot plate 1 buah
3. Termometer 1 buah
4. Neraca analit 1 buah
5. Spatula 1 buah
6. Kertas saring 2 buah
7. Penyaring buchner 1 buah
8. Corong 1 buah
9. Gelas ukur 1 buah
10. Corong pemisah 1 buah
11. Cawan porselin 1 buah
12. Oven 1 buah

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Aquades 250 ml
2. Serbuk saring 25 gram
3. Larutan Pb(NO3)2 10% 50 ml
4. Kloroform 20 ml
5. Na2SO4 1 gram
3.2 Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Panaskan aquades 250 ml sampai pada suhu 90 0C. Lalu tambahkan 25
gram serbuk teh, aduk dan didihkan selama 10 menit.
2. Saring teh dengan penyaring buchner, kumpulkan filtratnya.
3. Kedalam filtrat ditambahkan larutan Pb(NO3)2 10% 50 ml, saring kembali
smpai volume 100 ml.
4. Panaskan campuran yang telah disaring tesebut sampai tersisa 50 ml,
diamkan selama 5 menit.
5. Kedalam corong pemisah, masukkan filtrat yang telah didinginkan tadi,
tambahkan 20 ml kloroform. Terbentuklah dua lapisan. Campurkan lalu
tunggu selama 1 jam.
6. Pisahkan lapisan bawah. Kedalam cawan porselin masukkan Na 2SO4
anhidrat 1 gram dan lapisan bawah, tunggu selama15 menit.
7. Panaskan campuran didalam oven hingga terbentuk padatan yang kering,
kerok padatan dan lalu timbang berat hasil kasar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Tabel 4.1. Hasil pengamatan isolasi kafein dari teh

No Cara Kerja Perubahan Warna

1. Panaskan aquades 250 ml dalam Terjadi perubahan Bening


beaker glass sampai suhu 90 0C, warna menjadi hitam
tambahkan 25 gram teh

2. Saring larutan teh dengan kertas Terjadi perubahan Hitam menjadi


saring dan penyaring buchner, warna kemerahan
lalu tambahkan 50 ml Pb(NO3)2
10%, saring kembali.

3. Panaskan filtrat sampai volume Terjadi perubahan Kemerahan


50 ml, lalu diamkan selama 5 warna dan volume menjadi coklat
menit. dari 100 ml men- tua
jadi 50 ml

4. Dengan gelas ukur, ukur Terbentuk 2 lapisan Lapisan atas


kromoform sampai volume 20 berbeda warna berwarna ke
ml. Kedalam corong pemisah, merahan dan
masukkan filtrat yang telah laporan bawah
dipanaskan dan 20 ml kloroform berwarna
Homogenkan. Lalu 1 jam keruh

5. Pisahkan lapisan bawah Tidak terjadi keruh


kebeaker gelas, lalu tambahkan perubahan warna
Na2SO4 1 gr ke cawan porselin.
Tunggu selama 15 menit

6. Panaskan campuran dalam oven Terbentuk padatan Berwarna


selama 15 menit dengan suhu putih
143 0C

7. Padatan dikerok dalam cawan Terbentuk butiran Berwarna


porselin, kumpul lalu di timbang halus seberat putih
1,0196 gram

Padatan kandungan kafein = massa kafein yang didapat x 100%


massa teh
= 1,0196 gram x 100%
25 gram
= 4,07 %

5.2 Pembahasan
Percobaan tentang isolasi kafein dari teh, ketika teh dan air dipanaskan
terjadi perubahan warna yaitu kehitaman, dan terjadi penguapan. Lalu larutan teh
disaring dengan penyaring buncher sehingga dihasil filtrat. Filtrat tersebut
kemudian dicampur kembali dengan larutan Pb(NO3)2 10% sebanyak 50 ml, lalu
disaring dan dihasilkan filtrat berwarna kemerahan. Filtrat tersebut kemudian
dipanaskan lagi hingga sisa volume menjadi 50 ml, terjadi perubahan warna
menjadi semakin coklat tua, ketika mendidih terdapat banyak gelembung, hal ini
membuktikan bahwa reaksi kimia telah berlangsung.
Setelah mencapai 50 ml, filtrat kemudian dimasukkan kedalam corong
pemisah dan ditambahkan 20 ml kloroform sehingga terbentuk 2 lapisan, lapisan
atas berwarna kemerahan yaitu larutan teh dan lapisan bawah berwarna lebih
keruh, yaitu kloroform yang telah mengikat kafein.
Selanjutnya lapisan bawah yaitu kloroform dicampurkan 1 gram Na2SO4
anhidrat lalu di oven selama 15 menit dengan suhu 143 0C, terbentuk endapan
berwarna putih pada cawan, padatan tersebut dikikis lalu ditimbang. Padatan putih
tersebut merupakan kafein Na2SO4 anhidrat membantu kafein untuk mengering.
Setelah ditimbang, diketahui massa kafein sebesar 1,0196 gram. Persentase kafein
kafein dalam 25 gram teh tersebut sebesar 4,07 %.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kafein terkandang didalam daun teh, biji kopi, dan tumbuhan lainnya.
2. Kafein dapat diambil dalam teh dengan cara isolasi.
3. Kafein berbentuk padatan berwarna putih.
4. Massa kafein dalam 25 gram daun teh sebesar 1.016 gram
5. Kandungan kafein dalam 25 gram teh sebesar 4,07 %

4.2 Saran
Dalam percobaan tentang isolasi kafein dari teh, perhitungan waktu harus
selalu teliti, agar tidak mempengaruhi hasil akhir, dan selalu berhati-hati ketika
menyaring, memanaskan dan memisah larutan, mengingat banyak alat yang butuh
ketelitian agar tidak berefek buruk pada tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Bradry, sajoni.1996. Kamus Kimia. Jakarta: Rinaka Cipta


Fulder.2004. Khasiat Teh Hijau. Jakarta: Prestasi Pustaka
Hard, Harold. E craine, leislie. Hard, David J. 2003. Kimia Organik. Jakarta:
Erlangga.
Hudaya, T, Prasetyo S, Kristijarti,AP.2014.Ekskresi Iolasi dab Uji Keaktifan.
Hermanto, Sindhu.2007. Kafein, Senyawa Bermanfaat atau Beracunkah?.
http//chem-is-try.org (16 mei 2018)

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

Diketahui : Bobot daun teh = 25 gram


Bobot kafein = 1,0198 gram
Ditanya : % kafein?
Jawab :

% kafein = bobot kafein yang didapat x 100%


Bobot daun teh
= 1,0196 gram x 100%
25 gram
= 4,07 %

LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Gambarkan rumus bangun dari kafein!


2. Apa fungsi penambahan kloroform pada prosedur diatas?
3. Sebutkan sifat-sifat kimia dan kafein!
4. Sebutkan sifat-sifat dari kloroform!

Jawab:
1.

2. Untuk mengisolasi kafein dari larutan


3. Kafein termasuk metabolisme didalam hati menjadi metabolisme utama,
yaitu:
- Paraxanthine 18%
- Theobromine 12%
- Thiphiline 4%

4. Berat molekul : 113,4 gr/mol


Titik didih : 6,15 - 61,70 0C
Flanpoint tidak ada
Tekanan uap 21,15 kPa pada 20 0C
Kelarutan dalam air
- 90 0C = 10,62 gr/kg
- 10 0C = 95 gr/kg
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No Alat Fungsi

1. Beaker glass
 Mengukur volume larutan.
 Wadah untuk menyimpan
serta membuat larutan.

2. Gelas ukur
 Untuk mengukur volume
larutan

3. Corong
 Digunakan untuk memasuk
kan dan memindahkan
larutan

4. Kertas saring
 Untuk menyaring larutan

5. Hot plate

 Untuk memanaskan larutan.


6. Corong pemisah
Untuk memisahkan dua
larutan yang tidak bercampur

7. Termometer

 Untuk mengukur suhu suatu


larutan

8. Cawan porselin
 untuk mereaksikan zat
dalam suhu tinggi

9. Penyaring buncher
 Untuk memfiltrasi atau
memisahkan suatu cairan
(filtrat) dari endapannya
(residu). 

10. Oven
 Untuk memanaskan atau
menguapkan suatu larutan.

11. Spatula
 untuk mengambil objek
yang telah diiris untuk
sediaan mikroskop

12. Neraca analik


 untuk menimbang sejumlah
bahan dalam ukuran
miligram

Anda mungkin juga menyukai