Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 2


(STK3218)

PERCOBAAN 9
EKSTRAKSI KAFEIN DARI DAUN TEH

DOSEN PEMBIMBING: Prof. IRYANTI FATYASARI NATA, Ph.D

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V

AGITA PURNAWILDA 1910814320007


DWI RESA LAMANDAU 1910814310005
MUHAMMAD ZAIDAN NAUFAL 1901814210003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKRAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2020
ABSTRAK

Kafein adalah jenis alkaloid yang secara alami terdapat dalam biji kopi, daun teh dan biji
cokelat. Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan tidak ada, namun efek tidak
langsung seperti susah tidur dan denyut jantung tidak teratur. Kandungan suatu kafein dalam daun
teh dapat kita ketahui dengan ekstraksi. Tujuan dari percobaan ini yaitu mendapatkan kafein dari
daun teh cap botol dengan cara diekstraksi menggunakan pelarut air dan kloroform, dan
menentukan kadar kafein dari daun teh cap botol.
Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan daun teh cap botol, CaCO3 dan akuades yang
dipanaskan hingga mendidih (200℃ ). Kemudian didinginkan hingga mencapai suhu ruangan.
Hasil dari proses penyaringan kemudian dipanaskan kembali hingga tersisa 1/3 volume, hal ini
dilakukan agar kandungan H2O dalam larutan teh cap botol berkurang. Larutan dimasukkan ke
dalam separator funnel dan ditambahkan kloroform lalu dikocok. Lapisan bawah dipisahkan, lalu
lapisan atas ditambahkan kloroform dan dikocok kembali. Lapisan bawah lalu dievaporasi untuk
mendapatkan crude kafein.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa kafein yang diperoleh dari bahan daun teh cap botol
sebesar 0,12 gram dan kadar kafein sebesar 0,8%.

Kata kunci: ekstraksi, kafein, separator funnel, teh cap botol.


PERCOBAAN 9
EKSTRAKSI KAFEIN DARI DAUN TEH

9.1 PENDAHULUAN

9.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mendapatkan kafein dari daun teh cap botol dengan cara ekstraksi
menggunakan pelarut air dan kloroform.
2. Menentukan kadar kafein dari daun teh cap botol.

9.1.2 Latar Belakang


Teh adalah sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk
atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camelia sinensis dengan air
panas (Kina dan Pusat Penelitian Teh, 2006). Salah satu senyawa yang terkandung
dalam teh adalah kafein. Kafein merupakan zat penikmat yang terdapat di alam
yakni tumbuh-tumbuhan.
Kafein dapat diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solvent organik dan
kondisi ekstraksi dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein. ekstraksi adalah
proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut.
Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa
melarutkan material lainnya (Wilson, 2000).
Proses ekstraksi diaplikasikan dalam penentuan kandungan senyawa pada
suatu produk. Proses ekstraksi ini sering digunakan pada industri farmasi seperti
pembuatan obat dari ekstrak kulit manggis. Pada industri makanan dan minuman
juga menggunakan proses ekstraksi dari berbagai buah-buahan untuk
menghasilkan suatu produk. oleh karena itu, percobaan ini penting untuk
dilakukan sebagai bekal ilmu dalam dunia industri (Srihari dkk, 2016).

IX-1
9.2 DASAR TEORI

Ekstraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan menuju


suatu produk murni, meskipun kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit
namun sering diperlukan hanya sebuah corong pisah. Partisi zat-zat terlarut antara
dua cairan yang tidak bercampur menawarkan kemungkinan yang menarik untuk
pemisahan analitis. Pemisahan ekstraksi pelarut biasanya bersih dalam arti tidak
ada analog kopresipitasi dengan sistem semacam itu (Hart, 1983).
Berbagai jenis metode pemisahan ekstraksi pelarut atau disebut juga
esktraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam mikro maupun
makro. Pemisahan tidak memerlukan alat khusus atau canggih kecuali corong
pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu dua zat pelarut yang tidak saling bercampur, seperti
benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasnya adalah zat terlarut dapat
ditransfer dalam jumlah yang berbeda pada kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
digunakan untuk kegunaa prapatif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada
semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian
berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan
untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam
dalam jumlah makrogram (Khopkar 2007).
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut
yang tidak dapat bercampr untuk mengambil zat terlarut dari suatu pelarut ke
pelarut yang lain. Tetapan KD dikenal sebagai koefisien distribusi atau partisi.
Angka banding C2/C1 hanya konstan bila zat yang terlarut mempunyai massa
molekulrelatif yang sama untuk kedua pelarut itu. Hukum distribusi atau partisi
dapat dirumuskan : bila suatu zat terlarut terdistribusi antara pelarut antara pelarut
yang tidak dapat bercampur, maka pada suatu temperature yang konstan untuk
setiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara pelarut
dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesimolekul lain apapun
yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua

IX-2
IX-3

pelarut, sifat dasar zat pelarut dan temperatur. Suatu zat terlarut dari dalam larutan
air yang tidak dapat bercampur disebt ekstraksi dengan pelarut. Teknik ini
seringkali diterapkan untuk pemisahan (Svehla, 1990).
Suatu pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, seluruh zat yang
diinginkan akan berakhir dalam satu pelarut dan semua zat-zat menganggu dalam
pelarut lain. Transfer semua atau sama sekali tidak semacam itu dari satu kelain
pelarut adalah langka dan boleh jadi bahwa menjumpai campuran zat-zat yang
hanya berbeda sedikit dalam kecenderungan untuk beralih dari satu ke dalam
pelarut. Satu transfer tidaklah menimbulkan pemisahan yang bersih. Hal-hal
semacam itu, haruslah kita pertimbangkan cara terbaik untuk menggabung semua
sejumlah pemisahan parsial yang berurutan hingga akhirnya kita mencapai
kemurnian yang diinginkan (Hart,1983). Ekstraksi-ekstraksi pelarut umumnya
digunakan dalam analisis untuk memisahkan suatu zat terlarut atau zat-zat terlarut
yang dianggap penting dari zat yang menganggu dalam analisis kuantitatif
terakhir terdapat zat tersebut, terkadang justru zat-zat terlarut penganggu itu tidak
diekstraksi secara selektif. Ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan
suatu spesi yang dalam larutan air adalah terlalu encer untuk dianalisis. Pelarut
untuk ekstraksi ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut
(Basset, 1994) :
1. Angka banding distribusi yang tinggi untuk zat terlarut, angka banding
distribusi yang tinggi untuk zat-zat pengotor yag tidak diinginkan
2. Kelarutan yang rendah dalam fase cair
3. Viskositas yang cukup rendah dan perbedaan rapatan yang cukup besar dari
fase lainnya, untuk mencegah terbentknya emulsi
4. Keberacunan (toksisitas) yang rendah dan tidak mudah terbakar
5. Mudah mengambil zat terlarut dari pelarut untuk proses-proses analisis
berikutnya. Titik didih pelarut dan pelucutan (stripping) zat terlarut dari
pelarut dengan reagensia-reagensia kimia patut diperhatikan jika mungkin
untuk memilikinya.
Kloroform atau triklorometan mempunyai struktur CH3Cl3 dan berat
molekul 119,39 g/mol serta komposisinya meliputi 10,05% C, 0,84% N dan
IX-4

89,10% Cl. kloroform disebut juga halaform karena krom dan klor juga beraksi
dengan metil keton yang menghasilkan masing-masing bromoform (CHBr3) dan
kloroform (CH3Cl3). Hal ini disebut dengan halaform sehingga reaksi ini disebut
dengan reaksi kloroform. Kloroform memiliki sifat-sifat fisika dan kimia
diantaranya (Fessenden, 1990):
1. High refnitive
2. Non flammable
3. Sangat volatile
4. Sweet tasting liquid
5. Berbau khas
6. Titik didih 61-62˚C
7. Larut dalam air larut dalam alkohol, benzena, eter, petroleum, CO2 dan
karbontetraklorida.
Kafein atau kafeina, senyawa golongan koloid purin dengan rumus
molekul C8H10N4O2. Kafein hasil isolasi maupun sintesis dapat berupa andhidrat
dan hidrat yang mengandung satu molekul air. Senyawa ini memiliki sifat
fisikmberupa serbuk putih, biasanya menggumpal, tidak berbau dan berasa pahit
seperti alkaloid pada umumya, kafein sukar larut dalam eter, agak sukar larut
dalam air dan etanol. Kafein ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan
berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan dioretik ringan.
Kafein banyak terdapat pada berbagai jenis minuman seperti coca-cola (45,56 mg)
dan pepsi (37,2 mg) per 12 ons kaleng. Kadar kafein yang dimiliki teh adalah
berkisar antara 1-4% dan kopi 11-12% (Soraya, 2008) Sifat-sifat fisik dan
kimia kafein (C8H10N4O2) yaitu (Fishersci 1999):
Rumus molekul : C8H10N4O2
Nama lain : 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl-1H-Purine-2,6-diane :
xanthrine, 1,3,7-trimethyl
Wujud : bubuk putih, tidak berbau
Berat molekul : 194,09 g/mol
Densitas : 1,23 g/cm3
Titik leleh : 2377,8˚C
IX-5

Titik didih : 177,8˚C


Kelarutan : sedikit larut dalam air.
Kafein memiliki kandungan bahan aktif yang dapat dipisahkan dari
campuran lainnya, dengan cara ekstraksi. Diantara berbagai jenis metode
pemisahan, ekstraksi pelarut atau atau disebut juga ektraksi air merupakan metode
pemisahan yang dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip
metode ini didasarkan pada dasar distribusizat terlarut dengan perbedaan tertentu
antara dua pelarut yang tidak saling larut atau bercampur, seperi benzene, karbon
tetra klorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada
jumlah yang berbeda pada kedua fase yang terlarut. Teknik ini dapat juga
digunakan untuk kegunaan preparative, pemurnian, pemisahan serta analisis pada
semua skala kerja. Mula-mula metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat
digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor)
(Khopkar, 2007).
Beberapa faktor yang mempengaruhi ekstraksi diantaranya yaitu
(Thariq, 2008):
a. Suhu
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan disfusivitas biasanya akan meningkat
dengan meningkatnya suhu. Sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi.
Beberapa kasus, batas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah perlunya menghindari reaksi samping yang menjadikan
laju transfer massa semakin tinggi.
b. Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontrak antara
padatan solvent, serta semakin pendek jalur difusinya yang menjadikan laju
transfer massa semakin tinggi
c. Faktor solvent
Solvent harus memenuhi kriteria seperti daya larut terhadap solute yang
cukup besar, dapat diregenerasi, memiliki koefisien distribusi solute yang
tinggi, dapat membuat solute dalam jumlah besar, sama sekali tidak
melarutkan atau hanya sedikit melarutkan diluen, memiliki kecocokan dengan
IX-6

solute yang akan diekstraksi. Viskositas rendah antara solvent dan diluen
haurs mempunyai densitas yang cukup besar. Hal-hal tersebut perlu
diperhatikan agar reaksi berjalan dengan baik. Solvent yang dipilih dalam hal
ini digunkan harus dapat melarutkan za tasing. Crude kafein yang dihasilkan
akan memiliki kemurnian yang tinggi tanpa ada kontaminasi asing
didalamnya.
Sifat-sifat fisik dan kimia kalsium karbonat (CaCO3) yaitu
(Labchem 2016):
Rumus molekul : CaCO3
Wujud : padat
Warna : putih
Bau : tidak berbau
pH : 8-9 larutan
Berat molekul : 100,09 g/mol
Densitas : 2,93 g/cm3
Titik lebur : 825oC
Kelarutan dalam air : 0,00153 g/100mL
Suhu dekomposisi : 825 oC.
Teh (Camelia sinensis) merupakan tanaman asli Asia tenggara dan kini
telah ditanam di lebih dari 30 negara. Terdapat 3000 jenis yang ada, pada
prinsipnya teh berasal dari satu jenis tanaman dengan hasil perkalian silangnya.
Teh merupakan salah satu minuman yang paling popular didunia dan posisinya
berada pada urutan kedua setelah air. Banyak zat yang terkandung di dalam teh,
diantaranya dalah kafein. Kafein merupakan senyawa alkaloid yang terkandung
secara alami pada lebih 60 jenis tanaman terutama teh (1-4,8%), kopi (1-1,5%) da
biji kola (2,7-3,6%). Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi
industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada
industri makanan (Nurkholis and Majid 2010).
Air murni (akuades) adalah air yang tidak mengandung bahan apapun,
hanya air saja (H2O). Air murni diperoleh dari cara menyuling air biasa. Air
memiliki MSDS (Material Safety Data Sheet) sebagai berikut (Sciencelab 2005):
IX-7

a) Sifat fisika
Rumus kimia : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Titik didih : 100 oC (212 oF)
Titik leleh : -
Bentuk : cair
Warna : tidak berwarna.
b) Sifat kimia
Air murni (akuades) merupakan suatu pelarut universal yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam,
gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Tiga metode dasar ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi terhadap (Batch),
ekstraksi kontinu dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan
cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut
pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan
pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi
dalam lapisan setelah itu tercapai lapisan. Setelah itu tercapai lapisannya,
didiamkan dan dipisahkan. Metode ini sering digunakan untuk pemisahan analit.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan.
Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali
dengan jumlah pelarut sedikit demi sedikit (Khopkar, 1990).
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut
yang tidak dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut dari suatu pelarut ke
pelarut yang lain. Tetapan KD dikenal sebagai koefisien distribusi atau partisi.
Angka banding C2/C1 hanya konstan bila zat yang terlarut mempunyai massa
molekul relatif yang sama untuk kedua pelarut itu. Hukum distribusi atau partisi
dapat dirumuskan bila suatu zat terlarut terdistribusi antara pelarut yang tidak
dapat bercampur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi
molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan. Antara pelarut dan angka
banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang
mungkin ada. (Oxtoby dkk, 2001).
9.3 METODOLOGI PERCOBAAN

9.3.1 Alat dan Rangkaian Alat


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas beker 250 mL
dan 100 mL, erlenmeyer 250 mL, corong, gelas ukur 100 mL, gelas arloji, pipet
volume 10 mL, propipet, sudip, neraca analitik, statif dan klem, magnetic heated
stirrer, stirrer, separator funnel, mortal dan alu.

Rangkaian Alat

Keterangan:
1
1. Statif dan klem
2. Separator funnel
2
3. Gelas beker
3

Gambar 9.1 Rangkaian Alat Ekstraksi Kafein

9.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah 15 gram daun
teh cap botol, 10 gram CaCO 3, 40 mL kloroform, 150 mL akuades, kertas saring
dan alumunium foil.
9.3.3 Prosedur Percobaan
Pertama daun teh cap botol dihaluskan dengan mortar dan alu. Lalu daun
teh ditimbang sebanyak 15 gram dan CaCO 3 ditimbang sebanyak 10 gram
menggunakan neraca analitik. Daun teh cap botol dan CaCO 3 yang telah
ditimbang dimasukkan ke dalam gelas beker 250 mL dan ditambahkan akuades
sebanyak 150 mL. Lalu dipanaskan menggunakan magnetic heated stirrer hingga

IX-8
IX-9

mendidih dan diaduk dengan stirrer. Kemudian larutan didinginkan dan disaring
dengan kertas saring untuk memisahkan filtrat dan padatannya. Selanjutnya filtrat
dipanaskan kembali hingga tersisa ⅓ dari volume awal, lalu filtrat didinginkan ke
dalam separator funnel dan ditambahkan kloroform sebanyak 25 mL. Larutan
dikocok hingga homogen. Selama pengocokan sesekali dikeluarkan gasnya, lalu
didiamkan hingga terbentuk 3 lapisan. Selanjutnya larutan bawah dalam
separator funnel dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam gelas beker 100 mL.
Larutan atas yang tersisa di separator funnel ditambahkan lagi kloroform
sebanyak 15 mL, dikocok dan selama pengocokan sesekali dikeluarkan gasnya
dan dikeluarkan gasnya. Lalu didiamkan, kemudian larutan bawah dikeluarkan
dan dimasukkan ke dalam gelas beker yang sama. Kemudian gelas beker ditutup
menggunakan alumunium foil. Lalu dievaporasi hingga kering. Terakhir crude
warna ditimbang dan dihitung kadar kafeinnya.
XI-10

9.3.4 Diagram Alir


Daun Teh Cap Botol
- Dihaluskan dengan mortar dan alu
- Ditimbang sebanyak 15 gram
- Dimasukkan ke dalam gelas beker 250 mL
CaCO3
- Ditambahkan 10 gram ke dalam gelas beker yang sama
Akuades
- Ditambahkan 150 mL ke dalam gelas beker yang sama dan diaduk hingga
homogen
- Dipanaskan hingga mendidih, lalu didinginkan
Larutan Campuran
- Disaring dengan kertas saring
- Dipisahkan filtrat dengan padatannya
Filtrat
- Dipanaskan hingga 1/3 volume awal
- Didinginkan hingga suhu kamar
- Dimasukkan ke dalam separator funnel
Kloroform
- Ditambahkan 25 mL ke dalam separator funnel
- Dikocok dan sesekali dikeluarkan gasnya, lalu didiamkan hingga terbentuk 3
lapisan
- Dimasukkan larutan bawah ke dalam gelas beker 250 mL
Larutan Atas
- Ditambahkan 15 mL kloroform
- Dikocok dan sesekali dikeluarkan gasnya, lalu didiamkan hingga terbentuk 3
lapisan
Larutan Bawah

- Dimasukkan ke dalam gelas beker yang sam


- Dievaporasi hingga kering
Crude

- Ditimbang dan kadar kafein dihitung


Hasil
XI-10

Gambar 9.2 Diagram Alir Ekstraksi Kefein dari Daun Teh


9.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

9.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 9.1 Hasil Pengamatan Ekstraksi Kafein dari Daun The Cap Botol
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
.
1. Daun teh Cap Botol dihaluskan
2. Daun teh Cap Botol Ditimbang Massa = 15 gram
3. Ditambahkan CaCO3 Massa = 10 gram
4. Dilarutkan dengan akuades Volume = 150 mL
5. Daun teh Cap Botol dicampurkan Larutan berwarna hijau
dengan CaCO3 dan akuades, larutan susu kecokelatan
didihkan dengan magnetic heated
stirrer
6. Larutan campuran disaring dengan Larutan berwarna cokelat
kertas saring, filtrat dipisahkan muda
dengan padatan
7. Filtrat dipanaskan hingga 1/3 volume Vawal = 53 mL
awal, lalu didinginkan hingga suhu Vakhir = 17,67 mL
kamar
8. Larutan dimasukkan ke dalam Vkloroform = 20 mL
separator funnel lalu ditambahkan Terdapat 3 lapisan:
kloroform dan larutan dikocok Lapisan atas = cokelat tua
sesekali dikeluarkan gasnya, lalu Lapisan tengah = cokelat
didiamkan hingga terbentuk 3 lapisan muda
Lapisan bawah = bening
9. Gelas beker kosong ditimbang Massa = 63,92 gram
10. Larutan bawah dipisahkan ke dalam
gelas beker 100 mL
11. Kloroform ditambahkan lagi pada Vkloroform = 15 mL
larutan bagian atas di dalam

IX-11
IX-12

Tabel 9.1 Lanjutan


separator funnel, larutan
dikocok dan larutan bawah
dipisahkan ke dalam gelas beker
yang sama
12. Larutan pada gelas beker Mcrude kafein + gelas beker = 64,04
dievaporasi sampai kering, gram
crude kafein ditimbang dengan Massa crude kafein = 0,12 gram
neraca analitik
13. Kadar kafein dihitung Kadar kafein = 0,8 %

9.4.2 Pembahasan
Ekstraksi merupakan isolasi suatu zat sebagai materi murni (zat terlarut)
dari suatu campuran. Prinsip ekstraksi yang digunakan yaitu dengan
memanfaatkan zat terlarut (daun teh Cap Botol) antara dua pelarut (akuades dan
kloroform) yang tidak saling bercampur. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
atau mengambil kafein dari zat terlarut.
Penambahan air pada daun the yang sudah terlebih dahulu dihaluskan
bertujuan untuk melarutkan daun teh tersebut. Selainitu, pada daun the juga
ditambahkan CaCO3 yang berfungsi sebagai pengikat zat-zat yang terkandung di
dalam daun teh seperti kafein (Soraya, 2008). Lalu dilakukan pemanasan yang
bertujuan mempercepat reaksi pelarutan zat dari daun teh Cap Botol. Lalu
dilakukan pengadukan untuk meningkatkan difusi sehingga perpindahan massa
dari permukaan padatan ke pelarut dapat meningkat. Pengadukan dilakukan
dengan stirrer untuk mencegah terbentuknya suspensi atau endapan efektif untuk
membentuk suatu lapisan. Reaksi yang terjadi saat air ditambahkan dengan
CaCO3 adalah:

CaCO3(s) + H2O(l) CaO(s) + CO2(g) + H2O(l) ....(9.1)


IX-13

Dapat kita lihat pada reaksi diatas menunjukkan bahwa CaCO 3 bereaksi dengan
air (akuades), dimana CaCO3 akan terpisah di dalam air. Reaksi ini menghasilkan
CaO yang berupa endapan. H2O berupa air dan CO2 berupa gas pada saat
pemanasan.
Setelah larutan didiamkan terdapat endapan CaCO3 didasar gelas beker.
Hal ini dikarenakan pada saat pemanasan CaCO 3 terurai menjadi CaO dan gas
CO2. CaCO3 yang memiliki berat molekul yang tinggi yaitu 100,0 g/mol
(Labchem, 2016). Lakukan hasil pemanasan tersebut disaring untuk memisahkan
filtrat dari endapan yang berupa CaCO3 dan ampas dari teh. Larutan filtrate
penyaringan dipanaskan lagi hingga volume tersisa 1/3 dari volume awal.
Pemanasan kedua ini bertujuan untuk menguapkan kandungan air dalam filtrat
sehingga konsentrasi kafein makin pekat dan kandungan-kandungan lainnya
hilang. Kafein tidak ikut memuai karena memiliki titik didih sebesar 178 oC
(Soraya, 2008).
Larutan dimasukkan ke dalam separator funnel saat larutan berada pada
suhu kamar. Hal ini bertujuan untuk memisahkan larutan berdasarkan dengan
densitasnya. Kemudian ditambahkan kloroform agar zat kafein dan zat lain yang
ada di dalam larutan dapat terpisah. Kafein terikat dengan kloroform karena
kloroform merupakan suatu zat polar yang dapat terikat dengan zat kebalikannya
yaitu nonpolar contohnya ialah kafein. Gas yang terbentuk adalah gas CO 2 yang
berasal dari reaksi CaCO3 dan H2O. Selama pengocokan pada separator funnel
perlu untuk dibuka sesekali agar gas CO 2 yang terkurung dapat keluar sehingga
tekanan di dalam separator funnel normal kembali.
Adapun hasil larutan the setelah proses pemisahan separator funnel dapat
dilihat pada Gambar 9.3 berikut:
IX-14

Gambar 9.3 Tiga Lapisan pada Larutan Teh dalam Separator funnel

Berdasarkan Gambar 9.3 proses pengocokan pada separator funnel terbagi


menjadi 3 lapisan. Lapisan atas berwarna coklat tua yang terkandung zat sisa,
lapisan tengah berwarna coklat muda, sedangkan lapisan bawah berwarna hijau
bening yang merupakan larutan kafein yang telah bercampur dengan kloroform.
Terbentuknya tiga lapisan ini berdasarkan massa jenisnya. Semakin kecil massa
jenisnya maka akan berada paling atas (Sciencelab, 2005). Larutan bawah yang
terkandung kafein dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam gelas beker agar kafein
terpisah dari zat-zat lainnya. Larutan atas ditambah kloroform kembali agar kafein
yang masih tertinggal dapat terpisah secara menyeluruh.
Kafein yang telah dipisahkan, dievaporasi agar menguapkan kloroform
yang masih tersisa pada kafein. Kloroform menguap saat dievaporasi, hal ini
dikarenakan sifat kloroform mudah menguap dengan titik didih sebesar 61 oC
(Fessenden, 1990). Evaporasi menyisakan crude kafein sebesar 0,12 gram.
Sehingga dari perhitungan kadar kafein yang didapat sebesar 0,8 %. Kadar ini
tidak sesuai dengan teori, karena menurut teori kadar kafein berkisaran antara 1-4
% (Soraya, 2008). Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi
proses ekstraksi diantaranya faktor suhu, solvent dan larutan partikel
(Khopkar, 2007).
IX-15

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain temperatur, waktu


ekstraksi, ukuran partikel dan jenis pelarut. Semakin tinggi suhu maka semakin
cepat proses ekstraksi terjadi. Semakin lama waktu maka kontak antar zat semakin
besar. Faktor ukuran partikel juga mempengaruhi proses ekstraksi. Semakin kecil
ukuran suatu partikel maka waktu ekstraksi semakin cepat. Pada proses ekstraksi,
pelarut harus mempunyai kemampuan solute sesempurna mungkin agar
memudahkan proses pemisahan (Thariq, 2008).
9.5 PENUTUP

9.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari percobaan ini adalah:
1. Kafein yang didapat dari daun teh cap botol dengan cara ekstraksi
menggunakan pelarut air dan kloroform sebesar 0,12 gram.
2. Kadar kafein yang diperoleh dari daun the cap botol sebesar 0,8 %.

9.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari percobaan ini adalah sebaiknya
menghaluskan daun the hingga menjadi butiran bubuk teh. Hal ini bertujuan agar
luas kontak daun the dengan pelarut lebih besar, sehingga kadar kafein yang
diperoleh lebih banyak. Serta dapat mengurangi tingkat kegagalan dalam
praktikum.

IX-16
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1944. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi Keempat. Buku


Kedokteran AGC. Jakarta.

Fessenden, R.J dan J.S Fessenden. 1990. Dasar-Dasar Kimia Organik. Erlangga
Jakarta.

Fishersci. 1999. MSDS Caffeine.


http://fscimage.fishersci.com/msds/03830.htm
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2020.

Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga. Jakarta.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.

Khopkar, S. N. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.


Jakarta.

Kina dan Pusat Penelitian Teh. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh.
Gambung. Bandung.

Labchem, 2016. Calcium Carbonate Safety Data Sheet.


http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC12690.pdf.
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2020.

Nurkholis and T. Majid (2010). Pembuatan Teh Rendah Kafein melalui Proses
Ekstraksi dengan Pelarut Etil Asetat. Seminar Tugas Akhir S1 Teknik
Kimia UNDIP. Semarang, Universitas Diponegoro.

Oxtoby, Gilis, dan Nachtrieb. 2001. Prinsip-Prinsp Kimia Modern. Erlangga.


Jakarta.

Sciencelab, 2005. MSDS Water.


http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321.
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2020.

DP.IX-1
DP.IX-2

Soraya. 2008. Isolasi Kafein dari Limbah The Hitam CTC Jenis Powderry Secara
Teoritis. Skripsi Sarjana Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Srihari, Endang dan Farid Sri Linggatiningrum. 2006. Ekstrak Kulit Manggis
Bubuk. Jurnal Teknik Kimia No.1. Vol. 10.

Thariq, N.M. 2008. Pembuatab teh Rendah Kafein Melalui Proses Ekstraksi
dengan Pelarut Etil Asetat. Doctoral Dissertation. Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.

Wilson, I.D. 2000. Encyclopedia Of Separation Science. Academic Press. New


York.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Diketahui : mgelas beker kosong = 50,5895 gram


mgelas beker + crude kafein = 50,5994 gram
mdaun teh = 15 gram
Ditanya : a. mcrude kafein?
b. Kadar Kafein (%) ?
Penyelesaian : mcrude kafein = (mgelas beker + crude kafein) – (mgelas beker kosong)
= 64,04 gram – 63,92 gram
= 0,12 gram

mcrude kafein
Kadar kafein= x 100 %
mdaunteh

0,12 gram
¿ x 100 % ¿ 0,8 %
15 gram

LP.IX-1

Anda mungkin juga menyukai