Anda di halaman 1dari 16

A.

Judul Percobaan
Ekstraksi Kafein

B. Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan mengenal ekstraksi kontiyu dengan perantara
panas.

C. Landasan Teori
Zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu
dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih dapat larut
dalam karbon disulfida, klooform, atau karbon tetraklorida daripada dalam air.
Lagi pula, bila cairan-cairan tertentu seperti karbon disulfida dan air, dan juga
eter dan air dikocok bersama-sama dalam suatu bejana dan campuran
kemudian dibiarkan, maka cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Cairan-
cairan seperti ini dikatakan sebagai tak-dapat-campur atau setengah-campur,
hal tersebut bergantung pada apakah satu ke dalam yang lain hampir tak dapat
larut atau setengah larut (Svehla, 1979: 139)
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang digunakan akan
menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor
sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada
kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap
ada selama reaksi berlangsung. Selanjutnya, larutan disaring dengan
menggunakan kain saring. Filtrat diuapkan menggunakan rotary evaporator
dan selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 50oC selama 2 hari,
sehingga diperoleh ekstrak kering. Hal ini dilakukan agar pelarut yang
digunakan tidak tersisa sehingga pelarut tidak mempengaruhi efektifitas dari
sampel yang diuji. Selanjutnya ekstrak dikering didalam oven kurang lebih 5
hari untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada ekstrak. Perbedaan nilai
yang cukup signifikan antara hasil rendemen maserasi dan refluks diantaranya
dipengaruh oleh faktor pemanasan (Bachmid dan Susanti, 2016: 90-91).
Ektraksi pelarut merupakan salah satu dari jenis metode pemisahan.
Ekstraksi pelarut dapat juga disebut dengan ekstraksi air, dimana ekstraksi ini
merupakan ekstraksi yang paling baik dan paling populer. Alasannya karena
ekstraksi ini dapat digunakan baik dalam jumlah yang banyak ataupun dlaam
jumlah yang sedikit. Prinsip metode ini didsarakan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu dari jumlah pelarut yang tidak saling
bercampur, seperti kloroform (Khopkar, 1990: 90).
Ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik dimana suatu larutan
(biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya
organik), yang pada hakikatnya tak bercampur dengan larutan pertama,
sehingga satu atau lebih zat terlarut (solute) dari larutan pertama berpindah ke
dalam pelarut kedua. Pemisahan dengan cara ini yaitu bersifat sederhana,
bersih, cepat, dan mudah. Dalam banyak kasus, pemisahan ini dapat dilakukan
dengan mengocok kedua larutan dalam sebuah corong pisah selama beberapa
menit. Teknik ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan dari tingkat runutan
maupun yang dalam jumlah banyak (Christina, dkk: 2016: 188).
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang digunakan akan
menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor
sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada
kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap
ada selama reaksi berlangsung. Selanjutnya, larutan disaring dengan
menggunakan kain saring. Filtrat diuapkan menggunakan rotary evaporator
dan selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 40oC, sehingga
diperoleh ekstrak kering. Hal ini dilakukan agar pelarut yang digunakan tidak
tersisa sehingga pelarut tidak mempengaruhi efektifitas dari sampel yang diuji.
Selanjutnya ekstrak dikering didalam oven kurang lebih 5 hari untuk
mengurangi kadar air yang terdapat pada ekstrak. Rendemen yang didapatkan
berupa ekstrak kering (Sineke, dkk. 2016: 278).
Dua metode ekstraksi yang berbeda yaitu maserasi dan refluks.
Maserasi adalah cara ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan merendam
simplisia dalam pelarut yang sesuai pada temperatur kamar selama beberapa
hari. Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut yang sesuai pada temperatur
titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan terhadap pendingin balik (Rusdi, dkk. 2018: 19)
Secara teori, konsumsi kafein dengan dosis sesuai dapat meningkatkan
daya ingat karena berkaitan dengan perannya sebagai antagonis reseptor
asetilkolin. Kafein merupakan suatu zat yang larut lemak. Hal tersebut
memudahkan kafein menembus membran sel dalam tubuh. Secara singkat,
kerja kafein dalam otak yaitu pertama dengan menembus membran sel otak
(termasuk sawar darah otak yang sulit bahkan tidak bisa dilewati oleh zat-zat
lainnya) dan akhirnya lebih mudah diserap dibandingkan zat lainnya selain
alkohol. Kemudian, kafein dapat menggeser dan bahkan meningkatkan
beberapa neurotransmitter dalam tubuh (Ferdinand dan Olivia, 2018: 44).
Sebanyak 50 g sampel dimasukkan ke dalam labu alas datar. Lalu
ditambahkan pelarut etanol hingga 500 ml kemudian diekstraksi dengan cara
refluks selama 4 jam pada suhu 80oC . Filtrat yang diperoleh kemudian
diuapkan pelarutnya hingga diperoleh ekstrak kental (Ningsi, dkk. 2018: 99)
Pelarut yang tepat (cukup untuk melarutkan senyawa organik;
seharusnya tidak hidrofob) ditambahkan pada fasa larutan dalam airnya,
campuran kemudian diaduk dengan baik sehingga senyawa organik
diekstraksi dengan baik. Lapisan organik dan air akan dapat dipisahkan yaitu
dengan corong pisah, dan senyawa organik dapat diambil ulang dari lapisan
organik dengan menyingkirkan pelarutnya. Pelarut yang paling sering untuk
digunakan adalah dietil eter C2H5OC2H5, yang memiliki titik didih rendah
(sehingga mudah disingkirkan) dan yaitu dapat melarutkan berbagai senyawa-
senyawa organik (Takeuchi, 2006: 231).
Proses distribusi dari zat terkstraksi ke fase organik dipengruh adanya
zat pealrut lainnya yang tercampur didalam pelarut pertama yang dapat
menambah kelarutan jika kedu apelarut tersebut bereaksi dengan zat terlarut.
Kelarutan terhadap zat pada air dan alkohol lebih ditentukan oleh kemapuan
zat tersebut membentuk iktatan hidrogen. Sifat kelarutan sangat penting dalam
mekanisme reaksi. Bagi system kelarutan teori like disolve like sangatlah
berpengaruh dan benar-benar digunakan. Secara umum makin dekat nilai
kelarutan, maka makin mudah saling melarutkan akibat adanya panas dari
campuran zat terlarut dengan pelarut (Khopkar, 1990: 99).
Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat didalm
tumbuhan-tumbuhan, bersifat basa dan srtukrtur kimianya mempunyai
sistemlingkat yang tidak memiliki unsur penyusun tersebut atau memiliki
unsur lain didalamnya (Sumardjo, 2008: 438).
Alkaloid yang mempumyai lingkar purin atau lingkar
imidazolopirimidin adalah lingkar senyawa heterosiklik majemuk yang
merupakan kondensasi antara lingkar imizadon dan lingkar pirimidin.
Alkaloid yang mempunyai lingkar purin antara lain kafein, teobromin dan
treofilin. Sedangkan alkaloid yang mempunyai lingkar tropin adalah lingkar
senyawa hetersiklik majemuk yan merupakan kondensasi lingkar pirolidin
dengan lingkar piperidin (Sumardjo, 2006: 445).
Kafein maerupakan salah satu senyawa turunan xantin yang banyak
terdapat dalam the, kopi, dan coklat, mempunyai rumus C8H10O2N4. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa teh memiliki kandungan kafein yang lebih banyak
di bangdingkan dengan kopi. Adapun struktur kafein sebagai berikut :
O
CH3
H3C
N
N

O N
N

CH3

(Tim dosen, 2019:15).


Kandungan kafein pada teh yang berkisar yaitu antara 2-3 %. Kafein tidak
mudah untuk larut dalam pelarut air dan dalam pelarut etanol, tetapi mudah
larut dalam kloroform. Hal ini kemudian jadi dasar pengukuran kafein yang
mana akan terjadi 2 lapisan yaitu kloroform dan kafein karena beda
kepolaranya (Khotimah, 2014: 46-47).
Kristal kafein berbentuk jarum-jarum, berwarna putih, tidak berbau,
dan berasa pahit. Kafein tidak mengandung air pada suhu 238oC. Kafein larut
didalam larutan pirol dan tetrahydrofuran. Kelarutan kafein didalam air
berkurang dengan adanya asam-asam organik (Sumardjo, 2009: 447).
Kadar kafein pada teh hitam dari bahan baku yang digunakan dan
diperoleh persentase 3,97%. Pengurangan pelarut etil alkohol dengan metode
ekstraksi sokletasi efektif menurunkan kadar kafein pada teh hitam. Semakin
tinggi konsentrasi pelarut etil alkohol maka akan semakin besar pula
penurunan kafein pada teh hitam (Asfar, 2017: 101-102).
Dalam suatu pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, seluruh zat
yang diinginkan akan berakhir dalam suatu pelarut dan semua zat-zat
pengganggu dalam pelarut yang lain. Transfer semua atau sama sekali tidak
semacam itu dari satu ke lain pelarut adalah langka, dan lebih boleh jadi
bahwa kita menjumpai campuran zat-zat yang hanya berbeda sedikit dalam
kecenderungannya untuk beralih dari satu ke pelarut lain. Jadi satu transfer
tidaklah menimbulkan pemisahan yang bersih. Dalam mempertimbangkan
bagaimana dua fase itu dapat dipertemukan secara berulang, dapatlah
dibedakan empat tingkat kekompleksan. Pertama adalah satu kontak
percobaan yang sederhana. Kedua, satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan
dengan porsi yang segar dari suatu fase kedua. Ini akan dapat diterapkan bila
satu zat secara kuantitatif tetap tinggal dalam satu fase, sedangkan zat yang
lain terbagi antara kedua fase itu (Day, 2001: 482).
Proses ekstraksi panas dengan alat Soxhlet dapat meningkatkan tingkat
oksidasi pada sebagian besar kandungan minyak sehingga bilangan peroksida
dari minyak biji labu kuning hasil ekstraksi dengan alat soxhlet meningkat dan
menghasilkan nilai yang besar. Hasil ekstraksi alat soxhlet belum memenuhi
standar sehingga perlu dilakukan penyaringan pada proses selanjutnya agar
memenuhi standar, perlu pula dilakukan uji lanjutan kandungan residu
penyaringan untuk mengetahui fraksi yang tak larut (Abdillah, 2014: 4-5).
Teofilin dapat ditemukan dalam jumlah kecil dalam daun teh dan
diperoleh dengan cara ekstraksi. Teofilin mengkristal dengan satu molekul air
kristal. Kristal teofilin berwarna putih yaitu dengan titik lebur 268oC. Teofilin
sifatnya sukar larut dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air yang panas
dan larutannya kemudian bereaksi dengan netral. Kristal teofilin tidak berbau,
berasa pahit (Sumardjo, 2009: 447).
Proses distribusi dari zat terkstraksi ke fase organik dipengruh adanya
zat pealrut lainnya yang tercampur didalam pelarut pertama yang dapat
menambah kelarutan jika kedu apelarut tersebut bereaksi dengan zat terlarut.
Kelarutan terhadap zat pada air dan alkohol lebih ditentukan oleh kemapuan
zat tersebut membentuk iktatan hidrogen (Khopkar, 1990: 99).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Labu bundar 500 mL 1 buah
b. Soxhlet 1 buah
c. Corong biasa 1 buah
d. Corong buncher 1 buah
e. Batang pengaduk 3 buah
f. Spatula 1 buah
g. Sendok plastik 1 buah
h. Penjepit tabung 2 buah
i. Gelas kimia 250 mL 3 buah
j. Gelas kimia 500 mL 1 buah
k. Cawan penguap 2 buah
l. Gelas ukur 10 mL 1 buah
m. Gelas ukur 25 mL 1 buah
n. Gelas ukur 50 mL 1 buah
o. Corong pisah 250 mL 1 buah
p. Statif dan klem 1 set
q. Kaki tiga dan kasa asbes 1 set
r. Labu hisap 1 buah
s. Bunsen 1 buah
t. Pompa vakum 1 buah
u. Botol semprot 1 buah
v. Kondensor 1 buah
w. Hotplate 3 buah
x. Neraca analitik 1 buah
y. Pipet tetes 3 buah
z. Alat thiele 1 buah
aa. Termometer 1 buah
bb. Lap kasar 1 buah
cc. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Teh
b. Kertas saring biasa
c. Benang wol
d. Etanol (C2H5OH)
e. Magnesium Oksida (MgO)
f. Aquades (H2O)
g. Batu didih
h. Aluminium foil
i. Asam sulfat encer (H2SO4)
j. Klororform (CHCl3)
k. Natrium Hidroksida 10% (NaOH)
l. Kertas saring whatman
m. Pipa kapiler
n. Tisu
o. Label
p. Korek api

E. Prosedur Kerja
1. Sebanyak 35,4 gram sampel teh ditimbang.
2. Teh dibungkus dengan kertas saring whatman dan dimasukkan ke dalam
soklet.
3. Sebanyak 400 mL etanol ditambahkan kedalam soklet.
4. Teh dipanaskan diatas penangas air dengan sirkulasi selama 6 kali.
Kemudian hasil ekstraksi dipindahkan ke dalam gelas kimia
5. Sebanyak 36,3 gram suspensi MgO ditimbang. Kemudian dilarutkan
dalam 100 mL air.
6. Suspensi MgO dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi residu
kemudian diektraksi.
7. Larutan dipindahkan ke cawan porselin kemudian dipanaskan sampai
berbentuk bubuk kering dan berwarna hijau.
8. Bubuk yang diperoleh dipindahkan ke dalam gelas kimia yang berisi 125
mL air kemudian dipanaskan.
9. Larutan yang telah dipanaskan disaring, selanjutnya dicuci dengan air
panas sebanyak 62,5 mL sebanyak 2 kali.
10. Sebanyak 12,5 mL H2SO4 encer ditambahkan ke dalam filtrat kemudian
larutan diuapkan dari 250 mL hingga volume filtrat 100 mL.
11. Filtrat disaring kemudian dipindahkan ke dalam corong pisah.
12. Filtrat diekstraksi dengan 15 mL kloroform sebanyak 3 kali. Kemudian
dikocok sampai terbentuk 2 lapisan
13. Larutan dipisahkan, lapisan bawah diambil dan didinginkan dalam suhu
kamar hingga terbentuk kristal.
14. Kristal kafein yang diperoleh ditimbang.

F. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil
1 Sampel ditimbang 35,4 gram
2 Sampel dibungkus dengan kertas saring Sampel terbungkus
whatman dan diikat dengan benang wol
3 Dimasukkan ke dalam soklet + 250 mL Larutan berwarna kuning
C2H5OH (bening)
4 Didihkan hingga 6x sirkulasi Larutan berwarna kuning
I = 16,7 menit
II = 12,09 menit
III = 11,42 menit
IV = 11,32 menit
V = 11,44 menit
VI = 11,22 menit
5 36,3 gram Magnedsium oksida (MgO) + Terbentuk suspense MgO
100 mL H2O berwarna putih
6 Larutan sampel (kuning) + suspensi MgO Larutan berwarna bhijau
(putih) lumut
7 Campuran diuapkan hingga kering Terbentuk powder
berwarna hijau lumut
8 a. Powder diektraksi dengan 125 mL air a. Larutan berwarna
panas (I) coklat kekuningan
b. Larutan diekstraksi dengan 62,5 mL b. Larutan berwarna
air panas (II) coklat kekuningan
c. Larutan diekstraksi dengan 62,5 mL c. Larutan berwarna
air panas (III) coklat kekuningan
9 a. Larutan hasil ekstraksi (I) a. Larutan berwarna
ditambahkan 20 mL H2SO4 encer coklat kehitaman
b. Larutan hasil ekstraksi (II) b. Larutan berwarna
ditambahkan 20 mL H2SO4 encer coklat kehitaman
c. Larutan hasil ekstraksi (III) c. Larutan berwarna
ditambahkan 20 mL H2SO4 encer coklat kehitaman
10 Ketiga larutan biner disatukan dan Larutan berwarna coklat
dipanaskan hingga volume berkurang 1/3 kehitaman
dari volume awal
11 Larutan diektrak di dalam corong pisah Terbentuk 3 lapisan
dengan 15 mL kloroform dan 5 tetes Lapisan I = orange
NaOH dan dikocok selama 5 menit Lapisan II = orange keruh
(perlakuan sebanyak 3x) Lapisan III = bening
12 Lapisan bawah diambil dan diuapkan Terbentuk klristal
13 Kristal ditimbang Kristal kafein 0,1 gram
14 Titik leleh kristal diuji Titik leleh = 230oC

G. Analisis Data
Dik : Massa praktek = 0,1 gram
Massa toeri = 25,29 gram
Dit : % Rendemen = ...?
Penyelesaian :
m praktek
% Rendemen= × 100 %
mteori
0 , 1 gram
% Rendemen= × 100 %
25,29 gram
% Rendemen = 0,395%
H. Pembahasan
Ektraksi pelarut merupakan salah satu dari jenis metode pemisahan.
Ekstraksi pelarut dapat juga disebut dengan ekstraksi air, dimana ekstraksi ini
merupakan ekstraksi yang paling baik dan paling populer. Alasannya karena
ekstraksi ini dapat digunakan baik dalam jumlah yang banyak ataupun dlaam
jumlah yang sedikit. Prinsip metode ini didsarakan pada distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu dari jumlah pelarut yang tidak saling
bercampur, seperti kloroform (Khopkar, 1990: 90).
Percobaan ekstraksi kafein bertujuan untuk mengenal ekstraksi
kontinyu dengan perantaraan panas. Prinsip dasar dari percobaan ini yaitu
ekstraksi kontinyu melalui perantaraan panas, ekstraksi ini merupakan metode
pemisahan zat dari campurannya dan menggunakan pelarut yang sama
digunakan berulang-ulang. Ekstraksi kontinyu dilakukan bila perbandingan
distribusi relatif kecil sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan
beberapa tahap ekstraksi.
Percobaan ini menggunakan teh sebagai sampel karena dari berbagai
jenis sampel yang mengandung kafein. Teh dibungkus dengan menggunakan
kertas saring biasa, kemudian teh disokletasi dengan menggunakan etanol
sebagai pelarut. Proses ekstraksi pada percobaan menggunakan alat soklet
dengan prinsip kerja dari soklet yaitu pemisahan yang menggunakan pelarut
selalu baru dalam mengekstrak, sehingga terjadi ekstraksi yang kontinyu
dengan adanya jumlah pelarut konstan yang dibantu dengan kondensor.
Penambahan etanol sebagai pelarut yang akan melarutkan kafein, di mana
etanol juga dapat memecah sel tumbuhan teh dan mengikat senyawa-senyawa
yang mempunyai sifat kepolaran yangs ama salah satunya adalah kafein
dimana sama –sama memili sifat kepolaran yaitu polar, hal ini sesuai dengan
teori bahwa teori like disolve like sangatlah berpengaruh dan digunakan di
dalam sifat kelarutan (Khopkar, 1990: 99). Selain itu, etanol juga memiliki
titik didih yang rendah yang menjadikan etanol dapat dengan cepat menguap.
Penambahan batu dididh pada saat sebelum pemanasan untuk mengurangi
letupan-letupan pada larutan didalam labu takar. Pemanasan pada sampel teh
dengan pelarut etanol untuk nilai kelarutan, maka makin mudah saling
melarutkan akibat adanya panas dari campuran zat terlarut dengan pelarut.
Percobaan ini dilakukan 6 kali sirkulas. Sirkulasi bertujuan agar nantinya
pelarut dan zat terlarut akan betul-betul terpisah maka dari itu perlu dilakukan
ekstraksi untuk mempermudah proses ekstraksi kafein yang banyak dan
didapatkan warna cokelat dari hasil sirkulasi. Sirkulasi sejalan dengan
metodenya yaitu ekstraksi kontiyu maka proses dari sirkulasi juga
berlangsung. Sirkulasi ini terjadi karena pelarut etanol yang berada pada labu
bundar akan menguap akibat pemanasan. Alat soklet ini dilengkapi dengan
kondensor yang akan mendinginkan etanol yang menguap dan akan turun ke
dalam soklet dan lama-kelamaan akan turun jika penuh dan terjadilah
sirkulasi.
Langkah selanjutnya adalah penambahan MgO yang telah disuspensi
dengan menggunakan air sebagai pengikat kafein dan zat-zat lain yang
terdapat di dalam campuran agar pada saat penguapan kafein tidak menguap
dengan etanol dan air. Penambahan air panas pada serbuk dari penguapan
karena kelarutan kafein didalam air panas lebih tinggi. Penyaringan dilakukan
untuk memisahkan filtrat dari zat pengotor, dilakukan pencucian denggan air
panas agar kafein yang masih tersisa pada kertas saring dapat larut karena
kelarutan kafein tinggi dalam air panas. Penambahan H2SO4 pada filtrat yang
diperoleh untuk membuat kafein menjadi netral dan pengambilannya akan
maksimal, dimana kafein merupakan salah satu basa, hal ini sesuai dengan
teori bahwa alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat didalam
tumbuhan-tumbuhan, bersifat basa (Sumardjo, 2008: 438).
Penguapan larutan dari 250 mL menjadi 100 mL bertujuan agar zat-
zat pengotor yang masih terdapat didalam kafein akan menguap bersama
dengan etanol dan air. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan larutan
berwarna cokelat kehitaman. Penambahan kloroform pada larutan ini
berfungsi untuk mengikat kafein dalam larutan, di mana dipisahkan di dalam
corong pisah yang menghasilkan 3 lapisan, lapisan atas dan lapisan tengah
masing-masing berwarna orange dan orange keruh yaitu campuran air dan
zat-zat lainnya dan lapisan bawah adalah kloroform yang berwarna putih
yang berikatan dengan kafein. Hal ini terjadi karena sifat kepolaran dari
kloroform dan air, di mana air bersifat polar dan kloroform bersifat
semipolar, alasan lainnya yaitu karena massa jenis dari air dan kloroform
berbeda yaitu air dengan 1 g/cm3 dan kloroform 1,4 g/cm3. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu Kafein tidak mudah larut dalam pelarut air dan dalam
etanol, tetapi mudah larut dalam kloroform. Hal ini jadi dasar pengukuran
kafein yang mana akan terjadi 2 lapisan yaitu kloroform dan kafein karena
beda kepolaranya (Khotimah, 2014: 46-47).
Larutan diuapkan kembali untuk menguapkan kloroform dan tersisa
kristal kafein yang berbentuk jarum dan berwarna putih, hal ini sesuai dengan
teori yaitu Kristal kafein berbentuk jarum-jarum, berwarna putih, tidak
berbau (Sumardjo, 2009: 447). Berdasarkan hasil percobaan diperoleh berat
kafein yaitu 0,1 gram. Di mana kadar kafein dalam teh yang diperoleh adalah
0,395%. Hal ini berbeda jauh dengan teori yaitu kandungan kafein pada teh
yang berkisar antara 2-3 % (Khotimah, 2014: 46-47). Hal ini disebabkan
karena teh yang diekstrak merupakan teh yang diolah dari pabrik yang sudah
melaui proses yang panjang dan kemungkinan kadar kafeinnya berkurang dan
juga dari proses sokletasi yang dapat menurunkan kadar kafein. Adapun
mekanisme reaksi pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
O O
CH3
N H3C
N
N N

O N N N
O N
OH + 2 C2 H6OH OH + H3C-OH
etanol CH3 Metanol
O O

OH OH

OH OH

O OH
CH3
O
H3C CH3
N
N H3C OH
N
N
MgO + O + Mg+
O N
N
OH N
H2O O N
CH3 OH
O CH3
OH
OH

OH

H H

Mg+ H2O

H H

H
Cl Cl
Cl
+ CHCl3
3

H
Cl Cl CHCl3

Cl + CHCl3

kloroform

kafein (kristal putih)


3

I. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan percobaan dapat disimpulkan Ekstraksi kontiyu
yaitu terjadinya aliran kontiyu atau terus-menerus daru pelarut melalui
suatu larutan zat yang akan diekstrak, maka dari itu digunakan alat-alat
seperti alat soxlet yang dipanaskan diatas penangas air. Dari hasil
pengamatan didapatkan Kristal kafein 0,1 gram dan kadar kafein 0,395%.
2. Saran
Praktikan selanjutnya agar mengguakan sampel teh yang alami agar
didapatkan kadar yang sesuai dengan teori.

DAFTAR PUSTAKA

Abdilah, Muhammad Nur, Ida., M. dan Wiwiek, I. 2014 Karakterisasi Minyak


Biji Labu Kuning (Cucurbita pepo L.) Hasil Ekstraksi Dengan Alat
Soxhlet. Jurnal Farmasi Galenika. ISSN:2406-9299. Vol.1 No.1.
Asfar dan Muhammad lqbal Akbar. 2017. Efektiftas Penuruan Kadar Kafein pada
Teh Hitam dengan Metode Ektraksi. Journal INTEK. Vol. 4.

Christina, P., Maria, Riftanio, N.,H. dan Duyeh S. 2016. Pemisahan Renium-188
dari Sasaran Wolfram-188 dengan Metode Ekstraksi Menggunakan
Pelarut Metil Etil Keton. Jurnal Forum Nuklir. Vol. 10, No.1.

Bachmid, Fairus dan Susanti. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan
Refluks terhadap Kadar Fenolik dari Ekstrak Tongkol Jagung. Jurnal
KONVERSI. Vol.5, No.2.

Day, R.A. dan A.L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke enam.
Jakarta : Erlangga.

Ferdinand, Charles dan Susy, Olivia. 2018. Hubungan Kafein terhadap Daya Ingat
Jangka Pendek pada Mahasiswa Angkatan 2012 Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanegara. Tarumanegara Medical Journal. Vol.1, No.1.

Khotimah, Khusnul. 2014. Karakteristik Kimia Kopi Kawa dari Berbagai Umur
Helai Daun Kopi yang Diproses Dengan Metode Berbeda. Jurnal
Teknologi Pertanian. No.9, Vol. 1

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press

Ningsi, Surya, A. Armisman E.,P. dan Hamida. 2018. Penentuan Toksisitasi


Fraksi Ekstrak Etanol Biji Buah Salak Asal Kabupaten Enrekang terhadap
Larva Artemia Salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test.
JK FIK UINAM. Vol. 6, No.2.

Sineke, F., Umainah., Edi, S. dan Sri S. 2016. Penentuan Kandungan Fenolik dan
Sun Protection Factor (SPF) dari Ekstrak Etanol dari Beberapa Tongkol
Jagung (Zea mays L.). Jurnal PHARMACON. Vol. 5, No.1.

Svehla, G. 1979. Buku Teks Analisis Kualitatif Anorganik dan Semimikro. Jakarta:
Kalman Media Pustaka.

Takeuchi. Yashito. Pengantar Kimia. Tokyo: Iwanami Shoten.


Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Kedokteran
Mahasisswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta.
Jakarta: EGC

Takeuchi, Yashito. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia. Tokyo: The University Of
Tokyo.

Tim Dosen. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Makassar: Universitas
Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai