JUDUL PERCOBAAN : Isolasi Kafein Dari Kopi (Ekstraksi Alkaloid dengan Refluks)
KELOMPOK : II (Dua)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
A. Judul : Isolasi kafein dari Kopi (Ekstraksi Alkaloid dengan Refluks)
B. Tujuan : Mahasiswa dapat mengisolasi alkaloid kafein dari biji kopi
C. Dasar teori
Kopi merupakan spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk famili Rubiaceae
dan genus Coffea, tumbuh tegak, bercabang dan bila dibiarkan dapat tumbuh mencapai
tinggi 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung tegak meruncing, daun tumbuh berhadapan
pada batang, cabang dan ranting-rantingnya. Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga
setelah berumur 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada
batang utama atau cabang reproduksi. Bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut
biasanya tidak berkembang menjadi buah. Kopi merupakan biji-biian dari pohon jenis coffea
dengan kandungan alamiah berupa kafein, sitosterin, kolin, terpenoid. Kopi robusta dan
arabika adalah jenis kopi yang banyak dikonsumsi di indonesia. Kopi robusta memiliki kadar
kafein lebih tinggi dari pada kopi Arabika (Hartono, 2009).
Kopi merupakan sumber kafein. Kafein merupakan senyawa alkaloid yang bersifat
merangsang. Kafein banyak memiliki manfaat dan telah banyak digunakan dalam dunia
medis. Kafein dapat dibuat dari ekstrak kopi, teh dan cokelat. Kafein berfungsi untuk
merangsang aktivitas susunan saraf dan meningkatkan kerja jantung, sehingga jika
dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan bersifat racun dengan menghambat mekanisme
susunan saraf manusia. Rumus kimia untuk kafein yaitu C8H10N4O2, kafein murni berbentuk
kristal panjang, berwarna putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Didalam biji kopi kafein
berfungsi sebagai unsur rasa dan aroma. Kafein murni memiliki berat molekul 194.19 gr,
titik leleh 236°C dan titik didih 178°C (Aisyah, 2013).
Kafein yang merupakan bagian dari kelompok senyawa metilsantin, sedangkan
bagian lain dari senyawa ini dikenal sebagai trofilin dan teobromin yang salah satu sumber
utamanya adalah dari kopi. Kafein dalam kopi mampu memberikan sinyal pada otak untuk
lebih cepat merespon dan dengan cepat mengolah memori pada otak. Hal ini senada dengan
apa yang dikatakan oleh Intisari bahwa Kafein ternyata dapat menimbulkan perangsangan
terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan
jantung. Sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh
kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau pun mengantuk.
Dampak positif ini menyebabkan orang sulit terlepas dari kebiasaan minum kopi. Karena
khasiat kafein seperti itulah, maka substansi ini juga terdapat pada pil-pil diet dan obat-obat
pereda sakit (painkillers). Kendati tergolong sebagai perangsang tertua dunia, kafein itu
sendiri baru dikenal sekitar 200 tahun lalu. Sebelumnya yang diketahui hanyalah bahwa
pelbagai tanaman itu masing-masing memiliki khasiatnya sendiri-sendiri. Pada 1820
kimiawan Friedrieb Ferdinand Runge dari Jerman berhasil mengisolasi unsur kafein pada biji
kopi (Fulder, 2004).
Senyawa kimia pada biji kopi dapat dibedakan atas senyawa volatil dan non volatil.
Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap, terutama jika terjadi kenaikan suhu.
Senyawa volatil yang berpengaruh terhadap aroma kopi antara lain golongan aldehid, keton
dan alkohol, sedangkan senyawa non volatil yang berpengaruh terhadap mutu kopi antara
lain kafein, chlorogenic acid dan senyawa-senyawa nutrisi. Senyawa nutrisi pada biji kopi
terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan mineral. Sukrosa yang termasuk golongan
karbohidrat merupakan senyawa disakarida yang terkandung dalam biji kopi, kadarnya bisa
mencapai 75% pada biji kopi kering. Selain itu, dalam biji kopi terdapat pula gula pereduksi
sekitar 1%. Berkurangnya gula pereduksi yang disebabkan oleh penyimpanan pada suhu
tinggi akan menyebabkan turunnya mutu kopi seduhan yang dihasilkan, karena gula
merupakan salah satu komponen pembentuk aroma. Golongan asam juga dapat
mempengaruhi mutu kopi, karena merupakan salah satu senyawa pembentuk aroma kopi.
Asam yang dominan pada biji kopi adalah asam klorogenat yaitu sekitar 8 % pada biji kopi
atau 4,5% pada kopi sangrai. Selama penyangraian sebagian besar chlorogenic acids akan
terhidrolisa menjadi asam kafeat dan Quinic acid. Selain itu terdapat juga kafein yang
merupakan unsur terpenting pada kopi yang berfungsi sebagai stimulant, sedangkan kafeol
merupakan faktor yang menentukan rasa. Kafein merupakan suatu alkaloid dari metil xantin
yaitu 1,3,7 trimetil xantin. Di alam terdapat beberapa senyawa alkaloid santin, antara lain
1,3-dimetilsantin (theophilin), 3,7-dimetilsantin (theobromine) yang banyak terdapat dalam
biji coklat dan 1,3,7-trimetilsantin (kafein) dalam kopi dan the (Bhara L.A, 2009).
Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid. Alkaloid adalah
senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan dalam
tanaman. Senyawa alkaloid umumnya memiliki rasa pahit dan seringkali memiliki sifat
fisilogis aktif bagi manusia. nikotin, morfin, striknin dan kokain nama mereka biasanya
berakhir di "ine":. banyak cukup akrab dengan nama jika tidak struktur kimia nikotin,
morfin, striknin (larut dalam dicloromethane) untuk memastikan bahwa zat asam tetap larut
dalam air dan bahwa kafein akan hadir sebagai basa bebas, natrium karbonat ditambahkan
ke media ekstraksi (Irwandi, 2014: 17)
Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak terbentuk garam
yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum mengkilat putih, tidak
berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air (1:50), alkohol (1:75) atau kloroform (1:6)
tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan naik dalam air panas (1:6) pada 80°C) atau alkohol
panas (1:25 pada 60°C). Kafein berbentuk anhidrat. Mengandung tidak kurang dari 98,5%
dan tidak lebih dari 101,1% C8H10N4O2 (Novianti, 2008).
Refluks, salah satu metode dalam ilmu kimia untuk men-sintesis suatu senyawa, baik
organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang
mudah menguapa atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka
pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks
adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan
didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan
tetap ada selama reaksi berlangsung. Prinsip umum dari metode refluks adalah penarikan
komponen kimia yang dilakukan dengan memasukkan sampel kedalam labu alas bulat
bersama-sama dengan cairan atau larutan penyari yang kemudian dipanaskan, dimana
pemanasan ini dilakukan untuk mempercepat proses kelarutan pada sampel. Keuntungan dari
metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur
kasar dan tahan pemanasan langsung, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan volume
total pelarut yang sangat besar dan sejumlah manipulasi dari operator (Slamet, 1989).
Ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan campuran larutan berdasarkan
kecenderungan salah satu komponen untuk terlarut dalam solvent yang digunakan. Zat cair
yang mula-mula melarutkan solut disebut sebagai diluent, sedangkan zat cair yang
dikontakkan dengan solut disebut solvent. Solvent harus memiliki sifat tidak dapat larut atau
dapat larut di dalam diluent tetapi dalam jumlah yang terbatas . Ekstraksi selalu melibatkan
dua tahapan proses, yaitu tejadinya kontak solvent dengan diluent sehingga komponen yang
dapat larut (solut) berpindah ke solvent dan pemisahan larutan dari diluent sisa. Produk yang
mengandung konsentrasi solvent terbesar dan konsentrasi umpan cair terkecil disebut
ekstrak, dan produk yang mengandung konsentrasi umpan cair terbesar dan konsentrasi
solvent terkecil disebut rafinat (Murtono, 2009).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No. Nama Alat Gambar Fungsi Kategori
1 Labu dasar bulat Untuk memanaskan atau 1
mendidihkan larutan
2. Bahan
Nama
No Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
Bahan
- Tidak berbau, berasa,
1. Aquades Umum - Pelarut universal
dan berwarna
- tidak bercampur dengan
Kloroform - Rumus molekul CHCl3 air
2 Khusus
CHCl3 - cairan tak berwarna - tidak mudah terbakar
- merupakan asam lemah
- Berwujud (Kristal - Larut dalam air dan
padat.) gliserin
- Berbau: Acetic - Tidak mudah terbakar
Timbal
3. Khusus (Sedikit.) - Jika bereaksi dengan air,
Asetat
- BM : 379,32 g / mol senyawa ini akan
- Berwarna : Putih membentuk trihidrat
- Berat Jenis: 3,25 g/cm3 Pb(CH3COO)2·3H2O
- Berwujud padat
- Mengandung kafein
4. Kopi Umum - Berwarna hitam
- Larut dalam air
- Berbau khas
5. Es batu Umum - Berbentuk padatan - Rumus molekul : H2O
Batu didih - Berpori - Untuk mencegah terjadiny
- Berwujud padat a letupan
- Mempercepat proses
6. Umum
penguapan
- Membantu agar proses
penyebaran panas merata
Minyak - Berwarna kuning - Tidak dapat bercampur
7. kelapa Umum - Titik didih diatas dengan pelarut polar
100°C
E. Prosedur Kerja
Masukan 20 g kopi halus kedalam labu dasar bulat, Kemudian tambahkan 350 mL
aquades. Refluks campuran tersebut selama 25 menit. Seringkali campuran dalam keadaan
panas. ( Bolekah disaring dalam keadaan dingin). Buatlah 3g timbal asetat dalam 27 mL
aquades. Tambahkan larutan timbal asetat tetes demi tetes ke dalam filtrate sampai
terbentuk endapan, Kemudian dinginkan dan saring. Goncangkan filtrat yang diperoleh
pelan-pelan dengan menambahkan 25 kloroform.
Setelah pengocokan selama 5 menit, Tuangkan campuran kedalam corong pisah
dan kocok beberapa saat. Biarkan campuran sampai terbentuk satu lapisan. Lapisan bawah
merupakan larutan kafein dalam kloroform, keluarkan dan tampung dalam cawan
penguap. Kedalam corong pisah tersebut tambahkan lagi 20 ml kloroform dan kocoklah.
Cairan bagian bawah dialirkan kecawan penguap. Uapkan cairan tersebut diatas penangas
air sampai kering.
Sublimasikan cawan uap yang berisi kafein kasar tersebut dengan ditutupi kertas
saring berlubang dan corong kaca yang telah ditimbang diatas nyala api kecil. Timbang
dan ukur titik lelelh kafein yang diperoleh.
Diagram alir
Refluks
20 gram Kopi
- Memasukkan kedalam labu alas bulat
- Menambahkan 350 mL aquades
- Merefluks selama 25 menit
- Menyaring dalam keadaan panas
Filtrat Residu
- Menambahkan larutan timbal asetat tetes demi tetes
sampai terbentuk endapan
- Mendinginkan
- Menyaring
filtrat yang
berwarna hitam
Ekstraksi Kafein
Kafein
- Menambahkan 25 mL kloroform
- Mengocok selama 5 Menit
- Menuangkan ke dalam corong pisah
- Mengocok beberapa saat
- Mendiamkan sampai terbentuk 1 lapisan
- Mengeluarkan lapisan bawah
- Menampung dalam cawan penguapan
- Melakukan duplo dengan volume kloroform 20 mL
- Menguapkan cairan dalam penangas air sampai kering
Sublimasi
Kafein kasar
Kristal kafein
Dit : % rendemen = ?
Penyelesaiaan :
Berat Kristal = (Berat kertas saring + kristal) – (Berat kertas saring kosong)
= 0,0308 gram
% Rendemen =
= 0,154 %
G. Pembahasan
Kemudian ditetesi dengan larutan timbal asetat tetes demi tetes, sampai terbentuk
endapan. Fungsi larutan timbal asetat ini untuk menendapkan campuran kopi, atau
mengendapkan kotoran-kotoran yang terdapat pada filtrat berupa garam-garam dari kafein,
seperti albumin, asam-asam, tannin dan senyawa kimia lain yang tidak diinginkan pada saat
pengekstraksi.
Ekstrak kafein kasar kemudian disublimasi dengan ditutupi kertas saring yang
telah dilubangi. Sebelum mensublimasi, kertas saring kosong di timbang terlebih dahulu,
dengan berat = 0,4501 gram. Kafein dapat dimurnikan dengan cara sublimasi, sebab
kafein mudah menguap. Lubang-lubang pada kertas saring itu sendiri agar uap kloroform
dapat hilang dari kafein dan kafein sendiri akan menempel pada kertas saring, Kristal
yang menempel pada kertas saring disebut kafein murni. Sedangkan tujuan dari
pemberian kertas saring yang digunakan sebagai penutup cawan tadi berguna agar kristal
kafein tersebut tidak keluar dari cawan. Pada proses sublimasi ini menghasilkan Kristal
yang berwarna putih kekuningan. Menimbang berat kertas saring terdapat kristal dengan
berat = 0,4809 gram. Sehingga berat Kristal yang diperoleh yaitu 0,0308 gram. Hasil %
rendemen kafein dalam kopi adalah 0,154 %.
1.Metode pemisahan yang digunakan dalam mengisolasi kafein pada kopi adalah ekstraksi
refluks.
2.Rendemen hasil praktikum isolasi kafein dari kopi yang menggunakan metode ekstraksi
refluks adalah sebanyak 0,154 %
3. Berat kristal kafein yang terdapat pada kopi adalah sebesar 0.0308 gram Titik leleh kristal
kafein yang diperoleh dari hasil percobaan adalah titik leleh awal = 220˚C, titik leleh tengah =
225˚C, titik leleh akhir = 230˚C.
I. Jawaban Pertanyaan
1. Fungsi larutan timbale pada percobaan ini yaitu untuk mengendapkan tannin dan
senyawa kimia lain yang tidak diinginkan pada saat pengekstraksi.
2. Kafein dapat dimurnikan dengan cara sublimasi, karena kafein mudah menguap. Pada
cara sublimasi cawan penguapan ditutupi dengan kertas saring yang berlubang dan
corng kaca saat sublimasi berlangsung, uapan yang berasal dari kristal kasar kafein
terangkat dan menempel pada kertas saring. Kristal yang menempel pada kertas
saring itulah yang disebut kristal kafein murni.
3. Karena kafein dapat larut dalam kloroform. Ya, dapat diganti yaitu dengan alcohol
atau beberapa pelarut organic lain, tetapi kafein dalam pelarut ini hanya sedikit larut
atau tidak semuanya larut.
DAFTAR PUSTAKA
Aysah, Megah., Fuferti.Z., Syakbaniah Dan Ratnawulan. 2013. Perbandingan Karakteristik
Fisis Kopi Lwak (Civet Coffee) Dan Kopi Biasa Jenis Arabica. Pillar Of Physics,
Vol.2. Oktober 2013, 68-75.
Ahmad syamsul,1986.Kimia organik Bahan Alam.Jakarta:Universitas Terbuka
Tengo, N. A., Bialangi, N., & Suleman, N. (2013). Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
Alkaloid dari Daun Alpukat (Persea americana Mill). Sainstek, 7(01).
Fulder S. 2004. Khasiat Kopi. Jakarta : Prestasi Pustaka Publishar
Hartono, Elina. 2009. Penetapan Kadar Kafein Dalam Biji Kopi Secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. 2. ISSN 1979-35X.
Irwandi, Dedi. 2014. Experiment’ s of organic chemistry. Jakarta: FITK UIN Press
Murtono, Rohmat dkk. 2009. Desain Konseptual Proses Ekstraksi Produk Fisi
Novianty, Syah Fitri. 2008. Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein
Dari Bubuk Teh. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Slamet,S. 1989. Analisis Bahan Makanan Dan Pertanian. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran