Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid. Alkaloid adalah
senyawa yang mengandung atom nirogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan
dalam tanaman. Senyawa alkaloid umumnya memiliki rasa pahit dan seringkali memiliki
sifat fisiologis aktif bagi manusia. Struktur kafein terbangun dari sistem cincin purin,
yang secara biologis penting dan diantaranya banyak ditemukan dalam asam nukleat.
Kafein bertindak sebagai stimulan yang dapat menstimulasi kerja jantung, pernafasan,
sistem syaraf pusat dan sebagai diuretik. Kafein dapat menyebabkan kegelisaha,
insomnia, sakit kepala, dan secara fisik dapat bersifat sebagai candu.
Identifikasi Simplisia
Berdaun tunggal yang tumbuh berselang-seling pada cabang yang tumbuh dari
ketiak daun dibagian bawah tajuk. Bentuk helaian daun teh yaitu berbentuk langset
dengan tulang daun yang menyirip dan runcing pada bagian ujungnya.
Tepi daun teh lancip bergerigi. Daun yang muda warnanya lebih terang dan
ukurannya lebih lebar daripada daun tua, yaitu sekitar 2,5-25 cm dan pucuk serta ruas
lebih banyak rambutnya. Sedangkan daun tua mempunyai warna hijau kelam dengan
permukaan yang lebih licin dibanding daun muda.
Daun teh mengalai dua fase pertumbuhan, yaitu fase aktif dan fase inaktif. Fase
aktif ialah fase pertumbuhan normal atau disebut juga dengan fase peko, sedangkan fase
inaktif ialah fase istirahat pertumbuhan tuna.
1. Mengurangi risiko kanker (kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker
prostat, kanker rongga mulut)
2. Menurunkan kadar kolesterol darah
3. Mencegah tekanan darah tinggi
4. Membunuh bakteri
5. Menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler
6. Mencegah nafas tidak sedap. Selain itu teh juga digunakan untuk berbagai produk
kecantikan.
6.1 Bahan
1. Daun Teh Kering
2. Pereaksi MgO
3. Asam Sulfat pekat
4. Asam Nitrat pekat
5. Amoniak pekat
6. Pelarut Etanol
7. Pelarut Kloroform
6.2 Alat
1. Soxhlet
2. Corong pisah
3. Penangas air
4. Cawan uap
Waktu Kadar
Suhu Konsentrasi
Ekstraksi Absorbansi Kafein
Ekstraksi (mg/L)
(menit) (mg/g)
0,5 0,222 19,639 19,577
1,0 0,269 23,991 23,889
1,5 0,273 24,361 24,223
70°C 2,0 0,286 25,534 25,434
2,5 0,290 25,904 25,817
3,0 0,305 27,324 27,234
3,5 0,328 29,485 29,403
4,0 0,326 29,299 29,213
9. Diskusi / Pembahasan
Sampel yang digunakan berupa serbuk yang bertujuan untuk memperluas bidang
kontak antara sampel dan pelarut ekstraksi. Pengecilan ukuran partikel simplisia
berpengaruh terhadap jumlah senyawa yang akan terekstrak. Semakin kecil ukuran
partikel simplisia yang diekstrak, luas permukaan kontak dengan pelarut semakin besar
sehingga senyawa yang kepolarannya sama dengan pelarut lebih optimal terekstrak atau
tertarik.
10. Kesimpulan
Pada penelitian ini ini berhasil diperoleh senyawa alkaloid kafein dengan rendemen
ekstrak sebesar 22,3 %, dan rendemen isolat kafein sebesar 0.53%.
11. Literatur/ Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Karnunika.
2. Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
3. Anonim. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
4. Buku Penuntun Praktikum ISTN Jurusan Farmasi
5. Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
6. Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung: ITB.
7. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung: ITB.