IV.2 Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
larut dan karena adanya perbedan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel (Depkes RI, 1986). Prinsip kerja maserasi adalah pencucian zat aktif yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai
pada temperature kamar, terlindung dari cahaya.
Selama proses maserasi (biasanya berkisar 2-14 hari) dilakukan pengadukan /
pengocokkan dan penggantian pelarut setiap hari. Pengocokkan memungkinkan pelarut
segar mengalir berulang-ulang masuk ke seluruh permukaan simplisia yang sudah
halus. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Ansel, 1989).
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15º - 20º C dalam waktu selama 3 hari
sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989).
IV.3 Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari kata ‘percolare’ yang artinya penetesan, merupakan
ekstraksi yang dilakukan dengan penetesan cairan penyari dalam wadah silinder atau
kerucut (perkolator), yang memilki jalan masuk dan keluar. Bahan ekstraksi yang
dimasukkan secara kontinyu dari atas mengalir lambat melintasi simplisia yang
umumnya berupa serbuk kasar. Prinsip perkolasi adalah menempatkan serbuk simplisia
dalam dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori,
kemudian cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, yang
akan melarutkan zat aktif.
Sebelum perkolasi dilakukan, simplisia terlebih dahulu direndam menggunakan
pelarut dan dibiarkan membengkak agar mempermudah pelarut masuk ke dalam sel.
Namun pembengkakan ini juga dapat menyebabkan pecahnya wadah itu sendiri. Dalam
pengisian simplisia tidak boleh terdapat ruang rongga. Hal ini akan menggagu
keteraturan aliran cairan dan menyebabkan berkurangnya hasil ekstraksi, namun suatu
pengisian yang kompak dapat menghambat aliran pelarut atau malah menghentikannya
(Voigt, 1994).
Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap perendaman
antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan perkolat) sampai diperoleh
ekstrak (Depkes, 2000). Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses penarikan
zat berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah
membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).
Perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi dikarenakan adanya aliran
cairan penyari menyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan
keberadaan ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran kapiler
tempat mengalir cairan penyari menyebabkan meningkatnya perbedaan konsentrasi
(Anonim, 1986).
Bahan :
b. Perkolator
Pasang alat perkolator, siapkan kertas alumunium foil
Prosedur
1. Buat serbuk kulit kina dengan derajat kehalusan 34/40
2. Maserasi dengan gelas piala 500 ml. 100 gram serbuk kulit kina 34/40 dengan
campuran 17,5 ml asam klorida encer, 10 ml gliserol dan 22,5 ml air. Biarkan selama
24 jam.
3. Pindahkan masaa dari gelas piala pada prosedur ke-2 ke dalam percolator yang
sudah di alasi kapas sedikit demi sedikit sambil tiap kali di tekan hati-hati.
4. Tuangkan dan perkolasi dengan campuran 17,5 ml asam klorida encer, 10 ml gliserol
dan 472,5 ml air
5. Lanjutkan perkolasi dengan air hingga diperoleh dua tetes perkolat terakhir tidak
menjadi keruh dengan penambahan 8 tetes larutan natrium karbonat 10% b/v
6. Uapkan perkolat segera pada tekanan rendah pada suhu kurang lebih 50 sampai
diperoleh 90 ml ekstrak. Dinginkan. Tambahkan 10 ml etanol
7. Simpang ditempat sejuk, dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Diamkan
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini berjudul “ekstrak kina” dengan menggunakan metode
perkolasi yang sebelumnya dilakukan maserasi terlebih dahulu, dimana bertujuan untuk
mengetahui dan memahami cara permbuatan ekstrak kina dengan metode maserasi dan
perkolasi. Prinsip perkolasi yaitu menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, kemudian cairan penyari dialirkan
dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, yang akan melarutkan zat aktif. Sedangkan
prinsip maserasi adalah pencucian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperature kamar, terlindung
dari cahaya.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada
komponen kimia sangat minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol termasuk ke dalam pelarut polar,
sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-zataktif yang juga bersifat polar.
Etanol digunakansebagai cairan penyari karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit
tumbuhdalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat
bercampurdengan air pada segala perbandingan, serta panas yang diperlukan
untukpemekatan lebih rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut
dan tidak mengakibatkan pembengkakan membran sel. Keuntungan lainnya adalah
sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim.
Kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina yang mengadung sejumlah
besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit,
sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir.
Tujuan dilakukannya ekstraksi atau penyarian ini adalah menarik keluar bahan
yang diperlukan saja, atau apabila bahan tersebut ikut tersari maka harus dilakukan
tahapan berikutnya, yaitu isolasi bahan yang dikehendaki saja. Pada pelaksanaannya
mungkin kita harus melakukan tindakan pendahuluan menyingkirkan bahan yang tidak
diperlukan dan yang mengganggu dalam penyarian. Misalnya lemak, apabila tidak
dipisahkan terlebih dahulu sering mengganggu dalam penyarian bahan berkhasiat.
Pemisahan lemak ini dapat dilakukan dengan melarutkannya dalam pelarut yang sesuai,
misalnya heksana atau petroleumeter, perlakuan ini dikenal sebagai mengawa lemak
bahan baku.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahayamataharilangsung.
Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang biasa
digunakan air, eter atau campuran etanol dan air.
Syarat-syarat penyari yang baik :
Tidak merubah konsistensi yang akan merusak bahan aktif, misalnya HCl dapat
merusak ekstrak.
2. Murah
Cairan penyari maserasi murah, walaupun mahal belum tentu menghasilkan ekstrak
yang baik/kita inginkan.
3. Aman
Tidak menggunakan cairan penyari yang merusak praktikan / peneliti, misalnya penyari
yang mengandung racun dapat menyebabkan mandul dalam jumlah berlebih.
4. Bersifat Selektif
Menarik senyawa yang kita inginkan, misalnya jika ingin menarik polar maka
penggunaan pelarutnya non polar.