Anda di halaman 1dari 7

I.

Judul Praktikum : Ekstrak kina


II. Tujuan Praktikum :
Mengetahui dan memahami metode ekstraksi kina dengan metode maserasi dan
perkolasi
III. Prinsip Kerja :
Menarik senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan pelarut yang
sesuai
IV. Teori :
4.1 Pengertian Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI,
1995). Ada beberapa jenis ekstrak yakni : ekstrak cair, ekstrak kental dan ekstrak
kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang, biasanya kadar air lebih dari
30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara 5-30%. Ekstrak kering jika
mengandung kadar air kurang dari 5% (Voigt, 1994). Ekstraksi adalah kegiatan
penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak
dapat larut dengan pelarut cair (Harborne, 1987).

IV.2 Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
larut dan karena adanya perbedan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel (Depkes RI, 1986). Prinsip kerja maserasi adalah pencucian zat aktif yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai
pada temperature kamar, terlindung dari cahaya.
Selama proses maserasi (biasanya berkisar 2-14 hari) dilakukan pengadukan /
pengocokkan dan penggantian pelarut setiap hari. Pengocokkan memungkinkan pelarut
segar mengalir berulang-ulang masuk ke seluruh permukaan simplisia yang sudah
halus. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Ansel, 1989).
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15º - 20º C dalam waktu selama 3 hari
sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 1989).

IV.3 Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari kata ‘percolare’ yang artinya penetesan, merupakan
ekstraksi yang dilakukan dengan penetesan cairan penyari dalam wadah silinder atau
kerucut (perkolator), yang memilki jalan masuk dan keluar. Bahan ekstraksi yang
dimasukkan secara kontinyu dari atas mengalir lambat melintasi simplisia yang
umumnya berupa serbuk kasar. Prinsip perkolasi adalah menempatkan serbuk simplisia
dalam dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori,
kemudian cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, yang
akan melarutkan zat aktif.
Sebelum perkolasi dilakukan, simplisia terlebih dahulu direndam menggunakan
pelarut dan dibiarkan membengkak agar mempermudah pelarut masuk ke dalam sel.
Namun pembengkakan ini juga dapat menyebabkan pecahnya wadah itu sendiri. Dalam
pengisian simplisia tidak boleh terdapat ruang rongga. Hal ini akan menggagu
keteraturan aliran cairan dan menyebabkan berkurangnya hasil ekstraksi, namun suatu
pengisian yang kompak dapat menghambat aliran pelarut atau malah menghentikannya
(Voigt, 1994).
Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap perendaman
antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan perkolat) sampai diperoleh
ekstrak (Depkes, 2000). Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses penarikan
zat berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah
membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).
Perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi dikarenakan adanya aliran
cairan penyari menyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan
keberadaan ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran kapiler
tempat mengalir cairan penyari menyebabkan meningkatnya perbedaan konsentrasi
(Anonim, 1986).

IV.4 Tanaman Kina (Cinchona succirubra Pavon et. Klot)


Klasifikasi Tanaman Kina (Cinchona succiruba)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rabiaceae
Marga : Cinchona
Jenis : Cinchona succirubra Pavon et. Klot
(Ditjen POM, 1989)
Deskripsi Tanaman Kina (Cinchona succirubra)

C. succirubra merupakan tanaman berupa pohon dengan tinggi hingga 17m,


cabang berbentuk galah yang bersegi 4 pada ujungnya, mula-mula berbulu padat
dan pendek kemudian agak gundul dan berwarna merah. Daun letaknya berhadapan
dan berbentuk elips, lama kelamaan menjadi lancip atau bundar, warna hijau sampai
kuning kehijauan, daun gugur berwarna merah. Tulang daun terdiri dari 11 – 12
pasang, agak menjangat, berbentuk galah, daun penumpu sebagian berwarna merah,
sangat lebar. Ukuran daun panjang 24 – 25cm, lebar 17 – 19cm. Kelopak bunga
berbentuk tabung, bundar, bentuk gasing, bergigi lebar bentuk segitiga, lancip.
Bunga wangi, bentuk bulat telur sampai gelendong (Ditjen POM, 1989).

Kandungan Kimia Tanaman Kina (Cinchona succirubra)


Kulit batang Kina mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol
(Sultoni, 1995), dan tanin (Grenish, 1920). Kulit kina mengandung 30 jenis
alkaloid, dimana hanya empat jenis alkaloid yang saat ini sudah diketahui
mempunyai nilai komersial, yaitu kinin, kinidin, sinkonin dan sinkonidin. Alkaloid
ini mengandung cincin kuinolin dan cincin kuinuklidin dengan golongan vinil yang
terikat menyertainya. Alkaloid dibentuk di tengah-tengah lapisan dari parenchyma
jaringan dari kulit kayu. Kulit kayu juga mengandung beberapa senyawa glycoside.
Beberapa diantaranya berbentuk amorphous seperti quinicine dan cinchonicine
(Wibisana, 2010).

Khasiat Tanaman Kina (Cinchona succirubra)


Kulit batang Kina berkhasiat sebagai antimalaria, antipiretik, antiperiodik, obat
sakit perut, tonik, astringent (Grenish, 1920). Selain itu, dua alkaloid yang sangat
penting yaitu kinin untuk penyakit malaria dan kinidin untuk penyakit jantung.
Manfaat lain dari kulit kina ini antara lain adalah untuk depuratif, influenza, disentri,
dan diare (Sultoni, 1995).

V. Alat Dan Bahan


Alat :
- Perkolator - Kapas
- Gelas ukur - Pasir putih bersih
- Labu Erlenmeyer - Botol coklat
- Kertas aluminium foil - Beaker glass
- Kertas saring - Lumpang/mortar
- Batang pengaduk - Arloji

Bahan :

- Serbuk Kina - Larutan natrium karbonat 10% b/v


- Hcl encer - Etanol
- Gliserol 10 ml - Air

VI. Prosedur Kerja


a. Lakukan maserasi (diamkan) 3 jam

b. Perkolator
Pasang alat perkolator, siapkan kertas alumunium foil
Prosedur
1. Buat serbuk kulit kina dengan derajat kehalusan 34/40
2. Maserasi dengan gelas piala 500 ml. 100 gram serbuk kulit kina 34/40 dengan
campuran 17,5 ml asam klorida encer, 10 ml gliserol dan 22,5 ml air. Biarkan selama
24 jam.
3. Pindahkan masaa dari gelas piala pada prosedur ke-2 ke dalam percolator yang
sudah di alasi kapas sedikit demi sedikit sambil tiap kali di tekan hati-hati.
4. Tuangkan dan perkolasi dengan campuran 17,5 ml asam klorida encer, 10 ml gliserol
dan 472,5 ml air
5. Lanjutkan perkolasi dengan air hingga diperoleh dua tetes perkolat terakhir tidak
menjadi keruh dengan penambahan 8 tetes larutan natrium karbonat 10% b/v
6. Uapkan perkolat segera pada tekanan rendah pada suhu kurang lebih 50 sampai
diperoleh 90 ml ekstrak. Dinginkan. Tambahkan 10 ml etanol
7. Simpang ditempat sejuk, dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.

VII. Pengamatan dan Hasil


No Keterangan Hasil
1. Maserasi Setelah di maserasi terdapat 2 lapisan.
- 25 gr serbuk kulit kayu
Lapisan paling bawah terdapat endapan
manis + 125 ml etanol
dan lapisan atas latutan berwarna coklat.
70% aduk hingga rata
(dalam beaker glass)Tutup
dengan aluminium foil.

Diamkan

2. Perkolasi Perkolat yang di dapat sebanyak 125 ml.


- Zat hasil maserasi
Tingtur yang terdapat berwarna coklat tua
dimasukan ke dalam
dan berbau khas kayu manis.
percolator dan di perkolasi
dengan pelarut etanol 70%.

VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini berjudul “ekstrak kina” dengan menggunakan metode
perkolasi yang sebelumnya dilakukan maserasi terlebih dahulu, dimana bertujuan untuk
mengetahui dan memahami cara permbuatan ekstrak kina dengan metode maserasi dan
perkolasi. Prinsip perkolasi yaitu menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, kemudian cairan penyari dialirkan
dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, yang akan melarutkan zat aktif. Sedangkan
prinsip maserasi adalah pencucian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperature kamar, terlindung
dari cahaya.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada
komponen kimia sangat minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol termasuk ke dalam pelarut polar,
sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-zataktif yang juga bersifat polar.
Etanol digunakansebagai cairan penyari karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit
tumbuhdalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat
bercampurdengan air pada segala perbandingan, serta panas yang diperlukan
untukpemekatan lebih rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut
dan tidak mengakibatkan pembengkakan membran sel. Keuntungan lainnya adalah
sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim.
Kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina yang mengadung sejumlah
besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit,
sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir.
Tujuan dilakukannya ekstraksi atau penyarian ini adalah menarik keluar bahan
yang diperlukan saja, atau apabila bahan tersebut ikut tersari maka harus dilakukan
tahapan berikutnya, yaitu isolasi bahan yang dikehendaki saja. Pada pelaksanaannya
mungkin kita harus melakukan tindakan pendahuluan menyingkirkan bahan yang tidak
diperlukan dan yang mengganggu dalam penyarian. Misalnya lemak, apabila tidak
dipisahkan terlebih dahulu sering mengganggu dalam penyarian bahan berkhasiat.
Pemisahan lemak ini dapat dilakukan dengan melarutkannya dalam pelarut yang sesuai,
misalnya heksana atau petroleumeter, perlakuan ini dikenal sebagai mengawa lemak
bahan baku.

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahayamataharilangsung.
Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang biasa
digunakan air, eter atau campuran etanol dan air.
Syarat-syarat penyari yang baik :

1. Stabil secara fisika dan kimia

Tidak merubah konsistensi yang akan merusak bahan aktif, misalnya HCl dapat
merusak ekstrak.

2. Murah

Cairan penyari maserasi murah, walaupun mahal belum tentu menghasilkan ekstrak
yang baik/kita inginkan.

3. Aman

Tidak menggunakan cairan penyari yang merusak praktikan / peneliti, misalnya penyari
yang mengandung racun dapat menyebabkan mandul dalam jumlah berlebih.

4. Bersifat Selektif

Menarik senyawa yang kita inginkan, misalnya jika ingin menarik polar maka
penggunaan pelarutnya non polar.

Anda mungkin juga menyukai