Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI

NAMA : Zufar Firza Mahendra


NIM : 17330090
KELAS :B
TGL PRAK. : 3 juli 2020
DOSEN : 1. Herdini, Dra.M.Si.
2. Dr. Tiah Rachmatiah, M.Si.,Apt
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020

1. Judul : Penetapan kadar minyak atsiri


2. Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara penetapan kadar pada minyak
atsiri.

3. Prinsip :
Prinsip pada praktikum kali ini adalah memisahkan suatu campuran zat pada temperatur
yang lebih rendah dari titik didih normal komponen penyusunnya

4. Teori :
Temulawak merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai prospek cerah
untuk dikembangkan. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia telah
menentukan sembilan tanaman unggulan salah satunya adalah temulawak. Temulawak
mempunyai kandungan minyak atsiri yang berkhasiat diantaranya menambah selera makan.
Temulawak juga digunakan sebagai jamu yang memperlambat proses penuaan, menghilangkan
flek hitam diwajah serta menjaga kelenturan tubuh. Selain itu temulawak juga bisa untuk
pengobatan hati, menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan sel hati. Semua khasiat itu
karena adanya kandungan kurkumin yang ada dalam temulawak.
Tanaman temulawak mengandung minyak atsiri. Menurut Gusmalini, minyak atsiri dapat
digunakan sebagai bahan obat−obatan, parfum, minuman, penyedap makanan dan pestisida.

Klasifikasi Rimpang Temulawak:


Nama lain: Temu lawak / koneng gede
Zat berkhasiat : Minyak atsiri mengandung felandren,tumerol, zat bewarna kukumin, Dan kadar
minyak tidak kurang dari 8,2 % (b/v)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zanthorrhiza L.
Kegunaan : Kolagoga, antispasmodika
Pemerian : Bau khas aromatic, rasa tajam dan pahit
Bagian yg digunakan : keping akar tinggal
Waktu panen : dilakukan pada umur 9 bulan atau lebih.
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya
berwarna kekuning-kuningan. Memiliki daun yang lebar dan pada setiap helainya dihubungkan
dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang. Kandungan utama rimpang temulawak
adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan
kurkumin. Kurkumin bermanfaat sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti
keracunan empedu). Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah
penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar),
diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan
nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah. Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan
obat, temulawak juga dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya,
kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan
pencernaan. Di sisi lain, temulawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir
nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool,
geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti. curcuma
xanthorrhizol juga memiliki kemampuan antitumor, anti kanker, anti diabetes,
hipotriceriakademik, anti inflamantori, hepatoprotective, anti mikroba, dan anti lemak.
Untuk memperoleh minyak atsiri dilakukan destilasi untuk mendapatkan ekstrak minyak atsiri
dan kadar minyak atsiri pada suatu sampel. Destilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari
campurannya berdasarkan perbedaan titik didih. Pada proses destilasi sederhana, suatu campuran
dapat dipisahkan bila zat-zat penyusunnya mempunyai perbedaan titik didih cukup tinggi. Proses
destilasi terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama terdiri dari uap yang terembunkan disebut
destilat, dan bagian kedua adalah cairan yang tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih
banyak komponen yang sukar menguap. Destilasi merupakan pemisahan komponen-komponen
dalam satu larutan berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair
dengan menggunakan perbedaan volatilitas dari komponen komponennya yang cukup besar.
5. Gambar Rangkaian Alat :

6. Alat & Bahan :


Alat :
 Gelas ukur Termometer
 Labu Destilasi
 Campuran Air dan Alkohol
 Kondensor
 Wadah Hasil Destilasi
 Botol
 Timbangan digital

Bahan :
 Rimpang Temulawak
 Na2SO4

7. Prosedur/Cara kerja :
A. Prosedur Menurut Farmakope Edisi III :

1. Campur bahan yang telah di periksa dengan labu dan cairan penyuling.
2. Pasang alat, lalu isi buret dengan air hingga penuh.
3. Panaskan tanggas udara, sehingga penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi teratur.
4. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama kurang lebih 15 menit.
5. Catat volume minyak atsiri pada buret.
6. Dan terakhir hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b.

B. Prosedur Isolasi Minyak Atsiri :

1. Simplisia temulawak sebanyak 500 g dimasukkan ke dalam labu destilasi 2000 ml, lalu
ditambahkan air sebanyak 2 Liter kemudian dihubungkan dengan pendingin yang telah
terhubung dengan kondensor 1,0 ml berskala 0,01 ml lalu dipanaskan sampai mendidih.
2. Destilat yang keluar ditampung. Destilasi dihentikan setelah tidak ada penambahan minyak
atsiri.
3. Destilat yang tertampung di dalam corong pisah berupa fase minyak dan fase air. Fase minyak
kemudian dipisahkan dari fase air.
4. Untuk memisahkan sisa air pada minyak, maka digunakan Na2SO4 anhidrat.
5. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama kurang lebih 15 menit dalam suhu kamar, catat
volume dan berat minyak, kemudian disimpan di dalam botol kedap cahaya yang ditutup.
6. Kadar minyak atsiri dihitung dalam %vƒb (menyatakan jumlah ml zat dalam 100 g bahan atau
hasil akhir). Destilasi dilakukan selama 3 jam
7. Terhitung mulai destilat pertama menetes ke dalam corong pisah dan dilakukan sebanyak 3x

8. Pengamatan & Hasil :

9. Diskusi/Pembahasan :
Yang tertera di dalam jurnal :
Pada pembahasan ini sampel yang digunakan adalah Rimpang Temu lawak untuk mengetahui
kadar minyak atsiri pada rimpang temulawak. Temulawak adalah kepingan akar tinggal Curcuma
xanthorrhiza Roxb. Mengandung kadar minyak atsiri tidak kurang dari 8,0% v/b. (FI III)
Persentase b/v adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan.
Pembahasan yang tertera di jurnal kali ini adalah Isolasi minyak atsiri rimpang
temulawak dilakukan dengan metode penyulingan uap dan air (Water and steam distillation).
Prinsip penyulingan dengan metode ini adalah dengan menggunakan tekanan uap rendah. Bahan
tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam suatu piringan yang berlubang−lubang yang
diletakkan diatas dasar alat penyulingan, dan pada bagian bawahnya diisi air sedikit di bawah
bahan.
Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air mendidih
setelah air mendidih. Uap air akan bergerak ke atas melalui lubang−lubang pada piringan dan
terus mengalir melalui sela−sela bahan. Pada suhu air mendidih, sebagian minyak yang mudah
menguap larut dalam air yang terdapat di dalam kelenjar−kelenjar. Larutan minyak atsiri ini oleh
peristiwa osmosis menembus melalui selaput−selaput yang telah menggelembung dan akhirnya
mencapai permukaan yang paling luar, kemudian minyak atsiri akan teruapkan oleh uap yang
dilewatkan.
Uap air yang timbul selanjutnya melewati pendingin atau kondensor yang dialiri air.
Penggunaan kondensor ini untuk mendinginkan kembali uap yang lewat. Karena volume air
yang terembunkan lebih besar dari minyak atsiri yang dihasilkan, maka air tersebut harus
dikeluarkan terus menerus, dan hal ini digunakan corong pisah sebagai penampung. Air
penyuling dan minyak atsiri yang dihasilkan akan terpisah dengan sendirinya. Kedua cairan
tersebut menbentuk 2 fase, yaitu fase minyak dan fase air, karena perbedaan berat jenis, dimana
berat jenis air lebih besar dari pada berat jenis minyak atsiri, sehingga fase minyak berada di atas
dan fase air berada di bawah. Air yang berada di dalam corong pisah kemudian dibuang.
Sisa−sisa air yang yang masih tertinggal dihilangkan dengan menambahkan Na2SO4 anhidrat,
yang akan mengikat air dengan cara adsorpsi. Hasil ikatan antara air dan Na2SO4. anhidrat ini
kemudian dibuang, sehingga akan didapatkan minyak atsiri yang bebas dari air. Dari hasil isolasi
minyak atsiri temulawak, didapati hasil minyak atsiri dengan kadar 0,18%, 0,12%, 0,14%, 0,3%,
0,28%, dan 0,28%. Dari data tersebut diketahui bahwa hasil yang didapat tidak sesuai dengan
literatur, yaitu tdiak lebih dari 8,0%.
10. Kesimpulan :
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian penetapan kadar pada minyak atsiri rimpang
temulawak ini adalah sebagai berikut:
1. Metode pengeringan yang berbeda memberikan perbedaan kadar minyak atsiri alpha
chamigren temulawak dari pengeringan sinar matahari yaitu 0,031%vƒb dan kadar minyak
atsiri alpha chamigren, temulawak dari pengeringan oven yaitu 0,123%vƒb.
2. Kadar hasil minyak atsiri yang didapat yaitu 0,18%, 0,12%, 0,14%, 0,3%, 0,28%, dan
0,28%.

11. Daftar Pustaka :

Departemen Kesehatan RI. (1995). Materia Medika Indonesia, Jilid IV. Jakarta:
Depkes RI. Hal 308, 310, 313

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 2000:10-11. 11. Jusman SW,
Halim A. Oxidativ
Jurnal Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto VOL.06 NO.03 :
“MINYAK ATSIRI, PERBANDINGAN PADA RIMPANG TEMULAWAK (curcuma
xanthorhiza Roxb.) YANG DI KERINGKAN DENGAN METODE SINAR MATAHARI
DAN OVEN BESERTA PROFIL KROMATOGRAFI GAS SPEKTROFOTOMETRI
MASSA (KGSM)”

Anda mungkin juga menyukai