Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

SKRINING WORTEL

Disusun oleh :

1. Rafa Kamilah 16330036


2. Lengkawati Risnaputri 16330038
3. AriendaTriseptiawati 16330039
4. Tyas Astri N 16330041
5. Emilia Yuniar 16330045
6. Ajrin Firly Channisa 16330049
7. Widi Tastari 16330050

TANGGAL PRAKTEK : Kamis, 20 Juni 2019

ASISTEN :

KELAS :D

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI NASIONAL FAKULTAS FARMASI

2019
1. Judul : Skrining Wortel
2. Tujuan :
untuk mengidentifikasi kandungan kimia apa yang terdapat dalam
sampel Wortel (Daucus carota) dengan mereaksikan dengan beberapa
pereaksi kimia.

3. Prinsip :
Prinsip pada skrining fitokimia dilakukan berdasarkan komposisi
kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dimiliki
dan senyawa target yang diamati/ dianalisa.

4. Teori :
Skrinning fitokimia adalah tahap awal atau uji pendahuluan yang
dilakukan untuk mengetahui golongan apa yang ada pada sampel kita.
Usaha penemuan senyawa-senyawa baru adalah tiang ilmu kimia
gunamengisi perannya dalam memajukan umat manusia. Hal ini berarti
bahwa penelitian dasar merupakan inovasi yang dapat dipertanggung
jawabkan karena berfungsi sebagai pondasi bagi penelitan terapan dan
inovasi.
Alkaloid yaitu senyawa kimia yang biasa ditemukan pada
tumbuhan dan digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan obat,
misalnya morpin, atropine, dan codein. Alkaloid dapat menembus
barrier darah otak (blood-brain barrier), apabila kandungan alkaloid
berlebihan dalam tubuh maka alkaloid dapat menyebabkan kerusakan
hati.
Flavonoid merupakan senyawa polar sehingga flavonoid dapat
larut dalam pelarut polar, seperti etanol, methanol, aseton, dimetil
sulfoksida (DMSO), dimetil fonfamida (DMF) dan air.
Tanin merupakan senyawa fenolik yang kerjanya bersifat
adstringen (menciutkan selaput usus/pengelat) yang dapat mengurangi
kontraksi usus, menghambat diare, mengurangi penyerapan, dan
melindungi usus dengan cara melapisi permukaan lumen.
Saponin adalah suatu glikosida triterpana dan sterol yang mungkin
terdapat pada banyak tanaman. Kata saponin berasal dari bahasa Latin
“sapo” yaitu suatu bahan yang akan membentuk busa jika dilarutkan
dalam larutan yang encer. Saponin berfungsi sebagai ekspektoran,
kemudian emetikum jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar.
Saponin juga merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan sel
darah merah terganggu akibat dari kerusakan membran sel,
menurunkan kolestrol plasma, dan dapat menjaga keseimbangan flora
usus, serta sebagai antibakteri.

Sumber daya alam organik adalah gudang senyawa kimia yang


sangat potensial sebagai sumber-sumber senyawa baru yang unik dan
tidak mungkinditemukan di laboratorium. Senyawa-senyawa ini
mungkin sangat berguna dalampengobatan, pertanian dan
industri.Indonesia sangat kaya akan sumber daya organik baik berupa
hewan,tumbuhan, mikroorganisme, maupun organisma laut. Sebagian
besar sumber daya inibelum dikaji dan dimanfaatkan bagi
kesejahteraan bangsa Indonesia khususnya umat manusia pada
umumnya. Diperlukan suatu penelitian yang sistematik untuk
menjaring senyawa kelompok metabolit sekunder terhadap kekayaan
flora Indonesia. Hal ini diupayakan untuk mencari manfaatnya sebagai
senyawa bioaktif terhadap berbagai sistem hayati sehingga dapat
menunjang kesejahteraan umat manusia.
Suatu fenomena budaya tradisional dalam bidang pengobatan dan
pertanianternyata dapat menjaring tumbuhan-tumbuhan yang
bermanfaat karena memiliki keaktifan biologis tertentu. Tumbuh-
tumbuhan yang digunakan oleh masyarakatsebagai obat maupun
pestisida tradisional, setelah diteliti ternyata memiliki keaktifanyang
sangat bermanfaat bagi berbagai sistem hayati.Pendekatan secara
fitokimia untuk memperoleh senyawa aktif sangatlahpenting oleh
karena prospek aktif tidaknya suatu tumbuhan ditunjang oleh
keberartiannya secara fitokimia.
Salah satu umbi adalah Wortel (Daucus carota) yang sangat
bermanfaat bagi pengobatan disebabkan karena banyaknya kandungan
senyawa yang terdapat didalamnya.Umbi umumnya mengandung
senyawa aktif dalam bentuk metabolit sekunder seperti, (saponin),
(polifenol), dan lain-lain. wortel belum diketahui secara detail
kandungan metabolit sekundernya, maka perlu dilakukan uji fitokimia
pada Wortel (Daucus carota) untuk mengetahui senyawa metabolit
sekundernya, sehingga dapat diketahui potensi tumbuhan tersebut.
Dengan demikian upaya pelestariannya dapat dimanfaatkan lebih besar
dan lebih baik.

DESKRIPSI TANAMAN

Daucus carota

Kingdom : Kulit kina, Peruvian bark, Jesuit bark

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Aplales

Genus : Daucus

Famili : Apiaceae

Spesies : D. Carota
Zat berkhasiat utama / isi :

- Vit A
- Vit B1. B2. B3, B6, B9
- Kalsium
- Zat besi
- Magnesium
- Fosfor
- Kalium
- Sodium

Tanaman Wortel memiliki tipe daun majemuk dengan lanset


(garis-garis) bertangkai 4 hingga 7 yang berukurang panjang.
Tangkai daun tersebut berstruktur tebal dan kaku namun
berpermukaan halus. Tumbuhan pisang memiliki ujung daun yang
berbentuk rompang dan daging daun yang sangat tipis. Walaupun
begitu, daun Wortelnya sendiri sangat lemas dan tipis. Untuk
batangnya memiliki ciri-ciri berkayu keras dan berbentuk bulat
dengan diameter 1 – 1,5 cm. Warnanya secara umum adalah jingga
kekuningan. Batangnya tidak memiliki cabang tetapi terdapat
tangkai daun yang menempel dengan ukuran panjang, menyerupai
cabang batang. Batang ini merupakan tempat menyimpan dan
penyebaran air hasil fotosintesis dan lingkungan. Wortel memiliki
tipe akar serabut serta tunggang. Pertumbuhan akar tunggang
mengalami perubahan bentuk seiring berlalunya waktu yang
akhirnya menjadi tempat penyimpanan makanan. Akar tanaman
Wortel yang baik berukuran besar dan bulat memanjang dengan
diameter 6 cm, panjang 30 cm tergantung dari varietasnya.
Tanaman Wortel juga memiliki bunga yang tumbuh di ujung
tanaman, berbentuk paying ganda dengan warna putih kemerahan.
Tangkai dari bunga terlihat sedikit pendek dan tebal, bunga
tersebut terletak pada bidang lengkung yang sama dengan
tangkainya. Penyerbukan bunga Wortel menghasilkan buah dan
biji dengan ukuran yang sangat kecil dan berbulu.

Untuk bijinya, Wortel memiliki biji tertutup dan berkeping dua


yang digunakan sebagai produksi tanaman. Ciri-ciri bijinya
berbentuk kecoklatan dengan panjang 3 mm dan lebar 1,5 mm.
Setiap gram benih Wortel memiliki sekitar 200 biji. Umbi Wortel,
yang lebih sering dikenal sebagai sayuran Wortel ini terbentuk dari
akar tunggang yang telah berubah fungsi. Ukuran umbi ini
bervariasi, umumnya berdiameter 3,5 cm – 6,5 cm dengan berat
kisaran 100 gram – 300 gram. Umbi Wortel sangat berkhasiat
untuk kesehatan dan kecantikan, hal ini karena Wortel sangat kaya
akan vitamin A, antioksidan, dan zat bergizi lainnya (vitamin K,
vitamin E, kalium, folat, mangan, magnesium, dan fosfor). Fungsi
Wortel sangatlah berlimpah, yaitu mengurangi resiko kanker,
menekan resiko penyakit jantung, mencegah stroke, menjaga
kesehatan mata dan kulit, serta meningkatkan sistem kekebalan
(imunitas) pada tubuh manusia. Penyimpanannya jauhkan dari
sinar matahari.

5. Bahan dan Alat :


- Bahan
 Asam hidroklorida encer
 Reagen mayer
 Dragendroff
 Asam asetat
 Reagen wagner
 Aquadest
 Alpha naftol
 Asetat timbal
 Ammonia
 Sodium klorida
 Sodium hidroksida
 Fenol
 Kloroform
 H2SO4
- Alat
 Pipet
 Batang pengaduk
 Tabung reaksi
 Oven
 Gelas ukur
 Erlenmeyer
 Timbangan elektrik

6. Prosedur :
1. Pengumpulan dari preparasi sampel, digunakan wortel yang
masih muda
2. Pembuatan ekstraksi
 Sampel dicuci dengan air agar terbebas dari bahan asing
 10gr wortel dihancurkan (setelah dikeringkan)
tambahkan etanol
 Ekstrak disaring dengan kertas filter whatman
 Hasilnya masukkan dalam wadah
3. Analisis fitokimia
a) Alkaloid (ambil sedikit ekstrak + beberapa tetes HCl)
 Mayer
0.5ml ekstrak + reagen mayer, jika positif akan
terbentuk warna putih
 Dragendroff
0.5ml ekstrak + reagen dragendroff, jika positif
akan terbentuk warna oren atau merah keorenan
 Burchard
0.5ml ekstrak + reagen burchard, jika postif akan
terbentuk warna cokelat/merah
b) Steroid
0,5ml ekstrak + (kloroform, asam asetat dan H2SO4), jika
positif akan terbentuk warna hijau
c) Saponin
0,5ml ekstrak + H2SO4, jika positif akan terbentuk warna
hijau
d) Tanin
0,5ml ekstrak + larutan asetat timbal, jika postif akan
terbentuk warna violet
e) Flavonoid
0,5ml esktrak + ammonia, jika positif akan terbentuk warna
kuning
Pengamatan dan Hasil :
No. Pengujian Serbuk Ekstrak Warna
1. Alkaloid
Mayer + + Putih/krem
Dragendroff + + Oranye
Burchard - - Coklat/merah
2. Steroid + + Hijau
3. Saponin - + Hijau
4. Tanin + - Violet
5. Flavonoid + + Kuning

1 2
3 4

Keterangan :

1.) Pada gambar pertama, hasil pengujian sampel dan serbuk.sampel ditempat
tabung reaksi dan serbuk ditempat yang tertera pada digambar.
2.) Pada gambar kedua,hasil ekstraksi secara maserasi dan perkolasi
3.) Pada gambar ketiga, hasil pengujian berupa sebuk.Identifikasinya terdiri
dari alkaloid, steroid, saponin, tannin, dan flavonoid.
4.) Pada gambar keempat, hasil pengujian saponin dalam bentuk sampel
wortel.

7. Pembahasan :

Dalam praktikum ini dilakukan skrining fitokimia terhadap tanaman


wortel (daucus carote) yang dipercaya memiliki banyak manfaat dalam
pengobatan. Dimana dalam skiring fitokimia ini dilakukan pengujian
alkaloid, steroid, tanin, saponin,dan flavonoid.
Pada pengujian golongan tanin, 0,5ml ekstrak + larutan asetat timbal,
jika postif akan terbentuk warna violet.
Dari sampel yang di identifikasi, diperoleh hasil bahwa wortel dari ekstrak
tidak mengandung tanin , tetapi dari serbuk wortel positif mengandung
tanin.
Pada pengujian golongan alkaloid, ekstrak wortel diambil sedikit
dalam 3 tabung reaksi ditambahkan dengan HCL 0,5 N, dan masing-
masing ditambahkan dengan pereaksi Mayer, bauchardat, dan
Dragendroff. Dengan pereaksi Mayer, pada tanaman wortel mengandung
alkaloid jika terbentuk endapan kuning. Dengan pereaksi Bauchardat,
positif mengandung alkaloid jika terbentuk endapan coklat. Dan dengan
pereaksi Dragendroff, positif mengandung alkaloid jika terbentuk endapan
jingga. Dari uji tersebut terlihat bahwa sampel dari ekstrak wortel dan
serbuk wortel mengandung alkaloid karena adanya endapan putih
kekuningan saat direaksikan dengan pereaksi Mayer, endapan jingga pada
pereaksi Dragendroff, akan tetapi pada pereaksi bauchardatt hasil nya
negatif menghasilkan endapan.
Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen
pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium
tetraiodomerkurat(II) dalam pereaksi mayer membentuk kompleks
kalium-alkaloid yang mengendap. Hasil positif alkaloid pada uji
Dragendorff ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai
kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan
pereaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi
reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis
membentuk ionbismutil (BiO+). Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan,
maka larutan itu ditambah sam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke
arah kiri. Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium
iodide membentuk endapan hitam Bismut (III) iodida yang kemudian
melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium
tetraiodobismutat Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang
merupakan ion logam.
Pada percobaan steroid, 0,5ml ekstrak + (kloroform, asam asetat dan
H2SO4), jika positif akan terbentuk warna hijau

Lapisan eter kemudian ditetesi dengan pereaksi Liebermann-


Burchard. Pada sampel wortel menghasilkan hasil positif (+) atau
mengandung steroid.
Pada Identifikasi golongan flavonoid.0,5ml esktrak + ammonia,
jika positif akan terbentuk warna kuning. Pada percobaan, sampel wortel
hasilnya mengandung flavonoid. Yaitu berwarna kuning .

Pada identifikasi golongan saponin, 0,5ml ekstrak H2SO4, jika positif


akan terbentuk warna hijau, pada percobaan serbuk wortel hasil nya negatif (-)
, akan tetapi pada ekstrak wortel hasil nya positif (+).

8. Kesimpulan :
Skrinning fitokimia adalah tahap awal atau uji pendahuluan yang
dilakukan untuk mengetahui golongan apa yang ada pada sampel kita.
Usaha penemuan senyawa-senyawa baru adalah tiang ilmu kimia
gunamengisi perannya dalam memajukan umat manusia. Hal ini berarti
bahwa penelitian dasar merupakan inovasi yang dapat dipertanggung
jawabkan karena berfungsi sebagai pondasi bagi penelitan terapan dan
inovasi.Tujuan skrining adalah untuk mengidentifikasi kandungan
kimia apa yang terdapat dalam sampel Wortel (Daucus carota) dengan
mereaksikan dengan beberapa pereaksi kimia.
Pada hasil praktikum dapat disimpulkan wortel memiliki senyawa
yang terkandung didalamnya berupa alkaloid, steroid, tannin, saponin,
dan flavonoid dengan data sebagai berikut :
No. Pengujian Serbuk Ekstrak Warna
1. Alkaloid
Mayer + + Putih/krem
Dragendroff + + Oranye
Burchard - - Coklat/merah
2. Steroid + + Hijau
3. Saponin - + Hijau
4. Tanin + - Violet
5. Flavonoid + + Kuning

Pengujian untuk menentukan senyawa yang terkandung dalam


wortel dilakukan secara serbuk dan sampel.Sampel didapatkan dari
hasil ekstraksi secara maserasi dan perkolasi.Sedangkan serbuk
didapatkan dari hasil pengeringan pada wortel dengan tujuan
mengurangi kandungan air yang terdapat dalam wortel.

9. Literatur :
Fraenkel, G.S., 1959. The raison d'Etre of secondary plant substances.
Sci. 129, 1466-1470.

Garrod, B., Lewis, B.G., Coxon, D.T., 1978. Cisheptadeca-1,9-diene-


4,6-diyne-3,8-diol, an antifungal polyacetylene from carrot root tissue.
Physiol. Plant Pathol. 13(2), 241–246.

Gbile, Z.O., 1986. Ethnobotany, Taxonomy and Conservation of


Medicinal Plants. Pp. 13 -29. In: The State of Medicinal Plant
Research in Nigeria (Ed.: Sofowora, A.). University of Ibadan Press,
Ibadan, Nigeria.

Ghana Herbal Pharmacopeia (GHP), 2007. Council for Scientific and


Industrial Research (CSIR). Accra, 295pp.
Harborne, J.B., 1973. Phytochemical methods of analysis. Chapman
and Hall, London. 33p.

Kirchner, J.G., 1978. Thin-layer Chromatography. 2nd Edn. Wiley-


Interscience, New York.
Rangari, V.D., 2008. Pharmacognosy and Phytochemistry. Second
Edn. Career Publications, India. pp.95–97.

Stamp, N., 2003. Out of the quagmire of plant defense hypotheses.


Quart. Rev. Biol. 78(1), 23–55.

Wikipedia, 2015. https://en.wikipedia.org/wiki/Carrot.

Yahyaa, M., Tholl, D., Cormier, G., Jensen, R., Simon, P.W., Ibdah,
M., 2015. Identification and characterization of terpene synthases
potentially involved in the formation of volatile terpenes in carrot
(Daucus carota L.) roots. J. Agric. Food Chem. 63(19), 4870–4878.

Yousefbeyk, F., Gohari, A.R., Hashemighahderijani, Z., Ostad, S.N.,


Salehi Sourmaghi, M.H., Amini, M., Golfakhrabadi, F., Jamalifar, H.,
Amin, G., 2014. Bioactive terpenoids and flavonoids from Daucus
littoralis Smith subsp. hyrcanicusRech.f, an endemic species of Iran.
Daru. 22(1), 12.

Anda mungkin juga menyukai