Anda di halaman 1dari 22

ANEMIA

A. Definisi

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung


eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
oleh darah. Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter
tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan
akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya
sampai kepada label anemia tersebut. (Sudoyo Aru).

B. Etiologi

Anemia bukanlah suatu kesatusn penyakit tersendiri (disease entity), tetapi


merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada
dasarnya anemia disebabkan oleh karena; 1). Gangguan pembentukan eritrosit oleh
sumsung tulang; 2). Kehilangan darah keluar tubuh (Perdarahan); 3). Proses
penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).

C. Patofisilogi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau


kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

D. Manifestasi Klinis

1. Manifestasi klinis yang sering muncul

a. Pusing

b. Mudah berkunang-kunang

c. Lesu

d. Aktivitas kurang

e. Rasa mengantuk

f. Susah konsentrasi

g. Cepat lelah

h. Prestasi kerja fisik/pikiran menurun

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium

a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia.dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk
morfologi tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-
komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV,MCV,dan
MCHC), asupan darah tepi.

b. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit,laju endap darah


(LED), dan hitung retikulosit.

c. Pemeriksaan sumsung tulang : pemeriksaan ini memberikan informasi


mengenai keadaan system hematopoesis.

d. Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk mengomfirmasi


dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini :

1. Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin
serum.

2. Anemia megabloblastik : asam folat darah/eritrosit,vitamin B12.

3. Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis


Hb.

4. Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.

2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam


urat, faal hati,biakan kuman.

3. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi

4. Pemeriksaan sitogenetik

5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase Chain Raction, FISH =


Fluorescence In Situ Hybridization)

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti


darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya yaitu :
1. Anemia aplastik

Dengan transplantasi sumsung tulang dan terapi immunosupresif dengan


antithimocyte globulin (ATG) yang di perlukan melalui jalur sentral selama 7-10
hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsung tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.

2. Anemia pada penyakit ginjal

Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat.
Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.

3. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memrlukan


penangangan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang mendasarinya,
maka anemia akan terobati dengan sendirinya.

4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat

Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada difesiensi besi diberikan


sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari
5gr%

5. Anemia megabloblastik

a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila


difesiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, tetapi vitamin B12 harus diteruskan


selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau melabsorbsi yang tidak
dapat dikoreksi.

c. pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mh/hari.

d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbsi,


penangannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM.

6. Anemia pasca perdarahan


Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
deiberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.

7. Anemia hemolitik

Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisi.


A. Skenario Kasus Anemia

Seorang anak berusia 4 tahun dan keluarga datang dengan keluhan panas
naik turun sejak 1 bulan yang lalu disertai mimisan . Ibu klien mengatakan klien
sering sariawan dengan gusi berdarah. Ibu klien mengeluhkan makan minum sejak
I bulan yang lalu klien sulit untuk makan dan minum. Klien terlihat pucat. Ibu klien
mengatakan klien tidak mempunyai riwayat penyakit kronis atau pun riwayat
operasi. Ibu juga mengatakan dalam mengandung klien ibu tidak mempunyai
riwayat komplikasi. Klien lahir secara SC atas indikasi letak lintang dan dry labour,
berat badan lahir 3,5 kg, lahir segera menangis

Identitas Pasien
Nama : An.s
Umur : 4 tahun
Berat badan : 19 kg
Tinggi badan : 97 cm
Agama : Islam
Alamat : Bandung
Anamnesa
Keluhan utama : Panas
a. Riwayat penyakit sekarang : Pasien rujukan dari RS DKT dengan keluhan
panas naik turun sejak 1 bulan, sering sariawan, gusi berdarah dan tampak pucat,
makan dan minum susah. Muntah (-),, mual(+), mimisan (+), kejang (-), BAB dan
BAK lancar, nyeri (-).
b. Riwayat penyakit dahulu : belum pernah mondok, riwayat trauma (-)
c. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa,
riwayat alergi (-)
d. Riwayat kehamilan : tidak pernah ada masalah kehamilan, ANC teratur di bidan
e. Riwayat persalinan : lahir secara SC atas indikasi letak lintang dan dry labour,
berat badan lahir 3,5 kg, lahir segera menangis
f. Riwayat imunisasi : lengkap
g. Riwayat makanan : Susu formula
1 bulan : bubur susu 3x sehari
6 bulan : bubur nasi/tim 3x sehari
h. Riwayat tumbuh kembang : sesuai dengan umur
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : tampak sedikit anemis
Kesadaran : compos mentis
Vital sign : T : 90/60 mmHg N : 132x/menit
R : 38x/menit S : 37,6 0C
Leher : lnn tidak membesar
Thorax : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Jantung : S1-S2 reguler, bising -
Paru : vesikuler,Wheezing -/-, RBK -/-
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), timpani, bising usus (+),
Hepar lien tidak membesar, T/E baik
Ekstremitas : akral agak dingin, CRT 3 detik.
Kepala : mata : CA -/-, SI -/-, mata cekung (-),konjungtiva anemis
Hidung : sekret (-), nafas cuping hidung (-)
Telinga : sekret (-)
Mulut : bibir kering (-), faring hiperemis (-), lidah kotor (-), tonsil normal

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin:
AL : 17,7 x 103/μL
AE : 4,47 x 106/μL
Hb : 7,3 g/dL
Tromb : 130.000 mg/dl
Leuko : 13.000/dl
Ht : 25,9 %
MCV : 55,0 fL
MCH : 15,6 pg
MCHC : 28,6 g/dL
AT : 687 x 103/Μl

Analisa Data
Data Masalah Penyebab
S : ibu klien mengatakan Perubahan perfusi penurunan komponen
klien sering panas sejak 1 jaringan seluler
bulan yang lalu
Kadang mimisan
Sering sariawan dan gusi
berdarah
O : perdarahan pada gusi
Terlihat Pucat
CRT : 3 detik
N : 125x/m S : 37,6 C
TD : 90/60 mmhg
R : 38x/m
Hb : 7,3 g/d

S : ibu mengatakan klien Perubahan nutrisi kurang kegagalan untuk


makan dan minum dari kebutuhan tubuh mencerna atau ketidak
kurang mampuan mencerna
Mual (+) makanan
O : klien terlihat lemah
Hb : 7,3 g/d

S : ibu mengatakan Resiko infeksi penurunan daya tahan


Kadang mimisan tubuh sekunder
Sering sariawan dan gusi leucopenia, penurunan
berdarah granulosit (respons
Makan dan minum susah inflamasi tertekan).
O : perdarahan pada gusi
Terlihat Pucat
CRT : 3 detik
N : 125x/m S : 37,6 C
TD : 90/60 mmhg
R : 38x/m
Hb : 7,3 g/d
Tromb : 130.000 mg/dl
Leuko : 13.000/dl

NO DX KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
1 Perubahan perusi jaringan setelah • Tanda- 1) Ukur tanda-tanda vital,
berhubungan dengan dilakukan tanda vital stabil observasi pengisian kapiler,
penurunan komponen tindakan • Membran warna kulit/membrane
seluler yang diperlukan keperawatan mukosa mukosa, dasar kuku.
untuk pengiriman oksigen / selama 3 x 24 berwarna merah R/ memberikan informasi
nutrisi ke sel. jam anak muda tentang keadekuatan perfusi
menunjukkan • Pengisian jaringan dan membantu
perfusi yang kapiler kebutuhan intervensi.
adekuat • Haluaran 2) Auskultasi bunyi napas.
urine adekuat R/ dispnea, gemericik
menunjukkan CHF karena
regangan jantung
lama/peningkatan kopensasi
curah jantung.
3) Observasi keluhan nyeri
dada, palpitasi.
R/ iskemia seluler
mempengaruhi jaringan
miokardial/potensial resiko
infark.
4) Evaluasi respon verbal
melambat, agitasi,
gangguan memori, bingung.
R/ dapat mengindikasikan
gangguan perfusi serebral
karena hipoksia

5) Evaluasi keluhan dingin,


pertahankan suhu
lingkungan dan tubuh
supaya tetap hangat.
R/ vasokonstriksi (ke organ
vital) menurunkan sirkulasi
perifer.

Kolaborasi
6) Observasi hasil
pemeriksaan laboratorium
darah lengkap
R/ mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan
pengobatan/respons
terhadap terapi.
7) Berikan tr ansfusi darah
lengkap/packed sesuai
indikasi
R/ meningkatkan jumlah sel
pembawa oksigen,
memperbaiki defisiensi
untuk mengurangi resiko
perdarahan.
8) Berikan oksigen sesuai
indikasi.
R/ memaksimalkan transpor
oksigen ke jaringan.

9) Siapkan intervensi
pembedahan sesuai
indikasi.
R/ transplantasi sumsum
tulang dilakukan pada
kegagalan sumsum tulang/
anemia aplastik.

Perubahan nutrisi kurang setelah · Asupan 1) Observasi dan catat masukan


dari kebutuhan tubuh dilakukan nutrisi makanan anak.
berhubungan dengan tindakan adekuat R/ mengawasi masukan kalori
kegagalan untuk mencerna keperawatan · Berat badan atau kualitas kekurangan
atau ketidak mampuan 3 x 24 jam normal konsumsi makanan.
mencerna makanan / anak mampu · Nilai 2) Berikan makanan sedikit dan
absorpsi nutrisi yang mempertahan laboratorium frekuensi sering
diperlukan untuk kan berat dalam batas R/ makan sedikit dapat
pembentukan sel darah badan yang normal : menurunkan kelemahan dan
merah (SDM) normal. stabil · Albumin : 4 – meningkatkan asupan nutrisi.
5,8 g/dL 3) Observasi mual / muntah,
· Hb : 11 – 16 flatus.
g/dL R/ gajala GI menunjukkan
· Ht : 31 – 43 efek anemia (hipoksia) pada
% organ.
· Trombosit :
150.000 – 4) Bantu anak melakukan oral
400.000 µL higiene, gunakan sikat gigi
· Eritrosit : 3,8 yang halus dan lakukan
– 5,5 x 1012 penyikatan yang lembut.
R/ meningkatkan napsu
makan dan pemasukan oral.
Menurunkan pertumbuhan
bakteri, meminimalkan
kemungkinan infeksi.
Teknik perawatan mulut
diperlukan bila jaringan
rapuh/luak/perdarahan.

Kolaborasi
5) Observasi pemeriksaan
laboratorium : Hb, Ht,
Eritrosit, Trombosit,
Albumin.
R/ mengetahui efektivitas
program pengobatan,
mengetahui sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.

6) Berikan diet halus rendah


serat, hindari makanan
pedas atau terlalu asam
sesuai indikasi.
R/ bila ada lesi oral, nyeri
membatasi tipe makanan
yang dapat ditoleransi anak.

7) Berikan suplemen nutrisi


mis : ensure, Isocal.
R/ meningkatkan masukan
protein dan kalori.

Konstipasi atau diare setelah · Frekuensi 1) Observasi warna feces,


berhubungan dengan dilakukan defekasi 1x konsistensi, frekuensi dan
penurunan masukan diet; tindakan setiap hari jumlah.
perubahan proses keperawatan · Konsistensi R/membantu
pencernaan. 3 x 24 jam feces lembek, mengidentifikasi penyebab /
anak tidak ada factor pemberat dan
menunjukan lender / darah intervensi yang tepat.
perubahan · Bising usus 2) Auskultasi bunyi usus.
pola defekasi dalam batas R/ bunyi usus secara umum
yang normal. normal meningkat pada diare dan
menurun pada konstipasi.
3) Hindari makanan yang
menghasilkan gas.
R/menurunkan distensi
abdomen.

Kolaborasi
4) Berikan diet tinggi serat
R/ serat menahan enzim
pencernaan dan
mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang traktus
intestinal.
5) Berikan pelembek feces,
stimulant ringan, laksatif
sesuai indikasi.
R/ mempermudah defekasi
bila konstipasi terjadi.
6) Berikan obat antidiare mis :
difenoxilat hidroklorida
dengan atropine (lomotil)
dan obat pengabsorpsi air
mis Metamucil.
R/ menurunkan motilitas
usus bila diare terjadi.

Intoleran aktivitas setelah · Tanda – tanda 1) Ukur tanda – tanda vital


berhubungan dengan dilakukan vital dalam setiap 8 jam
ketidakseimbangan antara tindakan batas normal R/ manifestasi
suplai oksigen keperawatan · Anak bermain kardiopulmonal dari upaya
(pengiriman) dan 3 x 24 jam dan istirahat jantung dan paru untuk
kebutuhan. anak dengan tenang membawa jumlah oksigen
melaporkan · Anak adekuat ke jaringan.
peningkatan melakukan
toleransi aktivitas sesuai 2) Observasi adanya tanda –
aktivitas. dengan tanda keletihan ( takikardia,
kemampuan palpitasi, dispnea, pusing,
· Anak tidak kunang – kunang, lemas,
menunjukkan postur loyo, gerakan lambat
tanda – tanda dan tegang.
keletihan R/ membantu menetukan
intervensi yang tepat.

3) Bantu anak dalam aktivitas


diluar batas toleransi anak.
R/ mencegah kelelahan.

4) Berikan aktivitas bermain


pengalihan sesuai toleransi
anak.
R/ meningkatkan istirahat,
mencegah kebosanan dan
menarik diri.

Resiko infeksi setelah · Tanda – tanda 1) Ukur tanda – tanda vital


berhubungan dengan dilakukan vital dalam setiap 8 jam.
penurunan daya tahan tindakan batas normal R/ demam mengindikasikan
tubuh sekunder leucopenia, keperawata · Leukosit terjadinya infeksi.
penurunan granulosit 3 x 24 jam dalam batas
(respons inflamasi infek tidak normal 2) Tempatkan anak di ruang
tertekan). terjadi. · Keluarga isolasi bila memungkinkan
menunjukkan dan beri tahu keluarga
perilaku supaya menggunakan
pencegahan masker saat berkunjung.
infeksi pada R/ mengurangi resiko
anak penularan mikroorganisme
kepada anak.

3) Pertahankan teknik aseptik


pada setiap prosedur
perawatan.
R/ mencegah infeksi
nosokomial.

Kolaborasi
4) Observasi hasil pemeriksaan
leukosit.
R/lekositosis
mengidentifikasikan
terjadinya infeksi dan
leukositopenia
mengidentifikasikan
penurunan daya tahan tubuh
dan beresiko untuk terjadi
infeksi

1. Diagnosa dan Intervensi


1. Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM)
normal.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Dx 1 : Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan


komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak
menunjukkan perfusi yang adekuat
Kriteria Hasil :
· Tanda-tanda vital stabil
· Membran mukosa berwarna merah muda
· Pengisian kapiler
· Haluaran urine adekuat

Intervensi :
1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna
kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
R/ memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu kebutuhan intervensi.

2) Auskultasi bunyi napas.


R/ dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung
lama/peningkatan kopensasi curah jantung.

3) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.


R/ iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko
infark.
4) Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung.
R/ dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia

5) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh


supaya tetap hangat.
R/ vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.

Kolaborasi
6) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap
R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons
terhadap terapi.

7) Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi


R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi
untuk mengurangi resiko perdarahan.

8) Berikan oksigen sesuai indikasi.


R/ memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.

9) Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.


R/ transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum
tulang/ anemia aplastik.

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM)
normal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu
mempertahankan berat badan yang stabil
Kriteria hasil :
· Asupan nutrisi adekuat
· Berat badan normal
· Nilai laboratorium dalam batas normal :
Albumin : 4 – 5,8 g/dL
Hb : 11 – 16 g/dL
Ht : 31 – 43 %
Trombosit : 150.000 – 400.000 µL
Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012

Intervensi :
1) Observasi dan catat masukan makanan anak.
R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.

2) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering


R/ makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan
nutrisi.

3) Observasi mual / muntah, flatus.


R/ gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

4) Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan
lakukan penyikatan yang lembut.
R/ meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik
perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.

Kolaborasi
5) Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit,
Albumin.
R/ mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.
6) Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu
asam sesuai indikasi.
R/ bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi
anak.

7) Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal.


R/ meningkatkan masukan protein dan kalori.

Dx.3 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh


sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak
terjadi.
Kriteria Hasil :
· Tanda – tanda vital dalam batas normal
· Leukosit dalam batas normal
· Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak

Intervensi
1) Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam.
R/ demam mengindikasikan terjadinya infeksi.

2) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu


keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung.
R/ mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak.

3) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.


R/ mencegah infeksi nosokomial.

Kolaborasi
4) Observasi hasil pemeriksaan leukosit.
R/lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia
mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk
terjadi infeksi

a. EVALUASI
NO NO DX EVALUASI PARAF
I S : ibu mengatakan klien tidak panas lagi
Tidak ada mimisan
Gusi tidak berdarah.
O : perdarahan (-)
Anemis (-), konjungtiva normal, mimisan (-)
TTV normal
Hb : 12 mg/dl
CRT< 2 detik
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
S : ibu klien mengatakan klien dapat makan
dan minum
Mual (-),
O : klien tidak terlihat lemah
Klien mulai bermain. HB 12 mg/dl
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervens
S : ibu mengatakan mimisan tidak ada,
sariawan dan gusi berdarah tidak ada, Makan
dan minum sudah mau
O : perdarahan pada gusi(-)
Pucat (-)
CRT < 2 detik

TTV Normal
Hb : 12 g/dl
Tromb : 150.000 mg/dl
Leuko : 10.000/dl
A : Masalah teratasi
P: hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai