Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 ISSN : 2252-9721 (Cetak)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal ISSN : 2549-8126 (Online)


Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PERBEDAAN KADAR KAFEIN PADA EKSTRAK BIJI, KULIT BUAH DAN


DAUN KOPI (COFFEA ARABICA L.) DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Nuzul Valianti Dewi1, Nita Fajaryanti1, Eni Masruriati1


1
Program Studi DIII Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehata Kendal
nitafajaryanti@gmail.com

ABSTRAK
Biji, kulit buah dan daun kopi (Coffea arabica L.) memiliki kandungan kafein yang merupakan
senyawa alkaloid turunan xantine (basa purin). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
kadar kafein pada ekstrak biji, kulit buah dan daun kopi dengan metode spektrofotometri UV-Vis.
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi sokletasi dengan pelarut etanol
96% dan metode yang digunakan untuk uji kadar kafein adalah metode spektrofotometri UV-
Vis.Kadar kafein ekstrak biji, kulit buah dan daun kopi dianalisis secara statistik menggunakan uji post
hoct LSD menunjukkan sampel ekstrak biji dengan kulit buah kopi tidak ada perbedaan kadar kafein
(p> 0,05), sedangkan pada sampel ekstrak biji dengan daun kopi dan ekstrak kulit buah dengan daun
kopi menunjukkan adanya perbedaan kadar kafein (p< 0,05). Kadar kafein tertinggi terdapat pada
ekstrak daun kopi yaitu 3,28% b/b.

Kata kunci : Biji, kulit buah, daun kopi

DIFFERENCE BETWEEN KAFEIN ON SEED EXTRACT, LEATHER FRUIT AND


COFFEE LEAVES (COFFEA ARABICA L.) WITH METHOD
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

ABSTRACT
Seeds, fruits and coffea leaves (Coffea arabica L.) contain caffeine which is an alkaloid compound of
xanthine derivates (purine base). This study aims to determine differences in caffeine levels in seed
extract, fruit skin and coffea leaves with spectrophotometry UV-Vis method. The extraction method
used in this study was socletation extraction with ethanol 96%solvent and the method used for
caffeine grade assay was spectrophotometry UV-Vis method. Levels of caffeine seed extract, fruit skin
and coffea leaves were analyzed statistically using post hoct LSD test showed a sample of seed extract
with coffea pell no difference of caffeine content (p> 0,05), whereas in sample extract of seed with
coffea leaves and skin extract fruit with coffea leaves showed a difference in caffeine levels (p< 0,05).
The highest levels of caffeine found in coffea leaf extract is 3,28% w/w.

Keywords: Seed, fruit skin and coffea leaves.

PENDAHULUAN makanan dan minuman adalah 150 mg/ hari


Kafein adalah senyawa alkaloid turunan dan 50 mg/ sajian (Maramis, dkk., 2013).
xantine (basa purin) yang secara alami banyak
terdapat pada kopi (Fatoni, 2015). Kandungan Kopi mengandung alkaloid, salah satu cirinya
kafein pada kopi memiliki efek farmakologis adalah berasa pahit yang disebabkan oleh
yang bermanfaat secara klinis seperti kandungan kafeinnya (Budiman, dkk., 2010).
menstimulasi susunan saraf, relaksasi otot Alkaloid tersebar hampir di semua bagian
polos terutama otot polos bronkus dan stimulus tumbuhan dengan kadar yang berbeda-beda,
otot jantung. Efek samping dari penggunaan antara lain pada batang, kulit batang, daun,
kafein secara berlebihan (overdosis) dapat akar, buah, biji dan dalam vakuola(Hanani,
menyebabkan gugup, gelisah, insomnia, mual 2014). Biji kopi mengandung berbagai zat
dan kejang. Dosis kafein berdasarkan FDA kimia seperti aldehid, furfural.
(Food Drug Administration) yang diizinkan
100-200 mg/ hari, sedangkan menurut SNI 01- Keton, alkohol, ester, asam format, asam asetat
7152-2006 batas maksimum kafein dalam dan kafein (Widyotomo, dkk., 2007).Kulit

29
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

buah kopi mengandung beberapa senyawa Pembuatan Ekstrak


metabolitsekunder yaitu kafein dan Seperangkat alat soklet disiapkan.Serbuk biji,
golonganpolifenol (Marcelinda, dkk., 2016), kulit buah dan daun kopi masing-masing
sedangkan daun kopi mengandung senyawa ditimbang sebanyak 30 gram, kemudian
flavonoid, alkaloid, saponin, kafein dan dibungkus menggunakan kertas saring dan
polifenol (Wulandari, 2014). diikat.Masukkan sampel kedalam tabung
(sifon) pada rangkaian alat soklet.Tambahkan
Senyawa kafein hampir terdapat diseluruh pelarut etanol 96% sebanyak 150 mL ke dalam
bagian tanaman kopi. Kulit buah dan daun labu soklet, panaskan simplisia dan tunggu
kopi merupakan bagian dari tanaman kopi sampai sirkulasi 15 kali.Hasil ekstrak biji, kulit
yang mengandung senyawa kafein yang belum buah dan daun kopi ditampung pada cawan
banyak dimanfaatkan secara maksimal, hanya dan diuapkan di atas penangas air sampai
sebagian kecil yang telah dimanfaatkan untuk diperoleh ekstrak kental.
pakan ternak dan pupuk kompos. Bagian
tanaman kopi yang banyak digunakan adalah Uji Kualitatif Kafein
bijinya karena mengandung senyawa kafein 1. MetodeParry
yang merupakan alkaloid turunan xantine. Sejumlah zat dilarutkan dengan etanol 96%
Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan secukupnya, kemudian ditambahkan reagen
penelitian untuk mengetahui kadar kafein yang parry dan ammonia. Larutan berwarna biru
terkandung dalam ekstrak biji, kulit buah dan tua/ hijau menyatakan terdapat kafein.
daun kopi. Penelitian ini dilakukan dengan
cara mengektraksi biji, kulit buah dan daun 2. Uji Analisis Kromatografi Lapis Tipis
kopi dengan metode sokletasi dan mengukur (KLT)
kadar kafein secara spektrofotometri UV-Vis Fase gerak = etil asetat: methanol : NH4OH
sehingga diperoleh ada tidaknya perbedaan pekat (85:10:5). Fase diam = lempeng KLT GF
kadar kafein pada ekstrak biji, kulit buah dan 254. Larutkan baku kafein dan sampel dengan
daun kopi. Peneliti memilih metode etanol 96%.Totolkan baku kafein dan sampel
spektrofotometri UV-Vis karena memilki dengan jarak totolan 1 cm pada lempeng
banyak keuntungan, antara lain dapat KLT.Masukkan fase diam (lempeng KLT)
digunakan untuk analisis suatu zat dalam kedalam chamber yang telah dijenuhkan
jumlah kecil, pengerjaannya mudah, dengan eluen. Lempeng KLT ditunggu hingga
sederhana, cukup sensitif dan selektif, eluen bergerak melewati batasnya.Lempeng
biayanya relatif murah dan mempunyai KLT diambil, diamati di bawah lampu UV 254
kepekaan analisis cukup tinggi (Sirait, 2009). nm kemudian ditentukan Rfnya.

METODE Uji Kuantitatif Kafein


Alat 1. Pembuatan Larutan Induk Baku Kafein
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini Ditimbang kafein sebanyak 50 mg,
antara lain peralatan gelas standar yang dimasukkan kedalam labu takar 100 mL,
bermerek pyrex:labu takar, timbangan analitik, dilarutkan dengan etanol 96% sampai tanda
gelas ukur, batang pengaduk, pipet volume, batas dan dihomogenkan.
beacker glass, corong kaca, cawan porselin,
kertas saring, pipet tetes, waterbath, 2. Penentuan Panjang Gelombang
seperangkat alat sokhletasi, aerator, asbes, Deteksi absorbansi larutan standar pada
bunsen, lempeng KLT GF254, chamber, pipa rentang panjang gelombang 200-400 nm
kapiler, lampu UV 254 nm, dan seperangkat dengan menggunakan instrument
alat spektrofotometri UV-Vis merk Shimadzu. spektrofotometer UV-Vis, selanjutnya dibuat
kurva baku yang menghubungkanabsorbansi
Bahan dengan konsentrasi dari masing-masing larutan
Bahan baku utama dalam penelitian ini adalah baku.
bubuk biji, kulit buah dan daun kopi. Bahan-
bahan kimia yang digunakan untuk analisis 3. Pembuatan Kurva Baku
antara lain standart kafein, etanol 96%, Dibuat larutan baku dengan konsentrasi 4, 6, 8,
ammonia, reagen parry dan aquadest. 10, 12, 14 dan 16 ppm, yaitu dengan dipipet
masing-masing 2, 3, 4, 2, 6, 7 dan 8 mL dari
30
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

larutan induk baku kemudian dimasukkan dapat terekstrak sempurna, karena dilakukan
kedalam labu takar 250 mL dan 100 mL dan berulang-ulang. Sampel yang sudah dibungkus
ditambahkan etanol 96% sampai garis tanda dengan kertas saring dimasukkan kedalam alat
dan dihomogenkan. Selanjutnya diukur sokletasi dan pada labu alat sokletasi
serapannnya dengan spektrofotometer pada dimasukkan masing-masing 150 mL etanol
panjang gelombang serapan maksimum 96% kemudian dilakukan sokletasi sebanyak
dengan blanko serapan aquadest dan dihitung 15 kali sirkulasi.
jumlah kafein dari angka serapan masing-
masing. Pelarut etanol 96% digunakan karena etanol
memiliki dua sisi yang terdiri dari gugus –OH
4. Penetapan Kadar Sampel yang bersifat polar dan gugus CH2CH3 yang
Hasil ekstrak kental ditimbang sebanyak 0,1 g, bersifat non polar (Aziz, dkk., 2014) sifatnon
kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 polar inilah yang membuat etanol mampu
mL, diencerkan dengan etanol 96% sampai mengekstrak kandungan alkaloid di dalam
tanda batas dan dihomogenkan.Kemudian serbuk biji, kulit buah dan daun kopi. Hasil
dibaca serapannya dengan spektrofotometri ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan
UV-Vis pada panjang gelombang 275 dengan cara diuapkan diatas penangas air
nm.Perlakuan sama dilakukan untuk ekstrak sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian
kulit buah dan daun kopi. Perhitungan kadar ekstrak ditimbang untuk mengetahui
kafein dapat dilakukan dengan rumus sebagai banyaknya ekstrak yang didapat dari sokletasi,
berikut : selanjutnya dihitung nilai rendemen dari
Kadar Kafein = x Cb x P masing-masing ekstrak. Pemilihan pelarut akan
mempengaruhi hasil kandungan senyawa yang
HASIL terekstraksi. Pemilihan pelarut untuk ekstraksi
Ekstraksi Sampel dilakukan berdasarkan kepolaran zat, dimana
Proses ekstraksi sampel biji, kulit buah dan zat yang non polar akan larut dalam pelarut
daun kopi dilakukan dengan metode sokletasi. non polar sedangkan zat yang polar akan larut
Sampel yang sudah halus ditimbang sebanyak dalam pelarut polar (Fatoni, 2015).
30 gram kemudian dibungkus dengan kertas
Hasil Rendemen Ekstrak
saring. Ekstraksi sokletasi dilakukan untuk
Hasil rendemen ekstrak biji, kulit buah dan
mempermudah pelarut organik menarik
daun kopi yang diperoleh dapat dilihat pada
alkaloid dalam bentuk garamnya menjadi basa
tabel 1.
bebas dengan adanya pemanasan, dan senyawa

Tabel 1.
Rendemen Ekstrak
Rendemen (%)
Replikasi Biji Kopi Kulit Buah Kopi DaunKopi
1 49,81 40,47 25,18
2 48,26 34,50 37,36
3 41,00 47,17 33,30
Rata-rata 46,35 40,71 31,94
Hasil Uji Kualitatif Kafein Metode Parry berwarna biru tua atau hijau jika ditambahkan
Uji kualitatif metode parry dilakukan untuk dengan reagen parry (Anonim, 1995). Hasil uji
mengetahui keberadaan kafein dalam sampel kualitatif metode parry dapat dilihat pada tabel
serbuk biji, kulit buah dan daun kopi. 2.
Keberadaan kafein ditunjukkan dengan larutan

Tabel 2.
Hasil Uji Kualitatif Kafein Metode Parry
No Sampel Etanol 96%, reagen parry, ammonia Hasil
1. Ekstrak biji kopi Hijau +
2. Ekstrak kulit buah kopi Hijau +
3. Ekstrak daun kopi Hijau +
31
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Keterangan : tersebut dimasukkan kedalam chamber yang


+ = Sampel mengandung kafein sebelumnya sudah dijenuhkan dengan eluen.
- = Sampel tidak mengandung kafein Eluen yang digunakan untuk mengelusikan
adalah etil asetat: metanol: NH4OH pekat
Hasil Uji Kualitatif Kafein Analisis dengan perbandingan 85: 10: 5 sesuai dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) literatur (Rohman, 2009). Etil asetat bersifat
Pengujian kromatografi lapis tipis merupakan semi polar, metanol bersifat polar, NH4OH
salah satu analisa kualitatif dari suatu sampel pekat bersifat polar sedangkan kafein sendiri
dengan memisahkan komponen senyawa bersifat polar sehingga diharapkan eluen ini
sampel berdasarkan perbedaan kepolarannya. dapat mengangkat noda yang tingkat
Semakin dekat kepolaran antara sampel kepolarannya berbeda-beda. Penjenuhan ini
dengan eluen maka sampel akan semakin bertujuan untuk memperoleh homogenitas
terbawa oleh gerak tersebut. Pengujian ini atmosferik di dalam chamber, dengan
dilakukan untuk menegaskan adanya kafein demikian akan meminimalkan penguapan
yang terkandung dalam sampel. Uji pelarut dari lempeng KLT selama
kromatografi lapis tipis dilakukan dengan pengembangan (Rohman dan Gholib, 2012).
proses elusidasi dan menghitung nilai Rf yang Lempeng KLT yang sudah dimasukkan dalam
diperoleh dari perbandingan jarak noda dan chamber dan dilakukan proses elusi sampai
jarak elusi. eluen melewati tanda batas elusi kemudian
lempeng KLT dikeringkan dengan cara
Setelahdiperoleh ekstrak biji, kulit buah dan diangin-anginkan. Kemudian lempeng KLT
daun kopi, kemudian dilakukan analisis KLT. dideteksi melalui sinar tampak dan sinar UV
Sampel ekstrak tersebut dilarutkan dengan 254 nm. Setelah dideteksi dibawah sinau UV
etanol 96% terlebih dahulu, kemudian 254 nm, selanjutnya ditentukan nilai Rf. Nilai
ditotolkan pada lempeng KLT menggunakan Rf disebut juga faktor retensi yaitu
pipa kapiler. Lempeng KLT yang digunakan perbandingan jarak yang ditempuh senyawa
pada penelitian adalah lempeng silika gel dengan jarak yang ditempuh pelarut. Hasil
(GF254) dengan panjang 10 cm dan jarak nilai Rf ekstrak biji, kulit buah dan daun kopi
elusinya 8 cm. Kemudian lempeng KLT terdapat pada tabel 3.

Tabel 3.
Nilai Rf Kafein Ekstrak Biji, Kulit Buah dan Dun Kopi
Sinar tampak Sinar UV 254 nm
Baku Biji Kopi Kulit Buah Daun Kopi Baku Biji Kulit Buah Daun Kopi
Kopi Kopi Kopi
- 0,43 0,48 0,45 0,55 0,55 0,53 0,58
0,87
0,90
Hasil Uji Kuantitatif Kafein Metode ppm dan diukur dengan panjang gelombang
Spektrofotometri UV-Vis maksimum 272 nm, hasil absorbansi larutan
Penentuan kurva baku dilakukan baku kafein dengan berbagai konsentrasi
berdasarkan perhitungan nilai kafein dapat dilihat pada tabel 4.
yaitu konsentrasi 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16

Tabel 4.
Absorbansi Larutan Baku Kafein pada Panjang Gelombang 272 nm
Konsentrasi (ppm) Koreksi kadar (ppm) Absorbansi
4 4,032 0,187
6 6,048 0,285
8 8,064 0,373
10 10,08 0,462
12 12,096 0,564
14 14,112 0,658
16 16,128 0,759

32
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kendal

Setelah diperoleh hasil pengukuran (r) sebesar 0,9997, dari persamaan garis
absorbansi larutan baku kafein, selanjutnya tersebut y menyatakan absorbansi dan x
dibuat kurva baku yang menghubungkan menyatakan konsentrasi. Grafik
absorbansi dengan konsentrasi dan didapat pengukuran larutan baku dapat dilihat pada
persamaan garis y = 0,0469x + (- gambar 1.
,0357x10⁻3) dengan nilai koefisien korelasi

1
y = 0,0469 + (-4,0357x10⁻3)
Absorbansi

r = 0,9997

0,5 Absorbansi

0
4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi (ppm)
Gambar 1.Kurva Baku Kafein

Hasil Pengukuran Sampel Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis


Hasil pengukuran ekstrak biji, kulit buah dan daun kopi dengan metode spektrofotometri UV-Vis
dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.
Hasil PengukuranEkstrak Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis.
Absorbansi
Replikasi Biji Kopi Kulit Buah Kopi Daun Kopi
1 0,327 0,550 0,509
2 0,373 0,519 0,470
3 0,365 0,555 0,451
Absorbansi yang diperoleh dari hasil hasil absorbansi sampel kemudian dilakukan
pengukuran ekstrak biji, kulit buah dan daun pengukuran kadar kafein yeng terdapat dalam
kopi diatas semuanya memenuhi range ekstrak biji, kulit buah dan daun kopi. Hasil
absorban 0,2-0,8 atau 15% sampai 70% jika perhitungan kadar kafein pada ekstrak biji kulit
dibaca sebagai transmitan. Setelah diperoleh buah dan daun kopi dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6.
Hasil Perhitungan Kadar Kafein Ekstrak Biji, Kulit Buah dan Daun Kopi
Kadar Kafein dalam
Absorbansi Absorbansi Konsentrasi
Sampel Rep 1 g serbuk simplisia
Sampel (As) Baku (Ab) Baku (Cb)
Mg % b/b
1 0,327 0,373 8,0640 17,6000 1,76
Ekstrak Biji
2 0,373 0,373 8,0640 19,4544 1,94
Kopi
3 0,365 0,373 8,0640 16,1759 1,61
Rata-rata 17,7434 1,77
1 0,550 0,564 12,0960 23,8682 2,38
Ekstrak Kulit
2 0,519 0,564 12,0960 19,1963 1,91
Buah Kopi
3 0,555 0,564 12,0960 27,4579 2,74
Rata-rata 23,5074 2,35
1 0,509 0,564 12,0960 27,4733 2,74
Ekstrak Daun
2 0,470 0,462 10,0800 38,3266 3,83
Kopi
3 0,451 0,462 10,0800 32,7632 3,27
Rata-rata 32,8543 3,28

33
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hasil Analisa Univariate dan Bivariate 1. AnalisaUnivariate


Ekstrak Biji Kulit Buah dan Daun Kopi Hasil analisis Univariate ekstrak biji, kulit
(Coffea arabica L.) dengan Metode SPSS buah dan daun kopi dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7.
Hasil Analisa Univariate Kadar Kafein Ekstrak Biji, Kulit Buah dan Daun Kopi
Sokletasi n Mean Median Standar Devisiasi
1 3 1,7700 1,7600 0,1652
Kadar Kafein
2 3 2,3433 2,3800 0,4162
3 3 3,2800 3,2700 0,5450
2. AnalisaBivariate statistik menggunakan uji one way ANOVA,
Hasil perhitungan kadar kafein ekstrak biji, sebelum dilakukan uji tersebutterlebih dahulu
kulit buah dan daun Kopi dihitung secara dilakukan adalah uji normalitas data.
Tabel 8.
Hasil Test of Normality Kadar Kafein
Sampel Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Walk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Kadar Kafein Ekstrak Biji Kopi ,191 3 , ,997 3 ,900
Ekstrak Kulit Buah Kopi ,202 3 , ,997 3 ,854
Ekstrak Daun Kopi ,177 3 , 1,000 3 ,970

Tabel 9.
Hasil Uji Homogeneity Of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.000 2 6 ,422

Tabel 10.
Hasil Uji One way ANOVA Kadar Kafein
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3,486 2 1,743 10,508 ,011
Within Groups ,995 6 ,166
Total 4,481 8
Hipotesis :
H0 = Tidak ada perbedaan antara kadar kafein pada masing-masing sampel.
H1 = Ada perbedaan kadar kafein antara kadar kafein pada masing-masing sampel.

Berdasarkan hasil perhitungan one masing-masing sampel.Analisa statistik


wayANOVA pada tabel 10, significancy dilanjutkan dengan uji post hoct LSD untuk
Anova menunjukkan angka 0,011 (p < 0,05), mengetahui perbedaan kadar kafein yang
dengan probabilitas 0,011 < 0,05, maka H0 signifikan antar sampel. Hasil uji post hoct
ditolak dan H1 diterima atau bisa disimpulkan LSD dapat dilihat pada tabel 11.
bahwa ada perbedaan kadar kafein antara

Tabel 11.
Hasil Uji Post Hoct LSD Kadar Kafein Ekstrak Biji, Kulit Buah dan Daun Kopi
Sampel Nilai P Value Keterangan Kesimpulan
Signifikan (95%)
A vs B 0,135 0,05 P>0,05 Tidak berbeda signifikan
A vs C 0,004 0,05 P<0,05 Berbeda signifikan
B vs A 0,135 0,05 P>0,05 Tidak berbeda signifikan
B vs C 0,030 0,05 P<0,05 Berbeda signifikan
C vs A 0,004 0,05 P<0,05 Berbeda signifikan
C vs B 0,030 0,05 P<0,05 Berbeda signifikan

34
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Keterangan = ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan


A = Ekstrak Biji Kopi dengan cara diuapkan diatas penangas air
B = Ekstrak Kulit Buah Kopi sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian
C = Ekstrak Daun Kopi ekstrak ditimbang untuk mengetahui
banyaknya ekstrak yang didapat dari sokletasi,
PEMBAHASAN selanjutnya dihitung nilai rendemen dari
Ekstraksi Sampel masing-masing ekstrak. Pemilihan pelarut akan
Proses ekstraksi sampel biji, kulit buah dan mempengaruhi hasil kandungan senyawa yang
daun kopi dilakukan dengan metode sokletasi. terekstraksi. Pemilihan pelarut untuk ekstraksi
Sampel yang sudah halus ditimbang sebanyak dilakukan berdasarkan kepolaran zat, dimana
30 gram kemudian dibungkus dengan kertas zat yang non polar akan larut dalam pelarut
saring. Ekstraksi sokletasi dilakukan untuk non polar sedangkan zat yang polar akan larut
mempermudah pelarut organik menarik dalam pelarut polar (Fatoni, 2015).
alkaloid dalam bentuk garamnya menjadi basa
bebas dengan adanya pemanasan, dan senyawa Hasil Rendemen Ekstrak
dapat terekstrak sempurna, karena dilakukan Hasil rendemen yang diperoleh dari ekstrak
berulang-ulang. Sampel yang sudah dibungkus biji, kulit buah dan daun kopi pada tabel1
dengan kertas saring dimasukkan kedalam alat menunjukkan adanya perbedaan rata-rata
sokletasi dan pada labu alat sokletasi rendemen ekstrak. Rendemen tertinggi terdapat
dimasukkan masing-masing 150 mL etanol pada ekstrak biji kopi yaitu 46,35 %, kemudian
96% kemudian dilakukan sokletasi sebanyak ekstrak kulit buah kopi yaitu 40,71 % dan
15 kali sirkulasi. ekstrak daun kopi yaitu 31,94 %. Adanya
perbedaan rendemen dapat dipengaruhi oleh
Pelarut etanol 96% digunakan karena etanol banyaknya jumlah komponen senyawa aktif
memiliki dua sisi yang terdiri dari gugus –OH yang terdapat dalam masing-masing sampel.
yang bersifat polar dan gugus CH2CH3 yang Hal ini terjadi karena alkaloid pada tanaman
bersifat non polar (Aziz, dkk., 2014) sifatnon kopi paling banyak terdapat pada bijinya
polar inilah yang membuat etanol mampu (Hanani, 2014).
mengekstrak kandungan alkaloid di dalam
serbuk biji, kulit buah dan daun kopi. Hasil Hasil Uji Kualitatif Kafein Metode Parry
Tabel 2 menunjukkan bahwa ketiga sampel diperoleh dari perbandingan jarak noda dan
yang diuji dengan reagen parry menghasilkan jarak elusi. Setelahdiperoleh ekstrak biji, kulit
larutan warna hijau. Hal tersebut menunjukkan buah dan daun kopi, kemudian dilakukan
adanya kafein dalam ekstrak biji, kulit buah analisis KLT. Sampel ekstrak tersebut
dan daun kopi. Reagen parry dibuat dengan dilarutkan dengan etanol 96% terlebih dahulu,
mereaksikan Cobalt Nitrat [Co(NO3)2] dengan kemudian ditotolkan pada lempeng KLT
Etanol (C2H5OH). Timbulnya warna hijau menggunakan pipa kapiler. Lempeng KLT
karena Ion cobalt (Co) dalam reagen parry yang digunakan pada penelitian adalah
akan berikatan dengan gugus nitrogen pada lempeng silika gel (GF254) dengan panjang 10
senyawa kafein membentuk kompleks cm dan jarak elusinya 8 cm. Kemudian
berwarna hijau (Maramis, dkk., 2013). lempeng KLT tersebut dimasukkan kedalam
chamber yang sebelumnya sudah dijenuhkan
Hasil Uji Kualitatif Kafein Analisis dengan eluen. Eluen yang digunakan untuk
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) mengelusikan adalah etil asetat: metanol:
Pengujian kromatografi lapis tipis merupakan NH4OH pekat dengan perbandingan 85: 10: 5
salah satu analisa kualitatif dari suatu sampel sesuai dengan literatur (Rohman, 2009). Etil
dengan memisahkan komponen senyawa asetat bersifat semi polar, metanol bersifat
sampel berdasarkan perbedaan kepolarannya. polar, NH4OH pekat bersifat polar sedangkan
Semakin dekat kepolaran antara sampel kafein sendiri bersifat polar sehingga
dengan eluen maka sampel akan semakin diharapkan eluen ini dapat mengangkat noda
terbawa oleh gerak tersebut. Pengujian ini yang tingkat kepolarannya berbeda-beda.
dilakukan untuk menegaskan adanya kafein Penjenuhan ini bertujuan untuk memperoleh
yang terkandung dalam sampel. Uji homogenitas atmosferik di dalam chamber,
kromatografi lapis tipis dilakukan dengan dengan demikian akan meminimalkan
proses elusidasi dan menghitung nilai Rf yang penguapan pelarut dari lempeng KLT selama
35
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

pengembangan (Rohman dan Gholib, 2012). Penentuan panjang gelombang serapan


Lempeng KLT yang sudah dimasukkan dalam maksimum dari kafein dilakukan dengan
chamber dan dilakukan proses elusi sampai menggunakan larutan baku kafein pada
eluen melewati tanda batas elusi kemudian konsentrasi 10 ppm dan diukur absorbansinya
lempeng KLT dikeringkan dengan cara pada panjang gelombang 200-400 nm, dan
diangin-anginkan. Kemudian lempeng KLT hasil pengukuran ini diperoleh panjang
dideteksi melalui sinar tampak dan sinar UV gelombang maksimum pada 272 nm dengan
254 nm. nilai absorbansi 0,465, hasil tersebut sesuai
dengan literatur yaitu 272 sampai 273
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada ekstrak (Rohman dan sudjadi 2012).
daun kopi dengan sinar tampak terdapat 3 noda
diplat KLT, hal ini kemungkinan sampel yang Pembuatan kurva standar bertujuan untuk
ditotolkan terdapat senyawa lain selain kafein, mengetahui hubungan antara konsentrasi
sedangkan pada ekstrak biji dan kulit buah larutan dengan nilai absorbansinya sehingga
hanya terbentuk satu noda. Nilai Rf pada konsentrasi sampel dapat diketahui (Rizky,
ekstrak biji kopi dengan sinar tampak 2015).
diperoleh nilai 0,43 sedangkan pada ekstrak
kulit buah diperoleh nilai Rf yaitu 0,48 dan
ekstrak daun kopi diperoleh nilai Rf yaitu0,45 Hasil Pengukuran Sampel Menggunakan
dan 0,87 dan 0,90. Pengamatan yang dilakukan Spektrofotometri UV-Vis
dibawah sinar UV 254 nm nilai Rf yang Pengukuran sampel dilakukan dengan cara
diperoleh baku kafein yaitu 0,55, ekstrak biji menimbang hasil ekstrak biji, kulit buah dan
kopi yaitu 0,55, ekstrak kulit buah yaitu 0,53 daun kopi sebanyak 0,1 g, kemudian
dan ekstrak daun kopi yaitu 0,58. Nilai Rf dimasukkan kedalam labu takar 100 mL,
antara baku kafein, ekstrak biji, kulit buah dan dilarutkan dengan etanol 96% sampai tanda
daun kopi hampir sama yaitu 0,55; 0,53; dan batas dan dihomogenkan. Larutan tersebut
0,58, sehingga dapat disimpulkan bahwa diukur absorbansinya secara spektrofotometri
sampel tersebut terbukti mengandung kafein UV-Vis. Pengukuran tersebut diperoleh nilai
karena nilai Rf sampel hampir sama dengan absorbansi melebihi range absorban 0,2-0,8
nilai Rf baku kafein yaitu 0,55-0,65 (Stahl, sehingga perlu dilakukan pengenceran. Biji
1985). dan kulit buah kopi diencerkan 10 kalinya
(1:10) yaitu dengan cara dipipet 10 mL
kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100
Hasil Uji Kuantitatif Kafein Metode mL dan ditambahkan dengan etanol 96%
Spektrofotometri UV-Vis sampai tanda batas, sedangkan pada daun kopi
Penetapan kadar kafein ekstrak biji, kulit buah diencerkan 5 kalinya (1:5) yaitu dengan cara
dan daun kopi pada penelitian ini dilakukan dipipet sebanyak 10 mL kemudian dimasukkan
dengan menggunakan metode spektrofotometri kedalam labu takar 50 mL dan tambahkan
UV-Vis. Metode spektrofotometri UV-Vis dengan etanol 96% sampai tanda batas.
diplih karena dapat digunakan untuk
menganalisis zat dalam jumlah kecil dan Data hasil penelitian diatas diperoleh rata-rata
mempunyai kepekaan analisis cukup tinggi kadar kafein dalam 1 gram serbuk simplisia
(Sirait, 2009), selain itu kafein mempunyai biji kopi adalah 17,7434 mg, kulit buah kopi
gugus kromofor yang dapat menyerap sinar adalah 23,5074 mg dan daun kopi adalah
ultraviolet dan sinar tampak. Pengujian 32,8543 mg. Jika dibuat dalam % b/b maka biji
kuantitatif kafein terlebih dahulu dilakukan kopi mengandung kafein sebenyak 1,77%,
penentuan panjang gelombang maksimum. sedangkan kulit buah kopi sebanyak 2,35 %
Penentuan panjang gelombang maksimum dan daun kopi sebanyak 3,28 %. Rata-rata
dilakukan untuk mendapatkan panjang kadar kafein tertinggi terdapat pada daun, hal
gelombang yang memberikan serapan terbesar ini dikarenakan kafein pada tanaman kopi
yang selanjutnya digunakan untukmenentukan didistribusikan terutama didaun dan
kurva kalibrasi dan penetapan kadar kafein dikotiledon serta disintesis pada daun muda
pada sampel. (Ashihara, 2011). Hasil tersebut sesuai dengan
literatur (Ashihara, 1996) kadar kafein pada
daun muda yaitu 2,6-7,1 %.

36
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hasil Analisa Univariate dan Bivariate SIMPULAN DAN SARAN


Ekstrak Biji Kulit Buah dan Daun Kopi Kesimpulan
(Coffea arabica L.) dengan Metode SPSS 1. Hasil analisis statistik menggunakan uji
Analisis univariate bertujuan untuk post hoct LSD menunjukkan sampel
mengetahui adanya perubahan atau perbedaan, ekstrak biji dengan kulit buah kopi tidak
tabel 7 menunjukkan bahwa nilai N adalah ada perbedaan kadar kafein, sedangkan
jumlah perlakuan atau replikasi yang dilakukan pada sampel ekstrak biji dengan daun kopi
sebanyak 3 kali. Hasil rata-rata kadar kafein dan ekstrak kulit buah dengan daun kopi
pada ekstrak biji kopi adalah 1,77% b/b menunjukkan adanya perbedaan kadar
dengan nilai standar devisiansinya 0,1652, dan kafein.
hasil rata-rata kadar kafein pada ekstrak kulit 2. Kadar kafein tertinggi terdapat pada
buah kopi adalah 2,35% b/b dengan nilai ekstrak daun kopi yaitu 3,28% b/b.
standar devisiansinya adalah 0,4162,
sedangkan hasil rata-rata kadar kafein pada Saran
ekstrakdaun kopi adalah 3,28% b/b dengan Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan
nilai standar devisiansinya adalah 0,5450. penetapan kadar pada beberapa sampel
Pada tabel 8, uji normalitas menunjukkan tersebut dengan metode yang lain, seperti
bahwa data berdistribusi normal karena nilai spektrofotometri IR (Infra Red) atau HPLC.
significancy pada Shapiro-Walk menunjukkan
hasil >0,05. Selanjutnya dilakukan uji DAFTAR PUSTAKA
homogeneity of variance untuk menguji varian Abdul Rohman & Sudjadi, 2012, Analisis
data. Farmasi, Cetakan I, 413 – 419 Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Berdasarkan hasil perhitungan one way
ANOVA pada tabel 10, significancy Anova Anonim, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi
menunjukkan angka 0,011 (p < 0,05), dengan IV, Departemen Kesehatan Republik
probabilitas 0,011 < 0,05, maka H0 ditolak dan Indonesia, Jakarta.
H1 diterima atau bisa disimpulkan bahwa ada
perbedaan kadar kafein antara masing-masing Anshori, M.F., 2014. Analisa Keragaman
sampel.Analisa statistik dilanjutkan dengan uji Morfologi Koleksi Tanaman Kopi
post hoct LSD untuk mengetahui perbedaan Arabika Dan Robusta Balai Penelitian
kadar kafein yang signifikan antar sampel. Tamnaman Industri dan Penyegar
Hasil uji post hoct LSD dapat dilihat pada tabel Sukabumi, Skripsi, Fakultas Pertanian
11. Intitusi Pertanian Bogor.

Ashihara, H., Monteiro, A.M., Gillies, F.M.,


Berdasarkan hasil uji post hoct LSD pada tabel Crozier, A., (1996). Biosynthesis Of
11sampel yang menunjukkan adanya Caffeine In Leaves Of Coffee. Plant
perbedaan signifikan kadar kafein terdapat Physiol, 111 (3), 747-753.
pada sampel A vs C (0,004), B vs C (0,030), C
vs A (0,004) dan C vs B (0,030) dimana nilai Ashihara, H., Kato, M., Crozier, A., 2011,
tersebut menunujukkan p <0,05 sedangkan Distribution, Biosynthesis And
sampel yang tidak ada perbedaan signifikan Catabolism Of Methylxanthines In
kadar kafein terdapat pada sampel A vs B Plants. Hand Exp Pharmacol,Jepang
(0,135) dan B vs A (0,135) karena nilai p
>0,05. Dari hasil analisis statistik Aziz, T., Febrizky, S., Mario, D.A., (2014).
menggunakan uji post hoct LSD menunjukkan Pengaruh Pelarut Terhadap Persen Yield
sampel ekstrak biji dengan kulit buah kopi Alkaloid Dari Daun Salam India
tidak ada perbedaan kadar kafein, sedangkan (Murraya Koenigii). Jurnal Teknik
pada sampel ekstrak biji dengan daun kopi dan Kimia, Vol 20, No. 2.
ekstrak kulit buah dengan daun kopi
menunjukkan adanya perbedaan kadar kafein. Budiman, H., Rahmawati, F., & Sanjaya, F.,
(2010). Isolasi Dan Identifikasi Alkaloid
Pada Biji Kopi Robusta (Coffea robusta
Lindl. Ex De Will) Dengan Cara

37
Jurnal Farmasetis Volume 6 No 2, Hal 29 - 38, November 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Kromatografi Lapis Tipis. Cerata Robusta (Toraja) dan Kopi Arabika


Journal Of Science, Vol 1, 54-64. (Jawa)
DenganVariasiSiklusPadaSokletasi.Jurn
Fatoni, A., 2015. Analisa Secara Kualitatif dan al KimiaFMIPAUnmul, Vol 13, No.1.
Kuantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi
Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Rohman, A., 2009. Kromatografi untuk
Palembang Menggunakan Analisis Obat. Cetakan I, 76, Graha
Spektrofotometer UV-Vis, Laporan Ilmu, Yogyakarta.
Penelitian Mandiri, Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat Sirait, R.A., 2009. Perapan Metode
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Spektrofotometri Ultraviolet Pada
Pertiwi, Palembang. Penetapan Kadar Nifedipin Dalam
Sediaan Tablet. Skripsi. Fakultas
Hanani, E., 2014. Analisis Fitokimia. Cetakan Farmasi Universitas Sumatera Utara,
I, 140, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Medan.

Maramis, R.K., Citraningtyas G., & Stahl, E., 1985. Analisis Obat Secara
Wehantouw F., (2013). Analisis Kafein Kromatografi dan Makroskopi. Cetakan
Dalam Kopi Bubuk Di Kota Manado I, 229, Penerbit ITB, Bandung.
Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.
JurnalIlmiah Farmasi – UNSRAT, Vol. Widyotomo, S., Mulato, S., 2007. Kafein :
2, No. 04, 122 – 128. Senyawa Penting Pada Biji Kopi.
Peneliti Pasca Panen, Pusat Penelitian
Marcelinda, A., Ridhay, A., & Kopi dan Kakao Indonesia, 44 – 50.
Prismawirayanti, (2016). Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Limbah Kulit Ari Wulandari, A., 2014. Aktivitas Antioksidan
Biji Kopi Berdasarkan Tingkat Kombucha Daun Kopi (Coffea arabica)
Kepolaran Pelarut. Online Jurnal of Dengan Variasi Lama Waktu Fermentasi
Natural Science, Vol. 5, 21 – 23. Dan Konsentrasi Ekstrak, Skripsi,
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Risky, T., A., Saleh, C., Alimuddin, Universitas Muhammadiyah Surakarta
(2015).AnalisisKafeinDalam Kopi

38

Anda mungkin juga menyukai