Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN EKSTRAK KASAR ENZIM PAPAIN PADA PROSES

DEKAFEINASI KOPI ROBUSTA

UTILIZATION OF CRUDE ENZYME EXTRACT PAPAIN IN


PROCESSING OF DECAFFEINETION ROBUSTA COFFEA

Jeki Daisa1, Evy Rossi2 dan Isna Rahma Dini2


Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Indonesia
Jackydaisa@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to get the best concentrations of crude
extract papain enzyme to the caffeine content of coffee. This study used a
Completely Randomized Design (CRD) with five treatments and four replications
followed by Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) test at 5% level. The
treatment in this study were P0 (without the addition of crude extract enzyme
papain), P1 (Papain enzyme crude extract 1 g/100 g weight of beans), P2 (Papain
enzyme crude extract 3 g/100 g weight of beans), P3 (Papain enzyme crude extract
5 g/100 g weight of beans), and P4 (Papain enzyme crude extract 7 g/100 g weight
of beans). The results of this study showed that papain enzyme concentration of
crude extract were significantly effected caffeine and moisture level. There was
also significant effect of treatments on hedonic test for taste, aroma and color of
product. The best treatment in this study was P2 with moisture, ash and caffeine
level respectively 5.54%, 4.95%, and 1.02%. But, The sensory evaluation using
hedonic test on flavor, aroma, and color of coffee result the treatmets P4 was liked
by panelists.

Keywords: Robusta coffee, crude extract papain enzyme, and decaffeinetion


process

PENDAHULUAN lebih dari 601 ton (80,4%) dan


Kopi merupakan salah satu produksi kopi arabika mencapai
minuman yang sangat digemari oleh lebih dari 147 ton (19,6%) (Hartono,
masyarakat Indonesia maupun 2013).
negara lain di dunia, karena memiliki Penikmat kopi biasanya
cita rasa dan aroma yang khas. Hal mengkonsumsi kopi hingga 3-4
ini menyebabkan kopi menjadi cangkir setiap hari yang
komoditas perkebunan yang menyebabkan seseorang dapat
potensial dan andalan sebagai kecanduan minum kopi. Kecanduan
komoditi penambah devisa negara. tersebut disebabkan oleh kandungan
Produksi kopi di Indonesia sekitar kafein dalam kopi (Maramis et al.,
748 ribu ton atau 6,6% dari produksi 2013). Kopi robusta merupakan kopi
kopi dunia pada tahun 2012. Jumlah yang cukup banyak digemari oleh
produksi kopi robusta mencapai masyarakat dimana kandungan

1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017 1
kafein yang terdapat pada kopi mampu menghidrolisis protein pada
robusta berkisar antara biji kopi. Selama proses fermentasi,
1,6-2,4% (Wijaya et al., 2015). terjadi hidrolisis protein yang
Kristiyanto et al. (2013) dihasilkan enzim proteolitik seperti
menyatakan bahwa kandungan papain. Hidrolisis protein pada
kafein dan asam organik yang tinggi vakuola biji kopi mengakibatkan
dapat membahayakan kesehatan kafein keluar dan tercuci pada proses
penikmat kopi jika mengkonsumsi pencucian kopi setelah fermentasi
kopi secara berlebihan. dilakukan. Sehingga penambahan
Mengkonsumsi kafein berlebihan enzim proteolitik dapat menurunkan
(over dosis) dapat menyebabkan kadar kafein pada kopi (Oktadina et
gugup, gelisah, tremor, insomnia, al., 2013). Berdasarkan uraian
hipertensi, mual, dan kejang tersebut, maka penulis melakukan
(Maramis et al., 2013). Salah satu penelitian dengan judul
cara untuk mengatasi dampak dari “Pemanfaatan ekstrak kasar
efek berlebihan pada kafein yaitu enzim papain pada proses
dengan cara menurunkan kadar dekafeinasi kopi robusta”.
kafein pada kopi. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk Tujuan Penelitian
menurunkan kadar kafein yaitu Tujuan dari penelitian ini
melakukan dekafeinasi pada biji adalah untuk mendapatkan
kopi. konsentrasi yang terbaik dari ekstrak
Dekafeinasi merupakan kasar enzim papain untuk
proses penurunan kadar kafein atau menurunkan kadar kafein kopi dan
bahkan penghilangan kadar kafein disukai oleh panelis.
pada suatu pangan baik secara alami
maupun menggunakan bahan kimia. BAHAN DAN METODE
Oktadina et al. (2013) melakukan Tempat dan Waktu
dekafeinasi dengan melakukan Penelitian ini telah
fermentasi menggunakan buah nanas dilaksanakan di Laboratorium
dimana kadar kafein menurun dari Pengolahan Hasil Pertanian dan
2,27% menjadi 1,15% dengan lama Laboratorium Analisis Hasil
fermentasi terbaik yaitu 36 jam. Pertanian, Fakultas Pertanian,
Hasil ini menunjukkan bahwa enzim Universitas Riau. Penelitian
bromelin yang terdapat pada nanas berlangsung selama enam bulan
mampu menurunkan kadar kafein. yaitu dari bulan Juli 2016 hingga
Kadar kafein yang Januari 2017.
terkandung dalam kopi diharapkan
Bahan dan Alat
dapat diturunkan dengan
menggunakan enzim papain. Papain Bahan-bahan yang digunakan
merupakan salah satu jenis enzim dalam penelitian ini adalah kopi jenis
hidrolase yang bersifat proteolitik robusta dari Desa Air Putih,
(Sumarlin et al., 2011). Menurut Kecamatan Curup Selatan,
Poedjiadi (2006), papain tergolong Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi
ke dalam endopeptidase, dimana Bengkulu, buah pepaya dari Desa
papain dapat menghidrolisis protein Pagaran Tapah, Kecamatan Pagaran
pada tempat-tempat tertentu dalam Tapah Darussalam, Kabupaten
molekul protein. Enzim papain Rokan Hulu, Provinsi Riau,
1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
aluminium foil, kertas label, air, kulit luar kopi terlepas. Kopi yang
NH4OH, NaHSO3 0,7%. Bahan yang kulit luar nya terlepas selanjutnya
digunakan untuk analisis diantaranya dicuci dan dikeringkan dengan panas
yaitu HCL, H2SO4 1,2%, MgO, KOH matahari 2-3 hari. Biji kopi yang
1%, kloroform, susu full cream, telah kering kemudian dibersihkan
akuades, dan air. dan didapat biji kopi. Proses
Alat-alat yang digunakan selanjutnya yaitu menimbang kopi
dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 g.
sentrifugasi, pisau, timbangan
analitik, penumbuk, gelas ukur, Produksi Crude Papain
tabung reaksi, pengaduk kayu, kertas Pepaya yang masih muda
saring, oven, inkubator, erlenmeyer, berumur sekitar 2,5-3 bulan sehat
wajan, kompor, blender, sendok yang masih melekat pada batangnya
kayu, alat pengaduk, panci, ayakan, dibersihkan dari kotoran yang
labu takar 100 ml, labu gojog, labu menempel. Toreh kulit pepaya
godok corong, pipet tetes, spatula, dengan kedalaman 1-2 mm,
cawan porselin, gelas piala 150 ml, memanjang dari ujung pangkal
pipet tetes, corong pemisah, hingga pangkal buah. Getah yang
penangas air, nampan, termometer, keluar ditampung kemudian
kain saring, wadah stainless steel, diletakkan pada pendingin.
tanur, kamera digital, dan peralatan Campurkan getah yang telah
alat tulis lainnya. terkumpul dicampur dengan Natrium
bisulfit (NaHSO3) 0,7% dengan
perbandingan 4:1. Selanjutnya
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan NaHSO3 dan getah diaduk hingga
secara eksperimen menggunakan terbentuk emulsi yang solid. Emulsi
Rancangan Acak Lengkap (RAL) getah dituangkan dalam nampan
dengan empat perlakuan dan empat dikeringkan dengan oven selama 8
kali ulangan sehingga diperoleh 16 jam hingga membentuk kristal
unit perlakuan. ekstrak kasar enzim papain.
Kemudian dilakukan uji aktivitas
P1: Penambahan ekstrak kasar enzim
papain 1 g/100 g berat biji kopi enzim proteolitik.
P2: Penambahan ekstrak kasar enzim
papain 3 g/100 g berat biji kopi Proses Dekafeinasi
P3: Penambahan ekstrak kasar enzim Ekstrak kasar enzim papain
papain 5 g/100 g berat biji kopi dengan konsentrasi (1, 3, 5, dan 7%)
P4: Penambahan ekstrak kasar enzim b/b dicampurkan pada biji kopi dan
papain 7 g/100 g berat biji kopi ditambahkan 100 ml air agar ekstrak
kasar enzim papain merata dan
Pelaksanaan Penelitian difermentasi selama 36 jam. Biji
Proses Pengolahan Kopi kopi fermentasi papain selanjutnya
Buah kopi dilakukan sortasi. dicuci, disaring, dan dikeringkan
Kemudian dijemur di bawah sinar dengan panas matahari ± 2-3 jam.
matahari sampai kulit luar melunak Biji kopi fermentasi yang kering
yaitu memerlukan waktu 1 minggu. disangrai selama 25 menit dan
Setelah dijemur dilakukan didinginkan sejenak untuk
pengupasan kulit buah kopi dengan mendapatkan cita rasa dan aroma
cara menumbuk buah kopi hingga yang baik. Hasil sangraian tersebut
1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
dihaluskan dengan mesin penggiling. enzim papain yang dihasilkan
Bubuk kopi dilakukan pengayakan 375,94 MCU/g. Aktivitas enzim
dengan saringan 50 mesh dan jadilah ekstrak kasar papain ini lebih rendah
kopi bubuk. daripada hasil penelitian Sani (2008)
yang menyatakan aktivitas
Pengamatan proteolitik dari getah buah pepaya
Pengamatan yang dilakukan sekitar 400 MCU/g. Menurut
pada penelitian ini adalah Uji Hasibuan et al. (2014), tingginya
aktivitas enzim yang mengacu pada aktivitas enzim dipengaruhi oleh
Sani (2008), uji kadar kafein konsentrasi substrat, setelah tercapai
mengacu pada Israyanti (2012) kadar titik batas maka kecepatan reaksi
air mengacu pada Sudarmadji et al. akan mendekati tetapi tidak
mencapai garis maksimum. Semakin
(1997), kadar abu mengacu pada
lama waktu reaksi enzimatik maka
Sudarmadji et al. (1997), dan uji
semakin banyak produk yang
sensori yang mengacu pada terbentuk, yang juga berarti
Setyaningsih et al. (2010). Uji aktivitasnya semakin besar. Kualitas
sensori dilakukan secara hedonik dan papain ditentukan oleh tinggi
penilaian keseluruhan. rendahnya aktivitas protease (papain)
yang dimiliki. Semakin tinggi
Analisis Data aktivitas proteasenya maka semakin
tinggi pula kualitasnya dan
Data yang diperoleh pada sebaliknya jika semakin rendah
analisis kimia akan dianalisa secara aktivitas proteasenya (papain) maka
statistik dengan menggunakan semakin rendah kualitasnya.
Analysis of Variance (ANOVA). Jika
Fhitung ≥ Ftabel pada taraf uji 5% Kadar Kafein
maka perlakuan berpengaruh nyata Hasil analisis sidik ragam
dan analisis akan dilanjutkan dengan menunjukkan bahwa penambahan
uji DNMRT pada taraf 5%, jika konsentrasi ekstrak kasar enzim
Fhitung ≤ Ftabel pada taraf uji 5% papain berpengaruh nyata (P<0,05)
maka perlakuan berbeda tidak nyata terhadap kadar kafein kopi bubuk.
maka analisis tidak dilanjutkan. Nilai rata-rata kadar kafein kopi
bubuk yang dihasilkan dapat dilihat
HASIL DAN PEMBAHASAN pada Tabel 1.
Uji Aktivitas Enzim
Aktivitas enzim ekstrak kasar

Tabel 1. Rata-rata kadar kafein kopi bubuk


Perlakuan Rata-rata
P1 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 1% b/b) 1,23b
P2 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 3% b/b) 1,02a
P3 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 5% b/b) 1,01a
P4 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 7% b/b) 1,00a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan kadar kafein pada perlakuan P1 berbeda

1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
nyata dengan kadar kafein P2, P3, dan Oktadina et al. (2013) yang
P4. Hal ini disebabkan pada menyatakan bahwa kafein pada biji
perlakuan P1 dilakukan penambahan kopi dapat dihilangkan dengan cara
ekstrak kasar enzim papain 1%, menambahkan senyawa yang bersifat
sehingga kadar kafein pada proteolitik pada tahap fermentasi dan
perlakuan P1 merupakan kadar kafein selanjutnya dilakukan pencucian.
tertinggi. Kadar kafein pada Manfaat kafein bila
perlakuan P1 sudah menunjukkan dikonsumsi dalam dosis yang
bahwa kadar kafein kopi bubuk ditentukan dapat memberikan efek
menurun dari 1,94% menjadi 1,23%. yang positif. Namun, mengkonsumsi
Terjadinya penurunan kadar kafein kafein sebanyak 100 mg tiap
menunjukkan bahwa enzim hari dapat menyebabkan individu
proteolitik mampu menurun kadar tersebut tergantung pada
kafein pada biji kopi. kafein (Fitri, 2008). Kandungan
Biji kopi yang difermentasi kafein pada kopi bubuk bervariasi
dengan ekstrak kasar enzim papain yaitu 1,00-1,94% sedangkan menurut
(P2, P3, dan P4) mengalami SNI 01-3542-2004, kadar kafein kopi
penurunan kadar kafein. Selama bubuk maksimal yaitu 2% artinya
proses fermentasi enzim papain akan kadar kafein kopi bubuk pada
menghidrolisis protein pada vakuola penelitian ini masih memenuhi
menjadi asam amino. Senyawa- batasan maksimal kadar kafein kopi
senyawa didalam vakuola seperti bubuk menurut SNI 01-3542-2004.
kafein dan asam amino akan keluar.
Hal ini disebabkan terjadi kerusakan Kadar Air
pada membran sel dan vakuola Hasil sidik ragam menunjukkan
akibat aktivitas dari enzim bahwa penambahan konsentrasi
proteolitik. Penurunan kafein ini ekstrak kasar enzim papain
terjadi setelah dilakukan pencucian berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
biji kopi setelah proses fermentasi kadar air kopi bubuk. Nilai rata-rata
sehingga sebagian kafein pada kopi kadar air kopi bubuk yang dihasilkan
menghilang pada proses pencucian dapat dilihat pada Tabel 2.
tersebut. Hal ini sesuai dengan

Tabel 2. Rata-rata kadar air kopi bubuk


Perlakuan Rata-rata
P1 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 1% b/b) 5,47a
P2 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 3% b/b) 5,54a
P3 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 5% b/b) 5,81b
P4 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 7% b/b) 6,34c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa dilakukan penambahan ekstrak kasar


kadar air pada perlakuan P1dan P2 enzim papain tertinggi yaitu
berbeda nyata terhadap perlakuan P3 mencapai 7%. Konsentrasi ekstrak
dan P4. Kadar air tertinggi dihasil kasar enzim papain yang digunakan
pada perlakuan P4. Hal ini memberikan pengaruh terhadap
disebabkan karena pada perlakuan P4 kadar air kopi bubuk, dimana kadar
1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
air ekstrak kasar enzim papain dapat diminimalisir dengan cara
sekitar 8,03%. Kadar air yang pengolahan yang lebih baik lagi.
dihasilkan merupakan proses Kadar air pada penelitian ini sudah
terikatnya dan masuknya air yang memenuhi standar mutu kopi bubuk
terdapat pada masing-masing karena nilai maksimal untuk kadar
komponen, sehingga air dapat air standar mutu kopi bubuk SNI 01-
diserap oleh pori-pori kopi ketika 3542-2004 yaitu sebesar 7%.
proses fermentasi berlangsung.
Kadar air pada ekstrak kasar enzim Kadar Abu
papain yang dihasilkan pada Hasil analisis sidik ragam
penelitian ini sedikit lebih rendah menunjukkan bahwa penambahan
dari hasil penelitian Permata et al. konsentrasi ekstrak kasar enzim
(2016) yang menyatakan bahwa papain berpengaruh nyata (P<0,05)
papain kasar mengandung kadar air terhadap kadar abu kopi bubuk. Nilai
9%. Hal ini disebabkan metode yang rata-rata kadar abu kopi bubuk yang
digunakan pada saat pengeringan dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3.
getah papain menggunakan metode
pengeringan vakum (vacum drying).
Kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri,
kapang, dan khamir untuk
berkembang biak, sehingga akan
terjadi perubahan pada bahan pangan
(Winarno, 2004). Namun, hal ini

Tabel 3. Rata-rata kadar abu kopi bubuk


Perlakuan Rata-rata
P1 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 1% b/b) 4,79b
P2 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 3% b/b) 4,95c
P3 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 5% b/b) 5,23d
P4 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 7% b/b) 5,37e
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa abu ekstrak kasar enzim papain yang


kadar abu pada perlakuan P1, P2, P3, dihasilkan pada penelitian ini sedikit
dan P4 berbeda nyata. Kadar abu lebih rendah dari hasil penelitian
kopi bubuk yang dihasilkan berkisar Permata et al. (2016) dimana papain
antara 4,79-5,37%. Kadar kasar mengandung kadar abu 14%.
abu tertinggi diperoleh pada Selain konsentrasi ekstrak kasar
perlakuan P4 yaitu 5,37%, sedangkan enzim papain yang mempengaruhi
kadar abu terendah diperoleh pada P1 terhadap tingginya kadar abu, jenis
yaitu 4,79%. Hal ini dikarenakan kopi yang digunakan juga dapat
adanya penambahan konsentrasi mempengaruhi karena setiap kopi
ekstrak kasar enzim papain yang memiliki kadar abu yang berbeda.
digunakan memberikan pengaruh Menurut Sudarmadji et al.
nyata dimana kadar abu ekstrak kasar (1997), penentuan kadar abu
enzim papain yaitu 11,05%. Kadar berhubungan erat dengan kandungan
1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
mineral yang terdapat dalam suatu dengan skala mulai dari sangat suka
bahan, kemurnian, serta kebersihan sampai sangat tidak suka.
suatu bahan yang dihasilkan. Hasil
kadar abu kopi bubuk yang Aroma
dihasilkan lebih tinggi dibandingkan Analisis sidik ragam menunjukkan
syarat mutu kopi bubuk dimana bahwa penambahan konsentrasi
syarat kadar abu maksimal yang ekstrak kasar enzim papain
diizinkan adalah sebesar 5%. memberikan pengaruh nyata
Namun, kadar abu yang dihasilkan (P<0,05) terhadap aroma kopi bubuk.
pada penelitian ini lebih rendah dari Nilai rata-rata penilaian panelis
hasil penelitian Oktadina et al. terhadap aroma kopi bubuk yang
(2013) yang menunjukkan bahwa dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.
nilai perlakuan terbaik pada lama
fermentasi kopi 36 jam
menghasilkan kadar abu 5,62%.

Penilaian Sensori
Penilaian sensori yang
dilakukan pada penelitian ini yaitu
uji hedonik. Uji hedonik bertujuan
untuk mengetahui tingkat kesukaan
panelis yang meliputi aroma, rasa,
warna, dan penilaian keseluruhan

Tabel 4. Rata-rata penilaian uji hedonik terhadap aroma kopi bubuk


Perlakuan Rata-rata
P1 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 1% b/b) 3,49b
P2 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 3% b/b) 3,61b
P3 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 5% b/b) 3,71b
P4 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 7% b/b) 4,09c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata (P<0,05). Skor uji hedonik secara keseluruhan 1: sangat tidak suka; 2:
tidak Suka; 3: Agak suka; 4: Suka; 5: Sangat suka.

Tabel 4 menunjukkan yang ditambahkan maka aroma kopi


penilaian panelis secara hedonik yang terdapat pada minuman kopi
terhadap aroma kopi bubuk berkisar bubuk semakin meningkat dan
antara 3,49-4,09 (agak suka hingga semakin meningkat pula tingkat
suka). Penelitian ini menunjukkan kesukaan panelis. Meningkatnya
bahwa P1, P2, dan P3 berbeda tidak aroma kopi disebabkan enzim
nyata, tetapi ketiga perlakuan proteolitik pada enzim papain
berbeda nyata dengan P4. Penilaian menyebabkan terhidrolisisnya
skor tertinggi aroma kopi bubuk protein menjadi asam amino pada
yaitu pada perlakuan P4. Hal ini biji kopi. Peningkatan asam amino
disebabkan oleh konsentrasi ekstrak ini dipengaruhi oleh aktivitas enzim
kasar enzim papain yang berbeda proteolitik yang menghidrolisis
pada setiap perlakuannya. Semakin protein. Asam amino yang
tinggi ekstrak kasar enzim papain meningkat pada biji kopi membuat
1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
terjadinya peningkatan aroma. produk, apakah produk disukai atau
Aroma pada biji kopi inilah yang tidak disukai konsumen. Menurut
akan mempengaruhi kopi bubuk Winarno (2004), salah satu faktor
selama proses pengolahan. Ciptadi yang dapat menentukan makanan
dan Nasution (1985) menyatakan diterima oleh konsumen adalah
bahwa kopi mempunyai aroma yang aroma.
khas disebabkan oleh senyawa-
senyawa pembentuk aroma kopi Rasa
yang dihasilkan dari golongan asam Analisis sidik ragam
amino seperti leusin, iso leusin, menunjukkan bahwa penambahan
varline, alanin, threonin, glisin, dan konsentrasi ekstrak kasar enzim
asam aspartat. papain memberikan pengaruh nyata
Aroma adalah salah satu (P<0,05) terhadap rasa kopi bubuk.
parameter yang menentukan tingkat Nilai rata-rata penilaian panelis
penerimaan konsumen. Pengujian terhadap rasa kopi bubuk yang
aroma dianggap penting karena dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 5.
dengan cepat dapat dianggap
memberikan penilaian terhadap suatu

Tabel 5. Skor penilaian uji hedonik terhadap rasa kopi bubuk


Perlakuan Skor
P1 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 1% b/b) 2,73b
P2 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 3% b/b) 2,83b
P3 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 5% b/b) 2,88 b
P4 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 7% b/b) 3,43c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata (P<0,05). Skor uji hedonik secara keseluruhan 1: sangat tidak suka; 2:
tidak Suka; 3: Agak suka; 4: Suka; 5: Sangat suka.

Tabel 5 menunjukkan bahwa kopi yang dihasilkan juga


perlakuan P4 berbeda nyata dengan dipengaruhi oleh proses
perlakuan P1, P2, dan P3. Penilaian penyangraian dan penggilingan biji
panelis secara hedonik terhadap rasa kopi. Semakin halus bubuk kopi
kopi bubuk berkisar antara 2,73-3,43 yang dihasilkan, maka bubuk kopi
(agak suka). Penilaian skor tertinggi akan mudah larut dalam air panas
aroma kopi bubuk yaitu pada sehingga akan meningkatkan rasa
perlakuan P4. Hal ini disebabkan dari kopi tersebut. Hal ini sesuai
oleh penambahan konsentrasi ektrak dengan pendapat Mulato
kasar enzim papain yang semakin (2002) yang menyatakan bahwa
tinggi dapat meningkatkan rasa butiran kopi bubuk mempunyai luas
kesukaan panelis terhadap minuman permukaan yang relatif besar
kopi bubuk. Meningkatnya rasa dibandingkan jika dalam keadaan
kesukaan panelis disebabkan pada utuh. Dengan demikian, senyawa
penambahan ekstrak kasar enzim pembentuk rasa dan senyawa
papain pada biji kopi terjadi penyegar mudah larut ke dalam air
pengurangan kadar kafein, dimana penyeduh..
kadar kafein adalah penyumbang
rasa pahit pada kopi bubuk. Rasa Warna
1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
Analisis sidik ragam robusta. Nilai rata-rata penilaian
menunjukkan bahwa penambahan panelis terhadap warna kopi bubuk
konsentrasi ekstrak kasar enzim yang dihasilkan dapat dilihat pada
papain memberikan pengaruh nyata Tabel 6.
(P<0,05) terhadap warna kopi bubuk

Tabel 6. Skor penilaian uji hedonik terhadap warna kopi bubuk


Perlakuan Skor
P1 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 1% b/b) 3,43b
P2 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 3% b/b) 3,55b
P3 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 5% b/b) 3,58b
P4 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 7% b/b) 4,20c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak
nyata (P<0,05). Skor uji hedonik secara keseluruhan 1: sangat tidak suka; 2:
tidak Suka; 3: Agak suka; 4: Suka; 5: Sangat suka..

Tabel 6 menunjukkan bahwa enzimatik yang menghasilkan


penilaian panelis secara hedonik senyawa kompleks. Semakin
terhadap warna kopi bubuk berkisar meningkatnya asam amino bebas dan
antara 3,43-4,20 (agak suka hingga gula reduksi, maka akan
suka). Secara statistik perlakuan P4 mempercepat terjadinya reaksi
berbeda nyata dengan perlakuan P1, Maillard yang menyebabkan warna
P2, dan P3. Hal ini disebabkan oleh biji kopi semakin gelap. Sehingga
penambahan konsentrasi ektrak kasar meningkatkan respon kesukaan
enzim papain yang berbeda pada panelis terhadap minuman kopi
setiap perlakuannya. Semakin tinggi bubuk.
penambahan ekstrak kasar enzim
papain maka akan menghasilkan Penilaian keseluruhan
warna hitam kecoklatan pada kopi Hasil sidik ragam
bubuk. Perubahan warna disebabkan menunjukkan bahwa penambahan
adanya reaksi maillard yang konsentrasi ekstrak kasar enzim
melibatkan senyawa bergugus papain memberikan pengaruh nyata
karbonil (gula Reduksi) dan (P<0,05) terhadap penilaian
bergugus amino (asam amino). keseluruhan kopi bubuk robusta.
Meningkatnya asam amino Nilai rata-rata penilaian panelis
disebabkan enzim papain yang terhadap penilaian keseluruhan kopi
menghidrolisis protein menjadi asam bubuk yang dihasilkan dapat dilihat
amino bebas. Reaksi maillard pada Tabel 7.
merupakan reaksi browning non

Tabel 7. Rata-rata penilaian uji hedonik terhadap penerimaan keseluruhan kopi


bubuk
Perlakuan Rata-rata
P1 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 1% b/b) 3,20b
P2 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 3% b/b) 3,28b
P3 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 5% b/b) 3,28b
P4 (Penambahan ekstrak kasar enzim papain 7% b/b) 3,76c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak

1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
nyata (P<0,05). Skor uji hedonik secara keseluruhan 1: sangat tidak suka; 2:
tidak Suka; 3: Agak suka; 4: Suka; 5: Sangat suka.

Tabel menunjukkan bahwa dan dilihat. Penilaian panelis agak


perlakuan P1, P2, dan P3 tidak suka hingga suka disebabkan karena
berbeda nyata tetapi ketiga perlakuan panelis merasa tidak asing dan sudah
berbeda nyata dengan P4. Penilaian terbiasa mengkonsumsi minuman
panelis secara hedonik terhadap kopi.
penilaian keseluruhan minuman kopi .
bubuk juga bervariasi dengan skor Rekapitulasi Hasil Analisis
3,20-3,76%. Berdasarkan skala Perlakuan Terbaik
hedonik nilai tersebut memiliki arti Produk pangan yang
agak suka hingga suka. Penambahan diproduksi diharapkan mampu
ekstrak kasar enzim papain yang memenuhi gizi sesuai syarat mutu
berbeda-beda memberikan pengaruh yang telah ditetapkan salah satunya
nyata terhadap tingkat kesukaan oleh Standar Nasional Indonesia
panelis pada minuman kopi bubuk. (SNI) serta penilaian sensori yang
Hal ini dapat dilihat dari penilaian mampu diterima oleh konsumen.
atribut rasa, aroma dan warna semua Rekapitulasi data berdasarkan
atribut memiliki penilaian agak suka parameter kadar air, kadar abu, kadar
hingga suka. Penilaian sensori secara kafein dan uji sensori dapat dilihat
keseluruhan dapat dikatakan pada Tabel 8.
gabungan dari yang dirasa, dicium,

Tabel 8. Rekapitulasi hasil analisis dan uji sensori kopi bubuk


Perlakuan
Hasil analisis SNI 01-3542-2004
P1 P2 P3 P4
Kadar air (%)
7 5,47a 6,34c
5,54a 5,81b
Kadar Abu (%)
5 4,79b 5,37e
4,95c 5,23d
Uji Aktivitas Enzim Papain
(MCU/g) - 375,94 375,94 375,94 375,94

Kadar kafein (%)


2
1,23b 1,02a 1,01a 1,00a
Uji sensori (hedonik)
- Aroma 3,71
- 3,49b 4,09c
3,61b b

- Rasa
- 2,73b 3,43c
2,83b 2,88b
- Warna
- 3,43b 4,20c
3,55b 3,58b
Penilaian keseluruhan
- 3,20b 3,76c
3,28b 3,28b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan analisis fisik dan enzim papain terbaik yaitu perlakuan


kimia minuman kopi ekstrak kasar P2 (Penambahan ekstrak kasar enzim
1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
papain 3% b/b). Kopi ekstrak Perlu dilakukannya penelitian
kasar enzim papain pada perlakuan lanjutan mengenai penggunaan
P2 dinyatakan terbaik karena dari batang dan daun pepaya pada proses
hasil analisis kimianya masih dekafeinasi pada kopi. Selain itu,
memenuhi batasan maksimal kopi daya simpan untuk beberapa waktu
bubuk menurut SNI 01-3542-2004 yang ditetapkan dan analisis usaha
yaitu kadar air sebesar 5,54%, kadar pada produk minuman kopi ekstrak
abu 4,95%, dan kadar kafein sebesar kasar enzim papain yang dihasilkan.
1,02%. Sementara untuk penilaian
sensori secara hedonik minuman DAFTAR PUSTAKA
kopi bubuk diperoleh perlakuan yang
disukai oleh panelis pada perlakuan Abreau, H.M.C.D., P.M. Nobile.,
P4 yaitu mendapatkan penilaian dari M.M. Shimizu., P.Y.
rasa, aroma, warna, dan keseluruhan Yamamoto., E.A. Silva.,
yaitu 3,43 (suka), 4,09 (suka), 4,20 C.A. Colombo, dan P.
(suka), dan 3,76 (suka). Perlakuan Mazzafera. 2012. Influence
P2 memiliki potensi terpilih sebagai of air temperature on
perlakuan terbaik karena memiliki proteinase activity and
hasil dengan kadar kafein yang beverage quality in Coffea
rendah dan memenuhi syarat mutu arabica. Brazilian Journal
kopi bubuk menurut SNI 01-3542- of Botany. Vol 35 (4): 357-
2004. Namun, penilaian sensori 376.
terbaik dan memiliki tingkat
kesukaan panelis yang tinggi serta Anggraini, A. dan Yunianta. 2015.
disukai oleh panelis yaitu pada Pengaruh suhu dan lama
perlakuan P4. hidrolisis enzim papain
terhadap sifat kimia, fisik
KESIMPULAN DAN SARAN dan organoleptik sari
Kesimpulan edamame. Jurnal Pangan
dan Agroindustri. Vol 3 (3):
Berdasarkan pengamatan 1015-1025.
yang telah dilakukan, aktivitas enzim
proteolitik yang dihasilkan sebesar Baggenstoss, J. 2008. Coffee
375,94 MCU/g. Selanjutnya, pada Roasting and Quenching
pengamatan papain terhadap kadar Technology-Formation
kafein kopi yang memenuhi syarat and Stability of Aroma
mutu SNI 01-3542-2004 dihasilkan Compounds. Zurich. Swiss.
oleh perlakuan P2 (penambahan
ekstrak kasar enzim 3%) dengan Barlaman, M.B.F., S. Suwasono, dan
kadar kafein yaitu sebesar 1,02%, Djumarti. 2013.
kadar air 5,54% dan kadar abu Karakteristik fisik dan
4,95%. Namun, penilaian sensori organoleptik biji kopi
terbaik dan memiliki tingkat arabika hasil pengolahan
kesukaan panelis yang tinggi serta semi basah dengan variasi
disukai oleh panelis yaitu pada jenis wadah dan lama
perlakuan P4. fermentasi. Jurnal
Agrointek. Vol 7 (2): 108-
Saran 121.
1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
Burnham, T.A. 2001. Drug Fact and papain dari daun pepaya
Comparison. A Wolters (Carica papaya L). Jurnal
Kluwers Company. St Teknik Kimia USU. Vol 3
Louis. (3): 39-44.

Brain, M., C.W. Bryant, dan M. Hidayat, B. 2012. Lampung siap


Cunningham. 2000. How produksi kopi papain.
Caffeine Works. How https://issuu.com/lampungp
Stuff Works. ost/docs/lampungpost_edisi
http://science.howstuffwork _3_agustus_2012/9.
s.com/caffeine.htm. Diakses Diakses tanggal 20 April
tanggal 14 April 2016. 2016.

Chan,S. dan E. Garcia. 2011. Hidayat, R. dan R.D.D.D. Wijaya.


Comporative 2014. Model reduksi
physicochemical analyses kadar kafein pada proses
of regular and civet coffe. dekafeinasi biji kopi.
The Manila Journal of Prosiding Seminar Nasional
Science. Vol 7 (1): 19-23. Matematika. UNEJ. 19
November 2014.
Ciptadi, W. dan M.Z. Nasution.
1985. Pengolahan Kopi. Israyanti. 2012. Perbandingan
Agro Industri Press. Bogor. karakteristik kimia kopi
luwak dan kopi biasa dari
Clarke, R.J. dan R. Macrae. 1987. jenis kopi arabika (Caffea
Coffe Technology. Elsevier arabica. l) dan kopi
Applied Science. London robusta (Caffea canephora
and New York. L). Skripsi. UNHAS.
Makassar.
Djumarti. 1999. Teknologi
Pengolahan Kopi dan Kalie, M. 1999. Bertanam Pepaya.
Kakao. UNEJ Press. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jember.
Kristiyanto, D., B.D.H. Pranoto, dan
Dudung, M. 2001. Papain dan Abdullah. 2013.
Peptin. Edisi 3. Hal 34-35. Penurunan kadar kafein
Penebar Swadaya. Jakarta. kopi arabika dengan
proses fermentasi
Hadi, N. 2011. Corporate Social menggunakan Nopkor
Responsibility. Graha Ilmu. MZ-15. Jurnal Teknologi
Yogyakarta. Kimia. Vol 2 (4): 170-176.

Hasibuan, P.R.M., M. Alviyulita, dan Lidya, B. dan S.D. Nancy. 2010.


F. Hanum. 2014. Pengaruh Dasar Bioproses.
penambahan natrium Departemen Pendidikan
klorida (NaCl) dan waktu Nasional. Jakarta.
perendaman buffer fosfat
terhadap perolehan crude
1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
Liska, K. 2004. Drugs and the Body berbagai metode
with Implication for pengeringan. Jurnal
Society. Pearson. New Teknologi Pertanian. Vol 20
Jersey. (2): 1410-1920.

Mubyarto. 1984. Strategi Poedjiadi, A. 2006. Dasar-dasar


Pembangunan Pedesaan. Biokimia. UI-Press. Jakarta.
P3PK UGM. Yogyakarta.
Prastowo, B., E. Karmawati.,
Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Rubijo., Siswanto., C.
Ilmu Pengetahuan Bahan Indrawanto, dan S.J,
Pangan. PAU IPB. Bogor. Munarso. 2010. Budidaya
dan Pasca Panen Kopi.
Mulato, S. 2002. Pelarutan Kafein Pusat Penelitian dan
Biji Robusta dengan Pengembangan Perkebunan.
Kolom Tetap Bogor.
menggunakan Pelarut Air.
Pelita Perkebunan. Jakarta. Ramachandran, V.S. 2002.
Encyclopedia of The
Oktadina, F.D., B.D. Argo, dan M.B. Human Brain Volume 4.
Hermanto. 2013. Academic Press, Inc. New
Pemanfaatan nanas York.
(Ananas comosus L. Merr)
untuk penurunan kadar Ridwansyah. 2010. Pengolahan
kafein dan perbaikan kopi. http://www. Library.
citarasa kopi (Coffea sp.) USU.ac.id. Diakses 10
dalam Pembuatan kopi Februari 2016.
bubuk. Jurnal Keteknikan Rusmantri. 2002. Dekafeinasi kopi
Pertanian Tropis dan robusta dengan pelarut air
Biosistem. Vol 1 (3): 265- pada berbagai suhu dan
273. pH. Disertasi. UGM.
Yogyakarta.
Oort, M.V.2010. Enzymes in Food
Technology. Blackwell Ruth, E.V.S. 2011. Artikel Ilmu
Publishing. IOWA. USA. Bahan Makanan Bahan
Penyegar Kopi. UNDIP.
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Bandung.
Kopi. Agromedia. Jakarta.
Sani. 2008. Penambahan Natrium
Pastiniasih, L. 2012. Pengolahan Bisulfit pada Kualitas
Enzim Papain dari Getah
kopi berbahan baku kopi
Pepaya Secara MCU.
lokal buleleng. Skripsi.
UNESA University press.
IPB. Bogor. Surabaya.
Permata, D.A., H. Ikhwan, dan Setyaningsih, D., A. Apriyantono,
Aisman. 2016. Aktivitas dan M. P. Sari. 2010.
proteolitik papain kasar Analisis Sensori untuk
getah buah pepaya dengan
1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
Industri Pangan dan Volk, W.A. dan M.F. Wheeler. 1993.
Agro. IPB Press. Bogor. Mikrobiologi Dasar. Edisi
Kelima Jilid 1. Erlangga.
Simanjorang, E., N. Kurniawati, dan Jakarta.
Z. Hasan. 2012. Pengaruh
penggunaan enzim papain Wang, N. 2012. Physicochemical
dengan konsentrasi yang Changes of Coffea Beans
berbeda terhadap During Roasting.
karakteristik kimia kecap University Of Guelph.
tutut. Jurnal Perikanan dan Canada.
Kelautan. Vol 3 (4): 209-
220. Widyotomo. 2012. Optimasi Suhu
dan Konsentrasi Pelarut
Siswoputranto, P.S. 1992. Kopi dalam Dekafeinasi Biji
Internasional dan Kopi Menggunakan
Indonesia. Kanisius. Response Surface
Yogyakarta. Methodology. Pelita
Perkebunan. Jakarta.
Soedarmadji. 2002. Mikrobiologi
Industri. UNDIP. Bandung. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan
dan Gizi. Gramedia Pustaka
Spillane, J.J. 1990. Komoditi Kopi Utama. Jakarta.
dan Peranannya dalam
Perekonomian Indonesia. Wijaya, D.A., Sudarminto, dan S.
Kanisius. Yogyakarta. Yuwono. 2015. Pengaruh
lama pengukusan dan
Standar Nasional Indonesia (SNI). konsentrasi etil asetat
2004. Kopi Bubuk. SNI terhadap karakteristik
3542-2004. kopi pada proses
dekafeinasi kopi robusta.
Standar Nasional Indonesia (SNI). Jurnal Pangan dan
2008. Biji Kopi. SNI 01- Agroindustri. Vol 3 (4):
2907-2008. 1560-1566.

Standar Perindustrian Indonesia. Wijayani, R.D. 2011. Karakteristik


1972. Standar Mutu Kopi kimia biji kopi robusta hasi
Instan. Badan Standarisasi fermentasi menggunakan
Nasional. Jakarta. mikroflora asal feses luwak.
Sudarmadji, S., Haryono, dan Skripsi. UNEJ. Jember.
Suhardi. 1997. Prosedur
Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian.
Penerbit Angkasa. Bandung.

Sumadi dan A. Marianti. 2007.


Biologi Sel. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


2. Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Jom Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai