Anda di halaman 1dari 10

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Floratek

Rita Hayati et al. (2012) J. Floratek 7: 66 - 75

SIFAT KIMIA DAN EVALUASI SENSORI BUBUK KOPI ARABIKA

Chemical Characteristics and Sensory Evaluation of Arabica Coffee Powder

Rita Hayati, Ainun Marliah, dan Farnia Rosita

Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian


Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

ABSTRACT

Study of chemical characteristics and sensory evaluation of e Arabica coffee


pawder (Coffea arabica L.) has been performed. The results showed that chemical
characteristics significantly differed among varieties tested. Variety Gayo 1 had
water content 13.39%, the highest water content compared to Variety P88 and Variety
Bergendal. Varieties Gayo 1 had fat content 5.66% and was significantly different
from other two varieties. Caffeine levels were significantly different among varieties;
Varieties P88 0.95%, Varieties Gayo 1 0.99%, Varieties Bergendal 1.09% but all
varieties had met a standard caffeine content of coffee ground. Sensory evaluation
using a quantitative descriptive analysis showed that coffee powder of Variety Gayo 1
was received by panelists on attributes of flavor, taste, and overall acceptance, while
coffee powder of Variety Bergendal had a low value of the attributes tested.

Keywords: chemical characteristics, sensory, arabica coffee powder.

PENDAHULUAN pengolahan di pabrik-pabrik. Penyang-


raian biji kopi akan mengubah secara
Kopi (Coffea sp) merupakan kimiawi kandungan-kandungan dalam
tanaman yang menghasilkan sejenis biji kopi, disertai susut bobotnya,
minuman. Minuman tersebut diperoleh bertambah besarnya ukuran biji kopi
dari seduhan kopi dalam bentuk dan perubahan warna bijinya. Kopi biji
bubuk. Kopi bubuk adalah biji kopi setelah disangrai akan mengalami
yang telah disangrai, digiling atau perubahan kimia yang merupakan
ditumbuk hingga menyerupai serbuk unsur cita rasa yang lezat
halus (Arpah, 1993). (Ridwansyah, 2003).
Sebelum kopi dipergunakan Evaluasi sensori adalah
sebagai bahan minuman, terlebih merupakan suatu metode yang
dahulu dilakukan proses roasting. dilakukan oleh manusia menggunakan
"Flavor" kopi yang dihasilkan selama panca indera manusia yaitu mata,
proses roasting tergantung pada jenis hidung, mulut, tangan dan juga telinga.
kopi hijau yang dipergunakan, cara Melalui lima panca indera dasar ini,
pengolahan biji kopi, penyangraian, kita dapat menilai atribut sensori
penggilingan, penyimpanan dan sesuatu produk seperti warna, rupa,
metode penyeduhannya. Cita rasa kopi bentuk, rasa, dan tekstur (Abdullah,
akan ditentukan akhirnya oleh cara 2005) dan telah banyak diteliti (Batch

66
Rita Hayati et al. (2012) J. Floratek 7: 66 - 75

et al., 2012; Kraujalete et al., 2012). gelas ukur/kimia, pipet tetes, kertas
Bidang penilaian sensori memerlukan saring, alat pemanas listrik, dan kapas
subjek untuk menilai produk. Subjek wool, pH meter, tester, erlemeyer, labu
ini kemudian disebut sebagai panelis, takar, labu gojok, oven dan peralatan
dan panelis dapat dibedakan menjadi untuk pengujian organoleptik.
panelis konsumen, panelis jenis Bahan-bahan yang digunakan
konsumen, dan panelis laboratorium. dalam penelitian ini adalah bubuk kopi
Setiap pemakaian panelis sangat dari tiga varietas kopi Arabika yaitu
tergantung pada metode yang varietas P 88, Gayo 1 dan Bergendal,
digunakan dalam sebuah penelitian. larutan kloroform, larutan dietil eter
Analisis deskriptif kuantitatif dan aquades, MgO, H2SO4, dan KOH.
(ADK) merupakan teknik penilaian Rancangan yang digunakan
sensori yang mencirikan tanggapan dalam penelitian ini adalah rancangan
atribut-atribut sensori dalam bentuk acak lengkap (RAL) pola non faktorial
kuantitatif. Metode ADK mampu dengan 3 ulangan. Perlakuan yang
memberi uraian perkataan yang cukup diteliti adalah varietas (V) yang terdiri
bagi semua ciri sensori produk. Ini atas 3 varietas:nP 88, Gayo 1 dan
meliputi produk yang telah ada (masih Bergendal.
dan sedang berada di pasaran), Prosedur penelitian adalah
ramuan, ide atau produk baru yang Buah kopi varietas P 88, Gayo I dan
masih belum ada saingan dan ADK Bergendal di panen dengan cara
menggunakan panelis terlatih (Cardelli manual dan pemanenan dilakukan
dan Labuza, 2001). pada buah yang sehat dan tidak hampa
Tujuan dari penelitian ini serta buah kopi yang telah masak
adalah untuk mengetahui sifat kimia sempurna (ditandai dengan warna
dan evaluasi sensori bubuk kopi merah) masing-masing sebanyak ± 5
arabika. Hasil penelitian yang kg, kemudian dilakukan sortasi buah
diperoleh merupakan informasi kopi dengan cara buah kopi
penting dari kopi arabika yang dimasukkan ke dalam baskom yang
dikembangkan di Gayo, Bener Meriah. berisi air di mana buah yang
mengapung tidak digunakan
METODOLOGI PENELITIAN sedangkan yang tenggelam yang
digunakan untuk penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan di Setelah sortasi adalah proses
Laboratorium Pengolahan Nabati fermentasi basah, pada fermentasi
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan basah dilakukan perendaman selama
Laboratorium Agronomi Fakultas 12 jam dan setiap 3 jam airnya diganti.
Pertanian Universitas Syiah Kuala dari Hasil dari proses fermentasi, tahap
bulan Agustus sampai dengan Oktober selanjutnya adalah pencucian yang
2010. bertujuan untuk menghilangkan
Alat-alat yang digunakan seluruh lapisan lendir dan kotoran
dalam penelitian ini adalah pulper lainnya yang masih tertinggal setelah
(mesin pengupas kulit kopi), ayakan difermentasi. Pencucian dilakukan
dengan ukuran 30 dan 75 mesh, cawan pada baskom dengan air mengalir,
stainless, termometer, desikator, kopi diaduk dengan tangan untuk
timbangan digital, baskom, plastik, melepaskan sisa lendir yang masih

67
Rita Hayati et al. (2012) J. Floratek 7: 66 - 75

melekat dan apabila sudah bersih dan Kemudian didihkan perlahan-lahan


tidak licin kopi diangkat dan ditiriskan. selama 2 jam Setelah dingin
Tahap selanjutnya adalah proses diencerkan dengan aquades dalam labu
pengeringan. Pengeringan dilakukan takar sehingga volume tepat 500 ml,
dengan cara menjemur biji kopi di selanjutnya disaring. Diambil filtrat
lantai semen telah dilapisi plastik. sebanyak 300 ml dimasukkan ke dalam
Kopi dihamparkan di lantai, setiap 1-2 labu godok, ditambah 10 ml H2SO4
jam hamparan kopi dibolak balik agar (1:9), kemudian didihkan sehingga
proses pengeringan sempurna. volume cairan tinggal ± 100 ml. Cairan
Penjemuran berlangsung selama 17 dimasukkan ke dalam corong pemisah.
hari agar didapatkan kopi beras Labu godok di bilas dengan sedikit
dengan kadar air ±12%. Proses asam sulfat (1:99) dan digojok berkali-
penyangraian ke dalam alat sangrai kali dengan kloroform berturut-turut
pada medium roast pada suhu 220 ºC, menggunakan 25 ml, 20 ml, 15 ml, dan
menurut skala Agtron # 65, dan 10 ml. Cairan bilasan dimasukkan ke
penggilingan dengan lesung. dalam corong pemisah. Penambahan 5
Pengamatan meliputi: kadar ml KOH 1% ke dalam corong pemisah
air (Apriantono dkk, 1989), kadar kemudian digojok dan dibiarkan
kafein (Sudarmadji dkk, 1984), kadar beberapa lama sampai cairan terpisah
lemak (Apriantono dkk, 1989) dan jelas. Cairan bagian bawah merupakan
evaluasi sensori (Abdullah, 1989). larutan kafein dalam kloroform,
Prosedur untuk kadar air adalah dikeluarkan dan ditampung dalam
cawan kosong dan tutupnya erlenmeyer. Di tambah lagi 10 ml
dikeringkan dalam oven selama 15 larutan kloroform ke dalam corong
menit, kemudian ditimbang. Sampel pemisah, digojok dan dibiarkan sampai
sebanyak 5 g yang sudah cairan terpisah jelas, selanjutnya cairan
dihomogenkan lalu dimasukkan ke bagian bawah dikeluarkan dan
dalam cawan. Cawan yang berisi ditampung dalam erlenmeyer yang
sampel kemudian ditutup dan sama seperti di atas. Perlakuan ini
dimasukkan ke dalam oven dengan diulang sekali lagi. Larutan kafein
suhu 100-102 ºC selama 6 jam. Cawan dalam kloroform ini kemudian
dipindahkan ke desikator, dan ditutup dipanaskan dalam penangas air
dengan penutup cawan lalu sehingga tinggal residunya,
didinginkan, dan setelah dingin selanjutnya dikeringkan dalam oven
ditimbang kembali. Sampel 100 oC sampai diperoleh berat konstan
dikeringkan kembali ke dalam oven yang merupakan berat kafein kasar.
sampai diperoleh berat yang tetap. Selanjutnya dapat dihitung persentase
Kadar air dapat dihitung dengan rumus kadar kafein dengan rumus : % Kadar
: % Kadar Air Kafein %
% Kadar lemak menggunakan
Penentuan kadar kafein prinsip kerja metode ekstraksi Soxhlet
dilakukan dengan menimbang 5 g : lemak diekstrak dengan pelarut dietil
bubuk kopi dan dimasukkan dalam eter, setelah pelarutnya diuapkan,
erlenmeyer. Di dalam erlenmeyer lemak dapat dihitung dan ditimbang
tersebut kemudian ditambah 5 g MgO persentasenya. Prosedurnya dengan
dan aquades sebanyak 200 ml, cara mengambil lemak yang telah

68
Rita Hayati et al. (2012) J. Floratek 7: 66 - 75

diekstrak dengan menggunakan sampai berat tetap dan didinginkan


metode ekstraksi soxhlet, kemudian dalam desikator, labu beserta
dikeringkan dalam oven, didinginkan lemaknya tersebut ditimbang.
dalam desikator dan ditimbang Perhitungan persentase berat lemak
beratnya. Sampel 5 g ditimbang dalam dengan rumus : % Kadar lemak
bentuk bubuk langsung dalam saringan
timbel, yang sesuai ukurannya, Evaluasi sensori (Abdullah,
kemudian tutup dengan kapas/wool 1989), evaluasi sensori dilakukan
yang bebas lemak. untuk mengetahui tingkat penerimaan
Kertas saring yang berisi sampel keseluruhan bubuk kopi dengan
tersebut diletakkan dalam alat menggunakan analisis deskriptif
ekstraksi Soxhlet, kemudian dipasang Kuantitatif (ADK) dengan atribut-
alat kondensor di atasnya dan labu atributnya adalah warna, keasaman,
lemak di bawahnya Pelarut dietil eter aroma, rasa, dan penerimaan
dituangkan ke dalam labu lemak keseluruhan. Atribut yang dihasilkan
secukupnya, sesuai dengan ukuran berasal dari panelis laboratorium yang
soxhlet yang digunakan. Dilakukan berjumlah 10 panelis.
penyaringan selama minimum 5 jam
sampai pelarut yang turun kembali ke HASIL DAN PEMBAHASAN
labu lemak berwarna jernih. Pelarut
yang ada di labu lemak didistilasi, Kadar Air
ditampung pelarutnya. Selanjutnya Kadar air penyimpanan bubuk
labu lemak yang berisi lemak hasil kopi Arabika pada berbagai varietas
ekstraksi dipanaskan dalam oven pada dapat dilihat pada Tabel 1.
suhu 105 oC. Setelah dikeringkan

Tabel 1. Kadar air bubuk kopi arabika berbagai varietas


Peubah Varietas Rata-rata
V1 = P 88 12,32 a
V2 = Gayo I 13,39 c
Kadar Air (%) V3 = Bergendal 13,06 b
BNT0,05 = 0,02
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada taraf peluang 5% (uji BNT).

Tabel 1 menunjukkan bahwa adalah 10-13%, berarti hasil penelitian


kadar air bubuk kopi arabika berbeda diperoleh kadar air bubuk kopi yang
nyata pada semua varietas yang diteliti memenuhi standar SNI. Menurut
yaitu: varietas Gayo 1 (V2) berbeda Winarno (1993) kadar air merupakan
nyata dengan varietas P 88 (V1) dan salah satu karakteristik yang sangat
Bergendal (V3). Tetapi kadar air bubuk penting, karena mempengaruhi
kopi dalam penelitian ini telah penampakan, tekstur dan cita rasa.
memenuhi syarat untuk penyimpanan. Tabel 1 juga menunjukkan Varietas
Najiati dan Danarti (2006) menyatakan Gayo 1 memiliki nilai tertinggi
bahwa kadar air bubuk kopi untuk dibandingkan dengan dua varietas
penyimpanan berdasarkan standar SNI yang dicobakan. Hal ini disebabkan

69
Rita Hayati et al. (2012) J. Floratek 7: 66 - 75

biji kopi Gayo 1 memiliki bentuk yang Kadar Lemak


cenderung membulat. Hal ini Kadar lemak bubuk kopi
berkaitan dengan perlakuan dalam Arabika dapat dilihat pada Tabel 2.
proses pasca panen yaitu proses Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar
pengeringan (Hulupi, 2008; lemak pada bubuk kopi berbeda nyata
Ridwansyah, 2003). pada semua varietas. Jumlah
Kadar air kesetimbangan kopi kandungan lemak yang terkandung di
adalah 12% dengan toleransi 1%. dalam biji kopi mempengaruhi cita
Kadar air kopi tersebut tidak banyak rasa bubuk kopi. Pada varietas Gayo 1
berubah selama penyimpanan dan (V2), kandungan lemak lebih tinggi
pengangkutan. Akan tetapi jika dibandingkan dengan varietas P 88
disimpan terlalu lama maka kadar (V1) dan Bergendal (V3). Jadi, dapat
airnya dapat naik sebesar 1–2%, tetapi disimpulkan bahwa biji kopi yang
jika disimpan pada RH (kelembaban memiliki flavour yang terbaik adalah
relatif) rendah (35%) kadar air kopi varietas Gayo 1, apabila dibandingkan
dapat turun sebesar 10% (Najiati dan dengan dua varietas lainnya.
Danarti, 2006).

Tabel 2. Kadar lemak bubuk kopi arabika berbagai varietas


Peubah Varietas Rata-rata
V1 = P 88 2,61 a
Kadar Lemak (%) V2 = Gayo 1 5,66 c
V3 = Bergendal 3,14 b
BNT0,05 = 0,18
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada taraf peluang 5% (uji BNT).

Kandungan lemak pada kopi seperti yang dihasilkan pada biji kopi
Arabika terdapat pada lapisan lilin beras (Rita dkk., 2011).
pelindung biji dan pada minyak kopi.
Pada lapisan lilin terdapat asam lemak Kadar Kafein
5-hidroksitriptamida dari asam Kadar kafein bubuk kopi
palmitat, arachidat, behenat, dan Arabika yang diujikan dapat dilihat
lignoserat. Lemak pada kopi pada Tabel 3. Kopi terkenal akan
merupakan salah satu komposisi kimia kandungan kafeinnya yang tinggi dan
kopi yang membentuk cita rasa kopi. kafein merupakan senyawa hasil
Kadar lemak total pada kopi arabika metabolisme sekunder golongan
antara 2 - 6 %, yang terdapat pada alkaloid dari tanaman kopi dan
lapisan lilin pelindung biji. memiliki rasa yang pahit. Peranan
Peningkatan asam lemak bebas selama utama kafein ini di dalam tubuh adalah
penyimpanan akan menyebabkan meningkatkan kerja psikomotor
ketengikan pada bubuk kopi sehingga sehingga tubuh tetap terjaga dan
akan mempengaruhi rasa serta memberikan efek fisiologis berupa
menurunkan kualitas bubuk kopi. peningkatan energi.
Kadar lemak yang dihasilkan ini sama

70
Rita Hayati et al. (2012) J. Floratek 7: 66 - 75

Tabel 3. Kadar Kafein Bubuk kopi Arabika berbagai Varietas


Peubah Varietas Rata-rata
V1 = P 88 0,95 a
Kadar Kafein (%) V2 = Gayo I 0,99 b
V3 = Bergendal 1,06 c
BNT0,05 = 0,01
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada taraf peluang 5% (uji BNT).

Tabel 3 menunjukkan bahwa menentukan rumus pencampuran suatu


kadar kafein untuk semua varietas resep campuran kopi bubuk
yang dicobakan adalah berbeda nyata. (Septianus, 2009).
Akan tetapi kadar kafein dari masing-
masing varietas telah memenuhi syarat Evaluasi sensori
komposisi bubuk kopi. Menurut Evaluasi sensori dengan
Ridwansyah (2003) syarat kadar kafein menggunakan Analisis Deskriptif
bubuk kopi Arabika berkisar antara Kuantitatif (ADK) untuk
0,1-1,2 %. mendapatkan suatu metode yang dapat
Kadar kafein memberikan cita dilakukan oleh penilai terlatih dan
rasa yang khas. Hal ini sesuai dengan bukan pakar. Tujuan yang didapatkan
pernyataan Yusianto dan Mulanto dari ADK ini adalah panelis dilatih
(2002), senyawa kafein memberikan menggunakan produk yang diuji.
cita rasa khas kopi sehingga Adanya ulangan untuk mendapatkan
menjadikan kopi sebagai minuman nilai statistik dan panelis dipilih
yang digemari oleh banyak orang. berdasarkan kemampuan mengetahui
Kafein merupakan kandungan senyawa perbedaan spesifik produk (Abdullah,
terpenting yang terdapat di dalam kopi. 2005).
Kafein berfungsi sebagai senyawa Evaluasi sensori yang
perangsang yang bersifat bukan dilakukan pada bubuk kopi
alkohol, rasanya pahit, mudah larut menggunakan panelis laboratorium
dalam air, mempunyai aroma yang yang berjumlah 10 orang. Hasil dari
wangi dan dapat digunakan sebagai evaluasi sensori didapatkan dalam
obat-obatan. Kadar kafein pada suatu bentuk analisis deskriptif yang
varietas kopi dapat menjadi indeks berbentuk sarang laba-laba bagi bubuk
mutu organoleptiknya. Tinggi kopi berbagai varietas selama dalam
rendahnya kadar kafein digunakan penyimpanan (Gambar 1).
sebagai pertimbangan untuk

71
Rita Hayati et al. (2012) J. Floratek 7: 66 - 75

Warna
10

4
Penerimaan Keasaman
2

Rasa Aroma

V1 V2 V3

Gambar 1. Hasil Analisis deskriptif (ADK) Penyimpanan Bubuk kopi Arabika pada
berbagai Varietas.

Gambar 1 menunjukkan bahwa Varietas Bergendal (V3)


panelis memberikan rasa yang terbaik merupakan varietas yang memiliki
pada varietas Gayo 1, sehingga pada nilai yang rendah untuk semua atribut
akhirnya panelis memilih varietas sensori yang dicobakan, yaitu warna,
Gayo 1 diterima secara keseluruhan keasaman, aroma, rasa dan penerimaan
berdasarkan atribut-atribut yang telah keseluruhan.
disepakati oleh panelis. Hal ini
dilaporkan oleh Yusufa (2008), bahwa Warna
dari tes cita rasa, baik dalam negeri Warna mempunyai peranan
maupun luar negeri (Jepang, USA dan penting pada komoditas pangan, yaitu
Australia) telah menemukan tiga daya tarik, tanda pengenal dan atribut
varietas kopi Arabika Gayo mutu. Di antara sifat-sifat produk
mempunyai cita rasa tinggi yakni Gayo pangan, warna merupakan faktor mutu
1 (pada ketinggian 1.250 meter dari yang paling menarik perhatian
permukaan laut/dpl), P 88 (1.400 meter konsumen dan paling cepat
dpl), dan Borbor (1.520 meter dpl). memberikan kesan disukai atau tidak
Keunggulan tiga varietas kopi tersebut disukai (Soekarto, 1985).
dilihat dari beberapa indikator yaitu Warna yang paling disukai oleh
fragrance (bau bubuk kopi), aroma panelis adalah berasal dari bubuk kopi
(bau kopi setelah diseduh dengan air dari varietas P88. Warna biji kopi
panas), body (kekentalan), flavor (rasa) beras dapat bervariasi dari abu-abu
dan rasa di mulut dan kerongkongan kebiruan, kuning cokelat sampai
setelah minum kopi (after taste). hitam. Biji kopi yang baik biasanya

72
Rita Hayati et al. (2012) J. Floratek 7: 66 - 75

berwarna abu-abu kebiruan dengan memberikan hasil penilaian suatu


rupa yang seragam. Tetapi warna yang produk.
dihasilkan dari bubuk kopi juga Aroma yang disukai oleh
berpengaruh pada saat proses panelis adalah secara berturut-turut,
penyangraian (Anonymous 2010). Varietas P88, Varietas Gayo 1 dan
Warna yang terbentuk pada Varietas Bergendal. Hasil penelitian
bubuk kopi juga sangat ditentukan oleh Sulistiowati (2001) menyatakan bahwa
reaksi Maillard, karena dari reaksi ini aroma kopi yang baik dengan skor 7-8
terjadi kondensasi antara asam amino (berdasarkan SNI 01-2907-1992)
atau protein dengan adanya jumlah diperoleh dari fermentasi basah dengan
gula (Jing dan Kitts, 2002). lama fermentasi 12-36 jam.

Keasaman Rasa dan Penerimaan Keseluruhan


Tingkat keasaman yang paling Rasa atau cita rasa merupakan
tinggi adalah V1, yaitu varietas P88, atribut penting yang mempengaruhi
diikuti berturut-turut varietas V2 dan penerimaan seseorang terhadap suatu
V3. Tingkat keasaman pada bubuk minuman dan karena cita rasa ini akan
kopi disebabkan juga oleh proses mempengaruhi permintaan minuman
fermentasi. Dalam penelitian ini kopi yang tinggi. Rasa yang disukai
bubuk kopi dihasilkan dari proses oleh panelis adalah bubuk kopi dari
fermentasi basah. Varietas Gayo 1. Hal ini disebabkan
Prinsip fermentasi adalah Varietas Gayo 1 ini sudah diakui oleh
peruraian senyawa-senyawa yang dunia karena memiliki rasa yang unik
terkandung di dalam lapisan lendir (Yusufa, 2008).
oleh mikroba alami dan dibantu Atribut penerimaan merupakan
dengan oksigen dari udara. Proses suatu atribut yang penting dalam hal
fermentasi dapat dilakukan secara penerimaan suatu produk sebelum
basah (merendam biji kopi di dalam produk tersebut dilepas ke pasaran.
genangan air) dan secara kering (tanpa Panelis telah memilih bahwa bubuk
rendaman air) ( Anonimous, 2010). kopi varietas Gayo 1 diterima.

Aroma SIMPULAN
Aroma merupakan suatu nilai
yang terkandung dalam produk yang Kadar air berbeda nyata di
langsung dapat dinikmati oleh antara bubuk kopi varietas Gayo I
konsumen. Soekarto (1985) (V2), varietas P 88 (V1) dan Bergendal
menyatakan bahwa aroma suatu (V3). Varietas Gayo I (V2) kadar airnya
produk dalam banyak hal menentukan lebih tinggi dibandingkan dengan
bau atau tidaknya suatu produk, varietas P 88 (V1) dan Bergendal (V3).
bahkan aroma atau bau lebih kompleks Kadar lemak bubuk kopi berbeda nyata
dari pada rasa. Kepekaan indera di antara varietas. Pada varietas Gayo
pembauan biasanya lebih tinggi dari 1 (V2) kandungan lemak lebih tinggi
indera pencicipan. Bahkan industri dibandingkan dengan varietas P 88
pangan menganggap uji bau sangat (V1) dan Bergendal (V3). Kadar kafein
penting karena dengan cepat dapat di antara semua varietas juga berbeda

73
Rita Hayati et al. (2012) J. Floratek 7: 66 - 75

nyata. Panelis memilih varietas Gayo Cocoa Research Institute (ICRRI).


1 diterima secara keseluruhan Jember.
berdasarkan atribut-atribut yang telah Kraujalytė, K., Leitner,E.,
disepakati oleh panelis. Venskutonis, R.P. 2012.
Chemical and sensor
DAFTAR PUSTAKA characterisation of aroma of
vibornum opulus fruits by solid
Abdullah A. 1990. Penilaian Sensori. phase microextraction-gas
Universiti Kebangsaan Malaysia. chromatography-olfactometry.
Malaysia. Journal Food Chemistry 132:717-
Anonymous. 2009. Pada Penanganan 723
Pasca Panen Kopi. http://www .- Jing, H., Kittts, D.D. 2002. Chemical
infoagri.co.cc/2009/07/penangana and biochemical properties of
n-pasca-panen-kopi.html [6-2- casein sugar Maillard reaction
2010]. product. Food and Chemical
Anonymous. 2010. Fermentasi Biji Toxicologi 40:1007-1015.
Kopi. Najiati. S dan Danarti. 2006. Kopi
http://www.pakkatnews.com/dema Budidaya dan Penanganan Lepas
m-bertanam-kopi-arabika.html. Panen. Penebar Swadaya , Jakarta
[17-06-2010]. Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi.
Apriyantono, A.D., Fardiaz, N. L., http://www.library.usu.ac.id/down
Puspitasari, Sedawati, dan S. load/fp / tekper-ridwansyah4.pdf.
Budiyanto. 1989. Petunjuk [16- November-2009].
Laboraturium Analisis Pangan. Rita, H., Marliah, A., Rosita, F. 2011.
PAU Pangan dan Gizi. IPB, Kajian Tiga Varietas dan Dua
Bogor. Metode Fermentasi Terhadap
Arpah. 1993. Pengawasan Mutu Kualitas Biji Kopi Arabica
Pangan. Penerbit Tarsito, (Coffea arabica L.) Gayo, Bener
Bandung. Meriah. Prosiding Seminar
Bach, V., Kidmose, U.,Bjorn, K,G., Nasional Perhimpunan Ahli
Edelenbos, M. 2012. Effect of Teknologi Pangan Indonesia
harvest time and varieti on (PATPI) Sumatera Utara.
sensory quality and chemical Septianus. 2009. Karakteristik dan
composition of Jerussalem Deskripsi Cita Rasa Kopi.
artichoke (Helianthus tuberosus) http://www.kopiaseli.net/cms.php
tubers. Food Chemistry Vol. ?id_cms=3 [30-1-2010].
133:82-89. Shepherd, R.,Griffiths, N.M., Smith,
Cardelli, C.,Labuza, T.P. 2001. K. 1988. The relationship
Application of Weinbull Hazard between Consumer Preferences
Analysis to the Determination of and trained panel responses.
the Shelf Life of Roasted and Journal of Studies Sensory 3:19-
Ground Coffe. Lebensm- 35.
Wiss.u.Technology 34:273-278. Sulistiowati. 2001. Faktor yang
Hulupi. R. 2008. Panduan Budidaya Berpengaruh Terhadap Citarasa
dan Pengolahan Kopi Arabika Seduhan Kopi. Warta Pusat
Gayo. Indonesian Coffee and

74
Rita Hayati et al. (2012) J. Floratek 7: 66 - 75

Penelitian Kopi dan Kakao Cocoa Research Institute (ICRRI).


Indonesia, Jember. Jember.
Soekarto, TS. 1985. Penilaian Yusianto dan Mulato. 2002.
Organoleptik untuk Industri Pengolahan dan Komposisi Kimia
Pangan dan Hasil Pertanian. Biji Kopi Pengaruhnya Terhadap
Bharata Karya Aksara. Jakarta. Citarasa Seduhan. Materi
Winarno, F.G Wiratmadja. 1993. Pelatihan Uji Citarasa Kopi. Pusat
Operasi Pengeringan Pada Penelitian Kopi dan Kakao
Pengolahan hasil Pertanian. Indonesia, Jember. Universitas
Mediatama Sarana Perkasa. Pangan dan Gizi. IPB, Bogor.
Jakarta. Yusufa, A. 2008. Sensasi Kopi
Yusianto. 2008. Panduan Budidaya Arabika.
dan Pengolahan Kopi Arabika http://anuryusufa88.blogspot.com
Gayo. Indonesian Coffee and [6-2-2010].

75

Anda mungkin juga menyukai