Anda di halaman 1dari 13

I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.

1, Juni 2021 26 – 38

ANALISIS ADULTERAN PADA KOPI LUWAK DENGAN METODE


Fourier Transform Infrared (FTIR)

Ivan Andriansyah1*, Hilman Nur Mukhlis Wijaya1, Purwaniati1


1
Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal
Prodi S1 Farmasi, Universitas Bhakti Kencana Bandung
Jl. Soekarno Hatta No. 754, Bandung Jawa Barat, 40161, Indonesia
*
Email: ivan.andriansyah@bku.ac.id

Received 24 November 2020


Accepted 24 June 2021
Abstrak
Kopi merupakan bahan minuman yang sangat terkenal bukan hanya di Indonesia
melainkan di seluruh dunia, jenis yang sering dijumpai yaitu arabika dan robusta.
Tingginya harga dan permintaan kopi banyak produsen memalsukan atau
mencampur kopi dengan bahan lain. Adulterasi adalah upaya menambah atau
mengganti bahan makanan dengan tujuan memperoleh, sehingga memberikan
dampak buruk pada konsumen. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengetahui ada
atau tidaknya adulteran pada kopi luwak yang beredar dipasaran. Metode analisis
FTIR digunakan untuk membuat pola sidik jari dari ekstrak kopi melalui analisis
kemometrik dengan metode Principal Component Analysis (PCA). Ekstraksi
dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengukuran
spektrum inframerah menggunakan alat FTIR, pada bilangan gelombang 4000-
650cm-1 dan resolusi 4 cm-1. Klasifikasi dari kopi yang diadulteran dengan arabika
dan kopi luwak menggunakan data PC-1 dan PC-2 dengan nilai berturut-turut 82%
dan 14%. Hasil menunjukkan nilai scores menggunakan PC-1 dan PC-2 sampel kopi
A berada dekat kuadran kopi luwak, sampel kopi B berada di antara kuadran kopi
arabika (adulteran) dan luwak, dan kopi sampel C berada dekat kuadran arabika
(adulteran). Metode FTIR dapat mendeteksi dengan batas deteksi 15% (b/b).
Kata Kunci : adulterasi; kopi luwak; FTIR; PCA

Abstract
Coffee is a beverage that is very poppuler not only in Indonesia but also in the world,
theres kind of coffee that are often found in Indonesia are Arabica and Robusta.
Becouse its value, many coffee producers try to fake or mix its with other ingredients.
Adulteration is an effort to add or replace food ingredients with the aim of obtaining
it, so that it has a negative impact on consumers. The aim of this journal is to
determine an adulterant in civet coffee that sales in the market. The FT-IR analysis
method was used to create fingerprint patterns from coffee extract through
chemometric analysis using the Principal Component Analysis (PCA) method.
Extraction was carried out by maceration using 96% ethanol as solvent. Measurement
of the infrared spectrum using the FTIR tool, at a wave langht at 4000-650 cm-1 and
a resolution of 4 cm-1. Classification of coffee mixed with arabica and civet coffee
using PC-1 and PC-2 data with values of 82% and 14%, respectively. The results
show the scores using PC-1 and PC-2, coffee sample A is near the civet coffee
quadrant, coffee sample B is between the arabica (adulteran) and civet coffee
quadrants, and sample C coffee is near the arabica quadrant (adulteran). The FTIR
method can detect with a detection limit of 15% (w/w)
Key Words: Adulteration, Civet Coffee; FTIR; PCA
Online ISSN: 2528-0422 26
I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

PENDAHULUAN Fermentasi buatan dilakukan dengan


Kopi terdiri dari banyak jenis mengisolasi mikroba probiotik dari organ
antara Coffea arabica, Coffea robusta, percernaan luwak dan menghasilkan kopi
dan Coffea leberica (Aak. 2009). Kopi yang memiliki cita rasa dan aroma yang
memiliki nilai ekonomis tinggi dan hampir menyerupai kopi hasil pencernaan
merupakan salah satu hasil komoditi hewan luwak (Suhandy dkk. 2017).
perkebunan yang memiliki peran sebagai Dengan tingginya permintaan kopi
salah satu penghasil devisa negara. luwak maka harga kopi luwak di pasaran
Lampung merupakan salah satu provinsi sangatlah tinggi oleh karena itu banyak
di Indonesia yang memiliki hasil kopi produsen kopi yang tidak bertanggung
dengan rasa dan aroma yang khas jawab memalsukan atau mencampur kopi
dibandingkan dengan kopi dari daerah luwak dengan kopi biasa dengan harga
lainnya. Di Indonesia terdapat dua jenis dan kualitas yang lebih rendah, dan diberi
kopi yang umum dibudidayakan yaitu labeli sebagai kopi luwak untuk
kopi robusta dan kopi arabika. Adapun memenuhi permintaan konsumen.
jenis kopi yang memiliki citra rasa yang Menurut penelitian S. F. Sahat, N.
berbeda karena sudah mengalami proses Nuryartono, dan M. P. Hutagaol,
fermentasi dari pencernaan hewan luwak terjadinya adulterasi kopi disebabkan oleh
yang disebut kopi luwak. Provinsi penurunan produksi kopi di Indonesia dan
Lampung juga memproduksi kopi luwak. harga ekspor melonjak yang berdampak
Kopi luwak tidak didapat dari jenis pada sosial ekonomi (Sahat, dkk. 2016).
tanaman kopi tertentu namun berasal dari Berdasarkan data global tentang
buah kopi yang dikonsumsi oleh hewan pemalsuan kopi, yang dikarenakan situasi
luwak (Paradoxurus hermaproditus) ekonomi domestik dari masing-masing
(Waluyo, 2017). Luwak mengkonsumsi negara. Di Brazil sebagai penghasil kopi
buah kopi dengan cara membuka kulit terbesar di dunia, dilakukan pengujian
luarnya dan memakan biji serta lendir kopi oleh lembaga ABIC dari 2400 merk kopi
(Rubiyo, 2013). Selama di dalam terdapat 583 merk kopi yang dicampur
pencernaan luwak, terjadi proses alamiah dengan jagung, gandum hitam, gula merah
di dalam perut luwak, proses tersebut (Teixeira, 2015). Pencampuran kopi
memberikan perubahan komposisi kimia luwak terjadi dalam tiga bentuk yaitu
pada biji kopi dengan pembentukan bentuk biji (green coffee bean), biji kopi
senyawa prekursor cita rasa seperti asam yang telah disangrai (roasted bean), dan
organik, asam amino, dan gula sehingga biji kopi luwak yang telah digiling / bubuk
mampu meningkatkan cita rasa kopi (ground bean). Sehingga kegiatan
menjadi berbeda dari kopi asalnya (Lin et pemalsuan pangan di Indonesia semakin
al, 2010). Keistimewaan ini diakibatkan banyak dilakukan khususnya untuk
dari kandungan protein yang rendah serta komoditas kopi.
kandungan lemak yang tinggi Adulterasi adalah upaya
menyebabkan peningkatan kualitas cita menambah atau mengganti bahan
rasa kopi luwak dibandingkan dengan makanan dengan tujuan memperoleh
kopi jenis lain (Rubiyo, 2013). keuntungan yang sebesar-besarnya
Meskipun dengan harga yang sehingga hal tersebut memberikan
cukup tinggi permintaan kopi luwak terus dampak buruk pada konsumen (Waluyo,
meningkat, banyak cara yang digunakan 2017). Adanya adulterasi pada kopi
untuk memenuhi permintaan diantaranya membuat kandungan antioksidan pada
dengan cara fermentasi buatan. kopi berkurang. Semakin banyak bahan

Online ISSN: 2528-0422 27


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

yang ditambahkan pada kopi akan dan mampu menganalisis beberapa


menurunkan kadar kandungan kafein, komponen secara serentak (Food
senyawa fenolik, kadar asam klorogenat, Chemistry. 2009).
dan trigonelin (Paola. 2017). Kurangnya Selain metode yang dijelaskan
kontrol kualitas dari suatu produk ini banyak penelitian yang sudah dilakukan
mengakibatkan terjadinya banyak sebelumnya untuk mendeteksi adulteran
kecurangan. Pencampuran pada kopi pada kopi menggunakan metode lain
sangat sulit diidentifikasi apabila biji kopi dengan tingkat efektif, sensitif, dan
telah disangrai atau dalam bentuk bubuk keakurasiannya yang berbeda-beda.
(Waluyo, 2017). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Pemalsuan kopi arabika ini mengidentifikasi adanya adulteran pada
biasanya menggunakan bahan seperti kopi luwak yang beredar dipasaran
jagung, gandum, kedelai, sekam, stik dan menggunakan metode FTIR.
biji kopi robusta (Winkler-Moser. 2015).
Untuk memastikan kualitas kopi yang METODE PENELITIAN
baik, perlu diperhatikan dalam setiap Tahapan penelitian ini meliputi
prosesnya. Ada sejumlah metode yang preparasi sampel, pembuatan ekstrak,
telah dikembangkan untuk mendeteksi pengukuran spektrum inframerah,
adulteran pada kopi, seperti metode pembuatan model sidik jari secara
spektrofotometri massa, spektroskopi uv- kemometrik, analisis adulteran pada
vis, HPLC, kromatografi, FTIR dan NIR sampel. Preparasi sampel diawali dengan
(Pauli. 2014). pengumpulan bahan baku terlebih dahulu
Metode yang diambil untuk yang terdiri dari bahan baku kopi luwak
mendeteksi adulteran pada kopi tersebut dari tiga daerah berbeda yaitu Aceh,
digunakan metode spektroskopi Fourier Lampung, dan Cikole. Selanjutnya
Transform Infrared (FTIR). Spektroskopi memanggang atau menyangrai biji kopi
FTIR ini adalah suatu alat atau instrument kemudian dilakukan penggilingan untuk
yang dapat digunakan untuk mendeteksi mengubah bentuk dari biji kopi menjadi
gugus fungsi. Spektroskopi FTIR dapat serbuk.
menganalisis adanya campuran dalam Ekstrak diperoleh dengan cara
sampel tanpa merusak sampel yang akan metode maserasi yang menggunakan
dianalisisnya. Spektrum inframerah yang pelarut etanol 96%. Ekstrak yang
dihasilkan merupakan informasi data yang dihasilkan berupa ekstrak cair sehingga
kompleks, sehingga dapat perlu dilakukan pemekatan menggunakan
menggambarkan secara menyeluruh rotary evaporator dan dikeringkan
karakteristik kimia suatu sampel. Oleh menggunakan cawan uap.
karena itu, spektrum inframerah ini dapat Pengukuran spektrum inframerah
membedakan tumbuhan yang satu dengan dilakukan menggunakan alat FTIR.
yang lainnya (Sahnchez, 2018). Spektrum FTIR dibaca pada frekuensi
Pendekatan yang digunakan untuk 4000-650 cm-1 dan resolusi 4 cm-1, dengan
mendeteksi adulteran dalam kopi teknik pengukuran reflectane. Pembuatan
menggunakan metode FTIR adalah pola model sidik jari secara kemometrik diolah
sidik jari, analisis kemometrik kemudian dengan metode Principal Component
diuji pada sampel. Analysis (PCA), untuk interpretasi hasil
Metode FTIR juga sudah yang lebih sederhana. Dimana jumlah
dibuktikan pada penelitian yang dilakukan variabel dalam suatu matriks dikurangi
F. Chemistry tahun 2009 bahwa dapat untuk menghasilkan variabel baru dengan
mendeteksi adulterasi kopi secara tetap mempertahankan informasi yang
kualitatif dengan cara yang cepat, mudah dimiliki oleh data.

Online ISSN: 2528-0422 28


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

Analisis adulteran pada sampel analisis direkam dalam bentuk transmitan.


kopi instan yang ada di pasaran dengan Data spektra IR masing-masing sampel
produsen yang berbeda dianalisis dengan diperoleh dari hasil scanning dengan alat
alat spektroskopi FTIR dan diolah secara FTIR dan aplikasi MicroLab Expert.
kemometrik dengan metode PCA, Dilakukan scanning sebanyak 6 kali pada
sehingga dapat dilihat pemisahan kuadran rentang bilangan gelombang 4000-650
antara kopi luwak murni dengan kopi cm-1 dengan resolusi 4 cm-1. Setiap jarak
luwak yang sudah dicampur dengan ukur 4 cm-1 terdapat satu titik pengukuran
adulteran. intensitas (Food Chemistry. 2009).
Pemilihan resolusi yang kecil bertujuan
HASIL DAN PEMBAHASAN agar puncak terlihat jelas, karena semakin
Penelitian ini dilakukan dengan kecil resolusi maka puncak akan semakin
tujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya terlihat jelas. Untuk menghindari adanya
adulteran pada sediaan kopi luwak variasi spektra antara sampel yang satu
menggunakan analisis sidik jari dengan yang lainnya, maka spektrum
kemometrik dengan data dari spektrum dasar (background) diukur setiap kali
FTIR. Penelitian ini meliputi preparasi sebelum pengukuran dimulai dan
sampel, pembuatan ekstrak, pengukuran pembacaan sampel dilakukan satu persatu.
spektrum inframerah, pembuatan pola Pada panjang gelombang 3500-3000 cm-1
sidik jari secara kemometrik, analisis dapat dilihat terdapat ikatan -OH dengan
adulteran pada sediaan kopi luwak, dan melanda sehingga -OH tersebut memiliki
sampel simulasi menggunakan kopi ikatan hidrogen. Pada ikatan dengan
arabika sebagai adulteran. panjang gelombang 1700 cm-1 terdapat
gugus fungsi keton C=O. Pada panjang
Spektrum FTIR gelombang 1400cm-1 menunjukkan
Pengukuran spektrum FTIR pada adanya vibrasi stretching antara C-C. Pada
penelitian ini dilakukan dengan teknik panjang gelombang 2900cm-1 terdapat C-
penanganan sampel secara reflektan dan H stretching

Gambar 1. Spektrum kopi arabika (adulteran) semua daerah

Online ISSN: 2528-0422 29


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

Gambar 2. Spektrum kopi luwak semua daerah

Pola spekrtum FTIR arabika dan Aceh dan luwak Aceh diperoleh pada
luwak
panjang gelombang 3060-2802 cm-1 dan
Spektrum inframerah pada ekstrak kopi
1295-1015 cm-1. Dan terlihat perbedaan
arabika yang diambil dari tiga daerah pada
peak yang muncul pada daerah panjang
bilangan gelombang 4000-650 cm-1
gelombang 2900cm-1, 1600cm-1 dan
(Gambar.3). Pita serapan yang
1300cm-1.
dimunculkan oleh ekstrak baku arabika

Gambar 3. Pola spektrum FTIR Arabika Aceh (AACH) dan Luwak Aceh (LACH)

Online ISSN: 2528-0422 30


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

Sebaran baku kombinasi dari berbeda dimana ekstrak baku dari


adulteran dan luwak. kombinasi luwak dan arabika (adulteran)
Hasil kurva score plot nilai PC-1 tersebut harus dapat mewakili dari semua
untuk ekstrak baku arabika (adulteran) daerah, hal ini menunjukkan karakteristik
dengan luwak dari Aceh, Cikole, dan yang berbeda antara ekstrak baku luwak
Lampung berturut-turut adalah 81% dan arabika (adulteran) dari ketiga daerah
sehingga nilai total untuk score plot PC1 tersebut dapat dilihat pada gambar.4.
dan PC2 adalah 96% (PC-1 = 81% dan
PC-2 = 15%). Ekstrak baku kombinasi
dari tiga daerah yang berbeda yaitu (Aceh,
Cikole, Lampung) membentuk
pengelompokkan pada kuadran yang

Gambar 4. Hasil score plot PCA ekstrak baku adulteran dan luwak PC-1 terhadap PC-2, LCKL
(luwak cikole), LACH (luwak Aceh), LLMP ( luwak Lampung), ALMP ( adulteran
lampung), ACL ( adulteran Cikole), AACH ( adulteran Aceh)

Hasil kurva score plot nilai PC-1, (adulteran) dari tiga daerah yang berbeda
PC-1, PC-1, PC-1, PC-1, dan PC-1 untuk yaitu (Aceh, Cikole, Lampung)
ekstrak baku arabika (adulteran) dari membentuk pengelompokkan pada
Aceh, Cikole, dan Lampung berturut-turut kuadran yang berbeda dimana ekstrak
adalah 82%, 12%, 11%, 15%, 57%, dan baku dari kombinasi arabika (adulteran)
56% sehingga nilai total untuk score plot tersebut harus dapat mewakili dari semua
PC-1 dan PC-2 adalah 96% (PC-1 = 82% daerah, hal ini menunjukkan karakteristik
dan PC-2 = 14%). Ekstrak baku arabika yang berbeda antara ekstrak baku arabika

Online ISSN: 2528-0422 31


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

(adulteran) dari ketiga daerah tersebut


dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hasil score plot PCA ekstrak baku arabika (adulteran) PC-1 terhadap PC-2
ALMP (adulteran lampung), ACL ( adulteran Cikole), AACH ( adulteran Aceh)

Hasil kurva score plot nilai PC-1, membentuk pengelompokkan pada


PC-1, PC-1, PC-1, PC-1, dan PC-1 untuk kuadran yang berbeda dimana ekstrak
ekstrak baku luwak dari Aceh, Cikole, dan baku dari luwak tersebut harus dapat
Lampung berturut-turut adalah 90%, 18%, mewakili dari semua daerah, hal ini
17%, 16%, 52%, dan 73% sehingga nilai menunjukkan karakteristik yang berbeda
total untuk score plot PC-1 dan PC-2 antara ekstrak baku luwak dari ketiga
adalah 97% (PC-1 = 90% dan PC-2 = 7%). daerah tersebut dapat dilihat pada gambar
Ekstrak baku luwak dari tiga daerah yang 6.
berbeda yaitu (Aceh, Cikole, Lampung)

Gambar 6. Hasil score plot PCA ekstrak baku adulteran dan luwak PC-1 terhadap PC-2, LCKL
(luwak cikole), LACH (luwak Aceh), LLMP ( luwak Lampung)

Online ISSN: 2528-0422 32


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

Analisis Kemometrik daerah secara geografis. Jarak antara


Hasil dari pengukuran spektrum sampel menunjukan kesamaan antar
FTIR dianalisis lebih lanjut menggunakan sampel. Semakin jauh jarak, maka
kemometrik. Metode kemometrik yang semakin sedikit kesamaan yang dimiliki
digunakan adalah Principal Component antara sampel tersebut, jika semakin dekat
Analysis (PCA) dengan menggunakan letak antara sampel pada score plot, maka
software The Unscramble X 10.4. PCA semakin besar kemiripan diantara sampel
adalah interpretasi data yang dilakukan tersebut.
dengan pereduksi data, dimana dalam
jumlah variabel matriks dikurangi untuk Hasil PCA Kombinasi
menghasilkan variabel baru dengan tetap Hasil kurva score plot nilai PC-1, PC-1,
memperhatikan informasi yang dimiliki PC-1, PC-1, PC-1, dan PC-1 untuk ekstrak
oleh data. Validasi yang digunakan dalam baku sampel dengan simulasi berbeda dan
PCA adalah cross validation (Jun Wang, sampel kopi arabika yang diadulteran dari
2009). Hasil dari analisis PCA adalah 3 daerah yang berbeda berturut-turut
score dimana masing-masing tersebut adalah 84%, 91%, 82%, 82%, 82%, dan
diperoleh 3-PC. Namun data yang 15% sehingga nilai total untuk score plot
digunakan hanya data PC-1 terhadap PC- PC-1 dan PC-2 adalah 96% (PC-1 = 82%
2 karena diperoleh hasil pengelompokan dan PC-2 = 14%). Ekstrak baku sampel
yang sangat baik dibandingkan dengan dengan luwak menyebar terpisah dan
PC-1 dan PC-3. Berdasarkan hasil PC-1 membentuk pengelompokkan sendiri-
terhadap PC-2 maka dapat dibuat kurva sendiri pada kuadran yang berbeda dimana
score plot (Simbolon, 2013). Score plot ekstrak baku luwak berkumpul dengan
dengan menggunakan dua buah PC yang kelompok sesama ekstrak luwak
pertama biasanya paling berguna karena sedangkan ekstrak baku sampel
kedua PC ini menggambarkan varians berkumpul dengan sesama ekstrak sampel,
yang terbesar dari data (Simbolon, 2013). hal ini menunjukkan karakteristik antara
Kurva score plot digunakan untuk ekstrak baku luwak dan ekstrak baku
menaksir struktur data yaitu sebagai dasar sampel yang diadulteran berbeda dapat
perbedaan antara ekstrak baku arabika dan dilihat pada Gambar 7
ekstrak robusta berdasarkan perbedaan

Gambar 7. Hasil analisis kemometrik PCA ekstrak baku adulteran dan luwak PC-1 terhadap PC-2,
LCKL (luwak cikole), LACH (luwak Aceh), LLMP ( luwak Lampung), ALMP ( adulteran
lampung), ACL ( adulteran Cikole), AACH ( adulteran Aceh)

Online ISSN: 2528-0422 33


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

Simulasi Model PCA (adulteran), dan ekstrak baku arabika yang


Sampel simulasi merupakan dicampur ekstrak luwak (sampel simulasi
campuran dari ekstrak baku arabika dan 5%) menunjukkan ekstrak baku arabika
ekstrak baku luwak yang dibuat untuk dan luwak dengan sampel simulasi 5%
kontrol positif adulteran luwak, berikut ini berada dekat dalam pengelompokkan
hasil PCA sampel simulasi: ekstrak baku luwak hal ini dikarenakan
Berdasarkan hasil kurva score plot sampel simulasi 5% tidak terlalu banyak
PC-1 terhadap PC-2 mewakili varians mengandung adulteran, sehingga belum
sebesar 96% secara berturut-turut adalah terdeteksi adanya adulteran arabikanya
(PC-1 = 82% dan PC-2 = 14%) gabungan (Gambar 8).
dari ekstrak baku luwak, ekstrak arabika

Gambar 8. Simulasi 5%

Gambar 9. Simulasi 10%

Berdasarkan hasil kurva score plot sebesar 96% secara berturut-turut adalah
PC-1 terhadap PC-2 mewakili varians (PC-1 = 82% dan PC-2 = 14%) gabungan

Online ISSN: 2528-0422 34


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

dari ekstrak ekstrak baku luwak, ekstrak 82% dan PC-2 = 14%) gabungan dari
arabika (adulteran), dan ekstrak baku ekstrak ekstrak baku luwak, ekstrak
arabika yang dicampur ekstrak luwak arabika(adulteran), dan ekstrak baku
(sampel simulasi 10%) menunjukkan arabika yang dicampur ekstrak luwak
ekstrak baku arabika dan luwak dengan (sampel simulasi 15%) menunjukkan
sampel simulasi 10% berada dekat dalam ekstrak baku arabika dan luwak dengan
pengelompokkan ekstrak baku luwak hal sampel simulasi 15% mulai bergerak ke
ini dikarenakan sampel simulasi 10% ekstrak baku arabika atau sampel
tidak terlalu banyak mengandung adulteran hal ini dikarenakan sampel
adulteran, sehingga belum terdeteksi simulasi 15% lebih banyak mengandung
adanya adulteran arabikanya (Gambar 9). ekstrak baku arabika, sehingga dapat
Hasil kurva score plot PC-1 terdeteksi adulteran arabikanya. (Gambar
terhadap PC-2 mewakili varians sebesar 10).
96% secara berturut-turut adalah (PC-1 =

Gambar 10. simulasi 15%

Pengujian sampel ekstrak baku luwak, dan ekstrak sediaan


Pengujian sampel A sampel menunjukkan hasil ekstrak sediaan
Berdasarkan hasil kurva score plot sampel berada dekat dengan
PC-1 terhadap PC-2 mewakili varians pengelompokkan ekstrak baku luwak. Hal
sebesar 96% secara berturut-turut adalah ini mengindikasikan bahwa sampel A
(PC-1 = 94% dan PC-2 = 2%) gabungan diduga mengandung luwak dan tidak
dari ekstrak baku arabika (adulteran), terdeteksi adanya adulteran. Gambar 11.

Online ISSN: 2528-0422 35


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

Gambar 11. Sampel A

Pengujian sampel B sampel menunjukkan hasil ekstrak sediaan


Berdasarkan hasil kurva score plot sampel berada antara ekstrak baku luwak
PC-1 terhadap PC-2 mewakili varians dan sebagian berada pada ekstrak baku
sebesar 96% secara berturut-turut adalah arabika (adulteran). Hal ini
(PC-1 = 82% dan PC-2 = 14%) gabungan mengindikasikan bahwa sampel B diduga
dari ekstrak baku arabika (adulteran), sebagian mengandung adulteran. Gambar
ekstrak baku luwak, dan ekstrak sediaan 12.

Gambar 12. sampel B

Pengujian sampel C
Berdasarkan hasil kurva score plot ekstrak baku luwak, dan ekstrak sediaan
PC-1 terhadap PC-2 mewakili varians sampel menunjukkan hasil ekstrak sediaan
sebesar 96% secara berturut-turut adalah sampel berada dekat dengan
(PC-1 = 82% dan PC-2 = 14%) gabungan pengelompokkan ekstrak baku adulteran.
dari ekstrak baku arabika (adulteran), Hal ini mengindikasikan bahwa sampel C

Online ISSN: 2528-0422 36


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

diduga sebagian mengandung adulteran.


Gambar 13.

Gambar 13. sampel C

Kesimpulan di antara kuadran kopi arabika (adulteran)


dan luwak, dan kopi sampel C berada
Analisis sidik jari menggunakan dekat kuadran arabika (adulteran).
FTIR yang dikombinasikan dengan
analisis kemometrik menggunakan UCAPAN TERIMA KASIH
metode PCA mampu mengidentifikasi Penelitian ini dibiayai oleh hibah iternal
adulteran pada kopi. Kopi A berada dekat LPPM UBK
kuadran kopi luwak, sampel kopi B berada

DAFTAR PUSTAKA fermentation. The Journal of


Aak. 2009. Budidaya tanaman kopi. International Management Studies 5
Kanisius. Yogyakarta. (1): 154-159.
Food Chemistry. 2009. “Fourier Paola, Fernanda, De Pádua Gandra,
Transform Infrared Spectroscopy for Adriene Ribeiro Lima, and Eric
Kona Coffee Authentication.” 74(5): Batista Ferreira. 2017. “Adding
385–91. Adulterants to Coffee Reduces
Jun Wang, Soojin Jun, H.C. Bittenbender, Bioactive Compound Levels and
Loren Gautz, and Qing X. LI. 2009. Antioxidant Activity.” 5(5): 313–19.
Fourier TransformInfrared Pauli, Elis Daiane et al. 2014. “Detection
Spectroscopy for Kona Coffee of Ground Roasted Coffee
Authentication. Adulteration with Roasted Soybean
Lin, C. C. 2010. Approach of improving and Wheat.” FRIN 61: 112–19.
coffee industry in Taiwan promote http://dx.doi.org/10.1016/j.foodres.2
quality of coffee bean by 014.02.032.

Online ISSN: 2528-0422 37


I. Andriansyah, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 26 – 38

pemalsuan kopi arabika dan robusta


Rubiyo and Juniaty Towaha. 2013. secara cepat [study on the use of uv-
“Pengaruh fermentasi terhadap vis spectroscopy and chemometrics
citarasa kopi luwak probiotik”. to quickly identify the falsification of
Buletin RISTRI. 4(2), 175–182. arabica and robusta coffees].” 6(1):
Sahat, F.S, Nuryartono N, Hutagaol M. P 43–52.
(2016) Analisis pengembangan Teixeira, Urijatan et al. 2015. “LWT -
ekspor kopi di indonesia. Jurnal Food Science and Technology Identi
Ekonomi dan Kebijakan Fi Cation of Adulteration in Ground
Pembangunan. 5(1). 63-89 Roasted Coffees Using UV e Vis
Sahnchez. R A M, Salazar R, Barcenas G Spectroscopy and SPA-LDA.” 63:
L, Galvan A M. (2018). FTIR 1037–41.
spectroscopy studies on the Waluyo Sri, Handayani n Fipit, Suhandy
spontaneous neutralization of D, Rahmawati W, Sugianti C, Yulia
chitosan acetate films by moisture M. 2017. “Analisi Spektrum Uv-Vis
conditioning, Vibratonal Untuk Menguji Kemurnian Kopi
Spectroscopy. hal 1-6 Luwak”. Jurnal Teknik Pertanian
Simbolon, Bella, Kartini Pakpahan, and Lampung. 6(2), 73-80.
M. Z. Siswarni. 2013. "Kajian Winkler-Moser, J. K., Singh, M., Rennick,
Pemanfaatan Biji Kopi (Arabika) K. A., Bakota, E. L., Jham, G., Liu,
Sebagai Bahan Baku Pembuatan S. X., & Vaughn, S. F. 2015.
Biodiesel." Jurnal Teknik Kimia Detection of corn adulteration in
USU 2.3: 44-50. Brazilian coffee (Coffea arabica) by
Suhandy, Diding, Sri Waluyo, and Cicih tocopherol profiling and near-
Sugianti. 2017. “Studi penggunaan infrared (NIR) spectroscopy. Journal
uv-vis spectroscopy dan of agricultural and food chemistry,
kemometrika untuk mengidentifikasi 63(49), 10662-10668.

Online ISSN: 2528-0422 38

Anda mungkin juga menyukai