Anda di halaman 1dari 105

IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


AIRLANGGA

SKRIPSI

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR


DIBUTIL FTALAT PADA PRODUK
DEODORAN KRIM DENGAN METODE
KLTKT-DENSITOMETRI

HEGAR MOHAMMAD RIZKY

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA


DEPARTEMEN KIMIA FARMASI
SURABAYA
2018

1
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
ii

ii
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
iii

SKRIPSI

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR


DIBUTIL FTALAT PADA PRODUK
DEODORAN KRIM DENGAN METODE
KLTKT-DENSITOMETRI

HEGAR MOHAMMAD RIZKY


NIM. 051411133008

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA


DEPARTEMEN KIMIA FARMASI
SURABAYA
2018

iii
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Hegar Mohammad Rizky

NIM : 051411133008

Fakultas : Farmasi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis
dengan judul :

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR DIBUTIL FTALAT


PADA PRODUK DEODORAN KRIM DENGAN METODE
KLTKT-DENSITOMETRI

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila


dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiarisme,
maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan dan atau
pencabutan gelar yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Surabaya, 20 Agustus 2018

iv
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
v

v
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
vi

vi
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Berbagai hambatan dan permasalahan sering
ditemui dalam penyusunan skripsi sehingga penulis mengucapkan terima
kasih kepada Dr. Riesta Primaharinastiti, S.Si., M.Si., Apt selaku
pembimbing utama dan Febri Annuryanti, S.Farm., M.Sc., Apt selaku
pembimbing serta atas kritik, saran, bimbingan, motivasi, dan waktu yang
telah diberikan selama penyusunnan skripsi ini.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak, CMA selaku rektor Universitas
Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan bantuan selama
menempuh pendidikan program sarjana Farmasi di Universitas
Airlangga.
2. Dr. Umi Athijah, MS., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti
pendidikan sarjana farmasi.
3. Dr. Nuzul Wahyuning Diyah, M.Si., Apt selaku dosen wali atas
bimbingan , saran, kritik, dan waktu yang diberikan selama penulis
berkuliah di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
4. Prof. Dr. Suko Hardjono, MS., Apt dan Prof. Dr. Achmad Syahrani,
MS., Apt selaku dosen penguji atas saran dan masukan dalam
penyelesaian naskah skripsi ini.
5. Pak Kusairi, Pak Kustiawan, dan Pak Dasuki selaku laboran
laboratorium analisis atas bantuan dan semangat dalam proses
penelitian ini.
vii
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
viii

6. Bapak Mudjiono dan Ibu Sukatmi selaku orang tua yang selalu
memberikan doa, semangat, motivasi, serta dukungan fisik dan non
fisik agar terselesaikannya skripsi ini.
7. Teman-teman terdekat Erha, Iin, Tiwi, Haya, Bibi, Feri, Dhila, dan
Khusnul yang telah membantu penulis menemani dan menyelesaikan
penelitian ini.
8. Sahabat terdekat Ahmad Syauqi Al-Haq yang selalu menemani,
menyemangati, dan mendengarkan suka duka selama pennyusunan
skripsi ini.
9. Semua pihak yanng tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu kelancaran penelitian dan penyusunan proposal skripsi ini.

Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, begitu pula dalam proses
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu mohon kritik dan saran agar skripsi
ini lebih baik dan memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Semoga bantuan dari semua pihak dibalas oleh
Allah SWT.

Surabaya, 20 Agustus 2018

Penulis

viii
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
ix

RINGKASAN

VALIDASI PENETAPAN KADAR DIBUTIL FTALAT PADA


PRODUK DEODORAN KRIM DENGAN METODE KLTKT-
DENSITOMETRI

Hegar Mohammad Rizky

Produk kosmetik merupakan produk yang sangat dibutuhkan oleh


masyarakat. Mulai berlakunya AC-FTA mengakibatkan terjadinya
pertumbuhan yang pesat terhadap industri kecantikan dan kosmetik di
Indonesia sehingga memberikan peluang yang sangat baik bagi produk
kecantikan dan kosmetik luar negeri untuk beredar dan kemudahan untuk
mendapatkan produk tersebut sehingga bisa menjadi potensi masuknya
produk-produk kosmetik ilegal yang tidak ada nomor registrasi sehingga
tidak diketahui keamanannya.
Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745, sediaan deodoran termasuk dalam
sediaan kosmetik. Senyawa turunan ester ftalat seperti dibutil ftalat (DBP)
dan metabolitnya mengakibatkan efek teratogenik atau Endocrine
Disrupting Chemicals (EDCs) (Koo dan Lee, 2004). Senyawa ester ftalat
ini biasa ditemukan dalam sediaan kosmetik berupa cat kuku, deodoran,
losion, parfum, sampo, sabun, hair spray, maupun dalam sediaan kosmetik
untuk bayi (Food and Drug Administration, 2013). Deodoran yang beredar
mungkin saja mengandung DBP karena fungsi DBP sebagai antiperspiran
sekaligus sebagai plasticizer sehingga butuh adanya penjaminan mutu
deodoran agar menjamin keamanan dan manfaat dari produk deodoran
yang beredar di masyarakat.
Pada penelitian ini dilakukan validasi metode penetapan kadar
dibutil ftalat dalam sediaan deodoran krim dengan metode KLTKT-
Densitometri dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi optimum dari fase
gerak yang digunakan sehingga bisa memisahkan DBP dari komponen
lainnya yang ada di matriks deodoran dan menentukan validitas metode
KLTKT-Densitometri sehingga bisa digunakan untuk penetapan kadar
deodoran yang beredar dipasaran.
Pengujian ini menggunakan plat HPTLC silika gel 60F 254
sebagai fase diam dan n-heksana : etil asetat (8:2) sebagai fase gerak
ix
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
x

terpilih untuk analisis DBP dalam deodoran krim. Penotolan yang


digunakan sebanyak 6 μL. Panjang gelombang analisis yang digunakan
adalah pada panjang gelombang 279 nm. Kondisi ini dipilih karena
menghasilkan pemisahan yang baik dengan nilai Rf DBP sebesar 0,61.
Pada tahap validasi metode, pengujian linieritas dibutil ftalat
menghasilkan persamaan garis regresi Y = 6,081x + 1387,2 dengan nilai r
= 0,9992 dan Vxo = 3,28%. Uji akurasi menghasilkan persen perolehan
kembali analit dibutil ftalat dalam plasebo sebesar (97,82 ± 0,96) %. Uji
presisi pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu repeatability
dan intermediate precision. Hasil uji repeatability standar dalam plasebo
menghasilkan %RSD 3,71% selanjutnya hasil uji intermediate precision
standar dalam plasebo pada hari yang berbeda selama 2 hari didapatkan
nilai %RSD 3,53% untuk hari pertama dan 4,48% untuk hari kedua. Batas
deteksi dan batas kuantifikasi menghasilkan persamaan garis regresi Y =
19,654x + 199,16 dengan nilai r = 0,9936 dan Vxo = 3,71% yang telah
memenuhi persyaratan linieritas sehingga nilai batas deteksi dan batas
kuantifikasi yaitu 6,68 ppm dan 22,27 ppm.
Metode KLTKT-Densitometri yang telah memenuhi semua
parameter validasi dilakukan tahap penetapan kadar dibutil ftalat dalam
sampel deodoran krim. Sampel deodoran krim yang dianalisis didapatkan
dari pasar, minimarket dan online. Sampel yang digunakan sebanyak 3
buah. Sampel sebelum ditetapkan kadarnya, dilakukan pengecekan
identitas dari puncak kromatogram sampel yang terbaca sehingga secara
kualitatif. Hasil nilai SI dari ketiga sampel tersebut hanya ada satu sampel
yang memenuhi kriteria penerimaan nilai SI ≥ 0,9500. Kadar dibutil ftalat
dalam sampel tersebut sebesar (0,24 ± 0,03) %b/b.

x
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
xi

ABSTRACT

VALIDATION OF HPTLC-DENSITOMETRIC FOR


DETERMINATION DIBUTYL PHTHALATE IN CREAM
DEODORANTS

Hegar Mohammad Rizky

Dibutyl phthalate (DBP) is found in many personal care products.


However, dibutyl phthalate is suspected have toxicological effect as an
Endocrine Disrupting Chemical (EDCs) and reproductive toxicant both in
male and female. This study aims to determine dibutyl phthalate in
deodorant. This method used High Performance Thin Layer
Chromatohraphy (HPTLC) Densitometric. HPTLC Silica Gel 60F 254 was
used as stationary phase and n-hexane : ethyl acetat (8:2) was used as
mobile phase. Camag TLC Scanner 3 was used for analysis and dibutyl
phthalate scanned at wavelenght 279 nm. The method was validated in
selectivity, linearity, accuracy, and precision. The result showed that
method was selective to separate DBP from other components in deodorant
matrices with good resolution (Rs) ≥ 1,0. Calibration showed good linearity
with r = 0,9992 in the concentration range of 50-800 ppm. The limit
detection and quantification were 6,68 ppm and 22,27 ppm, respectively.
The recovery for accuracy was (97,82 ± 0,96) % and the relative standard
deviation (%RSD) for precision method was 3,71%. This method was
applied for determination dibutyl phthalate in deodorants. Samples were
collected from local market, department store, and online shop. The result
that 1 of 3 samples contained dibutyl phthalate. The dibutyl phthalate levels
from the sample was (0,24 ± 0,03) %w/w.

Keywords : Dibutyl phthalate (DBP), deodorant, HPTLC-Densitometric

xi
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................ vii
RINGKASAN ..................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................ xi
DAFTAR ISI ...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................ 6
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Bau Badan ........................................... 8
2.2. Tinjauan Tentang Deodoran ............................................. 8
2.3. Tinjauan Tentang Ester Ftalat .......................................... 9
2.4. Tinjauan Tentang Dibutil Ftalat (DBP) ............................ 10
2.5. Toksisitas Dibutil Ftalat ................................................... 11
2.5.1. Mekanisme Aksi Paparan .................................... 11
2.5.2. Efek dan Dibutil Ftalat pada Fisiologis Tubuh .... 12
2.5.3. Tinjauan Tentang Validasi Metode ...................... 13
2.5.4. Definisi Validasi Metode ..................................... 13
xii
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
xiii

2.5.5. Unsur Data yang Perlu Dalam Validasi Metode .. 13


2.6. Tinjauan Tentang High Performance Thin Layer
Chromatography (HPTLC) ............................................... 23
2.6.1. Definisi HPTLC ................................................... 23
2.6.2. Perbedaan TLC dan HPTLC ................................ 24
2.6.3. Metode Pemisahan ............................................... 25
2.6.4. Fase Diam ............................................................ 27
2.6.5. Larutan Pengembang (Eluen) .............................. 28
2.7. Tinjauan Tentang Densitometri ........................................ 29
2.7.1. Prinsip Kerja ........................................................ 29
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Deskripsi Kerangka Konseptual ....................................... 31
3.2. Bagan Kerangka Konseptual ............................................ 33
3.3. Hipotesis ........................................................................... 34
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Bahan dan Alat Penelitian ................................................ 35
4.1.1. Bahan Kimia dan Bahan Lain .............................. 35
4.1.2. Alat ...................................................................... 35
4.2. Variabel Penelitian ........................................................... 35
4.3. Prosedur Penelitian ........................................................... 36
4.3.1. Pengkondisian Alat .............................................. 36
4.3.2. Pembuatan Larutan Baku Standar ........................ 36
4.3.3. Pembuatan Larutan Baku Kerja ........................... 36
4.3.4. Pembuatan Larutan Simulasi ............................... 38
4.3.5. Pembuatan Matriks Deodoran ............................. 40
4.3.6. Optimasi Kondisi ................................................. 40
4.3.7. Validasi Metode ................................................... 41
4.3.8. Penetapan Kadar DBP Dalam Sampel ................ 43
xiii
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
xiv

4.4. Analisis Data .................................................................... 44


4.5. Kerangka Operasional ...................................................... 46
BAB V. HASIL PENELITIAN
5.1. Optimasi Kondisi .............................................................. 47
5.1.1. Pemilihan Fase Gerak ........................................... 47
5.1.2. Pemilihan Panjang Gelombang ............................ 49
5.2. Validasi Metode ............................................................... 50
5.2.1. Selektivitas ........................................................... 50
5.2.2. Linieritas .............................................................. 57
5.2.3. Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi .................. 58
5.2.4. Akurasi ................................................................. 60
5.2.5. Presisi ................................................................... 60
5.2.6. Penetapan Kadar Sampel ..................................... 62
BAB VI. PEMBAHASAN ................................................................. 66
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan .................................................................... 71
7.2. Saran .............................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 73
LAMPIRAN ....................................................................................... 78

xiv
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
II.1 Unsur Data yag Dibutuhkan Untuk Validasi Prosedur Analisis ...... 15
II.2 Kriteria Penerimaan Akurasi dan Presisi ........................................ 21
II.3 Perbedaan HPTLC dan TLC ........................................................... 25
IV.1 Variabel Penelitian ........................................................................ 35
IV.2 Larutan Pengembang yang Dioptimasi .......................................... 41
IV.3 Analisis Data ................................................................................. 45
V.1 Hasil Eluasi pada Beberapa Komposisi Fase Gerak ....................... 47
V.2 Hasil Resolus (Rs) Sampel P1 ........................................................ 53
V.3. Nilai Purity Index Kromatogram Sampel P1 ................................. 54
V.4. Nilai Purity Index dan Similarity Index Sampel P2 ....................... 55
V.5. Nilai Purity Index dan Similarity Index Sampel P3 ....................... 55
V.6. Data Konsentrasi dan Area pada Pengukuran Linieritas ................ 57
V.7. Data Konsentrasi dan Area pada Pengukuran Batas Deteksi dan
Batas Kuantifikasi ......................................................................... 59
V.8. Hasil Uji Repeatability ................................................................... 61
V.9. Hasil Uji Intermediate Precision ................................................... 61
V.10. Hasil Similarity Index Tiap Sampel ............................................. 64
V.11. Hasil Penetapan Kadar ................................................................. 65

xv
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Struktur Ester Ftalat ........................................................................ 9
2.2. Struktur DBP ................................................................................ 11
2.3. Profil Puncak Gaussian ................................................................... 16
2.4. Skema Sistem Optik Densitometer ................................................. 29
3.1. Skema Kerangka Konseptual .......................................................... 33
4.1. Skema Kerangka Operasional ......................................................... 46
5.1. Hasil Eluasi dengan Berbagai Komposisi Fase Gerak .................... 48
5.2. Spektrum UV Dibutil Ftalat Menggunakan Detektor PDA ............ 49
5.3. Kromatogram Larutan Standar Dibutil Ftalat ................................. 51
5.4. Kromatogram Larutan Plasebo ....................................................... 52
5.5. Pengecekan Larutan Standa Dibutil Ftalat dengan KG-SM ............ 52
5.6. Pengecekan Larutan Plasebo dengan KG-SM ................................ 53
5.7. Kromatogram Sampel P1 ................................................................ 55
5.8. Kromatogram Sampel P2 ................................................................ 56
5.9. Kromatogram Sampel P3 ................................................................ 56
5.10. Kurva Baku Linieritas Dibutil Ftalat ............................................ 58
5.11. Kurva Baku Linearitas untuk Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi
Dibutil Ftalat ................................................................................. 59
5.12. Hasil Overlay Spektra Standar Dibutil Ftalat dengan Sampel P1 . 63
5.13. Hasil Overlay Spektra Standar Dibutil Ftalat dengan Sampel P2 . 63
5.14. Hasil Overlay Spektra Standar Dibutil Ftalat dengan Sampel P3 . 64

xvi
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Certificate of Analysis Dibutil Ftalat ............................................... 79
2. Perhitungan Resolusi ...................................................................... 80
3. Perhitungan Linieritas ..................................................................... 81
4. Perhitungan Akurasi ....................................................................... 82
5. Perhitungan Presisi ......................................................................... 83
6. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi ......................... 84
7. Overlay Kromatogram Standar DBP dengan Sampel ..................... 85
8. Perhitungan Penetapan Kadar .......................................................... 86

xvii
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
xviii

DAFTAR SINGKATAN

AC-FTA : Asian China Free Trade Area

ATDSR : Agency for Toxic Substances and Disease Registry

BBP : Butil Benzil Ftalat

DBP : Dibutil Ftalat

DEHP : Di(2-etilheksil) Ftalat

DEP : Dietil Ftalat

DIBP : Diisobutil Ftalat

DIDP : Diisodekil Ftalat

DINP : Diisononil Ftalat

DnOP : di-n-oktil Ftalat

DnPP : di-n-pentil Ftalat

EDCs : Endocrine Disrupting Chemicals

HPTLC : High Performance Thin Layer Chromatography

KCKT : Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

KG-SM : Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa

KLT : Kromatografi Lapis Tipis

KLTKT : Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi

LOD : Limit of Detection

LOQ : Limit of Quantification

PDA : Photo Diode Array

Rf : Retardation Factor

Rs : Resolusi
xviii
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
xix

RSD : Relative Standard Deviation

SD : Standar Deviasi

SI : Similarity Index

TLC : Thin Layer Chromatography

UV : Ultraviolet

xix
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produk kosmetik merupakan produk yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Indonesia yang mempunyai penduduk sekitar 250 juta
jiwa menjadi lahan yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik untuk
menjual produknya di pasar. Tak hanya dari kalangan wanita yang
memakai kosmetik namun belakangan ini kaum pria mulai sadar akan
pentingnya kosmetik bagi dirinya. Hal ini terlihat dari data statistik
Euro Monitor, produk kecantikan dan perawatan tubuh global pada
tahun 2012 mencapai US$ 348 Miliar tumbuh tipis US$ 12 Miliar
dibanding tahun 2011. Untuk penjualan kosmetik dalam negeri pada
tahun 2016 sebesar 36 Trilliun Rupiah, meningkat lebih dari dua kali
lipatnya dibanding tahun 2015 yang hanya sebesar 14 Trilliun Rupiah.
Dari angka tersebut, produk kecantikan dan perawatan diri
menyumbang 49,8%. Sementara produk kosmetik, perawatan wajah
dan rambut menyumbang 10-15% per tahun. Dan sisanya sebesar 35%
pada produk perawatan. (Kementrian Perindustrian Republik
Indonesia, 2016).
Pertumbuhan yang terjadi terhadap industri kecantikan dan
kosmetik di Indonesia memberikan peluang yang sangat baik bagi
produk-produk kecantikan dan kosmetik untuk beredar dan
kemudahan untuk mendapatkan produk tersebut. Apalagi pasar bebas
ASEAN dan China (AC-FTA) yang sudah berlaku pada tahun 2015
selain dapat menjadi peluang besar bagi industri kosmetik Indonesia,
juga dapat menjadi tantangan karena adanya perjanjian kedua negara
ini membuat produk China lebih leluasa masuk ke pasar ASEAN. Hal

1
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
2

ini berpotensi masuknya produk-produk kosmetik ilegal yang tidak


ada nomor registrasi sehingga tidak diketahui keamanannya.
Peredaran kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan perundang-
undangan saat ini semakin mengkhawatirkan. Produk kosmetik yang
ada dipasar Indonesia saat ini banyak berasal dari produk impor yang
tidak terdaftar dan tidak mencantumkan zat-zat yang terkandung
didalamnya. Penjualan produk kecantikan baik di toko maupun
melalui internet semakin mempermudah untuk mendapatkan produk-
produk ilegal tersebut. Beredarnya produk-produk kecantikan dan
kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan undang-undang harus
mendapat perhatian khusus, sehingga untuk melindungi masyarakat
terhadap hal-hal yang dapat merugikan kesehatan, perlu dicegah
beredarnya kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan (Keputusan Kepala Badan Pengawasan
Obat dan Makanan, 2003), karena pengawasan yang menyeluruh
disertai pemantauan sangat penting untuk menjamin konsumen
mendapatkan persyaratan mutu dan keamanan yang ditetapkan.
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,
bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa
mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, dan mengubah
penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik (Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan, 2011). Untuk menjamin mutu produk
dan terpenuhinya persyaratan keamanan diperlukan metode analisis
yang tepat, yang telah melalui proses validasi metode. Validasi metode
adalah suatu proses untuk membuktikan atau menilai parameter
tertentu dari suatu metode analisis (AOAC, 2002).

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
3

Indonesia sebagai negara tropis yang selalu disinari matahari,


sehingga produksi keringat yang berlebih tak dapat dihindari. Keringat
merupakan hasil dari sekresi kelenjar keringat. Keringat ini dapat
membantu keluarnya produk yang berbau hasil dari penguraian oleh
bakteri. Menurut Egbuobi et. al. (2013), deodoran adalah produk yang
ditujukan untuk badan yang berfungsi untuk mengurangi bau badan
yang disebabkan oleh bakteri.
Sediaan deodoran berbeda dengan sediaan antiperspiran.
Perbedaan dari kedua sediaan tersebut adalah deodoran mengurangi
bau badan dengan membunuh bakteri yang menyebabkan bau badan,
sedangkan antiperspiran menghambat kelenjar keringat sehingga
menekan kelembaban dan menghambat keluarnya air dari permukaan
kulit (Eugbuobi et. al., 2013).
Bahan-bahan yang terdapat pada deodoran haruslah teruji
keamanan dan khasiatnya. Menurut Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 18 Tahun 2015, bahan kosmetika
harus memenuhi persyaratan mutu sebagaimana tercantum dalam
Kodeks Kosmetika Indonesia atau standar lain yang diakui atau sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah satu bahan kosmetika
yang sering dipakai adalah golongan ester ftalat. Ester ftalat biasa
digunakan sebagai bahan pemlastis untuk menambah fleksibilitas atau
elastisitas bahan plastik yang biasanya dipakai dalam kemasan
sediaan. Ester ftalat juga biasanya dipakai sebagai pelarut,
mempertahankan parfum, dan sebagai bahan penstabil dari parfum
tersebut (Atiq et. al., 2014).
Dibutil ftalat (DBP) merupakan salah satu turunan dari senyawa
ester ftalat. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor 18 Tahun 2015, penggunaan DBP telah dilarang

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
4

sebagai bahan pembuat kosmetik. Senyawa ester ftalat ini biasa


ditemukan dalam sediaan kosmetik berupa cat kuku, deodoran, losion,
parfum, sampo, sabun, hair spray, maupun dalam sediaan kosmetik
untuk bayi (Food and Drug Administration, 2013). Contoh
penggunaan beberapa ester ftalat antara lain dietil ftalat biasa
digunakan sebagai fragrance/parfum dan dibutil ftalat digunakan
sebagai antiperspiran (Allen, 2009). Sediaan deodoran yang beredar
dipasaran umumnya hanya mencantumkan komposisi parfum tanpa
diketahui senyawa spesifik yang terkandung dalam parfum tersebut.
Sehingga validasi metode analisis untuk senyawa ester ftalat
khususnya DBP diperlukan untuk menjamin mutu sediaan deodoran
tersebut.
Menurut Agency for Toxic Substances and Disease Registry
(ATDSR) kadar minimal yang tidak menimbulkan toksik dari DEP dan
DBP adalah 7 mg/kg/BB dan 0,5 mg/kg/BB secara oral. Walaupun
dosis menurut ATDSR secara oral, ester ftalat bisa masuk secara
inhalasi akibat adanya kandungan parfum dan juga absorbsi secara
dermal.
Metode analisis yang dapat digunakan untuk menganailisis ester
ftalat adalah kromatografi gas-spektrofotometri massa (KG-SM)
(Shen et. al., 2007), kromatografi cair kinerja tinggi (Hubinger dan
Huvery, 2005), spektrofotometri, kromatografi lapis tipis, dan titrasi
(Farmakope Indonesia V, 2014). Purnamasari (2015) melakukan
metode analisis kuantitatif dietil ftalat dan dibutil ftalat pada sediaan
deodoran dengan metode KCKT detektor UV dengan panjang
gelombang 230 nm, fase gerak yang digunakan yaitu aquabides :
asetonitril : 2-propanol : metanol (30 : 45 : 20 :5) dengan run time 17
menit dan kolom C18. Hasil studi ini menunjukkan hasil validasi

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
5

metode yang baik dan juga kadar dietil ftalat dan dibutil ftalat pada
sampel deodoran dalam batas aman. Atiq et.al., (2014) juga melakukan
metode analisis kualitatif untuk identifikasi dan estimasi paparan DEP
dan DBP pada deodoran menggunakan HPTLC-Densitometri di Uni
Emirat Arab. Hasil studi ini menunjukkan bahwa paparan DEP dan
DBP pada produk deodoran di Uni Emirat Arab dibawah kadar
minimal toksik. Menurut U.S Consumer Product Safety Comission’s
(CPSC) metode analisis kuantitatif ester ftalat menggunakan KG-SM
menggunakan kolom DB-5MS; 30 m x 0.25 mm ID x 0.25 μm, fase
gerak yang digunakan adalah THF : n-Heksana (1:2) dan dibutil ftalat
menghasilkan waktu retensi 8,5 menit.
Dalam penelitian ini dipilih metode analisis menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT). KLTKT adalah
adaptasi modern dari Thin Layer Chromatography (TLC) yang
memberikan pemisahan dan limit deteksi yang baik dan efisien
(Shivatare et. al., 2013). Dalam Journal of Chromatography Library-
Volume 9 dikatakan metode HPTLC memberikan hasil yang baik,
akurat, bisa didapatkan dalam waktu singkat, lebar plat yang
digunakan dapat direduksi 60%. KLTKT juga mempunyai presisi yang
lebih baik dibandingkan dengan TLC. Selain itu KLTKT juga
merupakan alternatif solusi analisis jika memiliki kendala analisis
menggunakan KCKT.
Analisis dietil ftalat dan dibutil ftalat dalam sediaan deodoran
berdasarkan Farmakope Indonesia V (2014) termasuk dalam kategori
II, yaitu prosedur analisis untuk penetapan kadar impurities dalam
sediaan farmasi. Prosedur validasi metode yang perlu dilakukan untuk
kategori II adalah akurasi, presisi, spesifisitas, linieritas, dan rentang,
batas deteksi dan batas kuantifikasi.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
6

Berdasarkan data diatas, maka perlu dilakukan validasi metode


dan penetapan kadar dan dibutil ftalat dalam deodoran untuk
penjaminan mutu sediaan deodoran yang selektif, efisien, cepat, dan
mudah diaplikasikan. Selain itu belum adanya metode yang tercantum
didalam kompendial sehingga butuh dilakukan validasi metode
KLTKT-Densitometri ini. Pada penelitian ini, dilakukan analisis
menggunakan metode KLTKT-Densitometri menggunakan detektor
PDA karena dibutil ftalat memiliki gugus kromofor dan auksokrom
yang akan memberikan serapan pada panjang gelombang ultraviolet
(UV).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana komposisi fase gerak yang optimal untuk analisis
dibutil ftalat dalam sediaan deodoran krim ?
2. Apakah metode analisis dengan KLTKT-Densitometri telah
memenuhi persyaratan validasi untuk analisis dibutil ftalat dalam
produk deodoran krim dengan parameter selektivitas, linearitas,
akurasi, presisi, batas deteksi dan batas kuantifikasi ?
3. Apakah metode analisis KLTKT-Densitometri untuk analisis
dibutil ftalat dapat diaplikasikan pada sampel deodoran krim ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menentukan komposisi fase gerak yang optimal untuk analisis
dibutil ftalat dalam sediaan deodoran krim.
2. Menentukan validitas metode analisis KLTKT-Densitometri
untuk analisis dibutil ftalat dalam sediaan deodoran krim dengan
parameter selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, batas deteksi
dan batas kuantifikasi.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
7

3. Memperoleh metode analisis KLTKT-Densitometri yang sesuai


untuk analisis dibutil ftalat diaplikasikan pada sampel deodoran
krim.

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan kontribusi kepada ilmu pengetahuan dan teknologi


dalam pengembangan metode analisis dibutil ftalat dalam sediaan
deodorant krim dengan metode KLTKT-Densitometri untuk
penjaminan mutu sediaan kosmetik khususnya produk deodoran krim
yang telah memenuhi persyaratan validasi metode. Dan memberikan
jaminan kepada masyarakat bahwa produk deodoran krim yang
beredar dipasaran terbebas dari kandungan dibutil ftalat.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Bau Badan


Bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan,
faktor makanan, faktor kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai.
Keringat yang dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam proses
timbulnya bau badan yaitu kelenjar apokrin yang menghasilkan
keringat telah terinfeksi oleh bakteri yang berperan dalam proses
pembusukan diantaranya bakteri yang diduga menjadi penyebab hal
tersebut adalah Staphylococcus epidermidis, Corynebacterium acne,
Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus pyrogenes (Endarti dan
Soediro, 2004).
Pada dasarnya, keringat hanya terdiri dari air dan garam,
sehingga tidak mempunyai bau yang istimewa. Bau badan sebenarnya
disebabkan oleh bakteri yang menguraikan keringat dengan
melepaskan asam 3-metil-2-heksenoat yang mempunyai bau yang
sangat kuat (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009).

2.2 Tinjauan Tentang Deodoran


Deodoran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
menyerap keringat, menutupi bau badan dan mengurangi bau badan
(Rahayu et. al., 2009). Deodoran dapat juga diaplikasikan pada ketiak,
kaki, tangan dan seluruh tubuh (Egbuobi et. al., 2013).
Ada dua prinsip kerja dari produk deodoran yaitu
antiperspiran dan deodoran. Perbedaan antara antiperspiran dan
deodoran adalah antiperspiran diklasifikasikan sebagai kosmetik

8
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
9

medisinal karena mempengaruhi fisiologi tubuh yaitu fungsi kelenjar


keringat ekrin dan apokrin dengan mengurangi laju pengeluaran
keringat, sedangkan deodoran membiarkan pengeluaran keringat
tetapi mengurangi bau badan dengan mencegah penguraian keringat
oleh bakteri dan menutupi bau dengan parfum (Egbuobi et. al., 2013).
Sediaan antiperspiran dan deodoran memiliki berbagai
macam bentuk sediaan diantaranya aerosol, pump sprays, squeeze
sprays, krim, roll-on, stik, gel, antiperspiran padat, dan antiperspiran
pads (Laden, 1999).

2.3 Tinjauan Tentang Ester Ftalat

Gambar 2. 1 Struktur Ester Ftalat

Data statistik menunjukkan bahwa produksi ftalat sangat


tinggi, diatas 213,18 juta kilogram/tahun (EPA, 2006). Pembuatan
senyawa ftalat diantaranya digunakan untuk kepentingan industri dan
masyarakat, umumnya digunakan sebagai bahan pemlastis pada
Polivinil Klorida (PVC). Senyawa ester ftalat juga bisa ditemukan
dalam produk kecantikan dan makanan (Hauser dan Calafat, 2004).
Senyawa ester ftalat yang sampai saat ini menjadi perhatian yaitu ada
8 jenis senyawa turunan ester ftalat antara lain dibutil ftalat (DBP),
Diisobutil ftalat (DIBP), butil benzil ftalat (BBP), di-n-pentil ftalat

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
10

(DnPP), di(2-etilheksil) ftalat (DEHP), di-n-oktil ftalat (DnOP),


diisononil ftalat (DINP) dan diisodekil ftalat (DIDP) (EPA, 2006).
Senyawa ester ftalat mempunyai karakter fisik berbentuk
cairan kental pada suhu ruang, mempunyai tekanan uap yang rendah
sampai menengah. Kelarutan senyawa ester ftalat dalam air mulai dari
tidak larut sama sekali sampai sebagian larut. Kelarutan dalam air dan
tekanan uap menurun seiring meningkatnya berat molekul dari
senyawa ester ftalat. Nilai kelarutan senyawa ester ftalat dalam air
berkisar dari 3,81 x 10-5 mg/L sampai 10 mg/L (EPA 2006).
Senyawa ester ftalat dapat memproduksi beberapa efek
samping diantaranya secara in vivo dapat berpotensi menyebabkan
kelainan pada sistem reproduksi pria maupuun wanita seperti
penurunan kualitas sperma, kelainan prostat, teratogenik (Houllhan et.
al, 2002), efek buruk pada kehamilan (Latini et. al., 2003) dan reaksi
alergi (Bornehag et. al., 2004).

2.4 Tinjauan Tentang Dibutil Ftalat (DBP)


Dibutil ftalat adalah cairan berminyak yang tidak berwarna,
sedikit berbau, dan tidak larut dalam air. Bahaya utama zat ini adalah
ancaman terhadap lingkungan. Sesegera mungkin harus dilakukan
tindakan untuk membatasi penyebarannya ke lingkungan karena
cairan ini mudah menembus tanah dan mencemari air tanah dan aliran
air. Zat ini mudah terbakar meski mungkin perlu beberapa usaha
untuk membuatnya terbakar. Zat ini digunakan dalam cat dan plastik
dan sebagai reagen dalam reaksi kimia
(https://cameochemicals.noaa.gov/chemical/5717, diakses 19
Desember 2017). Gambar struktur dietil ftalat ditunjukkan pada
gambar 2.2.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
11

Gambar 2.2 Struktur Dibutil Ftalat (USP 38-NF 33, 2015)

Dietil ftalat mempunyai nama IUPAC Dibutyl benzene-1,2-


dicarboxylate dengan rumus kimia C16H22O4 dengan berat molekul
278,34 g.mol-1. Senyawa ini sangat larut dalam benzena, aseton,
karbon tetraklorida dan beberapa pelarut organik. Dalam air larut
11,2 mg/L pada suhu 20oC atau larut sebesar 0.001% pada 30o C.
Bercampur dengan etanol, etil eter benzena
(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/3026#section=Solubili
ty,diakses 19 Desember 2017).
Senyawa ini ketika dipanaskan untuk menguraikannya akan
timbul asap yang berbau tajam dan mengiritasi (Lewis, 2004).
Mempunyai berat jenis 1,0459 dan 1,0465 pada suhu 20oC (O’Neil,
2013) dan stabil terhadap cahaya (Lefaux, 1968). Titik didih dari
senyawa ini yaitu 635oF (340oC), titik leleh -31oF (-35oC), dan log P
4,50

2.5 Toksisitas Dibutil Ftalat


2.5.1 Mekanisme Aksi Paparan
Paparan dari senyawa ester ftalat pada manusia bisa dari
mana saja yaitu bisa melalui air, udara, makanan, tanah, dan

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
12

hewan) dan melalui lingkungan (rumah, rumah sakit, tempat


kerja) (EPA, 2006).
Paparan DBP mempunyai mekanisme paparan toksik
yang melibatkan gangguan interaksi antara sel sperma dan sel
sertoli testis. Interaksi sel sperma-sel sertoli umumnya diperlukan
untuk diferensiasi sel sperma laki-laki dalam epitel tubulus
seminiferus dan dilepaskan sebagai spermatozoa dewasa. Paparan
DBP dikaitkan dengan pelepasan besi dari hemoglobin dan/atau
transferin ke dalam hati dan limfe, dan penipisan zat besi di dalam
darah dan testis. Penurunan jumlah besi yang tersedia
mengakibatkan penurunan aktivitas enzim suksinat dehidrogenase
pada sel sertoli, yang mengakibatkan gangguan pada sistem
transfer energi antara sel sertoli dan sel sperma sehingga
menyebabkan penggelembungan sel sperma. Penurunan pasokan
sorbitol, fruktosa, dan glukosa pada testis telah diamati pada testis
3-12 jam setelah terpapar. Dua hari setelah terpapar, terjadi
penurunan aktivitas sorbitol dehidrogenase dan suksinat
dehidrogenase yang signifikan dan penurunan kadar besi dan seng
pada testis.

2.5.2 Efek Dibutil Ftalat pada Fisiologis Tubuh


Pada manusia, ester ftalat bisa dideteksi dalam matriks
berupa darah, urin, saliva, cairan amnion, air susu ibu (ASI) dan
pembuluh darah (Mankidy et. al., 2013). Senyawa ester ftalat
dilaporkan dapat mempengaruhi proses biokimia didalam tubuh
manusia dan juga berefek merugikan terhadap lingkungan.
Beberapa efek merugikan yang ditimbulkan oleh ester ftalat ini
adalah penurunan fungsi reproduksi, infertilitas, kerusakan pada

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
13

sperma (Rozati et. al., 2002), pubertas dini pada wanita (Wolf et.
al., 2010), efek buruk pada kehamilan (Latini et. al., 2003) dan
reaksi alergi (Bornehag et. al., 2004).
Menurut Agency for Toxic Substances and Disease
Registry (ATDSR) kadar minimal yang tidak menimbulkan toksik
dari DEP dan DBP adalah 7 mg/kg/BB dan 0,5 mg/kg/BB seara
oral. Walaupun dosis menurut ATDSR secara oral, ester ftalat bisa
masuk secara inhalasi akibat adanya kandungan parfum dan juga
absorbsi secara dermal.

2.6 Tinjauan Tentang Validasi Metode


2.6.1 Definisi Validasi Metode
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian
terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium,
untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi
persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).
Validasi metode sangat diperlukan karena beberapa
alasan yaitu validasi metode merupakan elemen penting dari
kontrol kualitas, validasi membantu memberikan jaminan bahwa
pengukuran akan dapat diandalkan. Selain itu untuk metode yang
telah tersedia dan baku namun metode tersebut baru pertama kali
akan digunakan di tempat tertentu harus dilakukan verifikasi
(Riyanto, 2014).

2.6.2 Unsur Data yang Perlu Dalam Validasi Metode


Menurut Farmakope Indonesia Edisi 5 (2014),
persyaratan pengujian farmakope beragam, mulai dari penetapan
analisis tingkat kepastian tinggi sampai evaluasi terhadap

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
14

karakteristik. Setiap prosedur analisis yang berbeda memerlukan


skema validasi yang berbeda. Bagian ini hanya mencakup
kategori pengujian secara umum yang mensyaratkan data validasi.
Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kategori I, prosedur analisis untuk penetapan kadar
komponen utama dalam bahan baku obat atau bahan aktif
(termasuk pengawet) dalam sediaan obat jadi.
b. Kategori II, prosedur analisis untuk penetapan cemaran dalam
bahan baku obat atau senyawa hasil degradasi dalam sediaan
obat jadi. Prosedur ini terdiri dari penetapan kuantitatif dan
uji batas.
c. Kategori III, prosedur untuk penetapan karakteristik kinerja
sediaan (misalnya disolusi, pelepasan obat).
d. Kategori IV, prosedur analisis untuk identifikasi
Untuk setiap kategori diperlukan informasi analitik yang
berbeda. Tabel II.1 mencantumkan unsur data yang diperlukan
untuk setiap kategori.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
15
Tabel II. 1 Unsur data yang dibutuhkan untuk validasi prosedur analisis
(Farmakope Indonesia V, 2014)

Karakteristik Kategori II
Kategori Kategori Kategori
Hasil
1 III IV
Analitik Uji
Kuantitatif
Batas
Akurasi Ya Ya * * Tidak
Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak
Spesifitas Ya Ya Ya * Ya
Batas
Tidak Tidak Ya * Tidak
Deteksi
Batas
Tidak Ya Tidak * Tidak
Kuantifikasi
Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak
Rentang Ya Ya * * Tidak
*Mungkin diperlukan, tergantung pada spesifikasi tes yang dilakukan

Stabilitas dari standar dan sampel merupakan syarat yang


penting saat melakukan validasi metode. Keduanya harus stabil
saat proses analisis berlangsung. Standar dan sampel yang sesuai
kriteria yaitu kedua larutan tidak boleh terdegradasi sebanyak 2%
dalam jangka waktu 24 jam (Yuwono dan Indrayanto, 2005).
Parameter-parameter yang harus dipenuhi dalam validasi
metode ini adalah meliputi spesifisitas, linearitas, presisi, akurasi,
rentang, batas deteksi (LOD), batas kuantifikasi (LOQ),
ketahanan (robustness).

2.6.2.1 Selektivitas
Selektivitas adalah kemampuan untuk menilai secara pasti
suatu analit dengan adanya komponen-komponen yang ada

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
16

didalamnya, termasuk pengotor, degradan, matriks, dan lain-lain.


(ICH, 2005).
Pada metode analisis yang melibatkan kromatografi,
selektivitas ditentukan melalui perhitungan daya resolusi (Rs)
(Harmita, 2004). Selektivitas bisa membuktikan bahwa
pemisahan antara analit dan komponen lainnya (seperti matriks,
impurities, produk degradasi, dan produk metabolit) terpisah
dengan baik. Persyaratan Rs ≥ 1,0 (Yuwono dan Indrayanto,
2005).
Selama proses pengembangan kromatografi berlangsung,
solut menyebar membentuk profil gaussian seperti pada gambar
2.3. Dari profil puncak gaussian dapat ditentukan lebar dasar
puncak (w) dan jarak tempuh (Zs). Nilai-nilai tersebut yang
dijadikan dasar penentuan resolusi kromatografi.

Gambar 2.3 Profil Puncak Gaussian (Wulandari, 2011)

Perhitunngan resolusi seperti rumus yang tertera dibawah ini :

2 𝑥 (𝑍𝑎−𝑍𝑏)
Rs =
[𝑊𝑎+𝑊𝑏]

Keterangan :
Za : Jarak migrasi zat A
Zb : Jarak migrasi zat B

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
17

Wa : Lebar dasar puncak zat A (Rf end – Rf start)


Wb : Lebar dasar puncak zat B (Rf end – Rf start)
Kriteria peneriman selektivitas selain resolusi adalah peak
purity dan dan peak identity. Peak purity yaitu kemurnian puncak
dimana terdiri dari satu puncak murni bukan merupakan gabungan
dua puncak atau lebih yang saling tidak terpisahkan. Peak identity
adalah kesamaan atau kemiripan antara puncak satu dengan
puncak yang lain. Peak purity mempunyai penerimaan purity
index ≥ 0,9500 dan peak identity mempunyai penerimaan
similarity index (SI) ≥ 0,9500 (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

2.6.2.2 Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang
memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan
transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap
konsentrasi analit dalam sampel (Harmita, 2004). Perlakuan
matematik dalam pengujian liniearitas adalah melalui persamaan
garis lurus dengan metode kuadrat terkecil (least square method)
antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit. Koefisien korelasi
tidak menunjukkan liniearitas, kecuali r melebihi 0,999. Jika nilai
r kurang dari 0,999, parameter lain seperti Vx0, Xp, uji anova dan
lainnya harus dihitung (Yuwono dan Indrayanto, 2005). Khusus
untuk analisis menggunakan metode TLC/HPTLC, kurva kalibrasi
harus dilakukan pada setiap plat (mengandung sampel dan
standar) (Yuwono dan Indrayanto, 2005).
Menurut ICH (2005), untuk pengukuran liniearitas
minimal digunakan lima konsentrasi untuk analisis. Dalam
praktek, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
18

antara 50%-150% kadar analit dalam sampel. Didalam pustaka,


sering ditemukan rentang konsentrasi yang digunakan antara 0-
200% (Harmita, 2004).
Menurut Harmita (2004) dalam artikelnya mengatakan
adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada
analisis regresi linier Y = a + bX. Hubungan linier yang ideal
dicapai jika nilai b=0 dan r = +1 atau -1 bergantung pada arah
garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama
instrumen yang digunakan.
Uji dikatakan memenuhi syarat jika diperoleh r hitung
lebih besar daripada r tabel dan harga Vx0 < 5% (Yuwono dan
Indrayanto, 2005).
𝑆𝑥0
Vx0 = . 100 %
𝑋̅

dimana
𝑆𝑦 ∑(𝑌𝑖 −𝑌̌𝑖 )2
Sx0 = ; Sy = √ ̌𝑖 = 𝑎 + 𝑏𝑋𝑖
dengan 𝑌
𝑏 𝑁−2

Keterangan :
Vx0 : Koefisien variasi dari fungsi
Sx0 : Standar deviasi dari fungsi
Sy : Simpangan baku residual
a : intersep
b : slope/kemiringan
N : banyaknya data

2.6.2.3 Presisi
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran
hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
19

berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang


homogen (Harmita, 2004). Menurut ICH (2005), presisi dibagi
menjadi tiga kategori yaitu repeatability (keterulangan),
intermediate precision (presisi antara) dan reproducibility
(ketertiruan).
Repeatability adalah keseksamaan metode jika dilakukan
berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan dalam
interval waktu yang pendek. Intermediate Precision adalah
keseksamaan metode yaitu sampel diuji dan dibandingkan dengan
analis yang berbeda, peralatan berbeda dan hari yang berbeda.
Reproducibility adalah keseksamaan penggunaan prosedur
analisis pada laboratorium yang berbeda, seperti dalam studi
kolaboratif (USP 38, 2015).
Untuk penentuan repeatability, minimal melakukan
enam kali analisis dengan menggunakan tiga konsentrasi yang
berbeda (biasanya 80%, 100% dan 120%). Untuk melakukan
intermediate precision minimal melakukan enam kali analisis
dengan tiga konsentrasi yang berbeda dalam tiga hari yang
berbeda sehingga harus menyiapkan minimal 54 sampel (Yuwono
dan Indrayanto, 2004).
Nilai RSD (Relative Standar Deviation) dapat dihitung
melalui persamaan sebagai berikut :
𝑆𝐷
%RSD = 𝑥100%
𝑋̅

dimana
∑(𝑋𝑖−𝑋̅ )2
SD = √
𝑁−1

Keterangan :
RSD : Relative Standar Deviation

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
20

SD : Standar Deviasi
̅
X : rata-rata dari jumlah data terhadap N pengukuran
N : jumlah pengukuran

2.6.2.4 Akurasi
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya.
Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali
(recovery) analit yang ditambahkan (Yuwono dan Indrayanto,
2005).
Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode
simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode penambahan
baku (standard addition method). Dalam metode simulasi,
sejumlah analit bahan murni (senyawa pembanding) ditambahkan
ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo)
lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan
dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).
Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah
tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel
dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan
dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan) (Harmita,
2004).
Rekomendasi yang disarankan untuk penggunaan
sampel pada metode simulasi adalah minimal lima tingkat
konsentrasi dengan kisaran target konsentrasi 80-120% atau 75-
125%. Sementara untuk pengukuran akurasi minimal melakukan
tiga kali replikasi dengan tiga konsentrasi larutan yang berbeda
(Yuwono dan Indrayanto, 2005). Menurut ICH (2005),

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
21

pengambilan data sebanyak 9 kali penetapan kadar dengan


konsentrasi yang berbeda (3 konsentrasi dengan 3 kali replikasi).
Kriteria penerimaan akurasi sekaligus presisi tertera pada tabel
II.2. Nilai recovery dapat dihitung melalui persamaan berikut :
(𝐶𝑓−𝐶𝑎)
% Recovery =
𝐶 ∗𝑎

Keterangan :
Cf : Konsetntrasi total sampel yang diperoleh dari
pengukuran
Ca : Konsentrasi sampel sebenarnya
C*a : Konsentrasi analit yang ditambahkan

Tabel II. 2 Kriteria Penerimaan Akurasi dan Presisi (Yuwono dan Indrayanto,
2005)
Konsentrasi Rata-Rata Presisi
Unit
Analit (%) Recovery (%) (%RSD)
100 100% 98-102 1,3
≥ 10 10% 98-102 2,7
≥1 1% 97-103 2,8
≥ 0,1 0,1% 95-105 3,7
0,01 100 ppm 90-107 5,3
0,001 10 ppm 80-110 7,3
0,0001 1 ppm 80-110 11
0,00001 100 ppb 80-110 15
0,000001 10 ppb 60-115 21
0,0000001 1 ppb 40-120 30

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
22

2.6.2.5 Rentang
Menurut ICH (2005) yang dimaksud dengan rentang
adalah interval antara konsentrasi teratas dan terbawah dari analit
sampel yang telah dibuktikan presisi, akurasi, dan liniearitasnya.
Dalam analisis, konsentrasi baku harus diukur didekat atau sama
dengan konsentrasi analit yang diharapkan. Dalam industri
farmasi biasanya dipakai konsentrasi baku dengan rentang
konsentrasi 80-120% (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

2.6.2.6 Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi


Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel
yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan
dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan
parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada
analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam
sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama
(Harmita, 2004).
Batas deteksi dan batas kuantifikasi dalam kromatografi
dapat didefinisikan sebagai signal to noise ratio, dengan
perbandingan 2:1 – 3:1 untuk batas deteksi dan perbandingan 10:1
untuk batas kuantifikasi (Yuwono dan Indrayanto, 2005).
Nilai batas deteksi dan batas kuantifikasi dapat dihitung
melalui rumus berikut :
3,3𝑆𝐷
DL =
𝑏
10𝑆𝐷
QL =
𝑏

Keterangan :
DL : Batas Deteksi

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
23

QL : Batas Kuantifikasi
SD : Standar deviasi
b : slope/kemiringan

2.6.2.7 Ketahanan (Robustness)


Robustness adalah ukuran kapasitas untuk tetap tidak
terpengaruh oleh variasi kecil dalam parameter prosedural yang
tercantum dalam dokumentasi prosedur dan memberikan indikasi
kesesuaian selama penggunaan normal (USP 38, 2015).
Beberapa parameter penting untuk mengecek ketahanan
dari metode TLC yaitu stabilitas analit yang akan diukur sebelum
ditotolkan pada plat maupun setelah pengembangan metode,
pengaruh suhu dan kelembaban, komposisi eluen, scanning,
supplier plat TLC, dan lain-lain (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

2.7 Tinjauan Tentang High Performance Thin Layer Chromatography


(HPTLC)
2.7.1 Definisi HPTLC
High Performance Thin Layer Chromatography
(HPTLC) adalah modifikasi metode Thin Layer Chromatography
(TLC) yang memberikan pemisahan senyawa atau bahan yang
sangat baik, metode baru untuk optimalisasi fase gerak, dan
peningkatan pemakaian sampel. HPTLC mempunyai keunggulan
dalam pemisahannya yang sangat tinggi dan efisien, waktu
analisis yang singkat, dan penggunaan fase gerak yang sedikit
(Srivastava, 2011).
Sedangkan TLC adalah suatu teknik pemisahan
berbentuk kromatografi planar yang terdiri dari dua komponen

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
24

penting yakni fase diam (stationary phase) berupa lapisan yang


seragam pada pemukaan lempeng terbuat dari kaca, aluminium,
atau plastik dan fase gerak (mobile phase) yang disebut larutan
pengembang. Fase gerak dapat terdiri dari pelarut tunggal atau
campuran pelarut organik. Analisis menggunakan TLC dilakukan
dengan penotolan sampel dalam bentuk spot kecil atau garis pada
fase diam untuk selanjutnya dieluasi dengan fase gerak terpilih
(Sherma dan Fried, 2003).

2.7.2 Perbedaan TLC dan HPTLC


HPTLC merupakan modifikasi modern dari TLC dengan
pengembangan pada fase diam (stationary phase) sehingga
diharapkan hasil analisis memiliki efisiensi pemisahan dan limit
deteksi yang lebih baik (Shivatare et. al., 2013). HPTLC membuat
analisis menjadi cepat, murah dan efisen. Ketika HPTLC
ditangani oleh analis yang sudah terkualifikasi, metode ini bisa
menjadi pertimbangan ketika dibandingkan dengan HPLC pada
kondisi analisis tertentu (Srivastava, 2011).
Keuntungan teknik HPTLC dikombinasikan dengan
densitometer dengan sistem autosampler akan memberikan
sensitivitas yang sangat tinggi dan juga dapat diandalkan. Selain
itu HPTLC juga bisa memisahkan sampel dan standar secara
simultan, fase diam sekali pakai dan biaya per analisis lumayan
rendah. Berikut ini komparasi perbedaan antara HPTLC dan TLC.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
25

Tabel II. 3 Perbedaan HPTLC dan TLC (Shivatare et. al., 2013)

Parameter TLC HPTLC


Teknik Manual Instrumental
Efisiensi Rendah Tinggi
Lab Made/ Pre-
Layer Pre-coated
coated
Rata-rata ukuran partikel 10 -12 μm 5 – 6 μm
Silika Gel- Normal
Silica Gel, Alumina,
Lapisan lempeng Phase C8 dan C18-
Kieselguhr
Reverse Phase
Manual Autosampler
Penotolan sampel
(Kapiler/Pipet) (Syringe)
Volume sampel 1 - 5 μl 0,1 – 0,5 μl
Limit deteksi (absorbsi) 1 – 5 pg 100 – 500 pg
Waktu pemisahan 20 – 200 menit 3 – 20 menit

2.7.3 Metode Pemisahan


Metode pemisahan pada TLC terdapat empat mekanisme
yaitu pemisahan berdasarkan polaritas, muatan ion, ukuran
molekul, dan bentukan spesifik dengan pembentukan ikatan
kompleks. Namun, sebagian besar metode TLC memakai
mekanisme pemisahan berdasarkan polaritas.
Metode pemisahan pada kromatografi sangat tergantung
dari jenis fase diam yang digunakan. Jenis fase diam yang
digunakan menentukan interaksi yang terjadi antara analit dengan
fase diam dan fase gerak. Metode pemisahan pada kromatografi
terbagi menjadi :
a. Pemisahan berdasarkan polaritas
Metode pemisahan berdasarkan polaritas, senyawa-
senyawa terpisah karena perbedaan polaritas. Afinitas analit
tehadap fase diam dan fase gerak tergantung kedekatan
polaritas analit terhadap fase diam dan fase gerak (like dissolve

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
26

like). Analit akan cenderung larut dalam fase dengan polaritas


sama. Analit akan berpartisi diantara dua fase yaitu fase padat-
cair dan fase cair-cair. Ketika analit berpartisi antara fase padat
dan cair faktor utama pemisahan adalah adsorbsi. Sedangkan
bila analit berpartisi antara fase cair dan fase cair, faktor utama
pemisahan adalah kelarutan. Prinsip pemisahan dimana analit
terpisah karena afinitas terhadap fase padat dan fase cair biasa
disebut dengan adsorbsi dan metode kromatografinya biasa
disebut kromatografi adsorbsi. Sedangkan prinsip pemisahan
dimana analit terpisah karena afinitas terhadap fase cair dan
fase cair disebut dengan partisi dan metode kromatografinya
biasa disebut kromatografi cair.
b. Pemisahan berdasarkan muatan ion
Pemisahan berdasarkan muatan ion dipengaruhi oleh
jumlah ionisasi senyawa, pH lingkungan dan keberadaan ion
lain. Pemisahan yang disebabkan oleh kompetisi senyawa-
senyawa dalam sampel dengan sisi resin yang bermuatan
sehingga terjadi penggabungan ion-ion dengan muatan yang
berlawanan disebut kromatografi penukar ion. Pemisahan
yang terjadi karena perbedaan arah dan kecepatan pergerakan
senyawasenyawa dalam sampel karena perbedaan jenis dan
intensitas muatan ion dalam medan listrik disebut
elektroforesis.
c. Pemisahan berdasarkan ukuran molekul
Ukuran molekul suatu senyawa mempengaruhi difusi
senyawa-senyawa melewati pori-pori fase diam. Pemisahan
terjadi karena perbedaan difusi senyawa-senyawa melewati
pori-pori fase diam dengan ukuran pori-pori yang bervariasi.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
27

Senyawa dengan ukuran molekul besar hanya berdifusi


kedalam pori-pori fase diam yang berukuran besar, sedangkan
senyawa dengan ukuran molekul kecil akan berdifusi ke dalam
semua pori-pori fase diam, sehingga terjadi perbedaan
kecepatan pergerakan molekul melewati fase diam. Senyawa
dengan ukuran molekul besar memiliki kecepatan yang lebih
besar dibanding senyawa dengan ukuran molekul kecil.
Metode pemisahan ini biasa disebut dengan kromatografi
permeasi gel.
d. Pemisahan berdasarkan bentukan spesifik
Pemisahan senyawa berdasarkan bentukan yang
spesifik melibatkan ikatan kompleks yang spesifik antara
senyawa sampel dengan fase diam. Ikatan ini sangat selektif
seperti ikatan antara antigen dan antibody atau ikatan antara
enzim dengan substrat. Pemisahan ini biasa disebut dengan
kromatogafi afinitas. Fase diam KLT dengan sorben yang
memiliki bentukan spesifik dengan selektifitas tinggi dalam
bentuk lempeng siap pakai belum tersedia dipasaran
(Wulandari, 2011).

2.7.4 Fase Diam


Pemilihan fase diam pada TLC didasarkan pada sifat
fisika kimia komponen sampel yang akan dipisahkan. Sorben fase
diam pada TLC dapat berupa senyawa anorganik maupun organik
(Wulandari, 2011).
Fase diam pada plat HPTLC memiliki partikel yang kecil
dengan bentuk yang sempit dan tajam. HPTLC biasanya
menggunakan plat yang kecil daripada TLC dengan ukuran

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
28

(10x10 cm atau 10x20 cm). Plat HPTLC memberikan resolusi


yang baik, sensitivitas deteksi yang tinggi dan meningkatkan
kuantifikasi secara in situ (Srivastava, 2011).

2.7.5 Larutan Pengembang (Eluen)


Pemilihan eluen yang cocok dapat dilakukan melalui
tahap optimasi. Optimasi eluen diawali dengan menentukan sifat
fisika kima analit yang akan dianalisis dan jenis sorben fase diam
yang digunakan. Pada sorben dengan prinsip pemisahan
berdasarkan polaritas dibutuhkan nilai koefisien partisi (P atau log
P) dan tetapan dissosiasi (pKa) analit dalam penentuan eluen.
Nilai koefisien partisi analit digunakan untuk menentukan afinitas
analit terhadap fase diam dan fase gerak. Nilai tetapan disosiasi
(pKa) digunakan untuk menentukan bentuk analit (ion atau
molekul) pada pH lingkungan tempat analit berada (Wulandari,
2011).
Menurut Gandjar dan Rohman (2012) petunjuk dalam
memilih dan mengoptimasi larutan pengembang antara lain :
a. Larutan pengembang harus mempunyai kemurnian yang
sangat tinggi karena TLC merupakan teknik yang sensitif.
b. Daya eluasi larutan pengembang harus diatur sedemikian
rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2–0,8 untuk
memaksimalkan pemisahan.
c. Untuk pemisahan dengan fase diam polar seperti silika
gel, polaritas larutan pengembang akan menentukan
kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan
nilai Rf.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
29

d. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik


digunakan campuran pelarut sebagai larutan
pengembangnya.

2.8 Tinjauan Tentang Densitometri


2.8.1 Prinsip Kerja
Densitometri merupakan metode analisis instrumental
penentuan analit secara kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan
interaksi radiasi elektromagnetik (REM) dengan noda analit pada
fase diam KLT. Mode densitometer ada dua yaitu mode reflektan
(emisi) dan transmitan. Mode reflektan bisa digunakan pada
rentang spektral UV/Vis, fluoresensi dan peredaman fluoresensi.
Spektral visual (400-800 nm) menggunakan lampu halogen dan
tungsten, sedangkan pada spektral UV (190-400 nm)
menggunakan lampu deuterium dan xenon. Untuk spektral
fluoresensi digunakan lampu merkuri (Wulandari, 2011).

Gambar 2. 4 Skema Sistem Optik Densitometer (Wulandari, 2011)

Bisa dilihat pada gambar 2.4 prinsip kerja dari


densitometer yaitu sumber radiasi yang digunakan dapat dipilih

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
30

yaitu sinar UV (lampu deuterium), sinar tampak (lampu tungsten)


dan sinar fluoresensi (lampu merkuri). Sinar yang dipancarkan
berupa sinar polikromatik masuk melewati celah monokromator.
Didalam monokromator sinar didispersikan menjadi sinar
monokromatik dengan teknik grating. Sinar monokromatik
dengan panjang gelombang terpilih keluar melalui celah keluar
monokromator. Sinar monokromatik dengan panjang gelombang
terpilih dipantulkan melalui cermin sehingga mengenai objek
(lempeng KLT). Sinar yang datang dapat direfleksikan maupun
diteruskan. Sinar yang direfleksikan atau diteruskan ditangkap
oleh pengganda foton (photomultiplier) berfungsi menggandakan
sinar yang datang sehingga dihasilkan elektron yang terbaca oleh
sistem komputer sebagai data output (Wulandari, 2011).

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Deskripsi Kerangka Konseptual

Produk kosmetik salah satu produk yang dibutuhkan oleh


masyarakat. Penjualan kosmetik dalam negeri pada tahun 2016 sebesar
36 Trilliun Rupiah, meningkat lebih dari dua kali lipatnya dibanding
tahun 2015 yang hanya sebesar 14 Trilliun Rupiah. (Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia, 2016). Pertumbuhan yang terjadi
terhadap industri kecantikan dan kosmetik di Indonesia memberikan
peluang yang sangat baik bagi produk-produk kecantikan dan
kosmetik untuk beredar dan kemudahan untuk mendapatkan produk
tersebut. Adanya kebijakan pasar bebas AC-FTA (Asian-China Free
Trade Area) dimana produk asing bebas masuk ke Indonesia, sehingga
hal ini berpotensi masuknya produk-produk kosmetik ilegal yang tidak
memiliki nomor registrasi sehingga tidak diketahui keamanan dan
khasiatnya.

Indonesia sebagai negara tropis yang selalu disinari matahari,


sehingga produksi keringat manusia yang berlebih tak dapat dihindari.
Menurut Egbuobi et. al. (2013) deodoran adalah produk yang
ditujukan untuk badan yang berfungsi untuk mengurangi bau badan
yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan deodoran tidak hanya
diketiak saja namun bisa digunakan dibeberapa bagian tubuh lainnya.
Pengamanan mutu untuk produk deodoran, disamping untuk
identifikasi komponen adalah untuk penentuan bahan yang dilarang
seperti senyawa ester ftalat. Salah satu contoh penggunaan senyawa
ester ftalat anta lain yaitu dietil ftalat (DEP) digunakan sebagai

31
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
32

fragrance/parfum dan dibutil ftalat (DBP) digunakan sebagai


antiperspiran (Allen, 2009).

Efek yang ditimbulkan oleh ester ftalat adalah penurunan


fungsi reproduksi, infertilitas, kerusakan pada sperma (Rozati et. al.,
2002), pubertas dini pada wanita (Wolf et. al., 2010), efek buruk pada
kehamilan (Latini et. al., 2003) dan reaksi alergi (Bornehag et. al.,
2004), sehingga butuh adanya analisis yang sesuai dan sensitif untuk
mengetahui DBP dalam sediaan deodoran.

Metode analisis untuk penetapan kadar DBP pada produk


kosmetik ada beberapa pilihan yaitu Kromatografi Gas-
Spektrofotometri Massa (KG-SM) dan Kromatografi Cari Kinerja
Tinggi (KCKT). HPTLC-Densitometri dipilih untuk analisis DBP
karena memiliki efisiensi pemisahan dan limit deteksi yang lebih baik
(Shivatare et. al., 2013). HPTLC membuat analisis menjadi cepat,
murah dan efisien. Ketika HPTLC ditangani oleh analis yang sudah
terkualifikasi, metode ini bisa menjadi pertimbangan ketika
dibandingkan dengan KCKT pada kondisi analisis tertentu
(Srivastava, 2011).
Validasi metode menurut Farmakope Indonesia V (2014)
dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis memenuhi
persyaratan yang ada. Parameter validasi yang diuji adalah
selektivitas, liniearitas, presisi, dan akurasi, sehingga diharapkan bisa
menjamin mutu keamanan dan khasiat sesuai dengan Peraturan Kepala
Badan POM Nomor 18 Tahun 2015.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
33

3.2 Bagan Kerangka Konseptual

Pasar bebas AC-AFTA, berpotensi masuknya produk-produk kosmetik


ilegal tanpa nomor registrasi sehingga tidak diketahui keamanannya

Indonesia negara tropis, pemakaian


produk deodoran banyak digunakan

Efek samping Dibutil Ftalat


Matriks produk deodoran
1. Penurunan fungsi reproduksi mengandung Dibutil Ftalat
2. Penurunan kualitas sperma
3. Teratogenik
4. Reaksi alergi
Analisis dengan metode yang sesuai
(Rozati, 2002 ; Latini, 2003)

KG-SM dan KCKT teknik KLTKT-Densitometri


pemisahan yang baik untuk DBP
namun membutuhkan biaya banyak
Telah ada penelitian identifikasi dan
estimasi kadar DEP dan DBP pada
Digunakan plat HPTLC silika gel 60 F254 bersifat deodoran menggunakan HPTLC-
polar dan eluen yang bersifat non polar untuk Densitometri (Atiq et.al., 2014).
memisahkan analit dengan dilakukan optimasi
eluen terlebih dahulu
1. Pemisahan cukup sederhana
2. Biaya murah, cepat, efisien
3. Sensitivitas tinggi
(Srivastava, 2011 ; Shivatare et.
al., 2013)

Penjaminan mutu produk deodoran sesuai


Peraturan Kepala BPOM No. 18 Tahun 2015

Validasi Metode Analisis


(Selektivitas, linieritas, rentang, akurasi,
presisi, batas deteksi, batas kuantifikasi)

Penetapan kadar DBP dalam deodoran menggunakan


metode KLTKT-Densitometri yang tervalidasi

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
34

3.3 Hipotesis
1. Metode KLTKT-Densitometri untuk penetapan kadar dibutil
ftalat pada produk deodoran krim memenuhi persyaratan
validasi.
2. Metode analisis KLTKT-Densitometri untuk analisis dibutil
ftalat dapat diaplikasikan pada sampel deodoran krim.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Bahan dan Alat Penelitian


4.1.1 Bahan Kimia dan Bahan Lain
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
senyawa pembanding Dibutil Ftalat (Sigma Aldrich), Metanol p.a
(Merck), Toluena p.a (Merck), Etil Asetat p.a (Merck), n-Heksana
p.a (Merck), aquadest, pipa kapiler 2 μL, plasebo deodoran, dan
beberapa sampel deodoran.
4.1.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Camag
TLC Scanner 3, program winCATS versi 4.06, lempeng HPTLC
Silika Gel 60 F254, bejana pengembang (chamber), sonikator
BRANSON 3510, tabung venoject, sentrifugator (Hettich EBA 20
centrifuge), neraca analitik, mikro pipet, dan alat-alat gelas.
4.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tercantum


pada tabel IV.1
Tabel IV. 1 Variabel Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
Komposisi Eluen  Retardation factor (Rf)
 Resolusi (Rs)
 Purity Index
 Similarity Index (SI)

35
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
36

4.3 Prosedur Penelitian


4.3.1 Pengkondisian Alat

Untuk meminimalkan kontaminasi senyawa ester ftalat


dari peralatan laboratorium seperti alat gelas dan alat plastik,
maka alat gelas dan alat plastik yang akan dipakai dicuci dengan
air sampai bersih lalu bilas dengan etanol/metanol dan keringkan.
Pengkondisian alat ini berlaku untuk semua prosedur analisis
(Hubinger dan Havery, 2005).

4.3.2 Pembuatan Larutan Baku Standar


4.3.2.1 Pembuatan Larutan Baku Induk Dibutil Ftalat

Dipipet secara seksama ± 50,0 μL baku dibutil ftalat,


kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50,0 mL.
Menambahkan n-heksana sampai garis tanda pada labu ukur.
Diperoleh larutan baku standar DBP 1 mg/mL atau 1000 ppm.

4.3.3 Pembuatan Larutan Baku Kerja


4.3.3.1 Pembuatan Larutan Baku Kerja 50 ppm

Dipipet 0,5 mL larutan baku induk 1000 ppm kemudian


dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL. Menambahkan n-
heksana sampai garis tanda pada labu ukur. Diperoleh larutan
baku kerja 50 ppm.

4.3.3.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja 100 ppm

Dipipet 1,0 mL larutan baku induk 1000 ppm kemudian


dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL. Menambahkan n-

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
37

heksana sampai garis tanda pada labu ukur. Diperoleh larutan


baku kerja 100 ppm.

4.3.3.3 Pembuatan Larutan Baku Kerja 200 ppm

Dipipet 2,0 mL larutan baku induk campuran 1000 ppm


kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL.
Menambahkan n-heksana sampai garis tanda pada labu ukur.
Diperoleh larutan baku kerja 200 ppm.

4.3.3.4 Pembuatan Larutan Baku Kerja 400 ppm

Dipipet 4,0 mL larutan baku induk campuran 1000 ppm


kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL.
Menambahkan n-heksana sampai garis tanda pada labu ukur.
Diperoleh larutan baku kerja 400 ppm.

4.3.3.5 Pembuatan Larutan Baku Kerja 600 ppm

Dipipet 6,0 mL larutan baku induk 1000 ppm kemudian


dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL. Menambahkan n-
heksana sampai garis tanda pada labu ukur. Diperoleh larutan
baku kerja 600 ppm.

4.3.3.6 Pembuatan Larutan Baku Kerja 800 ppm

Dipipet 8,0 mL larutan baku induk 1000 ppm kemudian


dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL. Menambahkan n-
heksana sampai garis tanda pada labu ukur. Diperoleh larutan
baku kerja 800 ppm.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
38

4.3.4 Pembuatan Larutan Simulasi


4.3.4.1 Pembuatan Larutan Adisi 10.000 ppm

Dipipet secara seksama ± 500,0 μL baku dibutil ftalat,


kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50,0 mL.
Menambahkan n-heksana sampai garis tanda pada labu ukur.
Diperoleh larutan baku standar DBP 10.000 ppm.

4.3.4.2 Pembuatan Larutan Simulasi Konsentrasi 400 ppm

Matriks deodoran ditimbang 1 gram secara seksama


lalu tambahkan 400 μL larutan adisi campuran kedalam matriks
deodoran didalam tabung venoject. Diamkan selama beberapa
saat agar larutan terserap kedalam matriks ditambagkan larutan
n-heksana sebanyak 5 mL dalam tabung venoject. Larutan
tersebut diekstraksi bantuan gelombang ultrasonik
menggunakan alat sonikator selama 30 menit, kemudian
sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Filtrat
diambil dengan cara disaring menggunakan kertas saring
kedalam labu ukur 10,0 mL. Residu yang tersisa ditambahkan
n-heksana kembali sebanyak 2 mL kemudian sentrifugasi
selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Filtrat hasil
sentrifugasi saring kembali kedalam labu ukur yang sebelumnya
sudah terisi hasil filtrat yang pertama, kemudian ditambahkan n-
heksana sampai garis tanda. Didapatkan larutan simulasi
konsentrasi 400 ppm.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
39

4.3.4.3 Pembuatan Larutan Simulasi Konsentrasi 500 ppm

Matriks deodoran ditimbang 1 gram secara seksama


lalu tambahkan 500 μL larutan adisi campuran kedalam matriks
deodoran didalam tabung venoject. Diamkan selama beberapa
saat agar larutan terserap kedalam matriks ditambagkan larutan
n-heksana sebanyak 5 mL dalam tabung venoject. Larutan
tersebut diekstraksi bantuan gelombang ultrasonik
menggunakan alat sonikator selama 30 menit, kemudian
sentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Filtrat
diambil dengan cara disaring menggunakan kertas saring
kedalam labu ukur 10,0 mL. Residu yang tersisa ditambahkan
n-heksana kembali sebanyak 2 mL kemudian sentrifugasi
selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Filtrat hasil
sentrifugasi saring kembali kedalam labu ukur yang sebelumnya
sudah terisi hasil filtrat yang pertama, kemudian ditambahkan n-
heksana sampai garis tanda. Didapatkan larutan simulasi
konsentrasi 500 ppm.

4.3.4.4 Pembuatan Larutan Simulasi Konsentrasi 600 ppm

Matriks deodoran ditimbang 1 gram secara seksama lalu


tambahkan 600 μL larutan adisi campuran kedalam matriks
deodoran didalam tabung venoject. Diamkan selama beberapa
saat agar larutan terserap kedalam matriks ditambagkan larutan n-
heksana sebanyak 5 mL dalam tabung venoject. Larutan tersebut
diekstraksi bantuan gelombang ultrasonik menggunakan alat
sonikator selama 30 menit, kemudian sentrifugasi selama 15
menit dengan kecepatan 3000 rpm. Filtrat diambil dengan cara
disaring menggunakan kertas saring kedalam labu ukur 10,0 mL.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
40

Residu yang tersisa ditambahkan n-heksana kembali sebanyak 2


mL kemudian sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 3000
rpm. Filtrat hasil sentrifugasi saring kembali kedalam labu ukur
yang sebelumnya sudah terisi hasil filtrat yang pertama, kemudian
ditambahkan n-heksana sampai garis tanda. Didapatkan larutan
simulasi konsentrasi 600 ppm.

4.3.5 Pembuatan Matriks Deodoran

Matriks deodoran ditimbang 1 gram secara seksama lalu


dimasukkan kedalam tabung venoject. Didalam tabung venoject
ditambahkan larutan n-heksana sebanyak 5 mL. Larutan tersebut
diekstraksi bantuan gelombang ultrasonik menggunakan alat
sonikator selama 30 menit, kemudian sentrifugasi selama 15
menit dengan kecepatan 3000 rpm. Filtrat diambil dengan cara
disaring menggunakan kertas saring kedalam labu ukur 10,0 mL.
Residu yang tersisa ditambahkan n-heksana kembali sebanyak 2
mL kemudian sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 3000
rpm. Filtrat hasil sentrifugasi saring kembali kedalam labu ukur
yang sebelumnya sudah terisi hasil filtrat yang pertama, kemudian
ditambahkan n-heksana sampai garis tanda. Didapatkan larutan
matriks deodoran.

4.3.6 Optimasi Kondisi


4.3.6.1 Pemilihan Panjang Gelombang dan Eluen
Pada tahap ini dilakukan pemilihan larutan
pengembang dan pemilihan panjang gelombang pada
analisis menggunakan densitometri. Larutan sampel
ditotolkan dengan volume penotolan yang sama pada
lempeng HPTLC silika gel 60 F254. Lempeng KLT dieluasi

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
41

dengan menggunakan larutan pengembang dan bejana


pengembang (chamber). Noda diamati pada lampu UV pada
panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Larutan
pengembang terpilih adalah larutan pengembang yang dapat
memisahkan DBP dari komponen lainnya dalam matriks
dengan baik. Penentuan panjanng gelombang dengan
visualisasi lampu UV menggunakan Densitometer. Dipilih
panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum
dari DBP.

Larutan pengembang yang dioptimasi kondisi


adalah sesuai dengan tabel berikut :
Tabel IV. 2 Larutan pengembang yang dioptimasi

Sistem Larutan Pengembang


Toluena : Etil Asetat Toluena : Heksana n-Heksana :
(Atiq et. al., 2014) (Atiq et. al., 2014) Etil Asetat
5:5 5:5 5:5
7:3
Komposisi
8:2 8:2 8:2
9:1

4.3.7 Validasi Metode


4.3.7.1 Selektivitas

Masing-masing larutan baku induk DBP, larutan


plasebo, dan larutan sampel ditotolkan 6 μL pada lempeng KLT
dengan volume yang sama menggunakan pipa kapiler dan
direplikasi sebanyak 3 kali. Dilakukan eluasi menggunakan
larutan pengembang yang telah terpilih didalam bejana

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
42

pengembang (chamber). Plat yang sudah dieluasi dilakukan


analisis menggunakan densitometer. Hasil yang diperoleh
memenuhi syarat apabila semua puncak kromatogram dari
masing-masing senyawa memeiliki pemisahan yang baik dan
memilik harga Rs ≥ 1,0.

4.3.7.2 Linieritas

Penentuan linieritas dengan menotolkan 7 macam


konsentrasi larutan baku kerja campuran 50 ppm, 100 ppm, 200
ppm, 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm, dan 1000 ppm masing-masing
6 μL. Plat KLT dieluasi menggunakan larutan pengembang yang
telah terpilih didalam bejana pengembang (chamber). Plat yang
sudah dieluasi dilakukan analisis menggunakan densitometer.

Dari data kromatogram yang didapat dibuat kurva


hubungan antara konsentrasi (x) dan luas area (y), kemudian
dibuat persamaan regresi dan dicari nilai koefisien korelasi (r) dan
nilai Vx0. Syarat hasil diterima jika nilai r ≥ 0,999 dan nilai Vx0 ≤
5% (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

4.3.7.3 Akurasi

Penentuan akurasi dilakukan dengan menambahkan


larutan standar dengan tiga macam konsentrasi yang berbeda yaitu
80%, 100%, dan 120% kedalam larutan matriks. Larutan tersebut
ditotolkan sebanyak 6 μL pada plat KLT. Plat KLT dieluasi
menggunakan larutan pengembang yang telah terpilih didalam
bejana pengembang (chamber). Plat yang sudah dieluasi
dilakukan analisis menggunakan densitometer. Masing-masing
konsentrasi direplikasi sebanyak tiga kali.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
43

Harga persen recovery didapatkan dengan menghitung


konsentrasi DBP yang diperoleh dibandingkan dengan
konsentrasi DBP yang ditambahkan dalam sampel. Syarat
penerimaan persen recovery adalah 80-120% (AOAC, 2012).

4.3.7.4 Presisi

Penentuan presisi dilakukan dengan menambahkan


larutan konsentrasi 100% kedalam larutan matriks. Larutan
tersebut ditotolkan sebanyak 6 μL pada plat KLT. Plat KLT
dieluasi menggunakan larutan pengembang yang telah terpilih
didalam bejana pengembang (chamber). Plat yang sudah dieluasi
dilakukan analisis menggunakan densitometer. Dilakukan
replikasi sebanyak enam kali. Hal ini dilakukan dua kali pada hari
yang sama dan berbeda. Hasil uji presisi memenuhi syarat jika
nilai RSD 3,7 – 5,3% (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

4.3.7.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi

Dibuat larutan baku kerja campuran dengan


mengencerkan larutan baku induk campuran dengan konsentrasi
40, 45, 50, 60, 65, 70, 75, dan 80 ppm. Larutan tersebut
ditotolkan sebanyak 6 μL pada plat KLT. Plat KLT dieluasi
menggunakan larutan pengembang yang telah terpilih didalam
bejana pengembang (chamber). Plat yang sudah dieluasi
dilakukan analisis menggunakan densitometer.

4.3.8 Penetapan Kadar DBP Dalam Sampel

Matriks deodoran ditimbang 1 gram secara seksama lalu


dimasukkan kedalam tabung venoject. Didalam tabung venoject

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
44

ditambahkan larutan n-heksana sebanyak 5 mL. Larutan tersebut


diekstraksi bantuan gelombang ultrasonik menggunakan alat
sonikator selama 30 menit, kemudian sentrifugasi selama 15
menit dengan kecepatan 3000 rpm. Filtrat diambil dengan cara
disaring menggunakan kertas saring kedalam labu ukur 10,0 mL.
Residu yang tersisa ditambahkan n-heksana kembali sebanyak 2
mL kemudian sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 3000
rpm. Filtrat hasil sentrifugasi saring kembali kedalam labu ukur
yang sebelumnya sudah terisi hasil filtrat yang pertama, kemudian
ditambahkan n-heksana sampai garis tanda. Didapatkan larutan
sampel deodoran. Ditotolkan pada plat KLT sebanyak 6 μL
larutan sampel. Plat KLT dieluasi menggunakan larutan
pengembang yang telah terpilih didalam bejana pengembang
(chamber). Plat yang sudah dieluasi dilakukan analisis
menggunakan densitometer. Bandingkan Rf sampel dengan
standar lalu tentukan kadar DEP dan DBP pada sampel (Koo dan
Lee, 2004).

4.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil uji validasi diolah


menggunakan perhitungan rumus tertentu dan dievaluasi sebagaimana
tercantum pada Tabel IV.2. Hasil penetapan kadar campuran DEP dan
DBP dalam produk deodoran dihitung menggunakan rumus tertentu
setelah uji validasi selesai dilakukan.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
45
Tabel IV. 3 Analisis Data

Parameter Uji Variabel Kriteria Penerimaan

Selektivitas Resolusui (Rs) Rs ≥ 1,0


Purity Index Keterpisahan puncak
Similarity Index (SI) Purity Index ≥ 0,9500
Similarity Index ≥ 0,9500
(Yuwono dan Indrayanto, 2005)
Liniearitas Koef. Korelasi (r) r ≥ 0,999
Koef. Variasi Fungsi (Vx0) Vx0 ≤ 5 %
(Yuwono dan Indrayanto, 2005)
Akurasi % Recovery 95 – 105 %
(Yuwono dan Indrayanto, 2005)

Presisi % RSD RSD 3,7-5,3%


(Yuwono dan Indrayanto, 2005)

Batas Deteksi Koef. Korelasi (r) r ≥ 0,999


dan Batas Koef. Variasi Fungsi (Vx0) Vx0 ≤ 5 %
Kuantifikasi (Yuwono dan Indrayanto, 2005)

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
46

4.5 Kerangka Operasional

Pembuatan larutan baku induk dan baku


kerja dibutil ftalat

Identifikasi larutan
plasebo dengan KG-SM, Preparasi larutan plasebo
memastikan tidak
mengandung dibutil ftalat

Preparasi larutan sampel

 Rf 0,2-0,8
 Rs ≥ 1,0 Optimasi kondisi metode
KLTKT-Densitometri
 Purity index ≥ 0,9500

Validasi metode analisis


(Selektivitas, linieritas, rentang, akurasi,
presisi, batas deteksi, batas kuantifikasi)

Metode KLTKT-Densitometri
tervalidasi

Penetapan kadar dibutil ftalat pada deodoran


krim dengan metode KLTKT-Densitometri
yang telah tervalidasi

Gambar 4.1 Skema Kerangka Operasional

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Optimasi Kondisi


5.1.1 Pemilihan Fase Gerak
Pemilihan fase gerak ditujukan untuk memisahkan analit
dari senyawa lainnya. Pemilihan fase gerak dilakukan dengan
menotolkan larutan standar dibutil ftalat dan larutan sampel pada
plat HPTLC silika gel 60 F254 pada berbagai fase gerak.
Komposisi fase gerak yang dipakai yaitu toluena : n-heksana ,
toluena : etil asetat, dan n-heksana : etil asetat. Fase gerak terpilih
yaitu memberikan hasil Rf 0,2-0,8 dan Rs ≥ 1,0. Hasil eluasi
tersaji pada tabel V.1.
Tabel V. 1 Hasil eluasi pada beberapa komposisi fase gerak

Jenis Fase Jumlah Rf Standar


Komposisi Resolusi
Gerak Penotolan DBP
Toluena : 5:5 10 μL - -
Etil Asetat 8:2 10 μL - -
Toluena : n- 5:5 10 μL 0,10 -
Heksana 8:2 10 μL 0,15 -
Noda
5:5 10 μL 0,36
bergabung
9:1 10 μL 0,90 -
n-Heksana :
Etil Asetat 7:3 10 μL 0,47 0,70
10 μL 0,61 0,86
8:2
6 μL 0,61 1,0 – 1,25

Berdasarkan data hasil uji, jenis komposisi fase gerak


terpilih adalah n-heksana : etil asetat (8:2) dengan jumlah

47
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
48

penotolan 6 μL yang memberikan hasil optimal pada pemisahan


dibutil ftalat pada sampel dengan memberikan Rs 1,00 - 1,25 dan
Rf noda standar dibutil ftalat yaitu 0,61 yang sudah memenuhi
persyaratan yaitu Rs ≥ 1,0 (Yuwono dan Indrayanto, 2005). Hasil
penotolan pada tiap jenis dan komposisi fase gerak tersaji pada
gambar 5.1.

A B C D

E F H

Gambar 5. 1 Hasil eluasi dengan berbagai komposisi fase gerak (A) toluena
: etil asetat (5:5) (B) toluena etil asetat (8:2) (C) toluena : n-heksana (5:5)
(D) n-heksana : etil asetat (5:5) (E) n-heksana : etil asetat (7:3) (F) n-heksana
: etil asetat penotolan 6 μL (G) n-heksana : etil asetat (8:2) penotolan 10 μL
(H) n- heksana : etil asetat (9:1).

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
49

5.1.2 Pemilihan Panjang Gelombang


Pengukuran panjang gelombang analisis dilakukan
dengan menotolkan 6 μL larutan standar dibutil ftalat dan dieluasi
menggunakan n-heksana : etil asetat (8 : 2). Spektrum diamati
pada panjang gelombang 200-400 nm dengan menggunakan
detektor Photo Diode Array (PDA) pada densitometer. Profil
spektrum dibutil ftalat dapat dilihat pada gambar 5.2.

231 nm
% Absorban

279 nm

Panjang Gelombang (nm)


Gambar 5. 2 Spektrum UV dibutil ftalat menggunakan
detektor PDA

Berdasarkan gambar diatas terlihat serapan maksimum


dari dibutil ftalat pada panjang gelombang 231 nm dan 279 nm.
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, absorbansi akan berbanding
lurus dengan konsentrasi. Spektrum pada gambar 5.2 yang
ditotolkan pada plat HPTLC sebesar 600 ppm. Hubungan antara
absorbansi terhadap konsentrasi akan linear apabila nilai
absorbansi larutan antara 20-80% sehingga jika absorbansi yang

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
50

diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear lagi


(Skoog et. al., 2013). Pada panjang gelombang 231 nm, dibutil
ftalat mempunyai absorbansi antara 70-80% sementara untuk
pengukuran linearitas diinginkan konsentrasi antara 50-800 ppm
sehingga panjang gelombang 279 nm cocok untuk menjadi
panjang gelombang analisis dibutil ftalat.

5.2 Validasi Metode


5.2.1 Selektivitas
Pengujian selektivitas metode dilakukandengan cara
menotolkan larutan standar dibutil ftalat, larutan plasebo, larutan
sampel dan larutan sampel yang diadisi dengan standar dibutil
ftalat.
Larutan standar dibutil ftalat memunculkan puncak
kromatogram pada Rf 0,61 (Gambar 5.3) sedangkan untuk larutan
plasebo memunculkan puncak kromatogram pada Rf 0,65
(Gambar 5.4) sehingga untuk mengidentifikasi identitas dari
puncak kromatogram (peak identity) yang ada dalam plasebo
dilakukan overlay spektra antara standar dengan plasebo dan
dicek nilai similarity index (SI) masing-masing puncak
kromatogram tersebut. Kriteria penerimaan peak identity yaitu
nilai SI ≥ 0,9500 (Yuwono dan Indrayanto, 2005).
Nilai SI antara puncak kromatogram standar dibutil ftalat
dengan puncak kromatogram plasebo bernilai 0,9053. Nilai SI
0,9053 menandakan bahwa puncak yang terdapat dalam larutan
plasebo bukan puncak yang sama dengan yang ada di larutan
standar dibutil ftalat. Pengecekan plasebo selain dengan metode
KLT, juga dicek menggunakan alat KG-SM dengan metode yang

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
51

telah ada (Shen et.al., 2007). Pengecekan pada KG-SM dilakuakn


dengan menyuntikkan larutan plasebo dan larutan standar dibutil
ftalat kemudian dibandingkan kromatogram dari larutan tersebut.
Hasil pengecekan larutan standar dibutil ftalat
menggunakan instrumen KG-SM memunculkan puncak
kromatogram pada waktu retensi 19,99 (Gambar 5.5). Plasebo
yang dicek dengan KG-SM (Gambar 5.6) tidak menunjukkan
adanya senyawa dibutil ftalat karena tidak memunculkan puncak
kromatogram pada waktu retensi 19,99 sehingga larutan plasebo
yang digunakan bebas dari kontaminasi ftalat.

Gambar 5. 3 Kromatogram Larutan Standar Dibutil Ftalat

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
52

Gambar 5. 4 Kromatogram Larutan Plasebo

Gambar 5. 5 Pengecekan Larutan Standar Dibutil Ftalat dengan


KG-SM

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
53

Gambar 5. 6 Pengecekan Larutan Plasebo dengan KG-SM

Uji selektivitas pada sampel ditunjukkan pada gambar


5.7-5.9, sampel P1, sampel P2, dan sampel P3. Hasil uji
selektivitas sampel menunjukkan untuk sampel P1 dapat
memisahkan dibutil ftalat dengan komponen lainnya yang ada
didalam sampel dengan nilai resolusi tertera pada tabel V.2.
Sampel P1 pada puncak kromatogram nomor 2 dengan
menentukan nilai SI dengan puncak kromatogram standar dibutil
ftalat mempunyai nilai 0,9801, sehingga menandakan sampel P1
mengandung cemaran ftalat dan juga metode yang digunakan
selektif untuk memisahkan senyawa dibutil ftalat.

Tabel V. 2 Hasil Resolusi (Rs) Sampel P1


Puncak ke-2 dengan puncak ke- Resolusi
1 1,25
3 1,00
4 2,00

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
54

Analisis selanjutnya untuk puncak kromatogram Sampel


P1 yaitu menentukan kemurnian (peak purity) dari masing-masing
puncak yang muncul (terdiri dari satu puncak murni atau
gabungan dua puncak atau lebih yang saling tidak terpisahkan).
Data kemurnian puncak dapat dilihat pada tabel V.3. Kriteria
penerimaan peak purity yaitu nilai purity index ≥ 0,9500 (Yuwono
dan Indrayanto, 2005).
Tabel V. 3 Nilai purity index kromatogram sampel P1
Puncak ke- Purity Index (s,m) Purity Index (m,e)
1 0,9934 0,9963
2 0,9999 0,9998
3 0,9987 0,9978
4 0,9995 0,9967

Hasil purity index pada masing-masing puncak untuk


sampel P1 menandakan bahwa masing-masing puncak hanya
terdiri dari satu puncak murni dan tidak ada pengotor dari senyawa
lain.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
55

Puncak DBP

Gambar 5. 7 Kromatogram Sampel P1

Uji selektivitas sampel P2 dan P3 bisa dilihat pada tabel


V.4 dan V.5 untuk nilai SI dan purity index.
Tabel V. 4 Nilai Purity Index dan Similarity Index Sampel P2

Puncak Purity Index Purity index Similarity


ke- (s,m) (m,e) Index
1 0,9906 0,9815 0,6528
2 0,9975 0,9972 0,7886

Tabel V. 5 Nilai Purity Index dan Similarity Index Sampel P3

Puncak Purity Index Purity Similarity


ke- (s,m) index (m,e) Index
1 0,9947 0,9788 0,0052

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
56

Pada sampel P2 dan P3 dari puncak kromatogram yang


muncul dan juga dari hasil nilai SI tidak menunjukkan adanya
cemaran ftalat pada sampel P2 dan P3.

Gambar 5. 8 Kromatogram Sampel P2

Gambar 5. 9 Kromatogram Sampel P3

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
57

5.2.2 Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan menotolkan 5 macam
konsentrasi larutan standar dibutil ftalat konsentrasi 49,8 ; 199,2 ;
396,4 ; 597,6 ; 796,8 ppm. Dari hasil data kromatogram yang
diperoleh dihitung persamaan regresi Y = bX + a dan dihitung
koefisien korelasi (r). Data konsentrasi dan area standar dibutil
ftalat pada pengujian linearitas tersaji tabel V.6.
Tabel V. 6 Data Konsentrasi dan Area pada
Pengukuran Linieritas
Konsentrasi
Area
(ppm)
49,8 1608,6
199,2 2702,6
396,4 3779,8
597,6 5050,9
796,8 6198,4

Dari data konsentrasi dan luas area didapatkan


persamaan garis Y = 6,081x + 1387,2 dengan nilai r = 0,9992 dan
Vxo = 3,28%. Berikut kurva hubungan konsentrasi vs area uji
linearitas.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
58

7000
y = 6,081x + 1387,2
6000 R² = 0,9985

5000
Luas Area

4000
3000
2000
1000
0
0 200 400 600 800 1000
Konsentrasi (ppm)

Gambar 5. 10 Kurva Baku Linieritas Dibutil Ftalat

5.2.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi


Pengujian batas deteksi dan batas kuantifikasi dengan
menotolkan 5 macam larutan baku standar dibutil ftalat
konsentrasi 39,84; 44,82 ; 64,74 ; 69,72 ; 79,68 ppm. Dari hasil
data kromatogram yang diperoleh dihitung persamaan regresi Y =
bX + a dan dihitung koefisien korelasi (r) kemudian dihitung batas
deteksi dan batas kuantifikasi dari dibutil ftalat. Berikut data
konsentrasi dan area pada pengukuran batas deteksi dan batas
kuantifikasi standar dibutil ftalat pada tabel V.7.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
59

Tabel V. 7 Data Konsentrasi dan Area pada Pengukuran


Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi
Konsentrasi
Area
(ppm)
39,84 1006,1
44,82 1035,6
64,74 1523,2
69,72 1552
79,68 1751,6

Dari data konsentrasi dan luas area didapatkan


didapatkan persamaan garis Y = 19,654x + 199,16 dengan nilai r
= 0,9936 dan Vxo = 3,71% sehingga hasil batas deteksi dibutil
ftalat sebesar 6,68 ppm dan batas kuantifikasi dibutil ftalat sebesar
22,27 ppm. Berikut kurva hubungan konsentrasi vs area uji batas
deteksi dan batas kuantifikasi.

2000
y = 19,654x + 199,16
1800 R² = 0,9872

1600
Luas Area

1400

1200

1000

800
30 40 50 60 70 80 90
Konsntrasi (ppm)

Gambar 5. 11 Kurva Baku Linearitas Batas Deteksi dan Batas


Kuantifikasi Dibutil Ftalat

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
60

5.2.4 Akurasi
Pengujian akurasi dilakukan dengan menotolkan larutan
standar dibutil ftalat, larutan plasebo deodoran krim, dan larutan
adisi standar dengan 3 konsentrasi yang berbeda. Larutan standar
yang diadisi kedalam sampel mempunyai konsentrasi sebesar 400
; 500 ; 600 ppm. Akurasi dihitung dengan mencari persen
perolehan kembali yang didapat dalam sampel.

Hasil uji akurasi beserta perhitungan bisa dilhat dalam


lampiran 4. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persen perolehan
kembali dari sampel adalah (97,82 ± 0,96) %. Nilai akurasi
memenuhi persyaratan yaitu % recovery 95-105% (Yuwono dan
Indrayanto, 2005).

5.2.5 Presisi
Uji presisi dilakukan dengan dua jenis yaitu repeatability
dan intermediate precision. Penentuan repeatability dilakukan
dengan cara menganalisis satu konsentrasi sampel yang telah
diadisi dengan larutan standar dibutil ftalat dengan replikasi 6 kali.
Sedangkan intermediate precision dilakukan dengan cara
menganalisis satu konsentrasi sampel yang telah diadisi dengan
larutan standar dibutil ftalat dengan replikasi 6 kali pada hari yang
berbeda. Hasil uji repeatability dan intermediate precision
masing-masing ditunjukkan pada tabel V.8 dan V.9.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
61
Tabel V. 8 Hasil Uji Repeatability
Persen Perolehan
Replikasi
Kembali (%)
1 95,10
2 103,35
3 104,79
4 97,75
5 98,39
6 98,10
Rerata 99,58
SD 3,70
%RSD 3,71

Tabel V. 9 Hasil Uji Intermediate Precision


Hari ke-1 Hari ke-2
Persen Persen
Replikasi Perolehan Replikasi Perolehan
Kembali (%) Kembali (%)
1 102,93 1 105,77
2 101,28 2 105,84
3 95,29 3 105,76
4 95,33 4 98,84
5 103,65 5 98,12
6 106,01 6 101,54
Rerata 100,75 Rerata 102,64
SD 4,48 SD 3,63
%RSD 4,45 %RSD 3,53

Hasil %RSD untuk uji repeatability dan intermediate


precision memenuhi persyaratan yaitu 3,7 – 5,3% (Yuwono dan
Indrayanto, 2005).

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
62

5.2.6 Penetapan Kadar Sampel


Sampel yang dianalisis berupa sampel deodoran krim
yang dijual dipasaran yang tidak memiliki nomor registrasi,
nomor registrasi kadaluarsa maupun yang masih mempunyai
nomor registrasi yang berlaku. Sampel didapatkan dari pasar,
supermarket maupun secara daring. Sampel berjumlah 3 buah
kemudian dianalisis dengan metode terpilih yaitu fase gerak n-
heksana : etil asetat (8 : 2) pada panjang gelombang analisis 279
nm.
Sampel sebelum ditetapkan kadarnya terlebih dahulu
secara kualitatif ditentukan nilai similarity index (SI) dari puncak
kromatogram standar dibutil ftalat dengan puncak kromatogram
sampel yang memiliki Rf yang sama atau berdekatan (Overlay
kromatogram bisa dilihat pada lampiran 7). Nilai SI tiap sampel
ditunjukkan pada tabel V.10 dan hasil overlay spektra tiap sampel
tertera pada gambar 5.12-5.14. Hasil penetapan kadar ditunjukkan
pada tabel V.11.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
63

Gambar 5. 12 Hasil overlay spektra standar dibutil ftalat dengan


sampel P1

Gambar 5. 5 Hasil overlay spektra standar dibutil ftalat dengan


sampel P2

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
64

Standar 600 ppm

Gambar 5. 14 Hasil overlay spektra standar dibutil ftalat dengan


sampel P3

Tabel V. 10 Hasil similarity index tiap sampel

Jenis Sediaan Sampel Nomor Replikasi Similarity Index


1 0,9808
P1 2 0,9768
3 0,9788
1 0,9066
Deodoran
P2 2 0,8238
Krim
3 0,7886
1 0,0182
P3 2 0,3720
3 0,0052

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
65

Tabel V. 6 Hasil penetapan kadar


Kadar Kadar Rerata
Berat
Jenis Sampel yang dalam Kadar ±
Replikasi Sampel
Sediaan Nomor Didapat Sampel SD
(gram)
(ppm) (%b/b) (%b/b)
1 1,0443 260,44 0,25
P1 2 0,24 ±
1,0235 268,73 0,26
0,03
3 1,0479 218,71 0,21
1 0,9912 N/A N/A
Deodoran P2 2 1,0073 N/A N/A N/A
Krim 3 1,0657 N/A N/A
1 1,0109 N/A N/A
P3 2 1,0528 N/A N/A N/A
3 1,0179 N/A N/A
Keterangan : N/A = Tidak terdeteksi

Hasil penetapan kadar menunjukkan bahwa sampel


nomor P1 memiliki nilai similarity index sesuai dengan
persyaratan sehingga sampel nomor P1 mengandung dibutil ftalat
sementara untuk sampel nomor P2 dan P3 memiliki nilai
similarity index diluar rentang persyaratan sehingga diduga tidak
mengandung dibutil ftalat. Sampel P1 mengandung senyawa
dibutil ftalat sebesar (0,24 ± 0,03) %.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA

BAB VI

PEMBAHASAN

Tahap awal pada penelitian ini yaitu menentukan jenis dan


komposisi fase gerak yang sesuai. Komposisi fase gerak yang terpilih
memberikan nilai Rf 0,2-0,8 , Resolusi (Rs) ≥ 1,0 (Yuwono dan Indrayanto,
2005). Pengaruh jenis dan komposisi fase gerak yang digunakan dalam
sistem KLTKT diuji dengan menotolkan larutan standar dibutil ftalat dan
sampel deodoran krim. Pada saat optimasi digunakan penotolan dengan
jumlah 10 μL dan jenis dan komposisi fase gerak yang digunakan yaitu
toluena : etil asetat (5 : 5) ; (8 :2), toluena : n-heksana (5 : 5) ; (8 : 2) dan
n-heksana : etil asetat (5 : 5) ; (7 : 3) ; (8 : 2) ; (9 : 1). Hasil yang didapat
dari eluasi menggunakan jenis dan komposisi gerak tersebut, fase gerak
toluena : etil asetat (5 : 5) dan (8 : 2) tidak sama sekali memunculkan noda
dibutil ftalat, sedangkan untuk fase gerak toluena : n-heksana (5 : 5) dan (8
: 2) memunculkan noda dibutil ftalat pada Rf 0,1 dan 0,15 sehingga tidak
memenuhi kriteria penerimaan untuk nilai Rf. Komposisi fase gerak yang
selanjutnya n-heksana : etil asetat (5 : 5), (7 : 3), (8 : 2) mempunyai nilai
Rf yang memenuhi kriteria yaitu berturut-turut Rf standar dibutil ftalat 0,36
; 0,47 ; 0,61 , namun untuk komposisi (9 : 1) memiliki nilai Rf yang terlalu
tinggi yaitu 0,90 sehingga selanjutnya optimasi fase gerak difokuskan pada
3 komposisi dari campuran n-heksana : etil asetat. Pada saat sampel
diaplikasikan menggunakan fase gerak tersebut, untuk komposisi (5 : 5)
tidak bisa memisahkan noda dibutil ftalat dalam sampel karena noda dibutil
ftalat bergabung menjadi satu dengan noda terdekatnya sementara untuk
komposisi (7 : 3) memiliki nilai Rs 0,93 dan untuk komposisi (8 : 2)
memiliki nilai Rs 0,86 sehingga untuk menaikkan resolusi digunakan
komposisi (8 : 2) dengan menurunkan jumlah totolan menjadi 6 μL. Hasil
yang didapatknan menunjukkan nilai Rs 1,00 - 1,25 dimana sudah

66
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
67

memasuki kriteria penerimaan yaitu Rs ≥ 1,0 (Yuwono dan Indrayanto,


2005) sehingga jenis dan komposisi fase gerak optimal yaitu terpilih n-
heksana : etil asetat (8 : 2) dengan jumlah totolan 6 μL.

Tahap berikutnya penentuan panjang gelombang analisis


dilakukan dengan menotolkan larutan standar dibutil ftalat 600 ppm.
Analisis panjang gelombang dari dibutil ftalat pada rentang 200 – 400 nm.
Dibutil ftalat memberikan serapan maksimum pada dua panjang
gelombang yaitu pada panjang gelombang 231 nm dan 279 nm. Hubungan
antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear apabila nilai absorbansi
56 diperoleh lebih besar
larutan antara 0,2-0,8 sehingga jika absorbansi yang
maka hubungan absorbansi tidak linear lagi (Skoog et. al., 2013). Pada
panjang gelombang 231 nm, dibutil ftalat mempunyai absorbansi antara
0,7-0,8 sementara untuk pengukuran linearitas diinginkan konsentrasi
antara 50-800 ppm sehingga panjang gelombang 279 nm cocok untuk
menjadi panjang gelombang analisis dibutil ftalat.

Validasi metode analisis yang dilakukan pertama yaitu


selektivitas. Uji selektivitas dengan menentukan keterpisahan puncak dari
sampel deodoran dan menentukan identitas dan kemurnian dari peak
larutan standar dibutil ftalat, sampel deodoran dan larutan adisi standar,
disamping itu dilakukan juga pengecekan plasebo yang akan digunakan
dikarenakan dalam penelitian ini tidak dimungkinkan untuk membuat
sendiri plasebo sehingga menggunakan plasebo deodoran tertentu yang
sama sekali tidak mengandung cemaran ftalat. Hasil uji selektivitas
ditentukan dengan nilai Rs ≥ 1,0 , similarity index (SI) ≥ 0,9500 dan purity
index ≥ 0,9500.

Pertama, untuk hasil pengecekan plasebo dilakukan dengan


menotolkan plasebo saja dan mengadisi plasebo dengan standar. Hasil yang

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
68

didapatkan plasebo memunculkan puncak pada Rf 0,65 dan mempunyai


nilai SI sebesar 0,9053 sehingga bisa disimpulkan plasebo tersebut tidak
mengandung cemaran ftalat, kemudian agar lebih meyakinkan kembali
larutan plasebo diidentifikasi menggunakan Kromatografi Gas-
Spektroskopi Massa (KG-SM) dengan metode yang telah disesuaikan
(Shen et.al., 2007). Hasil dari pengecekan menggunakan KG-SM
menunjukkan bahwa larutan plasebo tidak mengandung cemaran ftalat.
Hasil selektivitas selanjutnya yaitu larutan plasebo yang diadisi dengan
standar menunjukkan nilai purity index 0,9999 menunjukkan bahwa
puncak kromatogram tidak terkontaminasi atau murni.

Uji selanjutnya diaplikasikan ke sampel deodoran. Hasil uji


selektivitas menunjukkan nilai Rs dari sampel yang kemungkinan
mengandung cemaran ftalat (Sampel P1) terpisah dengan baik dengan nilai
Rs ≥ 1,0 dengan nilai SI sebesar 0,9801, nilai purity index ≥ 0,9500, lalu
untuk sampel P2 terdapat dua puncak dimana masing-masing nilai SI
sebesar 0,6528 dan 0,7886 dengan nilai purity index ≥ 0,9500. Sampel P3
terdapat satu puncak dengan nilai SI 0,0052 dengan nilai purity index ≥
0,9500 sehingga bisa disimpulkan bahwa sampel P2 dan P3 menunjukkan
puncak kromatogram yang terbaca hasil pemisahan murni, tidak ada
senyawa lain yang menjadi pengganggu didalam puncak kromatogram
tersebut.

Uji linieritas dilakukan pada rentang konsentrasi 50-800 ppm


yang menghasilkan persamaan garis regresi Y = 6,081x + 1387,2 dengan
nilai r = 0,9992 dan Vxo = 3,28%. Persamaan garis regresi dinyatakan linier
bila nilai r ≥ 0,999 dan nilai Vxo tidak boleh lebih dari 5% (Yuwono dan
Indrayanto, 2005) sehingga dapat disimpulkan pada kondisi KLT terpilih,

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
69

ada korelasi linier antara standar dibutil ftalat dengan area puncak dari
kromatogram.

Uji akurasi dibuat untuk mendapatkan nilai perolehan kembali


suatu sampel. Akurasi pada penelitian ini menggunakan metode adisi
standar pada plasebo dengan tiga macam konsentrasi yaitu 400 ppm, 500
ppm, dan 600 ppm, pada tiap konsentrasinya dilakukan replikasi tiga kali.
Hasil persen perolehan kembali analit dibutil ftalat dalam plasebo sebesar
(97,82 ± 0,96) %. Hasil tersebut sesuai dengan kriteria persen perolehan
kembali sebesar 95 – 105% (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

Uji presisi pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu
repeatability dan intermediate precision. Penentuan repeatability
dilakukan dengan cara menganalisis larutan adisi standar 600 ppm dengan
6 kali replikasi, sedangkan intermediate precision dilakukan dengan cara
menganalisis larutan adisi standar 600 ppm dengan 6 kali replikasi pada
hari yang berbeda. Hasil uji repeatability standar dalam plasebo
menghasilkan %RSD 3,71% dimana sudah memenuhi syarat yaitu % RSD
3,7-5,3% (Yuwono dan Indrayanto, 2005). Hasil uji intermediate precision
standar dalam plasebo pada hari yang berbeda selama 2 hari didapatkan
nilai %RSD 3,53% untuk hari pertama dan 4,48% untuk hari kedua. Hasil
intermediate precision menunjukkan telah memenuhi persyaratan yaitu %
RSD 3,7-5,3% (Yuwono dan Indrayanto, 2005).

Batas deteksi dan batas kuantifikasi ditentukan dengan


menotolkan larutan standar dibutil ftalat dengan rentang konsentrasi 40-80
ppm. Hasil data kromatogram diolah dengan membuat persamaan garis
regresi, didapatkan persamaan garis regresi Y = 19,654x + 199,16 dengan
nilai r = 0,9936 dan Vxo = 3,71% sehingga nilai batas deteksi dan batas
kuantifikasi yaitu 6,68 ppm dan 22,27 ppm.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
70

Metode KLTKT-Densitometri yang telah memenuhi semua


parameter validasi dilakukan tahap penetapan kadar dibutil ftalat dalam
sampel deodoran krim. Sampel yang digunakan sebanyak 3 buah dan
diberil label sampel P1, sampel P2 dan sampel P3. Sampel sebelum
ditetapkan kadarnya, dilakukan pengecekan identitas dari puncak
kromatogram sampel yang terbaca sehingga secara kualitatif menggunakan
nilai SI bisa menjamin bahwa sampel yang dianalisis mengandung atau
tidak mengandung dibutil ftalat. Hasil nilai SI dari ketiga sampel tersebut
hanya sampel P1 yang memenuhi kriteria penerimaan nilai SI ≥ 0,9500
sehingga sampel P1 mengandung dibutil ftalat sementara sampel P2 dan P3
tidak mengandung dibutil ftalat. Kadar dibutil ftalat dalam sampel P1
sebesar (0,24 ± 0,03) %b/b.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan


kesimpulan sebagai berikut

1. Komposisi fase gerak yang optimal untuk pemisahan dibutil ftalat


dalam sediaan deodoran krim adalah n-heksana : etil asetat (8 : 2).
2. Metode KLTKT-Densitometri untuk analisis dibutil ftalat dalam
produk deodoran krim telah memenuhi persyaratan validasi yaitu
selektivitas (Rs ≥ 1,0 ; purity index ≥ 0,9500), linearitas (r =
0,9992), akurasi (persen perolehan kembali = 97,82% ± 0,96%),
presisi (%RSD = 3,7-5,3%), batas deteksi dan batas kuantifikasi
(r = 0,9936 ; Vxo = 3,71%).
3. Metode analisis KLTKT-Densitometri dengan fase gerak n-
heksana : etil asetat bisa diaplikasikan pada sampel deodoran
krim, terbukti dari 3 sampel ternyata ada 1 sampel yang positif
mengandung dibutil ftalat sebanyak (0,24 ± 0,03) %b/b.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka yang dapat penulis


sarankan antara lain :

1. Metode KLTKT-Densitometri menjadi metode alternatif yang


disarankan untuk menentukan kadar dibutil ftalat dalam produk
deodoran.

71
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
72

2. Perlu dilakukan validasi metode KLTKT-Densitometri untuk


jenis sediaan deodoran lainnya (padat dan cair).

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATDSR) Minimal Risk
Level (MRLs). Juni 2017, pp. 5-7.

Allen, L. V., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients,Sixth


Edition. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E (Eds). London :
Pharmaceutical Press and American Pharmacist Assosiation, pp.
225-226; 230-231.

AOAC., 2002. Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical


Methods for Dietary Supplements and Botanical. AOAC
Gaithersburg, No. 1219, pp. 1-38.

Atiq, Mashael., Sekar, V. R. C., K, Rajendran. 2014. Identification and


Estimation of Phthalate Esters in the Commonly Used Deodorants
in UAE by Using HPTLC method. Proceedings of the 6th Annual
Scientific Meeting of Gulf Medical University, 5th & 6th
November 2014, pp. 114-119.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI., 2003. Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.
00.05.4.3870 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik Yang
Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, hal. 1-23.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI., 2009. Deodorant Anti Perspirant.
Majalah Natura Kos Vol.IV/No. 12, hal. 7.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI., 2015. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. Jakarta
: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, hal. 3-7.

Bornehag, C. G., Sundell, J., Weschler, C.J., Sigsgaard, T., Lundgren, B.,
Hasselgren, M., Hagerhed-Engman, L., 2004. The association
between asthma and allergic symptoms in children and phthalates
in house dust: a nested case-control study. Environmental Health
Perspectives 112 (14), pp. 1393–1397.

73
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
74

Cameo Chemical. Dibuthyl Phthalate. Diakses dari


https://cameochemicals.noaa.gov/chemical/5717, pada tanggal 19
Desember 2017.

Departemen Kesehatan RI., 2014. Farmakope Indonnesia. Edisi V.


Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, hal. 1672.

Gandjar, I.G., Rohman, A., 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar., hal. 323-417.

Gandjar, I.G., Rohman, A., 2018. Spektroskopi Molekuler untuk Analisis


Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press., hal. 27.

Endarti, E.Y.S., Soediro, I., 2004. Kajian Aktivitas Asam Usnat terhadap
Bakteri Penyebab Bau Badan. Jurnal Bahan Alam Indonesia
Vol.3/No.1, hal. 151.

Egbuobi, R.C., Ojiegbe, G. C., Dike-ndudim, J.N., Enwun, P.C., 2013.


Antibacterial Activities of Different Brands of Deodorants
Marketed in Owerrri, Imo State, Nigeria. African Journal of
Clinical and Experimental Microbiologi 14 (1), pp. 14-16.

Fodor-Csorba, K. (1996). Pesticides. In Handbook of Thin-Layer


Chromatography, 2nd ed., J.Sherma and B.Fried (Eds.). Marcel
Dekker, New York, pp. 3-5.

Harmita., 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara


Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No. 3,
Desember 2004, hal. 117.135.

Houlihan, J., Brody, C., Schwan, B., 2002. Not Too Pretty Phthalates,
Phthalates, Beauty Products & the FDA. United States of
America : Environmental Working Group, pp. 1-17.

Hubinger, Jean C and Havery, Donald C., 2005. Analysis of Consumer


Cosmetic Products for Phthalate Esters. J. Cosmet. Sci, 57, pp.
127-137.

Hubinger, Jean. C., 2010. A Survey of Phthalate Esters in Consumer


Cosmetic Product. J. Cosmet. Sci, 61, pp.457-465.

ICH Harmonised Tripartite Guideline., 2005. Validation of Analytical


Procedures : Text and Methodology Q2(R1), pp. 7-13.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
75

Latini, G., De Felice., Presta, G., Del Vecchio, A., Paris, I., Ruggieri, F.,
Mzzeo, P., 2003a. In utero exposure to di-(2-ethylhexyl)phthalate
and duration of human pregnancy. Environmental Health
Perspectives 111 (14), pp. 1783–1785.
Lewis, R.J., 2001. Hawley's Condensed Chemical Dictionary 14th Edition.
New York : John Wiley & Sons, Inc, p. 377.
Lewis, R.J. Sr. (Eds)., 2004. Sax's Dangerous Properties of Industrial
Materials 11th Edition. New Jersey : Wiley-Interscience, Wiley &
Sons, Inc., p. 1164.

Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. Indonesia Lahan Subur


Kosmetik. Diakses dari
http://kemenperin.go.id/artikel/5897/Indonesia-Lahan-Subur-
Industri-Kosmetik, pada tanggal 7 November 2017.

Koo, Hyun Jung and Lee, Byung Mu., 2004. Estimated Exposure To
Phthalates In Cosmetics And Risk Assessment. Journal of
Toxicology and Enviromental Health, Part A, 67, pp. 1901-1914.

Mankidy, Rishikesh., Wiseman, Steve., Ma, Hong., Giesy., John P., 2012.
Biological Impact of Phthalates. Toxicology Letters 217 (2013),
pp. 50-58.

O'Neil, M.J. (Eds.)., 2013. The Merck Index - An Encyclopedia of


Chemicals, Drugs, and Biologicals. United Kingdom : Royal
Society of Chemistry, pp. 550.

PubChem. Dibuthyl Phthalate. Diakses dari


https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/3026#section=Top,
pada tanggal 19 Desember 2017.

Purnamasari, Dwi., 2015. Estimasi Paparan Senyawa Dietil Ftalat dan


Dibutil Ftalat Pada Produk Deodoran Dengan Metode KCKT-
UV. Yogyakarta : Jurusan Farmasi Fakultas FMIPA Universitas
Islam Indonesia, hal. 36-38.

Riyanto., 2014. Validasi & Verifikasi Metode Uji : Sesuai dengan


ISO/IEC 17025 Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi.
Yogyakarta : Deepublish, hal. 21.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
76

Rozati, R., Reddy, P.P., Reddanna, P., Mujtaba, R., 2002. Role of
Enviromental Estrogens in the Deterioration of Male Factory
Fertility. Fertility dan Sterility 78 (6), pp. 1187-1194.

Shen, Hao-Yu., Jiang, Hai-Liang., Mao, Hong-Lei., Pan, Gang., Zhou, Lu.,
Cao, Yun-Feng., 2007. Simultaneous Determination of Seven
Phthalates and Four Parabens in Cosmetic Products Using HPLC-
DAD and GC-MS Methods. J. Sep. Sci, 30, pp. 48-54.

Shivatare, R. S., Nagore, Dheeraj H., Nipanikar, S. U., 2013. ‘HPTLC’ an


Important Tool in Standardization of Herbal Medical Product : A
Review. Journal of Scientific & Innovative Research 2013, 2 (6),
pp. 1086-1096.

Skoog, D.A., West, D.M., Holler, F.J., and Crouch, S.R, 2013.
Fundamentals of Analytical Chemistry 9th ed. Brooks Cole :
Boston.

Srivastava, ManMohan., 2011. High Performance Thin Layer


Chromatography. Variyar, Prasad S., Chatterjee, Suchandra.,
Sharma, Arum (Eds). New York : Springer Heidelberg Dordrecht
London, p. 27.

U.S. Pharmacopeia. 2015. USP 38-NF 33 through Second Supplement.


United States : United Book Press, Inc., pp. 6639,6643.

Whyatt, R.M., Adibi, J.J., Calafat, A.M., Camann, D.E., Rauh, V., Bhat,
H.K., Perera, F.P., Andrews, H., Just, A.C., Hoepner, L., Tang, D.,
Hauser, R., 2009. Prenatal di(2-ethylhexyl)phthalate exposure and
length of gestation among an inner-city cohort. Pediatrics 124 (6),
pp. 1213-1220.

Wolff, M.S., Teitelbaum, S.L., Pinney, S.M., Windham, G., Liao, L., Biro,
F., Kushi, L.H., Erdmann, C., Hiatt, R.A., Rybak, M.E., Calafat,
A.M., 2010. Investigation of Relationship between urinary
biomarkers of phytoestrogens, phthalates, and phenols and
pubertal stages in girls. Environmental Health Perspectives 118
(7), pp. 1039–1046.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
77

Wulandari, Lestyo., 2006. Evaluasi Lempeng HPTLC Daur Ulang untuk


Analisis Kualitatif dan Kuantitatif. Indo. J. Chem, 6 (3), hal. 338-
340.

Wulandari, Lestyo., 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember : PT Taman


Kampus Presindo, hal. 113-114.

Yuwono, M dan Indrayanto, G., 2005. Validation of Chromatographic


Method of Analysis. Elsevier, pp. 234-258.

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA

LAMPIRAN

73
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA

LAMPIRAN-1

CERTIFICATE OF ANALYSIS DIBUTIL FTALAT

79
SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
80

LAMPIRAN-2

PERHITUNGAN RESOLUSI

Puncak DBP

Data Kromatogram

Peak Rf start Rf max Rf end


1 0,47 0,51 0,57
2 0,58 0,66 0,72
3 0,73 0,79 0,85
4 0,85 0,90 0,95

2 𝑥 (𝑅𝑓𝑚𝑎𝑥2 −𝑅𝑓𝑚𝑎𝑥1 )
Rs =
[(𝑅𝑓𝑒𝑛𝑑1 −𝑅𝑓𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡1 )+(𝑅𝑓𝑒𝑛𝑑2 −𝑅𝑓𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡2 )

Resolusi peak 1 dengan peak 2


2 𝑥 (0,66−0,51)
Rs =
[(0,57−0,47)+(0,72−0,58)

Rs = 1,25

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
81

LAMPIRAN-3

PERHITUNGAN LINIERITAS

Konsentrasi X
Area Y Y1 Y-Y1 (Y-Y1)2
(ppm)
796,8 6198,4 6232,5408 -34,1408 1165,5942
597,6 5050,9 5021,2056 29,6944 881,7573
396,4 3779,8 3797,7084 -17,9084 320,7107
199,2 2702,6 2598,5352 104,0648 10829,4826
49,8 1608,6 1690,0338 -81,4338 6631,4637
Rerata = 407,96 ∑ = 19829,0087

Y = 6,081X + 1387,2
R² = 0,9985

∑(𝑌−𝑌1)2
Sy = √
𝑁−2

19829,0087
Sy = √
5−2

Sy = 81,30
𝑆𝑦 81,97
Sxo = = = 13,38
𝑏 6,081

𝑆𝑥𝑜 13,38
Vxo = x 100% = x 100% = 3,27%
𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 407,96

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
82

LAMPIRAN-4

PERHITUNGAN AKURASI
Kadar
Area
Standar
Kadar Standar Kadar Rerata
dalam Area Recovery Standar
Replikasi Teoritis, dalam Total, Recovery
Satu Terbaca (%) Deviasi
Cs (ppm) Satu Ctot (ppm) (%)
Plat
Plat
(ppm)
1 4362,6 394,89 99,12

2 398,4 6602,1 4293,8 388,66 97,56 98,18 0,88

3 4348,8 393,64 98,80

1 5237,2 493,24 99,04

2 498 597,6 6345,3 5090,8 479,45 96,28 97,19 1,61

3 5089,2 479,30 96,25

1 6507,8 584,14 97,75

2 597,6 6657,8 6550,9 588,00 98,39 98,08 0,32

3 6531 586,22 98,10

𝑥̅ = 97,82 𝑥̅ = 0,96

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎


Kadar Total (Ctot) =
𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑙𝑎𝑡

597,6 𝑝𝑝𝑚 𝑥 4363,6


Kadar Total (Ctot) =
6602,1

Kadar Total (Ctot) = 394,89 ppm

𝐶𝑡𝑜𝑡
%Recovery = x 100%
𝐶𝑠

394,89
%Recovery = x 100% = 99,12%
398,40

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
83

LAMPIRAN-5

PERHITUNGAN PRESISI

Persen Perolehan Kembali (%)


Replikasi ̅)𝟐
(𝐗 − 𝐗
(X)
1 95,10 20,07
2 103,35 14,21
3 104,79 27,14
4 97,75 3,35
5 98,39 1,42
6 98,10 2,19
∑ 597,48 68,38
𝑥̅ 99,58 -
SD 3,70
%RSD 3,71

∑ Persen Perolehan Kembali


𝑥̅ = , N = jumlah data
N

597,48
𝑥̅ = = 99,58
6

̅)𝟐
∑(𝐗−𝐗
SD = √
N−1

SD = 3,70

SD
%RSD = x 100%

3,70
%RSD = x 100% = 3,71
99,58

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
84

LAMPIRAN-6

PERHITUNGAN BATAS DETEKSI DAN BATAS KUANTIFIKASI

Konsentrasi X
Area Y Y Y-Y1 (Y-Y1)2
(ppm)
79,68 1751,6 1765,191 -13,5907 184,7076
69,72 1552 1569,437 -17,4368 304,0447
64,74 1523,2 1471,56 51,6400 2666,693
44,82 1035,6 1080,052 -44,4522 1976,0051
39,84 1006,1 982,1754 23,9246 572,3883
𝑥̅ = 59,76 ∑ = 5703,8397

Y = 19,654X + 199,16
R² = 0,9872

∑(𝑌−𝑌1)2
Sy = √
𝑁−2

5703,8397
Sy = √
5−2

Sy = 43,60

𝑆𝑦𝑥3 43,60 𝑥 3
Batas Deteksi = = = 6,68 ppm
𝑏 19,654

𝑆𝑦𝑥10 43,60 𝑥 10
Batas Kuantiffikasi = = = 22,27 ppm
𝑏 19,654

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
85

LAMPIRAN-7

OVERLAY KROMATOGRAM STANDAR DBP DENGAN


SAMPEL

Lampiran 7.1. Overlay Kromatogram Sampel P1, P2 dengan Standar DBP

Sampel P1
Standar DBP
Sampel P2

Lampiran 7.2. Overlay Kromatogram Sampel P3 dengan Standar DBP

Sampel P3

Standar DBP

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD
IR – IR - PERPUSTAKAN UNIVERSITAS
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
AIRLANGGA
86

LAMPIRAN-8

PERHITUNGAN PENETAPAN KADAR

Kadar
Kadar Hasil
Nama Penimbangan Area dalam
Replikasi Terbaca Akhir
Sampel (gram) Terbaca Sampel
(ppm) (%b/b)
(% b/b)
1 1,0443 2616,2 260,44 0,25
2 1,0235 2699,5 268,73 0,26 0,24 ±
P1
0,03
3 1,0479 2197,0 218,71 0,21

Kadar standar dalam satu plat = 597, 6 ppm

Area standar dalam satu plat = 6003,1 ppm

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎


Kadar Terbaca =
𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑙𝑎𝑡

597,6 𝑝𝑝𝑚 𝑥 2616,2


Kadar Terbaca =
6003,1

Kadar Terbaca = 260,44 ppm

Kadar Sampel = 260,44 ppm = 260,44 mg/1000 mL

= 2,60 mg/10 mL

= (2,60 mg/1044,3 mg) x 100%

= 0,25 %b/b

SKRIPSI
SKRIPSI VALIDASI
VALIDASIMETODE PENETAPAN...HEGAR
METODE PENETAPAN... HEGAR MOHAMMAD
MOHAMMAD

Anda mungkin juga menyukai