Anda di halaman 1dari 11

PENETAPAN KADAR KAFEIN PADA KOPI BUBUK YANG

BEREDAR DI KOTA SUNGAI PENUH MENGGUNAKAN


SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

ARTIKEL ILMIAH

Oleh :

FAHRI REZA SETIAWAN

NIM : 1904017

PROGRAM STUDI S1
FARMASI FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2023
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2022 / 2023

PENETAPAN KADAR KAFEIN PADA KOPI BUBUK YANG BEREDAR DI KOTA


SUNGAI PENUH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Fahri Reza Setiawan, B.A Martinus dan Hazli


Nurdin Program Studi S1 Farmasi, Fakultas
Farmasi Universitas Perintis Indonesia
Email:fahrireza478@gmail.com

ABSTRAK
Kopi (Coffea sp) merupakan komoditas ekspor utama yang dikembangkan di Indonesia karena
memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi di pasar dunia. Kopi dikenal dengan kandungan kafeinnya
yang tinggi. Kafein itu sendiri adalah metabolit sekunder dari golongan alkaloid yang berasal dari
tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kafein
pada sampel kopi bubuk lokal jenis arabika yang beredar di kota Sungai Penuh. Penentuan kadar ini
dilakukan dengan Analisa kuantitatif menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang 272 nm. Diperoleh kadar kafein pada sampel kopi R sebesar 0,2963 % b/b, sampel kopi S
0,2337 % b/b dan sampel kopi B 0,1306 % b/b. Dan untuk validasi data diperoleh nilai Koefisien
Variasi ketiga sampel kopi < 2%. Berdasarkan analisa statistik uji ANOVA satu arah dengan
program SPSS 25.00, diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) antara kadar ketiga
sampel kopi jenis arabika.

Kata kunci : Kopi, Coffea sp., Kafein , Spektrofotometri UV-Vis

ABSTRACT

Coffee (Coffea sp) is the main export commodity developed in Indonesia because it has a relatively
high economic value in the world market. Coffee is known for its high caffeine content. Caffeine
itself is a secondary metabolite of the alkaloid group which comes from the coffee plant and has a
bitter taste. This study aims to determine the level of caffeine in samples of local Arabica ground
coffee circulating in Sungai Penuh city. Determination of this level was carried out by quantitative
analysis using the UV-Vis Spectrophotometry method. Caffeine levels in coffee samples were
measured at a wavelength of 272 nm. Caffeine levels were obtained in the Radjea coffee sample of
2.963 mg/g or 0.2963% b/b, the Saliho coffee sample 2.337 mg/g or 0.2337% b/b and the Berlian
coffee sample 1.306 mg/g or 0.1306% b /b. And for data validation, the Coefficient of Variation
value of the three coffee samples was obtained below <2%. Based on the statistical analysis of one
way ANOVA test with the SPSS 25.00 program, it is known that there is a significant difference
(p<0.05) between the levels of the three Arabica coffee samples.

Keywords : Coffee, Coffea sp ., Caffeine ,UV-Vis Spectrophotometry

Page 1
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2022 / 2023
PENDAHULUAN mengkilap, biasanya menggumpal, tidak berbau,
Kopi merupakan tanaman yang rasanya pahit, dan memiliki titik lebur 235° -
mengandung kafein yang dapat diolah menjadi 237°.
minuman yang nikmat. Sekarang ini kopi Jumlah kafein dalam kopi yang beredar di
menjadi minuman paling populer di dunia setelah pasaran bervariasi karena adanya campuran lain.
air dan teh (Cornelis, 2019). Selain itu, kopi Oleh karena itu, Badan Standardisasi Nasional
merupakan salah satu hasil perkebunan yang telah menetapkan standar kandungan kafein
memegang peranan penting sebagai sumber dalam bubuk kopi berada dalam kisaran 0,455%
pendapatan negara (Aprillia, dkk, 2018). - 2% b/b (SNI 01-3542-2004), sehingga jika
Kopi mempunyai berbagai macam jenis, terdapat kandungan kafein yang tinggi maka
namun yang paling banyak diminati yaitu jenis perlu dilakukan dekafeinasi untuk menghambat
Arabika dan Robusta. Kopi Arabika merupakan aktivitas kafein dalam tubuh (Sofiana, 2011).
kopi yang paling banyak dikembangkan di Suwiyarsa et al., (2018) melakukan
Indonesia. Kopi ini memiliki aroma dan cita rasa penelitian analisis kadar kafein pada kopi bubuk
yang kuat. Berbeda halnya dengan kopi robusta, lokal yang beredar di kota Palu, dengan
kopi Robusta merupakan salah satu jenis kopi menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil
yang banyak dibudidayakan oleh penduduk penelitian kadar kafein dari enam sampel kopi
karena kopi Robusta lebih mudah di budidayakan bubuk lokal jenis arabika menunjukkan, empat
daripada kopi Arabika (Apratiwi, 2016). diantaranya memenuhi syarat SNI 01-3542-2004
Kopi mempunyai banyak manfaat untuk yaitu sampel A 0,83%, sampel C 1,60%, sampel
kesehatan, namun masalah yang dihadapi oleh E 1,29%, dan sampel F 1,72%, sedangkan dua
pecinta kopi adalah kandungan kafein di sampel lain tidak memenuhi syarat yaitu sampel
dalamnya. Hasil penelitian sebelumnya B 2,06%, dan sampel D 2,63%.
menyebutkan bahwa kopi mengandung sedikit Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
nutrisi, tetapi mengandung lebih dari ribuan maka peneliti tertarik ingin menganalisis berapa
bahan kimia alami seperti karbohidrat, lipid, kandungan kafein pada kopi yang beredar di
senyawa nitrogen, vitamin, mineral, alkaloid, dan Sungai Penuh menggunakan Spektrofotometer
senyawa fenolik. Beberapa di antaranya UV-Vis, apakah memenuhi standar kadar kafein
berpotensi menyehatkan dan beberapa yang lain menurut SNI 01-3542-2004 yaitu 0,45 – 2,00 %
berpotensi bahaya. b/b.
Salah satu senyawa alkaloid yang METODOLOGI PENELITIAN
berpotensi berbahaya untuk kesehatan adalah Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
kafein (Wachamo, 2017). Kafein memiliki efek Desember 2022-Mei 2023 di Laboratorium Kimia
farmakologis yang berguna secara klinis, seperti Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Perintis
merangsang sistem saraf pusat, dan memiliki Indonesia, Padang.
efek kelelahan, lapar, meningkatkan konsentrasi, Alat dan Bahan
tetapi penggunaan kafein yang berlebihan dapat Alat
menyebabkanjantung berdebar, Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
ketidaknyamanan perut, dan tremor. Kafein yang adalah neraca analitik, corong pemisah, spatel,
terkandung dalam biji kopi berkisar 1,5% - 2,5% kertas saring, batang pengaduk, pipet tetes, pipet
(Tjay & Rahadja, 2007). volume, labu ukur (100 mL, 50 mL, 10 mL),
Kafein adalah alkaloid psikostimulan tabung reaksi, gelas ukur, beker glass, erlenmeyer,
purin yang berbentuk putih atau bentuk jarum alat evaporasi, chamber, lampu UV 254, dan
seperangkat alat spektrofotometri UV-Vis (T92+).
Page 2
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2022 / 2023
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan
adalah sampel kopi bubuk lokal jenis Arabika, Standar Kafein
aquadest, kalsium karbonat (CaCO3), kloroform Kurva kalibrasi diperoleh dengan memipet
(CHCl3), methanol (p.a), Plat KLT Silica gel 60 larutan baku standar 50 ppm sebanyak 0,8 mL;
F254, kafein baku standar, Bromothymol Blue 1,2 mL; 1,6 mL; 2 mL; 2,4 mL ke dalam labu
(BTB), Kalsium Klorida (CaCl2), Natrium ukur 10 mL, dilarutkan sampai tanda batas
Hidroksida (NaOH 0,1 N), Murexide Serbuk. dengan methanol pa untuk membuat rangkaian
Pengambilan Kopi larutan standar pada konsentrasi 4, 6, 8, 10, dan
Sampel yang digunakan yaitu 3 produk kopi 12 ppm. Kemudian, ukur serapannya pada
bubuk lokal jenis Arabika yang diambil di kota panjang gelombang serapan maksimum yaitu
Sungai Penuh, Provinsi Jambi. 272 nm.
Uji Organoleptis Tanaman Kopi Penentuan Panjang Gelombang Serapan
Uji organoleptis bubuk kopi ini dilakukan Maksimum Larutan Standar Kafein
menggunakan panca indera yang meliputi bentuk, Diambil dari salah satu deret konsentrasi
warna, bau, rasa dan tekstur. Di ambil maisng- yang telah dibuat yaitu 8 ppm. Kemudian diukur
masing bubuk kopi, lalu diamati menggunakan serapannya pada panjang gelombang antara 200
panca indera meliput pengamatan bentuk, warna, nm – 400 nm.
rasa, dan bau. Uji Kualitatif Sampel
Ekstraksi dan Preparasi Sampel
Masukkan 20 gram sampel kopi ke dalam a. Dengan Pereaksi
gelas, larutkan dengan 750 mL aquadest 1. Larutan Sampel + CaCl2 + BTB + NaOH
mendidih, saring, tambahkan 7,5 gram CaCO3 ke 0,1 N akan terbentuk warna biru terang.
dalam filtrate. Kemudian disaring dan masukkan 2. Larutan Sampel + Murexide Serbuk akan
ke dalam corong pisah, lalu difraksinasi empat Terbentuk warna violet.
kali berturut turut dengan kloroform 125 mL. b. Dengan KLT
Larutan kafein standar sebagai pembanding dan
Tunggu selama 15 menit, maka akan terbentuk
larutan sampel ditotolkan pada lempeng KLT,
lapisan fase air dan fase kloroform. Fase
dan masukkan kedalam chamber dengan fase
kloroform dipisahkan dan diletakkan dalam
gerak kloroform, methanol, aquadest (100: 13,5
wadah yang berbeda. Kemudian gabungkan fase
: 10), (Fatoni, 2015). Kemudian diukur dan
kloroform dan diuapkan dengan evaporator
dicatat bercak dari titik penotolan. Tentukan
sampai terbentuk ekstrak kafein. Kemudian
Nilai Rf.
dimasukkan ke dalam labu 50 mL, cukupkan
hingga tanda batas dengan methanol (Suryani &
Penentuan Absorban pada Larutan Sampel
Sasmita, 2016).
Kemudian dipipet 0,1 mL larutan,
Pembuatan Larutan Baku Kafein
masukkan dalam labu ukur 10 mL dan tambahkan
Masukkan 100 mg kafein standar ke dalam
methanol sampai tanda batas dan ukur serapannya
labu ukur 100 mL, larutkan sampai tanda batas
pada panjang gelombang serapan maksimum pada
dengan aquadest dan kocok sampai homogen,
panjang gelombang 272 nm, methanol digunakan
hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000
sebagai blanko. Lakukan 3 kali pengulangan.
ppm, dipipet 5 mL larutan dalam labu ukur 100
mL dan diperoleh larutan dengan konsentrasi 50
ppm.

Page 3
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2022 / 2023
Analisa Data
1. Penentuan Konsentrasi Kafein pada Sampel Keterangan:
dan Uji Linearitas C = konsentrasi (µg/ mL)
Y = a + bx Fp = faktor pengenceran
V = volume air yang ditambahkan (mL)
∑𝒀−𝒃∑𝑿
Bs= berat sampel (g)
a= 𝒏 4. Standar Deviasi dan Koefisien Variasi
𝒏∑𝑿𝒀−∑𝑿 ∑𝒀 a. Standar Deviasi
b = (𝒏∑𝑿𝟐)−
(∑𝑿)²
∑(𝑋−𝑋𝑖)²
SD = √
𝑛−1
𝒏∑𝑿𝒀−(∑𝑿) (∑𝒀)
r= √{𝒏∑𝑿²−(∑𝑿)𝟐}{𝒏∑𝒀²−(∑𝒀)²}
b. Koefisien Variasi
Keterangan: SD
Y = Variabel terikat (absorbansi) KV = x 100 %
X
X = Variabel bebas (konsentrasi)
a = Konstanta (intercept) 5. Uji Statistik
b = Koefisien regresi (slope) Teknik analisis pada penelitian ini
n = Banyak data menggunakan analisis perbandingan. Analisis
r = Koefisien korelasi perbandingan bertujuan untuk membandingkan
2. Standar Deviasi Residual, Batas Deteksi dan rata-rata antara dua atau lebih kelompok sampel
Batas Kuantitasi data. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan
a. Standar Deviasi Residual antara kadar Kafein Kopi Bubuk Lokal variasi
kopi Arabika. Data yang diperoleh merupakan
SD = ∑(X−X)² data primer dan berskala ratio, sehingga
√ dilakukan analisis kuantitatif dengan uji statistik
n-2 parametrik (One-Way ANOVA) menggunakan
program SPSS 25 dengan derajat kesalahan (α)
b. Batas Deteksi sebesar 5%.
3 x SDr
BD =
slope b
c. Batas Kuantisasi
10 X SDr
BK =
slope b
3. Perhitungan Kadar Kafein pada Sampel

C x FP x V
Kadar =
bobot sampel

Page 4
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2022 / 2023
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa kualitatif dengan reaksi warna
Pada penelitian ini digunakan tiga sampel dengan penambahan murexide serbuk pada
bubuk kopi lokal dengan merek yang berbeda pembanding dan sampel ekstrak kopi yang akan
yaitu kopi R, kopi S, kopi B. Bubuk kopi lokal diamati perubahan warna menjadi warna violet;
ini dipilih karena memiliki aroma dan rasa yang pada penambahan CaCl2, BTB, dan juga NaOH
khas, dan memiliki rasa yang enak, mudah 0,1 N pada pembanding dan sampel ekstrak kopi
didapat dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang akan diamati perubahan warna menjadi
terutama kalangan orang tua, serta harga yang warna biru terang. Berdasarkan hasil yang
cukup murah. Peneliti juga melakukan uji diperoleh menunjukkan bahwa sampel ekstrak
organoleptis terhadap sampel Kopi. Hasil uji kopi memiliki warna yang sama dengan senyawa
organoleptis Sampel Kopi dapat dilihat pada pembandingnya. Hal ini menunjukkan bahwa
tabel 1. sampel ekstrak kopi positif mengandung kafein.
Tabel 1.Hasil Uji Organoleptis Sampel Kopi Analisa kualitatif dilakukan dengan metode
Kriteria Kopi R Kopi S Kopi B Kromatografi bertujuan untuk membuktikan
Bentuk Bubuk Bubuk Bubuk
Rasa Pahit Pahit Pahit apakah sampel mengandung kafein. Keuntungan
Warna Hitam Coklat Hitam dari sistem KLT antara lain: dengan jumlah yang
Kecoklatan sangat kecil dapat dipisahkan dengan jelas, hasil
Bau Bau Khas Bau Khas Bau Khas
Kopi Kopi Kopi pemisahan lebih baik, dan butuh waktu singkat
dengan sedikit alat. Berdasarkan hasil analisa
Penelitian ini dilakukan menggunakan dua
kualitatif pada plat Kromatografi Lapis Tipis
Analisa, yaitu Analisa kualitatif yang bertujuan
(KLT), untuk pembanding kafein murni dan
untuk melihat ada atau tidaknya kafein pada
sampel ekstrak kopi yang sudah ditotolkan
sampel dan Analisa kuantitaif untuk menentukan
terdapat noda ketika dilihat dibawah lampu UV
kadar kafein pada sampel. Pada uji kualitatif
254 nm, dengan nilai Rf masing-masing yang
sampel, peneliti menggunakan CaCl2, BTB,
diperoleh untuk pembanding kafein murni
NaOH 0,1 N dan Murexide Serbuk serta
sebesar 0,58 dan esktrak kopi sebesar 0,58.
menggunakan KLT. Pada uji kuantitatif peneliti
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan
menggunakan seperangkat alat Spektrofotometer
bahwa sampel ekstrak kopi memiliki nilai Rf
UV-Vis (T92+).
yang sama dengan senyawa pembandingnya. Hal
Analisa kualitatif dengan reaksi warna
ini menunjukkan bahwa sampel ekstrak kopi
dengan penambahan murexide serbuk pada
positif mengandung kafein.
pembanding dan sampel ekstrak kopi yang akan
Analisa kuantitatif menggunakan standar
diamati perubahan warna menjadi warna violet;
kafein murni dan dibuat deret 5 seri konsentrasi
pada penambahan CaCl2, BTB, dan juga NaOH
yaitu 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm.
0,1 N pada pembanding dan sampel ekstrak kopi
Masing-masing konsentrasi dilakukan
yang akan diamati perubahan warna menjadi
pengukuran dengan Spektrofotometri UV-Vis
warna biru terang. Berdasarkan hasil yang
pada panjang gelombang 272 nm. Diperoleh
diperoleh menunjukkan bahwa sampel ekstrak
persamaan regresi linear yaitu y = 0,0232 +
kopi memiliki warna yang sama dengan senyawa
0,0436x dengan nilai koefisien korelasi 0,9991.
pembandingnya. Hal ini menunjukkan bahwa
Menurut Hermita (2004), nilai koefisien korelasi
sampel ekstrak kopi positif mengandung kafein.
yang baik hampir mendekati 1. Hal ini berarti
bahwa perbandingan kadar dengan parameter
yang diukur memiliki linearitas yang baik.

Page 5
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2022 / 2023
Alasan digunakannya panjang gelombang Setelah dilakukan penentuan panjang
serapan maksimum ini karena kepekaannya gelombang serapan maksimum, selanjutnya
maksimal, pada panjang gelombang serapan dilakukan pengukuran absorbansi deret standar
maksimum tersebut perubahan absorbansi setiap kurva kalibrasi. Pada pengukuran absorbansi
satuan konsentrasi adalah yang paling besar, larutan standar 4; 6; 8; 10 dan 12 µg/mL pada
disekitar panjang gelombang serapan maksimum Panjang gelombang 272 nm didapatkan persamaan
bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi regresi linear y = 0.0232 + 0.0436x dengan nilai r²
tersebut Hukum Lambert-Beer akan terpenuhi, = 0.9991. nilai x merupakan konsentrasi, nilai y
dan jika dilakukan pengukuran ulang maka merupakan absorban dan nilai r merupakan
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan koefisien korelasi yang menentukan kelinearan
ulang panjang gelombang akan sangat minimal suatu standar. Nilai koefisien korelasi memiliki
(Gandjar & Rohman, 2014). syarat dimana nilai r yang baik yaitu terletak pada
Pengukuran panjang gelombang serapan rentang -1 ≤ r ≤ . nilai r pada penelitian ini sudah
maksimum dilakukan dengan mengukur larutan masuk ke dalam syarat nilai r yang baik, maka
konsentrasi 8 µg/mL menggunakan dapat dikatakan nilai r = 0.9991 telah
Spektrofotometer UV Vis dengan kuvet yang menenujukkan kelinearan standar (Rohman, 2014).
memiliki ketebalan 1 cm, dimana didapatkan Tabel 2. Hasil Absorban Kurva Kalibrasi Kafein
hasil panjang gelombang serapan maksimum 272 No. Konsentrasi Absorban
nm dengan serapan paling maksimum yaitu (µg/mL)
0.357. Panjang gelombang yang didapat sudah 1. 4 0, 202
mendekati dengan literatur yaitu 275 nm (Depkes 2. 6 0, 285
RI, 2014). Penentuan panjang gelombang
3. 8 0, 365
mempunyai batas toleransi yang diperbolehkan,
4. 10 0, 455
yaitu kurang lebih 1 nm untuk jangkauan 200-
5. 12 0, 553
400 nm (Depkes RI,1995).

Kurva Hubungan antara


Absorban dengan Konsen-
trasi
0.6
0.5 f(x) = 0.0436 x + 0.0231999999999999
0.4 R² = 0.998298498056927 y
Absorban

0.3 Linear (y)


0.2
0.1
0
3 4 5 6 7 8 9 10111213
No P/V Wavelenght Abs.
Konsentrasi µg/mL

1 272 0.357
Gambar 2. Grafik Kurva Baku Larutan Kafein

Gambar 1. Grafik Panjang Gelombang Serapan Setelah didapatkan panjang gelombang


Maksimum Kafein serapan maksimum dan persamaan regresi linear
peneliti juga menghitung uji batas deteksi (limit
of detection, LOD) merupakan jumlah terkecil
analit

Page 6
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2022 / 2023
dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih Pada penelitian ini hasil yang didapatkan
memberikan respon signifikan dibandingkan pada uji ANOVA yaitu nilai signifikansi sebesar
dengan blanko. Batas deteksi merupakan 0,000 yang artinya <0,05, yang menunjukkan
parameter uji batas sedangkan batas kuantitasi bahwa kadar pada sampel mempunyai perbedaan
(limit of quantitation, LOQ) merupakan yang signifikan. Tabel hasil ANOVA dapat
parameter pada analisa renik dan diartikan dilihat pada Lampiran 12. Uji Analisa ANOVA
sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel ini juga dilanjutkan dengan uji Duncan. Uji
yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan Duncan merupakan uji lanjutan dari uji statistik.
seksama (Harmita, 2015). Nilai Batas deteksi dan Hasil lanjutan uji Duncan dapat dilihat pada tabel
batas kuantitasi yang didapatkan pada penelitian 4.
ini yaitu BD 0,44058002 µg/mL dan BK Tabel 4. Hasil Uji Duncan Sampel Kopi
1,46860092 µg/mL kadar
Pada analisa kuantitatif penentuan kadar Duncana

vitamin C pada sampel, dalam penelitian yang Subset for alpha = 0.05
nama kopi N 1 2 3
telah dilakukan didapatkan kadar rata-rata
kopi b 3 1.30633
sampel Kopi R 2,963 mg/g atau 0,2963 % b/b, kopi s 3 2.33667
Kopi S sebesar 2,337 mg/g atau 0,2337 % b/b, kopi r 3 2.96333
Kopi B 1,306 mg/g atau 0,1306 % b/b. Jadi Sig. 1.000 1.000 1.000

kadar kafein dari ketiga sampel kopi kurang


memenuhi persyaratan menurut SNI karena Uji ANOVA dilanjutkan dengan uji
kurang dari 0,45 – 2 % b/b. Duncan. Pada penelitian ini ketiga sampel kopi
Tabel 3. Hasil Perhitungan Kadar Kafein pada didapatkan hasil angka yang terletak di subsheet
Sampel yang berbeda. Hal tersebut menyatakan bahwa
No Konsentrasi Y Yi Y-Yi (Y-Yi)2 terdapat perbedaan signifikan antara ketiga
(µg/mL)
1 4 0,202 0,1976 0,0044 0,00001936
sampel kopi (kopi Radjea, kopi Saliho, kopi
2 6 0,285 0,2848 0.0002 0,0000004 Berlian). Apabila angka tersebut berada di
3 8 0,365 0,372 -0.007 0,000049
subsheet yang sama maka sampel tidak memiliki
4 10 0,455 0,4592 -0.0042 0,00001764
5 12 0,553 0,5464 0.0066 0,00004356 perbedaan yang signifikan, begitu juga apabila
Total 0,0001230 angka muncul pada subsheet yang berbeda maka
N 5
SDr 0,0064031
sampel ketiga kopi memiliki perbedaan yang
BD (µg/mL) 0,44058002 signifikan. Lalu dilanjutkan dengan uji
BK (µg/mL) 1,46860092
keseksamaan. Uji keseksamaan atau uji presisi
Untuk membuktikan perbedaan kadar yang merupakan ukuran derajat kesesuaian antara hasil
signifikan peneliti melakukan uji analisa ANOVA individu dari rata-rata jika prosedur diterapkan
satu arah. Uji ANOVA satu arah merupakan secara berulang pada sampel-sampel yang
analisa statistik yang ingin melihat perbedaan diambil dari campuran yang homogen (Harmita,
(variasi), misalnya variasi rata-rata yang 2006). Hasil percobaan yang dilakukan didapat
disebabkan oleh satu faktor (baik terkontrol
nilai koefisien variasi pada sampel kopi R
ataupun random) (Rohman, 2014). Pada Analisa
ANOVA jika sampel memilki nilai signifikansi sebesar 1,54 % dan nilai standar deviasi (SD)
<0,05 maka sampel dikatakan tidak memiliki sebesar 0,0455. Hasil percobaan yang dilakukan
perbedaan yang signifikan, begitu pula saat didapat nilai koefisien variasi pada sampel kopi S
sampel memiliki nilai signifikansi <0,05 maka sebesar 1,01 % dan nilai standar deviasi (SD)
sampel memiliki perbedaan yang signifikan. sebesar 0,02371.

Page 7
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2022 / 2023
Syarat nilai KV yang harus didapatkan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar
yaitu tidak lebih dari 2%. Koefisien Variasi Lampung.
adalah perbandingan nilai simpangan baku Cornelis, C. M. 2019. The Impact of Caffeine
(Standar Deviasi) dengan rata-rata hitung dan ang Coffee on Human Health. Nutrients
dinyatakan dalam bentuk persentase. Kegunaan Journal, 11, 416.
koefisien variasi adalah untuk melihat Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi
sebaran/distribusi data dari rata-rata hitungnya. IV. Departemen Kesehatan Republik
Semakin kecil koefisien variasi maka data Indonesia.
semakin homogen (seragam), sedangkan semakin Departemen Kesehatan RI. 2014. Farmakope
besar koefisien variasi maka data semakin Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen
heterogen (bervariasi). Nilai KV yang didapatkan Kesehatan Republik Indonesia.
pada penelitian ini untuk setiap kadar sampel Gandjar, I. G., & Rohman, A. 2007. Kimia
(Kopi R, Kopi S, Kopi B) yaitu <2% dan Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
memenuhi serta sesuai dengan syarat nilai KV Pelajar, 222-226, 242-244, 253-256, 378-
yang baik. 379.
KESIMPULAN Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dan Sediaan Farmasi, Departemen Farmasi
dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa : FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta.
1. Berdasarkan hasil uji statistik ANOVA satu Harmita. (2015). Analisis Fisikokimia :
arah program SPSS 25.00 diketahui bahwa Potensiometri & Spektroskopi, Penerbit
terdapat perbedaaan signifikan (p<0,05) antara Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
kadar kafein ketiga sampel kopi bubuk lokal Rohman, A. (2014). Spektroskopi Inframerah
variasi Arabika. dan Kemometrika untuk Analisis Farmasi.
2. Pada persyaratan kafein menurut SNI 01-3542- Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2004 adalah 0,45 – 2,00% b/b. Jadi kafein pada Sofiana, N. 2011. Fakta Tentang Kopi.
ketiga sampel kopi tidak memenuhi Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka. Soraya,
persyaratan menurut SNI karena kurang dari N. 2008. Isolasi Kafein Dari Limbah Teh
0,45 – 2 %b/b. Hitam CTC Jenis Powder Secara Ekstraksi.
SARAN Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Disarankan untuk penelitian dengan hal Suryani, N., & Sasmita, E. 2016. Kadar Kafein
yang sama yaitu pada saat melakukan proses Pada Kopi Kemasan Dan Uji Organoleptis
fraksinasi dengan corong pisah larutan kopi harus Terhadap Aroma Serta Rasa. 02(02), 9-14.
dalam keadaan panas. Suwiyarsa, I. N., Nuryanti, S., and Hamzah, B.,
2018, Analisis Kadar Kafein dalam Kopi
Bubuk Lokal yang Beredar di Kota Palu,
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Akademika Kimia, 7(4). Pp. 189-192.
Aprilia, F. A., Ayuliansari, Y. P, T. Azis, M. Tjay, T. H, & Rahadja, K. 2007. Obat obat
Camelina, W., dan Putra, M. 2018. Analisis penting, khasiat penggunaan dan efek efek
Kandungan Kafein dalam Kopi Tradisional sampingnya ( Edisi IV). Jakarta : PT Elex
Gayo dan Kopi Lombok Menggunakan
HPLC dan Spektrofotometri UV-Vis. Media Komputindo.
Biotika. 16 (2) : 38-39.
Apratiwi, N. 2016. Studi Penggunaan UV-Vis
Spectroscopy Untuk Identifikasi Campuran
Kopi Luwak Dengan Kopi Arabica. Skripsi.
Page 8
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2022 / 2023

Page 9

Anda mungkin juga menyukai