PRAKTIKUM FITOKIMIA
OLEH:
NAMA : SASKI ASYIFA NASUTION
NIM : 221501163
HARI/PARTNER : JUMAT/7
TANGGAL PRAKTIKUM : 21 FEBRUARI 2024
ASISTEN : JIHAN FIRYAL ATIQAH
LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara untuk mendapatkan manfaat dari kandungan bahan alam
adalah dengan mengambil sari atau memisahkan kandungan senyawa aktif yang
terkandung dalam tanaman tersebut. Cara yang paling umum digunakan untuk
mendapatkan sari atau kandungan senyawa aktif pada suatu tanaman biasanya
dilakukan dengan teknik ekstraksi. Teknik ekstraksi senyawa aktif bahan alam
yang biasanya digunakan anatara laian maserasi, perkolasi, infudasi, dan
sokhletasi. Selanjutnya ekstrak yang dihasilkan dapat dipisahkan lagi menjadi
fraksi-fraksinya dengan menggunakan metode kromatografi. Metode kromatografi
yang biasa digunakan adalah Kromatografi lapis tipis, Kromatografi kolom
vakum, Kromatografi kolom gravitasi dan kromatotron (Sudarwati dan Fernanda,
2019).
Salah satu bahan alami dengan efek samping minimal yang memiliki
respon imun yang cukup tinggi adalah kopi. Biji kopi kaya akan senyawa aktif
yaitu asam klorogenat, kafein, trigonelin, dan diterpen yang selain berperan
penting untuk menghasilkan cita rasa khas pada seduhan kopi juga memiliki efek
farmakologi. Asam klorogenat yang merupakan golongan senyawa polifenol
memiliki efek antifungi, antivirus, antioksidan, antinflamasi, danefek antibakteri.
Selain itu, kafein juga memiliki efek sebagai antioksidan dan imunomodulator
(Assa dkk., 2021).
Kopi, salah satu minuman yang paling disukai di seluruh dunia dan
menjadi komoditas unggulan di bumi setelah minyak, memiliki polifenol di setiap
bagian buahnya, yang saling berkaitan terhadap aroma, rasa, dan warna minuman
jadi, residunya bisa dijadikan sumber antioksidan, nutraceutical, dan pengawet
dari beberapa olahan makanan di daerah tata rias dan pengolahan air. Kolombia
adalah negara terbesar kedua di Amerika Latin produsen; hanya 5% dari berat
buah segar yang digunakan untuk pembuatan minuman, sedangkan 95% sisanya
menjadi residu dalam rantai produksi, mengubah limbah ini menjadi sumber
bahan potensial untuk memperoleh produk yang berbeda (Cuesta Parra dkk.,
2022).
Ekstraksi sokletasi merupakan proses ekstraksi kontinyu dimana pelarut
yang sama dapat disirkulasikan melalui ekstraktor beberapa kali. Proses ini
melibatkan ekstraksi diikuti dengan penguapan pelarut. Uap pelarut dibawa ke
kondensor dan cairan kental dikembalikan ke sampel untuk ekstraksi terus
menerus (Shah dan Seth, 2010).
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui mekanisme kerja ekstraksi dengan metode sokletasi
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi dengan metode
sokletasi
Untuk mengetahui senyawa apa saja yang dihasilkan dari biji kopi (Coffeea
arabica)
Untuk mengetahui persen rendemen yang didapat dari biji kopi (Coffea
arabica)
1.3 Manfaat Percobaan
Agar praktikan mengetahui cara kerja ekstraksi dengan metode sokletasi
Agar praktikan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi
dengan metode sokletasi
Agar praktikan mengetahui senyawa apa saja yang dihasilkan dari biji kopi
(Coffeea arabica)
Agar praktikan mengetahui persen rendemen yang didapat dari biji kopi
(Coffea arabica)
1.4 Prinsip Percobaan
Peinsip percobaan ini didasarkan pada metode sokletasi yaitu proses
berulang menggunakan pelarut yang sesuai dengan bantuan pemanasan dimana
pelarut akan menguap menuju kondensor, kemudian menetes ke tempat sampel
dan membasahi sampel sampai sejajar dengan batas sifon, selanjutnya pelarut
kembali turun melalui sifon ke labu alas bulat yang disebut 1 siklus. Peristiwa ini
terjadi berulang-ulang sampai larutan tidak berwarna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Tumbuhan
1.1.1. Sistematika Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
(Wardana dkk., 2023).
1.1.2. Habitat Tumbuhan
Daerah penghasil kopi terbesar dunia yang menduduki posisi pertama
sampai keempat yaitu Brasil, Vietnam, Kolombia dan Indonesia. Ekspor kopi di
Indonesia perlu dilakukan peningkatan karena tanaman perkebunan yang satu ini
sangat menjanjikan untuk meningkatkan devisa negara. Daerah utama produksi
kopi di Indonesia adalah Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Kopi yang dibudidayakan
di daerah Jawa identik dengan kopi Arabika yang terkenal memiliki cita rasa yang
tinggi dan konon produksi kopi tersebut sudah memonopoli pasar kopi dunia.
Kopi daerah lain yang memproduksi kopi secara besarbesaran di Indonesia juga
memiliki ciri khas yang unik dari proses pemanenan sampai pengolahan kopi
sehingga memiliki kepekatan, kekentalan, dan rasa yang kompleks (Kurnia dkk.,
2023).
Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda.
Misalnya, kopi robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 mdpl
dengan temperatur rata-rata tahunan 20°- 24°C, tetapi beberapa diantaranya juga
masih tumbuh baik dan ekonomis pada ketinggian 0-1000 m dpl. Kopi arabika
menghendaki ketinggian tempat antara 500 - 1700 m dpl dengan temperatur rata-
rata tahunan 17° - 21° C. Bila kopi arabika ditanam di dataran rendah (kurang dari
500 m dpl), biasanya produksi dan mutunya rendah serta mudah terserang
penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Hemmileia vastatrix (HV)
(Wardana dkk., 2023).
1.1.3. Morfologi Tumbuhan
Karakter morfologi yang khas pada kopi arabika adalah tajuk yang kecil,
ramping, ada yang bersifat ketai dan ukuran daun kecil. Biji kopi arabika memiliki
beberapa karakteristik yang khas dibandingkan biji jenis kopi lainnya, seperti
bentuknya agak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi,lebih
bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji mengkilap, dan celah
tengah dibagian datarnya berlekuk (Isman, 2018).
1.1.4. Nama Umum
Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni qahwah, yang berarti
kekuatan, karena kopi digunakan sebagai minuman yang mempunyai energi
tinggi. Kata qahwah mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari
bahasa Turki. Dalam bahasa Inggris menjadi coffee, kemudian diserap dalam
bahasa Belanda menjadi koffie. Kata koffie kemudian diserap ke bahasa Indonesia
menjadi kata kopi. Kata qahwah di daerah di Sumatera bagian Selatan diserap
menjadi kawe atau kawo (Alnopri, 2023).
1.1.5. Kegunaan
Biji kopi kaya akan senyawa aktif yaitu asam klorogenat, kafein,
trigonelin, dan diterpen yang selain berperan penting untuk menghasilkan cita rasa
khas pada seduhan kopi juga memiliki efek farmakologi. Asam klorogenat yang
merupakan golongan senyawa polifenol memiliki efek antifungi, antivirus,
antioksidan, antinflamasi, danefek antibakteri. Selain itu, kafein juga memiliki
efek sebagai antioksidan dan imunomodulator (Assa dkk., 2021).
1.1.6. Kandungan Kimia
Adapun Senyawa kimia yang terdapat dalam kopi diantaranya kafein,
asam klorogenat, trigonelin, asam amino, karbohidrat, lemak, asam amino, asam
organik, aroma volatile, dan mineral (Wulandari dan Marpaung, 2022).
2.2. Uraian Kimia
Asam klorogenat (chlorogenic acid) merupakan senyawa fenolik yang
memiliki sifat larut dalam air. Senyawa aktif asam klorogenat ini terbentuk dari
esterifikasi asamquinicdanasam trans-cinnamic tertentu termasuk asam kafein,
asam ferulic, dan asam pcoumaric. Asam klorogenat pada biji kopi memiliki sub
group utamayangterdiri dari isomer asam caffeoylquinic (CQA), asam
feruloylquinic (FQA), asamdicaffeoylquinic (diCQA) dan asam p-couma-
roylquinic (p-CQA) pada jumlah yang lebihkecil (Gambar 2). Pengelompokan
sesuai dengan sifat dan jumlah substituen sinamat danposisi esterifikasi dalam
cincin sikloheksana dari asam kuinat. Ester dibentuk secaraistimewa dengan
hidroksil yang terletak pada C5, C4 dan C3, dan jarang dapat dibentukdengan
hidroksil yang terletak pada C1 (Assa dkk., 2021).
Kahweol dan kafestol merupakan senyawa dalam biji kopi (Coffea Sp.)
yang terkandung dalam biji kopi sebagai antikarsinogenik. Kahweol dan kafestol
yang merupakan diterpen alami dari ekstrak biji kopi memiliki aktivitas
menghambat perkembangan sel kanker (Makino et al., 2021). Diterpen kopi dapat
mencegah kanker dengan memodulasi berbagai enzim yang terlibat dalam
karsinogenesis dan detoksifikasi (Sain, 2022).
Kafein (1,3,7-trimethylxanthine) merupakan golongan xanthine yang
memiliki kerangka dasar purin dengan atom nitrogen heterosiklik yang bersifat
basa dan umumnyaberasa pahit. Selain kafein, senyawa xanthine yang terkandung
dalamkopi adalah teobromin (3,7-dimethylxantine), dan teofilin (1,3-
dimethylxanthine) dengankonsentasi yang lebih rendah. Kafein, teobromin, dan
teofilin memiliki banyak manfaat dantelah digunakan dalam bidang obat-obatan
dalam dunia medis. Alkaloid xanthine memiliki banyak efek pada sistem tubuh
yang berbeda, seperti kardiovaskular, endokrin, pernapasan, gastrointestinal,
kemih, metabolisme, terutama pada sistem imun dan saraf pusat. Alkaloid jenis
purin yaitukafein, teobromin, dan teofilin ini umumnya ditemukan pada biji kopi,
biji kakao dan daun the (Assa dkk., 2021).
2.3. Uraian Umum
Metode ekstraksi terdiri dari beberapa jenis, yaitu maserasi, perkolasi,
soxhletasi, reflux, dekok, infusa, dan lain sebagainya. Pemilihan metode yang
tepat akan menghasilkan minuman kopi dengan kualitas unggul dari segi cita rasa,
aroma dan khasiat dari senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya (Mangiwa
dan Maryuni, 2020).
Mengisolasi komponen alami dari tanaman adalah proses kunci untuk
menemukan obat. Komponen terisolasi aktif secara biologis dan bersifat
antikanker, antimikroba, dan antidiare. Mereka juga memiliki analgesik,
antioksidan dan luka sifat penyembuhan. Tata cara ekstraksinya komponen aktif
biologis memainkan peran utama dan peranan penting dalam penyelidikan
tanaman obat (Al-Asmari dkk., 2020).
Biji kopi yang diesktrak secara soxhletasi menghasilkan aroma kopi yang
khas dan lebih tajam dibandingkan metode maserasi. Hal ini disebabkan karena
ekstraksi secara soxhletasi menggunakan uap panas dari pelarut yang digunakan
sedangkan esktraksi secara maserasi dilakukan pada suhu kamar. Ketika terjadi
interaksi antara uap panas dan serbuk kopi, terjadi pelepasan senyawa- senyawa
volatil yang menghasilkan aroma kopi yang khas dan tajam (Mangiwa dan
Maryuni, 2020).
Kopi mengandung senyawa polifenol antioksidan yang tinggi yang berasal
dari asam fenolik seperti kafein, asamklorogenat, kumarin,ferulik dan asam
sinapik. Kualitas biji kopi danaktivitas antioksidan ditentukan
olehkomposisipolifenol dalam biji kopi. Komposisi polifenol dipengaruhi oleh
jenis, cara pengolahan biji kopi dan letak geografis. Salahsatu senyawa polifenol
yang ditemukan dalam kopi dalam jumlah cukup banyak dandiyakinisebagai
penyumbang aktivitas antioksidan terbesar adalah asam klorogenat (Mangiwa dan
Maryuni, 2019).
Biji kopi arabika memiliki kandungan antioksidan karena kandungan
polifenolnya. Polifenol merupakan mikronetrien yang terdapat pada beberapa
asupan makanan dan flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder dari
senyawa polifenol yang cenderung larut dalam pelarut polar. Polifenol bersifat
antioksidan sehingga dapat meredam radikal bebas (Ajhar dan Meilani, 2020).
BAB III
METODE PERCOBAAN
1.1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, alu, batang pengaduk,
benang wol, cawan porselen, ember, hot plate, kertas saring, kondensor bola, labu
alas bulat, lumpang, oven, perkamen potong, selang, serbet, sifon, sirkulator,
1.2. Bahan
Disiapkan alat dan bahan. Dihaluskan biji kopi menggunakan lumpang dan
alu. Ditimbang biji kopi yang telah dihaluskan sebanyak 30 gr pada neraca
analitik. Dirangkai alat soklet. Dibungkus serbuk biji kopi dengan kertas saring
lalu diikat dengan benang wol. Dimasukkan pelarut sebanyak kurang lebih 150
mL kedalam labu alas bulat, dan sampel pada timbal. Ditambahkan sisa pelarut
1.4. Hasil
Terlampir
1.5. Pembahasan
sokletasi dengan waktu ekstraksi 20 menit untuk 1 siklus. Prinsip dari sokletasi
yaitu penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan
lebih sedikit tetapi menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, dan prosesnya
dilakukan pada suhu tinggi akan mempercepat prosesnya, tetapi tingginya suhu
sampel khususnya polifenol. Selain suhu, jumlah pelarut juga berpengaruh, karena
semakin banyak pelarut yang digunakan maka hasil yang didapatkan akan
semakin banyak pula. Distribusi partikel dalam pelarut akan semakin menyebar
1.1. Kesimpulan
1.2. Saran