PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan berkhasiat, salah satu
yaitu kopi. Indonesia merupakan produsen penghasil kopi nomor 3 di dunia setelah
Brazil dan Vietnam. Kopi secara umum memiliki beberapa manfaat seperti
merangsang proses pernapasan, membantu asimilasi dan pencernaan makanan,
menenangkan perasaan mental saat badan letih, sebagai obat diare, pencegah muntah
sesudah operasi.
1
sebagai organisme tunggal yang mampu bertahan setelah perawatan. Bakteri tersebut
mengandalkan kemampuannya untuk bertahan hidup sebagai patogen dengan
menunjukan resistensi antibiotik gen atau mutase spontan. Prevalensi infeksi
endodontik yang disebabkan oleh bakteri Enterococcus faecalis berkisar antara 24-
77%. Penemuan ini dapat dijabarkan melalui variasi dari ketahanan dan virulensi dari
bakteri Enterococcus faecalis sendiri, termasuk kemampuannya dalam berkompetisi
dengan mikroorganisme lain masuk ke tubulus dentin dan mampu bertahan dalam
kondisi dengan nutrisi yang sedikit. Bakteri Enterococcus faecalis yang tertinggal
dalam saluran akar dapat secara signifikan mengurangi tingkat keberhasilan setelah
perawatan saluran akar. 4
2
mengalami resistensi terhadap antibiotic golongan β-lactam yaitu ampisilin,
amoksisilin, dan penisilin.6
I.3 HIPOTESIS
Untuk melihat adanya pengaruh ekstrak biji kopi arabika (Coffea arabica)
sebagai antibakteri, terutama terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.
3
I.4.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui gambaran antibakteri dilihat dari diameter zona hambat
pertumbuhan Enterococcus faecalis berdasarkan konsentrasi 80%, 60%, 40% dan
20% ekstrak biji kopi arabika (Coffea arabica)
2. Untuk mengetahui zona hambatan minimal dari ekstrak biji kopi arabika
(Coffea arabica) dalam menghambat pertumbuhan Enterococcus faecalis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi arabika memiliki persyaratan dalam konidisi iklim dan tanah yang
optimum untuk pertumbuhannya. Kopi arabika sangat cocok ditanam pada dataran
tinggi dengan ketinggian 700 – 1400 meter di atas permukaan laut, suhu udara yang
relatif rendah yaitu 15 - 24oC, curah hujan rata-rata 2.000-4.000 mm/tahun,
kedalaman tanah efektif > 100cm dan pH tanah 5,3 – 6,0.17 Kopi arabika tersebar luas
dan memiliki perbedaan citra rasa di yang tergantung dari kondisi tanah dan iklim di
tempat tanaman kopi ditanam. Di Indonesia, nama kopi arabika berdasarkan tempat
penanamannya. Berikut merupakan jenis kopi arabika yang terkenal dan di daerah
asal tanamnya: 18
1. Kopi Arabika Garut (Jawa Barat)
2. Kopi Arabika Arjuno (Jawa Timur)
3. Kopi Arabika Mandailing (Sumatera Utara)
4. Kopi Arabika Aceh Gayo (Aceh)
5. Kopi Arabika Toraja Kalosi (Toraja)
6. Kopi Arabika Kintamani (Bali)
7. Kopi Arabika Papua Wamena (Papua) 18
5
Kigdom : Plantae
Subkigdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Gambar II.1 Coffea Arabica (Sumber: Gambar II.2 Coffea Arabica (Sumber:
https://www.filosofikopi.com/2019/04/pe https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Sta
rbedaan-kopi-robusta-dan-arabika.html ) rr_070308-5472_Coffea_arabica.jpg )
6
Tanaman kopi arabika (Cofffea arabica) merupakan tanaman semak belukar
yang berkeping dua (dikotil), sehingga memiliki perakaran tunggang. Tanaman kopi
ini memilik total panjang 5 m hingga 6 m dan berdiameter 7 cm di batangnya. Kulit
dari batangnya berwarna abu-abu muda, tipis, dan saat tua menjadi pecah - pecah dan
kasar. Sedangkan kayunya bersifat keras, berat dan tangguh.7
Daun kopi arabika (Cofffea arabica) sederhana dengan tangkai daun pendek
memili ciri-ciri berwarna hijau gelap, kasar, mengkilap, lonjong 4 – 8 inci. Pada
permukaan bawah daun terdapat rongga kecil yang disebut domatia dan menonjol
keluar ke permukaan daun. Masa hidup daun kopi arabika kurang dari satu tahun.
Lokasi, bentuk, ukuran dan serta tidak ada atau adanya domatia pada daun kopi
arabika telah digunakan untuk membedakan spesies dan varieatas kopi. Buah pada
tanaman kopi arabika (Cofffea arabica) berwarna merah dan bijinya memiliki bentuk
agak memanjang, sedikit cembung, coklat muda, dan celah tengah dibagain datarnya
berkeluk. 7
1. Kafein
2. Asam Klorogenat
7
Asam klorogenat adalah suatu senyawa yang termasuk dalam komponen
fenolik yang berfungsi sebagai pelindung tumbuhan kopi dari mikroorganisme,
serangga dan radiasi UV. Secara farmakologis, asam klorogenat bisa menjadi
antioksida, antivirus, hepatoprotektif, dan berperan dalam antispasmodik. 9
3. Flavonoid
4. Trigonelin
1. Kopi dapat menstimulasi sistem saraf pusat, otot jantung dan relaksasi otot
polos terutama pada otot pada bronkus. Stimulan yang dihasilkan dapat
membangkitkan semangat seseorang ketika tubuh merasa lelah bekerja
atau pada malam hari dapat membuat tubuh menjadi siaga. 8
8
2. Kopi memiliki aktifitas antioksidan yang berperan sebagai pelindung dari
kerusakan hati yang disebabkan oleh efek samping obat parasetamol,
mengatur metabolisme lemak dan glukosa dengan menghambat ekspresi
G6Pase. 9
3. Kopi memiliki aktifitas antivirus yang dapat menghambat replikasi dari
virus Hepatitis B. 9
4. Menurut penelitian Yaqin dan Nurmilawati, ekstrak dari biji kopi memili
efek antibakteri terhadap bakteri E. coli23
5. Ekstrak dari biji kopi juga memiliki efek antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus dengan merusak struktur dinding sel dan
menyebabkan lisis, Konsentrasi minimal dari ekstrak biji kopi sebesar
12,5% 24
9
II.2.1 Taksonomi Enterococcus faecalis15
Kigdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Enterococcaceae
Genus : Enterococcus
10
hemolitik dan non motil. Koloni permukaan pada agar darah berbentuk bulat, halus
(smooth), dan utuh. 11
11
Adhesion surface merupakan protein yang terlokalisasi di permukaan sel
bakteri yang berguna memediasikan pertukaran plasmid antara strain pemenerima
dan pendonor. Dengan cara ini, materi genetik seperti resistensi antibiotik dapat
ditransfer terhadap sesama E. faecalis. Zat agregasi atau gugus pengikat fibrionektin
memfasilitasi organisme untuk menampung kolagen tipe 1 dan protein matriks
ekstraselular yang ada dalam dentin. Zat agregasi dapat berfungsi sebagai penentu
virulensi E. faecalis setidaknya dalam empat cara berbeda. Pertama, memainkan
peran dalam penyebaran yang dikodekan oleh plasmid faktor virulensi, seperti
cytolysin enterococcal dan penentu resistensi antibiotik. Kedua, pengkodean tersebut
dapat terjadi di sel epitel ginjal dan usus. Ketiga, zat agegrasi tersebut dapat
melindungi bakteri dari leukosit polimorfonuklear (PMN) atau penghancuran sel yang
dimediasi makrofag dengan cara fagositosis bakteri. Keempat, zat agregasi dan
sitolisin memiliki tindakan sinergis yang meningkatkan virulensi dengan
mengaktifkan mode quorum-sensing dari regulasi sitolisin. Hal ini akan
mengakibatkan kerusakan jaringan dan invasi jaringan yang lebih dalam.11, 12
Fungsi utama dari protease bakteri adalah untuk memberikan nutrisi peptida
ke organisme. Namun, ada kemungkinan protease itu menyebabkan kerusakan
langsung atau tidak langsung pada jaringan host dan kemudian mereka dapat
diklasifikasikan sebagai faktor virulensi. Enterococcus faecalis memiliki dua protease
yang disekresi yaitu gelatinase dan protease serin. Gelatinase adalah
metalloendopeptidase non-plasmid-encoded yang merupakan protein hidrofobik kuat
dan memiliki pH luas luas antara 6 dan 8. Gelatinase dapat menghidrolisis gelatin,
kasein, insulin, fibrinogen dan peptida kecil. 11, 12,13
12
Sementara asam lipoteikoat dan senyawa superoksida dapat memodulasi
proses inflamasi lokal dengan merangsang leukosit untuk melepaskan beberapa
mediator seperti tumor necrosis factor, interleukin dan prostaglandin yang
berkontribusi dalam kerusakan periradikular. Enzim hyaluronidase berperan juga
dengan mengganggu pembentukan jaringan ikat pada dentin.13
13
Enterococcus spp. bukan isolat khas pada periodontitis apikal primer saat
dilakukan pengambilan sampel yang dimulai sebelum prosedur pengobatan.
Enterococcus faecalis adalah bakteri yang paling resisten terhadap kalsium
hidroksida baik in vivo dan in vitro. Biasanya Candida sp. oral juga ditemukan
setelah pemberian larutan kalsium hidroksida jenuh. Siquera dkk menemukan
Enterococcus faecalis lebih sering ditemukan pada gigi yang mengalami infeksi
kronik dibandingkan dengan infeksi akut. Meskipun bakteri tersebut adalah spesies
yang dominan pada saluran akar gigi dengan resistensi terhadap anti bakteri, tidak
ditemukan bukti bahwa E. faecalis bertanggung jawab atas terjadinya infeksi akut.13
II.3 Antibiotik
14
2. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein
Asam nukleat merupakan bagian dari DNA dan RNA yang diperlukan dalam
proses replikasi dan perkembangbiakkan sel. Karena sintesis asam nukleat terganggu
maka akan menyebabkan kematian sel. Contoh antibiotik golongan ini antara lain,
kuinolon dan rifampisin.28
1. Metode Dilusi
15
minimal Metode dilusi dibagi menjadi dua yaitu dilusi perbenihan cair dan dilusi
agar.30
b. Dilusi Agar
Metode ini hampir sama dengan metode dilusi cair, namum menggunakan
media agar (padat). Ditambah satu perbenihan agar untuk kontrol tanpa penambahan
antibiotik. Diperlukan juga media agar yang sesuai dengan bakteri.30
2. Metode Difusi
Pada cara ini digunakan suatu cakram kertas saring (paper disk) yang
berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut
kemudian diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji,
kemudian diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi
optimum dari mikroba uji. Setelah diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk
melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling cakram.31
b. Metode Parit
Metode ini dilakukan dengan meletakkan beberapa silinder yang terbuat dari
gelas atau besi tahan karat di atas media agar yang telah diinokulasi dengan bakteri
16
tertentu. Setiap silinder diisi dengan larutan yang akan diuji kemudian diinkubasi,
setelah diinkubasi pertumbuhan bakteri dapat diamati ada tidaknya daerah hambatan
di sekeliling silinder.31,32
c. Metode Sumuran
Pada metode ini media agar dibuatkan lubang yang selanjutnya diisi dengan
zat antimikroba. Setelah itu diinkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai dengan
mikroba uji lalu dilakukan pengamatan dengan melihat ada atau tidaknya zona
hambatan di sekliling lubang.31,32
>20 Kuat
16-20 Sedang
10-15 Lemah
II.5 Ekstraksi
17
sesuai, kemudian pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. 34
Ada beberapa jenis ekstrak yaitu: ekstrak cair, ekstrak kental, dan ekstrak
kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang, biasnya kadar air lebih
dari 30%. Ektstak kental jika memiliki kadar air antara 5 – 30%. Ekstrak kering jika
mengandung kadar air kurang dari 5%.34
Pemilihan pelarut merupakan salah satu faktor penting dalam proses ekstraksi.
Syarat pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi, yaitu sebagai berikut:39
a. Memiliki daya larut dan selektivitas terhadap solute yang tinggi. Pelarut harus
dapat melarutkan komponen yang diinginkan sebanyak mungkin.
b. Pelarut tidak menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen bahan
ekstraksi.
c. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
d. Tidak korosif
e. Tidak beracun
f. Tidak mudah terbakar
g. Stabil secara kimia dan termal
h. Tidak berbahaya bagi lingkungan
i. Memiliki viskositas yang rendah
j. Memiliki titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan
18
Cairan pelarut merupakan suatu zat untuk melarutkan zat terlarut dengan
memisahkan senyawa aktif dari kandungan lainnya. Pelarut dikelompokan menjadi
pelaurt non-polar (heksana, benzene, kloroform, toluen), pelarut polar aprotik (aseton,
diklorometana, dimetil sulfoksida), dan pelarut polar protik (etanol, methanol, air,
asam asetat, dll). Namun demikian pemerintah membatasi cairan pelarut apa saja
yang diperbolehkan, yaitu air, etanol, methanol, heksana, toluene, kloroform, dan
aseton.34
Etanol adalah pelarut serbaguna yang memiliki polaritas yang tinggi sehingga
dapat mengekstrak senyawa lebih banyak dibandingkan jenis pelarut organik yang
lain. Etanol memilik titik didih 79°C dan tidak berbahaya. Umumnya digunakan
sebagai pelarut, antiseptik, pewarna, bahan pada industri kosmetik dan obat-obatan.36
19
Dibagi menjadi dua macam berdasarkan prosesnya yaitu ekstraksi cara dingin
dan ekstraksi cara panas.29
1. Maserasi
Kelebihan :33
Kekurangan: 33
2. Perkolasi
20
Simplisia dibasahi secara perlahan dalam sebuah perkolator. Cairan pelarut
dialirkan secara terus menerus dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut sampai
warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah tidak ada lagi
senyawa yang larut. 29
Kelebihan: 33
Kekurangan: 33
1. Refluks
Pada metode refluks dilakukan dengan cara penguapan dengan suhu tinggi
dan akan didinginkan dengan kondesor sehingga pelarut dan simplisia yang tadinya
dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun ke wadah reaksi
sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangusung. 29 Kelebihan dari metode
reflux dapat digunakan untuk mengekstrasi sampel yang memiliki tekstur kasar dan
kekurangannya yaitu membutuhkan pelarut yang lebih banyak. 33
21
2. Sokletasi
Kelebihan: 33
Kekurangan: 33
22
II.6 Kerangka Teori
Coffea arabica
Senyawa akif
Asam
Kafein Flavonoid Trigonelin
klorogenat
Ekstrak Coffea
arabica dalam
berbagai
konsentrasi
Suspensi bakteri
Enterococcus
facealis
Uji sensitivitas
secara In Vitro
dengan Metode
Kirby Bauer
Pertumbuhan
bakteri dihambat
Ukur zona
hambatan
24
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Jenis rancangan penelitian ini adalah Post Test Control Group Design dengan
memberi 2 kelompok kontrol. Kontrol negatif menggunakan larutan aquades steril
dan kontrol positif yang digunakan adalah cakram antibiotik ampisilin terhadap
pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Serta uji daya hambat menggunakan
metode agar diffusion test (metode Kirby dan Bauer).
Biji Kopi Arabika (Coffea arabica) yang dibeli di pasar Senen daerah Jakarta
Pusat. Proses ekstraksi dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia.
25
3.5.1 Kriteria Inklusi
Biji kopi arabika yang sudah matang
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak biji kopi arabika (Coffea
arabica) dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%.
Variabel Terikat
Pertumbuhan
mikroba yang
26
terbentuk setelah
Diameter diberikan
Jangka Diameter Numerik/angka
zona hambat variabel
sorong zona
Enterococcus independen dan
faecalis hambat
kontrol
(mm)
Variabel Bebas
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak biji kopi arabika
dalam bebagai konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% serta antibiotik ampisilin sebagai
kontrol positif dan aquadest steril sebagai kontrol negatif. Perlakukan ini diulangi
sebanyak 4 kali percobaan. Penentuan pengulangan ditentukan dengan rumus
Federer, sebagai berikut :
27
5n-5 ≥ 15
5n ≥ 20
n ≥4
k = jumlah pengelompokkan = 6
28
t) Cakram uji kosong
u) Vacuum rotary evaporator
Data diperoleh dengan melihat dan mengukur hasil dari zona hambat pada
media Mueller Hinton Agar dengan menggunakan jangka sorong.
29
dikeringkan dengan cara diangin - anginkan selama ± 48 jam dengan suhu
ruangan. Selanjutkan pengeringan dengan oven dengan suhu 40 oC selama dua
hari. Biji kopi arabika yang telah kering diblender hingga menjadi serbuk dan
di saring (mesh 30) sampai didapatkan serbuk halus. Serbuk biji kopi arabika
ditimbang seberat 200 gram, dimasukan dalam erlenmeyer dan di tambahkan
etanol 96% sebanyak 360 ml dengan campuran aquadest 40 ml lalu diaduk
hingga homogen, tutup segera kemudian disimpan dalam ruangan yang
terhindar dari cahaya matahari selama 3 hari. Selama 3 hari perendaman,
setiap hari diaduk dan disaring menggunakan kertas saring. Setelah direndam
dan disaring selama 3 hari, selanjutnya diuapkan dengan rotary vacum
evaporator untuk mendapatkan ekstrak yang kental bebas pelarut pada
temperatur 40 oC selama 3 jam. Setelah itu ekstrak murni yang didapat
dimasukkan kedalam oven dengan suhu 40 oC selama 2 jam lalu dituang ke
dalam botol steril tertutup dan disimpan di dalam lemari pendingin. Ekstrak
biji kopi arabika (konsentrasi 100%) akan diencerkan dengan menggunakan
aquadest steril dengan rumus sebagai berikut:
N1 X V1 = N2 X V2
Keterangan:
N1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume awal
N2 : Konsentrasi akhir
V2 : Volume akhir
30
Blood Agar Base (Oxoid) ditimbang sebanyak 40 gram, selanjutnya
ditambahkan aquades hingga 1000 ml di dalam erlenmeyer. Panaskan hingga
mendidih untuk melarutkan media seutuhnya. Kemudian disterilkan dengan
autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C. Setelah disterilkan, dibiarkan
sampai suhunya mencapai 45°-50°C lalu ditambahkan darah domba steril 5%
dan di homogenkan. Kemudian dituang pada cawan petri ukuran 9 cm dan
diamkan sampai membeku. Kemudian dibungkus dengan kertas dan ditandai
nama media dan tanggal pembuatan. Simpan di kulkas pada suhu 4°C dengan
keadaan dibalik.
31
Satu ose bakteri strain patogen Enterococcus faecalis ATCC dibuat
suspensi dimasukan ke dalam tabung I yang berisi NaCl 0,9% sampai
didapatkan kekeruhan sesuai standar kekeruhan 0,5 McFarland untuk
mendapatkan bakteri sebanyak 109 CFU/ml. Setelah itu diencerkan 3 kali
hingga didapatkan suspensi koloni 105 CFU/ml. Suspensi bakteri digunakan
sebagai inokulum.
III.10.7 Uji Daya Hambat dengan Metode Disc Diffusion Kirby Bauer
32
Sediaan biji Bahan baku Bahan baku diiris tipis
kopi arabika 2kg dicuci dan dikeringkan dengan
bersih oven selama 2 hari
Serbuk disangrai
dan ditimbang Simplisia kering
Simplisia kering
dengan neraca diblender hingga
didapatkan
sebanyak 200 gram menjadi serbuk
Didapatkan filtrat
murni bebas
etanol
33
Kelompok
Kontrol + Kontrol -
Pengukuran
zona hambatan
Hitung rata-rata
tiap perlakuan
Data yang diperoleh secara deskriptif melalui pencatatan hasil zona hambat
bakteri Gram positif Enterococcus faecalis setelah diberikan perlakuan terhadap
34
ekstrak biji kopi arabika pada berbagai konsentrasi, kontrol negative (aquadest steril),
dan kontrol positif (ampisilin).
35