Anda di halaman 1dari 19

Makalah Pengelolaan Perkebunan

MANAJEMEN BISNIS PERKEBUNAN KOPI

Oleh:
Kelompok III
Ananda Yaumil Akhir

(1405102010043)

Maulana Putra

(1405102010054)

Naufal Mutawakil

(1405102010061)

Nurul Fitri

(1405102010057)

Raihan Aulia

(1405102010059)

Samsul Anwar

(1405102010062)

Ulya Mazlina

(1405102010043)

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA


DARUSSALAM BANDA ACEH
2016

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Manajemen Bisnis Perkebunan Kopi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Manajemen Bisnis
Perkebunan Kopi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Banda Aceh, 15 Oktober 2016


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan ...................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................2
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Mengenal Kopi.......................................................................................3
3.2 Aspek Produksi dari Bisnis Perkebunan Kopi......................................4
3.3 Aspek Keuangan dari Bisnis Perkebunan Kopi...................................10
3.4 Aspek Pemasaran dari Bisnis Perkebunan Kopi..................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi alam Aceh yang subur, dipadu cuaca yang mendukung, menjadikan
tanaman kopi Aceh berkembang menjadi komoditas yang bermutu tinggi dan
menguntungkan. Indonesia merupakan pengekspor biji kopi terbesar keempat di
dunia, dan Aceh adalah salah satu penghasil kopi terbesarnya yang mampu
menghasilkan sekitar 40% biji kopi jenis Arabica tingkat premium dari total panen
kopi di Indonesia.
Tanaman Kopi(Coffea sp.) merupakan tanaman yang sangat familiar di
lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa
kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di
sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat,
niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan.
Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan.
Selain sebagai sumber penghasilan rakyat, kopi menjadi komoditas andalan
ekspor dan sumber pendapatandevisa Negara. Meskipun demikian, komoditas
kopi sering kali mengalami fluktuasi harga sebagai akibat ketidakseimbangan
antara permintaan dan persediaan komoditas kopi di pasar dunia.
Komoditas kopi memegang peranan penting bagi sumber pendapatan devisa
Negara dan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa
petani di Indonesia. Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua
pihak yang terkait dalam proses produksi kopi, pengolahan, dan pemasaran
komoditas kopi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui aspek-aspek produksi dari bisnis perkebunan kopi.
2. Untuk mengetahui keuangan dari perkebunan kopi.
3. Untuk mengetahui aspek pemasaran dari bisnis perkebunan kopi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi
dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari
spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia.

Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui
para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang di bawa oleh VOC.
Tanaman kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat
coba-coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup
menguntungkan sebagai komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke
berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).
Tanaman kopi tumbuh tegak dapat mencapai ketinggian 12 meter dan
bercabang. Tanaman ini tidak dipengaruhi langsung oleh ketinggian tempat, tetapi
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu. Hal ini karena faktor suhu berpengaruh
langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi, terutama terhadap pembentukkan
bunga dan buah serta kepekaaan terhadap serangan penyakit (AKK, 1989). Di
Indonesia umumnya tinggi rendahnya suhu ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat yang berbeda-beda (Najiyanti dan Danarti, 2011).
Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat
tergantung pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan pokok
lainnya yang tak dapat diabaikan adalah: mencari bibit unggul yang produksinya
tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat
dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah pemeliharaan seperti pemupukan,
pemangkasan pohon peneduh dan pemberantasan hama dan penyakit (AAK,
1988).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mengenal Kopi
a. Asal Usul Kopi
Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan
26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi arabika (Coffea arabica) berasal dari
Afrika, yaitu dari daerah pegunungan di Etiopia. Namun demikian, kopi arabika

baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di


luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Jazirah Arab. Melalui para
saudagar Arab, minuman tersebut menyebar ke daratan lainnya. Adapun istilah
kopi untuk tiap Negara berbeda-beda, yaitu kaffee (Jerman), coffee (Inggris), caf
(Perancis), koffie (Belanda), dan kopi (Indonesia).
b. Morfologi Kopi
Tanaman kopi membutuhkan waktu 3 tahun dari saat perkecambahan
sampai menjadi tanaman berbunga dan menghasilkan buah kopi. Semua spesies
kopi berbunga berwarna putih yang beraroma wangi. Bunga tersebut muncul pada
ketiak daunnya. Adapun buah kopi tersususn dari kulit buah (epicarp), daging
buah (mesocarp) dikenal dengan sebutan pulp, dan kulit tanduk (endocarp). Buah
yang terbentuk akan matang selama 7-12 bulan. Setiap buah kopi memiliki dua
biji kopi. Biji kopi dibungkus kulit keras disebut kulit tanduk (parchment skin).
c. Klasifikasi Kopi
Kingdom: Plantea
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianacea
Famili: Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies: Coffea arabica; Coffea robusta; Coffea liberica
d. Jenis-Jenis Kopi
Ada empat jenis kopi yang dikenal, yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi
liberika, dan kopi ekselsa. Kelompok kopi yang dikenal memiliki nilai ekonomis
dan diperdagangkan secara komersial, yaitu kopi arabika dan kopi robusta.
Sementara itu, kelompok kopi liberika dan kopi ekselsa kurang ekonomis dan
kurang komersial.

Kopi arabika dan kopi robusta memasok sebagian besar perdagangan kopi
dunia. Jenis kopi arabika memiliki kualitas cita rasa tinggi dan kadar kafein lebih
rendah dibandingkan dengan robusta. Kopi liberika dan ekselsa dikenal kurang
ekonomis dan komersial karena memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran biji
serta kualitas cita rasanya.
3.2 Aspek Produksi dari Bisnis Perkebunan Kopi
Aspek produksi terdiri dari perencanaan produksi, pengendalian produksi,
dan pengambilan.
3.2.1

Perencanaan
a. Memilih Jenis Kopi yang Akan Ditanam
Langkah awal untuk menanam kopi adalah memilih jenis kopi yang

nantinya akan ditanam. Ada banyak jenis kopi yang bisa dipilih untuk ditanam.
Namun, ada dua yang sering ditanam oleh para petani kopi di Aceh, yaitu kopi
jenis arabika dan kopi robusta. Kedua jenis kopi ini memang lebih mudah ditanam
dibandingkan dengan kopi jenis lainnya. Setelah menemukan jenis kopi yang akan
ditanam, maka langkah selanjutnya dalam cara tanam kopi adalah melakukan
pemilihan bibit yang berkualitas unggul.
b. Menyiapkan Lahan Untuk Menanam
Setelah menemukan bibit yang unggul maka langkah selanjutnya dalam
budidaya tanaman kopi adalah menyiapkan lahan yang akan ditanami kopi.
Seperti yang sudah disebutkan, lahan yang digunakan untuk menanam kopi tidak
perlu terlalu luas karena kopi bisa ditanam dengan lahan yang sempit. Tahap
persiapan lahan ini dimulai dengan menyiapkan pohon untuk peneduh tanaman
kopi.
Penanaman kopi akan di tanam pada lahan semi marjinal seluas 1 Ha,
secara Poliklonal menggunakan klon BP 42, BP 358 dan SA 237 dengan tanaman
clereside sebagai tanaman pelindung. Jarak tanam kopi yang digunakan adalah 2 x
3 m dengan populasi 1 666 batang, persediaan sulaman untuk kematiaan benih
adalah 10% dri jumlah populasi yaitu 166 batang. Dalam perencanaan ini untuk

menunjang kegiatan nantinya tidak terlepas dari alat pertanian pokok yang harus
disiapkan sebagai tahapan awal kegiatan.
Alat pertanian yang wajib disiapkan adalah sebagai berikut:
a) Cangkul sebanyak 2 buah
b) Parang sebanyak 2 buah
c) Handspryer 1 buah dan
d) Grobak sorong 1 buah
Metode penanaman kopi dilaksanakan pada awal musim penghujan yaitu
kisaran bulan September/Oktober 2014. Tahapan penanaman dimulai dari:
a) Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dilaksanakan pada awal maret 2014 (6 bulan sebelum jadwal
tanamm).
b) Penentuan titik tanam tanaman kopi (pemancanagan)
Penentuan titik tanam dilakukan setelah kondisi lahan dalam keadaan bersih,
sesuai dengan jarak tanam yaitu 2 x 3 m.
c) Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm untuk memperkecil biaya
pembuatan lubang, yang seharusnya lubang tanam anjuran adalah 60 x 60 x 60
cm.
d)`Penanaman pohon pelindung clereside
Penanaman pohon pelindung di tanam dengan pola diantara tanaman kopi,
dengan jumlah populasi 75% darai tanaman kopi yaitu sekitar 1 250 batang.
Berikut adalah gambar pola tanam pohon pelindung.
c. Menanam Bibit Kopi
Jika lahan sudah siap maka langkah selanjutnya dalam membudidayakan
kopi adalah menanam bibit yang sudah disiapkan di lahan yang sudah siap. Dalam
menanam bibit kopi, jarak tanaman kopi sebaiknya tidak lebih dari 3 meter. Jarak
untuk menanam kopi ini bergantung dari jenis kopi yang dipilih. Penanaman bibit
kopi tidak dilakukan dengan cepat, lubang untuk menanam harus disiapkan dua
bulan sebelum menempatkan bibit kopi didalamnya. Sebelum menanam diberikan
pupuk dasar berupa pupuk kandang 5 kg/lubang sebagai pupuk dasar 1 minggu
sebelum penanaman.

3.2.2

Pengendalian
Langkah yang diperlukan untuk pemeliharaan budidaya kopi adalah

penyulaman, pemupukan pemangkasan dan penyiangan. Berikut penjelasannya:


a. Peyulaman
Setelah bibi ditanam di areal kebun, periksa pertumbuhan bibit tersebut
setidaknya seminggu dua kali. Setelah bibit berumur 1-6 bulan periksa sedikitnya
satu bulan sekali. Selama periode pemeriksaan tersebut, bila ada kematian pada
pohon kopi segera lakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan bibit yang
sama. Lakukan perawatan yang lebih instensif agar tanaman penyulam bisa
menyamai pertumbuhan pohon lainnya.
b. Pemupukan
Pemberian pupuk untuk budidaya kopi bisa menggunakan pupuk organik
atau pupuk buatan. Pupuk organik bisa didapatkan dari bahan-bahan sekitar kebun
seperti sisa-sisa hijauan dari pohon pelindung atau kulit buah kopi sisa
pengupasan kemudian dibuat menjadi kompos. Kebutuhan pupuk untuk setiap
tanaman sekitar 20 kg dan diberikan sekitar 1-2 tahun sekali.
Cara memberikan pupuk dengan membuat lubang pupuk yang mengitari
tanaman. Kemudian masukkan kompos kedalam lubang pupuk tersebut. Bisa juga
dicampurkan pupuk buatan kedalam kompos. Untuk tanah yang asam dengan pH
dibawah 4,5 pemberian pupuk dicampur dengan setengah kilogram kapur.
Pemerian kapur dilakukan 2-4 tahun sekali.
Untuk memperkaya bahan organik areal perkebunan bisa ditanami dengan
tanaman penutup tanah. Tanaman yang biasa dijadikan penutup tanah dalam
budidaya kopi diantaranya bunguk (Mucuna munanease) dan kakacangan
(Arachis pintol). Tanaman penutup tanah berfungsi sebagai pelindung dan
penyubur tanah, selain itu hijauannya bisa dijadikan sumber pupuk organik.
c. Pemangkasan pohon
Terdapat dua tipe pemangkasan dalam budidaya kopi, yaitu pemangkasan
berbatang tunggal dan pemangkasan berbatang ganda. Pemangkasan berbatang

tunggal lebih cocok untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai banyak cabang
sekunder semisal arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan
diperkebunan rakyat yang menanam robusta. Pemangkasan ini lebih sesuai pada
perkebunan di daerah dataran rendah dan basah.
Berdasarkan tujuannya, pemangkasan dalam budidaya kopi dibagi menjadi
tiga macam yaitu:

Pemengkasan pembentukan, bertujuan membentuk kerangka tanaman seperti


bentuk tajuk, tinggi tanaman dan tipe percabangan.
Pemangkasan produksi, bertujuan memangkas cabang-cabang yang tidak

produktif atau cabang tua. Hal ini dilakukan agar tanaman lebih fokus
menumbuhkan cabang yang produktif. Selain itu, pemangkasan ini juga untuk
membuang cabang-cabang yang terkena penyakit atau hama.
Pemangkasan peremajaan, dilakukan pada tanaman yang telah mengalami

penurunan produksi, hasil kuranng dari 400 kg/ha/tahun atau bentuk tajuk yang
sudah tak beraturan. Pemangkasan dilakukan setelah pemupukan untuk
menjaga ketersediaan nutrisi.

d. Penyiangan gulma
Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman masih
muda. Lakukan penyiangan setiap dua minggu, dan bersihkan gulma yang ada
dibawah tajuk pohon kopi. Apabila tanaman sudah cukup besar, pengendalian
gulma yang ada diluar tajuk tanaman kopi bisa memanfaatkan tanaman penutup
tanah. Penyiangan gulma pada tanaman dewasa dilakukan apabila diperlukan saja.
3.2.3

Pengambilan
Ciri-ciri buah kopi yang telah matang bisa dilihat dari warna kulitnya. Buah

kopi yang paling baik untuk dipanen adalah yang telah matang penuh, berwarna
merah. Namun karena berbagai alasan, para petani sering memanen buah yang
masih berwarna kuning bahkan hijau.

Setiap tingkat kematangan menghasilkan karakteristik kopi yang


berlainan. Berikut ini karakteristik buah kopi dilihat dari tingkat kematangannya:

Warna hijau dan hijau kekuningan. Warna ini menandakan kondisi buah kopi
masih muda. Apabila dipetik bijinya berwarna pucat keputihan dan keriput.
Aroma dan postur (body) yang dihasilkan masih sangat lemah. Buah seperti ini
tidak disarankan untuk tidak dipetik.

Warna kuning kemerahan, menunjukkan sudah mulai matang. Aroma dan


posturnya mulai terasa mantap. Bijinya berwarna keabu-abuan. Buah seperti ini
sudah boleh untuk dipetik.

Warna merah penuh, menunjukkan buah telah matang sempurna. Aroma dan
citarasanya telah terbentuk dengan mantap. Keadaan buah seperti ini
merupakan kondisi paling baik untuk dipetik.

Warna merah tua, menandakan buah sudah kelewat matang. Bijinya berwarna
coklat dan kehitaman. Aroma dan posturnya mulai menurun, terkadang
mengeluarkan citarasa seperti bau tanah (earthy). Buah seperti ini harus sudah
dipetik.

Selain warna kulit, untuk menentukan kematangan buah kopi bisa diketahui
dari kandungan senyawa gula yang terdapat pada daging buah. Kopi yang telah
matang memiliki kandungan senyawa gula relatif tinggi pada daging buahnya.
Pada buah yang telah matang, daging buah lunak dan berlendir serta terasa manis.
a. Pemetikan buah kopi
Pada tanaman kopi arabika, buah kopi yang telah matang cenderung mudah
rontok. Apabila dibiarkan jatuh ke tanah, buah tersebut akan menyerap bau-bauan
di atas tanah yang bisa menurunkan mutu kopi. Sehingga dianjurkan untuk segera
memetik buah kopi arabika begitu terlihat berwarna merah penuh.
Buah kopi tidak dipanen serentak, proses pemetikan dilakukan secara
bertahap. Berikut ini beberapa cara pemetikan buah kopi:

Pemetikan selektif. Pemetikan dilakukan hanya pada buah yang telah berwarna
merah penuh atau telah matang sempurna. Sisanya dibiarkan untuk pemetikan
selanjutnya.

Pemetikan setengah selektif. Pemetikan dilakukan pada semua buah dalam satu
dompol. Syaratnya dalam dompolan tersebut terdapat buah yang telah
berwarna merah penuh.

Pemetikan serentak atau petik racutan. Pemetikan dilakukan terhadap semua


buah kopi dari semua dompolan, termasuk yang berwarna hijau dipetik habis.
Biasanya pemetikan seperti ini dilakukan diakhir musim panen.

Lelesan. Pemanenan dengan cara memungut buah kopi yang gugur berjatuhan
di tanah karena sudah kelewat matang.
Untuk menjaga produktivitas tanaman kopi, pemetikan harus dilakukan

dengan cara yang benar. Cabut buah secara vertikal agar tidak merusak tangkai
buah, sehingga akan tumbuh kembali buah pada tangkai tersebut. Memetik buah
kopi dengan cara merampas tidak dianjurkan karena bisa merusak tangkai.

b. Sortasi buah kopi


Pada tahap ini, buah kopi disortir berdasarkan kualitasnya. Pisahkan buah
kopi dari kotoran, buah yang cacat dan buah berpenyakit. Kemudian pilah buah
yang merah dan mulus (buah superior) dari buah yang masih kuning atau hijau
(buah inferior). Pemisahan ini nantinya akan menentukan grade kualitas mutu
kopi. Buah kopi yang telah disortasi harus segera diolah jangan disimpan terlalu
lama. Penundaan pengolahan bisa memicu reaksi kimia yang akan menurunkan
mutu kopi.
3.3 Aspek Keuangan dari Bisnis Perkebunan Kopi
Untuk mentukan prediksi keuntungan yang akan diperoleh, maka diperlukan
analisis pembiayaan berdasarkan urutan-urutan sesuai perencanaan. Analisis
pembiayaan usaha disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Analisa pembiayaan usaha perkebunan kopi sampai menghasilkan


No

URAIAN BIAYA KEGIATAN

Sarana produksi

VOLUME

HARGA

JUMLAH

SATUAN

SATUAN(RP)

BIAYA

Grobak sorong

350 000

700 000

Handsprayer

300 000

600 000

Cangkul

70 000

140 000

Parang/Sabit

50 000

100 000

Benih tanam

1 666 Btg

7000

11 662 000

Benih sulaman

166 Btg

7000

1 162 000

Stek cleresede

1 250 stek

500

Pancang

1 666 Buah

500

833 000

Pupuk dasar
1.pupuk kandang

5,5 ton

250

1 250 000

2.pupuk Urea

400 kg

2500

1 000 000

3.pupuk TSP

200 kg

3500

700 000

4.pupuk KCL

200 kg

4000

800 000

Insektisida dan sejenisnya

2 ltr

100 000

200 000

Herbisida

10 ltr

60 000

600 000

Total biaya sarana produksi


B

625 000

20 872 000

Tenaga kerja

Pembukaan & persiapan lahan

Borongan

1 000 000

1 000 000

pemancangan

4 H0K

50 000

200 000

Pembuatan lubang tanam

20 HOK

50 000

1 000 000

Penanaman pohon pelindung

4 HOK

50 000

200 000

Penanaman kopi

10 HOK

50 000

500 000

Penyulaman

1 HOK

50 000

50 000

Pembumbunan & pemupukan 1

40 HOK

50 000

2 000 000

Pemupukan 2

20 HOK

50 000

1 000 000

Penyemprotan gulma

8 HOK

50 000

400 000

10

Pengendalian hama penyakit

8 HOK

50 000

400 000

11

Pembentukan cabang

2 HOK

50 000

100 000

12

Panen dan Pasca panen

20 HOK

50 000

1 000 000

Total biaya tenaga kerja

7 850 000

Total biaya keseluruhan = 20 872 000+ 7 850 000

28 722 000

Dari tabel analisis diatas dapat dilihat bahwa untuk melaksanakan usaha
tanaman kopi di butuhkan biaya Rp28722 000,- untuk 1 ha lahan, bila prediksi
produktifitas rata-rata 1 ton/hektar

dengan harga

prediksi 20 000/kg dari

rekomendasi 2 ton/hektar maka dapat ditentukan:


1) Pendapatan di tahun pertama setelah berproduksi hanya Rp 20 000 000, artinya
pada tahun ini modal awal petani belum kembali
2) Keuntungan rata-rata/tahun di tahun berikutnya,dapat di lihat pada tabel 2.
Tabel 2. Tabel analisis keuntungan rata-rata petani/tahun
N

URAIAN BIAYA KEGIATAN

O
1

Sarana produksi

VOLUME

HARGA

JUMLAH

SATUAN

SATUAN(RP)

BIAYA

1.pupuk Urea

200 kg

2500

2.pupuk TSP

100 kg

3500

500 000
350 000

3.pupuk KCL

100 kg

4000

400 000

Insektisida dan sejenisnya

2 ltr

100 000

200 000

Herbisida

2 ltr

60 000

120 000

Total biaya sarana produksi


B

1 570 000

Tenaga kerja

Pembumbunan & pemupukan 1

10 HOK

50 000

500 000

Pemupukan 2

5 HOK

50 000

250 000

Penyemprotan gulma

2 HOK

50 000

100 000

Pengendalian hama penyakit

4 HOK

50 000

200 000

Pemeliharan cabang

4 HOK

50 000

200 000

Panen dan Pasca panen

20 HOK

50 000

1 000 000

Total biaya tenaga kerja


C

Biaya marginal(tak terduga) 20 % x 1 570 000 + 2 250 000

2 250 000
764 000

Total biaya keseluruhan = 1 570 000+2 250 000 + 764 000

4 584 000

Penerimaan = 1000 kg x 20 000

20 000 000

Keuntungan = 20 000 000 4 584 000

15 416 000

Dari tabel diatas maka dapat diketahui bahwa keuntungan yang akan
diperoleh/tahun adalah Rp 15 416 000
3) Dapat mengembalikan modal awal

pada tahun ke dua setelah tanaman

tanaman menghasilkan
3.4 Aspek Pemasaran dari Bisnis Perkebunan Kopi
Produk kopi dari Aceh telah cukup dikenal dipasar mancanegara, jumlah
ekspor kopi telah mampu menyumbang devisa yang cukup besar bagi Indonesia.
Peluang ekspor yang dimiliki produk kopi Aceh cukup besar jika dilihat dari
jumlah permintaan ekspor kopi yang terus meningkat tiap tahunnya. Ekspor kopi

tidak hanya bentuk biji, tetapi bentuk kopi olahan, antara lain kopi sangria, kopi
bubuk, dan kopi terlarut. Namun, ekspor produk olahan kopi (bentuk kopi bubuk)
masih sangat kecil. Oleh karena itu perlu diversifikasi produk yang dapat
dikembangkan pada skala usaha kecil dan menengah serta skala besar.
Kopi merupakan komoditas ekspor karena sekitar 60% dari jumlah kopi
nasional diekspor, dan sisanya dikonsumsi serta disimpan oleh pedagang dan
eksportir sebagai cadangan apabila terjadi gagal panen. Konsekuensi dari
besarnya jumlah kopi yang diekspor adalah ketergantungan pada kondisi dan
situasi pasar kopi dunia. Negara tujuan utama ekspor kopi dari Indonesia adalah
Amerika Serikat, Jerman dan Jepang.
Indonesia memiliki faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dapat
menjadi peluang bagi Indonesia untuk dapat bersaing di dalam pasar ekspor kopi
di Amerika.
Berikut faktor keuntungan keunggulan mutlak yang dimiliki Aceh:
1. Faktor Kondisi (Conditions)
Kondisi lahan dan tingkat keasaman tanah serta kondisi alam Aceh yang
sangat cocok untuk perkembangan tanaman kopi membuat biji kopi Aceh
menghasilkan biji kopi dengan rasa dan aroma yang kuat. Rasa biji kopi Indonesia
yang kuat kemudian menarik minat importir kopi di AS untuk mengimpor kopi
dari Aceh, hal ini dikarenakan selera konsumen kopi di AS sangat menyukai kopi
yang memiliki rasa dan aroma yang tajam
2. Faktor persaingan (Rivalry)
Kondisi tanah yang berbeda di tiap daerah penghasil di Aceh
menghasilkan karakteristik biji kopi yang memiliki cita rasa yang unik dan khas
dari tiap-tiap daerah. Biji-biji kopi ini kemudian yang disebut sebagai kopi
specialty. Sejak tahun 2002 industri caf-caf atau coffeeshop di Amerika Serikat
telah memasuki era The Third Wave, yaitu jenis kopi yang ditawarkan mulai
beragam dari jenis kopi specialty . Jika dibandingkan dengan Vietnam, Indonesia
memiliki lebih banyak jenis biji kopi specialty. Jenis kopi specialty yang dimiliki
Vietnam hanya ada 2 yaitu Highlands Coffee dan Trung Nguyen Coffee.
Kemunculan era The Third Wave di kalangan penikmat kopi di Amerika Serikat
ini tentu saja membuka peluang besar untuk meningkatkan daya saing ekspor biji
kopi specialty Indonesia di pasar kopi AS, mengingat jumlah jenis kopi specialty
Indonesia yang lebih beragam jika dibandingkan dengan Vietnam.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas adalah:
1. Ada tiga aspek yang mempengaruhi pengelolaan perkebunan, yaitu
produksi, keuangan, dan pemasaran.
2. Ada dua yang sering ditanam oleh para petani kopi di Aceh, yaitu kopi
jenis Arabika dan kopi Robusta.
3. Dari analisis keuangan diatas dapat dilihat bahwa untuk melaksanakan
usaha tanaman kopi di butuhkan biaya Rp 28.722.000,- untuk 1ha.
4. Pengambilan hasil panen buah kopi dapat dilakukan dengan cara
pemetikan buah kopi dan kemudian dilakukan penyortiran buah menurut
kualitas yang dihasilkan dari buah kopi.
5. Langkah yang diperlukan untuk pemeliharaan budidaya kopi adalah
penyulaman, pemupukan pemangkasan dan penyiangan.

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta.
Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya, Jakarta.
Najiyati, S. dan Danarti. 2004 . Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca
Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai