Anda di halaman 1dari 42

SERTIFIKASI PADA PROSES MUTU BENIH JAGUNG (Zea

Mays L.) DI BALAI PENGAWASAN SERTIFIKASI BENIH


TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (BPSBTPH)
GARUT

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Oleh :
Monica Fuji Azhari
24031115029

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GARUT
2018
SERTIFIKASI PADA PROSES MUTU BENIH JAGUNG (Zea
Mays L.) DI BALAI PENGAWASAN SERTIFIKASI BENIH
TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (BPSBTPH)
GARUT

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Diajukan untuk melengkapi pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Oleh:
Monica Fuji Azhari
24031115029

Garut, 12 Oktober 2018

Menyetujui,
Pembimbing intern, Pembimgbing ekstern,

Kiki Zakiah.SP.,MP. Undang Kusmawan


NIDN. 0406118701 NIP. 19750805 200710 1 001

Mengetahui:
Ketua Program Studi Koordinator Satuan Pelayanaan
BPSBTPH Wilayah V,

Siti Syarah Maesyaroh.SP.,MP. H. Amun.STP,.M.P.


NIDN. 0420069003 NIP.19600707 198702 1 003

KATA PENGANTAR

2
Terlebih dahulu saya mengucapkan puji syukur dan terimakasih kepada
TuhanYang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan, yang berjudul “Sertifikasi Pada
Proses Mutu Benih Jagung (Zea Mays L.) Di Balai Pengawasan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPSBTPH) Garut” ini dengan baik, juga
memenuhi salah satu syarat kelulusan di Univesitas Garut.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Akhir ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas saya menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun guna penyempurnaan Laporan Akhir ini. Maka pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik
material maupun moril pada penyusunan Laporani ini, antara lain:
1. Bapak H. Amun. STP., M.P selaku coordinator satuan pelayanan BPSBTPH
wilayah V GARUT.
2. Bapak Dr. Ir. H. Abdusy Syakur Amin, M.Eng selaku Rektor Universitas
Garut.
3. Bapak Dekan Fakultas Pertanian Universitas Garut Dr. Ir. H. Tendy
Kusmayadi. M.P
4. Ibu Siti syarah Maesyaroh, SP., MP. Selaku ketua program studi.
5. Ibu kiki zakiah, SP., MP. Selaku pembimbing intern.
6. Bapak Undang Kusmawan Selaku pembimbing Ekstern.
Akhir kata, saya berharap semoga Tuhan dapat melimpahkan rahmat-Nya dan
mengharapkan kiranya laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Tuhan
memberikan kesempatan untuk membuat dharma bakti terhadap Nusa dan Bangsa
sesuai ilmu yang diperoleh.
Garut, 12 Oktober 2018

Monica Fuji Azhari


DAFTAR ISI

3
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. 1
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
4
DAFTAR TABEL ................................................................................................... 5
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................
6
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
7
1.1.Latar Belakang ..................................................................................................
7
1.2.Tujuan ............................................................................................................... 8
1.3.Kegunaan .......................................................................................................... 9
1.4.Waktu dan Tempat Pelaksaan PKL .................................................................. 9
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKL .....................................................
10
2.1.Sejarah Organisasi/Perusahaan .......................................................................
10
2.2.Kegiatan Organisasi/Perusahaan .................................................................... 12
2.3.Struktur Organisasi/Perusahaan ..................................................................... 14
2.4.Visi, Misi dan Tujuan Organisasi/Perusahaan ............................................... 16
BAB III PELAKSANAAN PKL ......................................................................... 18
3.1.Bidang Kerja .................................................................................................. 18
3.2.Pelaksaan Kerja .............................................................................................. 19
3.3.Proses Sertifikasi Benih ..................................................................................
23
3.4.Permasalahan Dalam Sertifikasi Benih .......................................................... 28
3.5.Upaya-Upaya Pemecahan Masalah Sertifikasi .............................................. 29
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 30

4
4.1.Kesimpulan .....................................................................................................
30
4.2.Saran ............................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31
LAMPIRAN ......................................................................................................... 32

DAFTAR TABEL
Tabel 2.3.1.Struktur Organisasi ............................................................................ 15
Tabel 1). Standar lapangan ................................................................................... 27
Tabel 2). Standar pengujian laboratorium ............................................................ 27

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kantor BPSBTPH dan Foto Bersama .............................................. 32
Lampiran 2. Ruang Laboratorium Basah dan Ruang Laboratorium Kering ........ 33
Lampiran 3. Screen House, Kegiatan Sortasi dan Contoh Benih Jagung ............ 34
Lampiran 4. Pembuatan Media Tanam dan Penyiraman ..................................... 35
Lampiran 5. Perhitungan Pertumbuhan Tanaman Jagung ................................... 36
Lampiran 6. Contoh surat permohonan sertifikasi benih jagung ......................... 37
Lampiran 7. Contoh surat laporan pemeriksaan lapangan pendahuluan .............. 38

5
Lampiran 8. Contoh surat laporan pemeriksaan lapangan fase berbunga ............ 39
Lampiran 9. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium ............................... 40

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian sangat berperan dalam perekonomian nasional, baik ditinjau dari
perannya dalam pendapatan nasional, penyerapan tenaga kerja, maupun
prospek pasar, sekarang ini kegiatan budidaya tanaman hortikultura meliputi
sayuran dan buah-buahan semakin banyak diusahakan oleh petani. Kegiatan
budidaya tanaman pangan dan tanaman hortikultura semakin ditingkatkan oleh

6
petani karena komoditas ini mampu memberikan keuntungan lebih tinggi
dibandingkan dengan usaha-usaha yang lainnya. Dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan petani, pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam memilih
urutan jenis tanaman pertanian hortikultura. Untuk menentukan jenis tanaman
itu pemerintah menyusun beberapa pedoman, sebagai berikut mengutamakan
jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, dalam rangka
meningkatkan pendapatan petani, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun
luar negeri, memberi kesempatan tenaga kerja lebih banyak maupun prospek
pasar dan pemasaran yang baik dapat mempertinggi nilai gizi masyarakat
diantaranya komoditi tanaman jagung.
Pemerintah telah mengupayakan dalam hal ini untuk meningkatkan mutu
benih dengan adanya Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) memiliki kegiatan pelayanan
masyarakat meliputi penilaian kultivar, sertifikasi benih, pengujian
laboratorium dan pengawasan peredaran benih. Sertifikasi merupakan salah
satu pelayanan publik yang dilakukan oleh BPSBTPH itu sendiri, untuk
memperoleh standar mutu benih demi kelancaran proses produksi pertanian.
Kebutuhan benih bersertifikasi semakin meningkat dengan adanya kualitas
serta kuantitas yang tercapai pada proses produksi pertanian. Sertifikasi benih
dilakukan utnuk menjamin kualitas benih tanaman dan meningkatkan
penggunaan benih yang berkualitas, ini meliputi sertifikasi sumber benih,
sertifikasi muitu benih dan sertifikasi kesehatan benih. Kegiatan sertifikasi ini
meliputi tanaman pangan, tanaman hortikultura (tanaman sayuran, buah-
buahan, tanaman hias, tanaman obat dan yang lainnya) dan tanaman tahunan.
Jagung (Zea mays L.) termasuk tanaman serealia yang bebas
diperdagangkan dan dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk olahan
sederhana hingga olahan bergengsi tinggi. Ragam jenis makanan selingan
seperti jagung manis dan jagung popcron tersebar di pedesaan dan perkotaan.
Bahkan tepung yang terbuat dari jagung diproduksi menjadi bahan setengah
jadi, banyak dipergunakan oleh berbagai industri antara lain jenis makanan
ringan kerupuk, biskuit, barbeque, mie, roti, spageti, es krim, bumbu masak,

7
soun dan yang lainnya. Sejalan dengan itu permintaan jagung menjadi
meningkat di dalam negeri maupun ekspor ke luar negeri.
Jagumg merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang
mempunyai peranan strategis dalam pembangunan dan perekonomian
Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan
maupun pakan. Salah satu utnuk meningkatkan produktivitas jagung adalah
mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada
kondisi lingkungan tertentu, untuk itu dibutuhkan benih yang bermutu dengan
melakukan pengujian-pengujian yang di lakukan yaitu baik pengawasan di
lapangan maupun oleh analis laboratorium. Sertifikat atau label tersebut harus
di ganti setiap jangka waktu tertentu agar kualitas dari benih tetap terjaga dan
terjamin yang pergantian label tersebut harus melalui proses pengujian
kembali dan harus mendapatkan peryataan lulus dari laboratorium.
1.2 Tujuan
a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dengan penerapannya di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya sehungga mendapatkan bekal bagi mahasiswa setelah
terjun ke masyarakat.
b. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman kerja dibidang agribisnis.
c. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan selama di
lapangan (dunia kerja).
d. Memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja.
1.3 Kegunaan
a. Memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja dalam bidang pertanian
khususnya pada sertifikasi benih jagung di BPSBTPH Karang Pawitan-
Garut
b. Melihat dan memahami secara langsung pelaksanaan sertifikasi benih dan
pengawasan benih jagung.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksana PKL
a. Waktu Pelaksanaan PKL

8
Pelaksanaan PKL ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada tanggal 1
Agustus 2018 sampai dengan tanggal 31 Agustus 2018.
b. Tempat Pelaksaan PKL
Pelaksanaan PKL dilaksanakan di Balai Pusat Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Jabar Desa Situjaya Kecamatan
Karangpawitan – Garut.

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKL

2.1 Sejarah Instansi Tempat PKL


Indonesia pada jaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1908 mulai
perhatian terhadap perbenihan dan perbaikan cara-cara bercocok tanam pada
tahun 1912 mulai dirasakan pentingnya organisasi yang mengatur
penyebaran benih.

9
Usaha-uasahanya diarahkan kepada pengadaan benih yang diikuti dengan
pendirian lumbung-lumbung benih pada tahun 1920 lebih jelas organisasinya
yaitu adanya ‘Kebun-kebun seleksi benih” yang berfungsi memperbanyak
benih unggul dan disimpan dengan baik serta disebarkan kepada petani.
Pada tahun 1952 Indonesia menjadi anggota FAO dengan mulai
melaksanakan suatu pola produksi dan penyebaran benih yang lebih
terarah,yaitu dengan membagi benih kedalam 3 katagori ; 1) Benih
dasar (FS), 2) Benih Pokok (SS) dan 3) Benih Sebar (ES).
Mekanisme dari pola ini belum berjalan dengan baik dan tidak
berdasarkan pada suatu legalitas peraturan pemerintah Usaha pemerintah
dalam membina penggunaan benih unggul baru meliputi segi produksi
benih dan pendistribusianya. Tahap standarisasi dalam usaha-usahanya
kwalifikasi benih belum ditentukan sehingga penyebaran benih belum
kontinyu. Salah satu kelengkapan organisasi Badan Benih Nasional yaitu
Team Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi, yang selanjutnya
pelaksanaan sertifikasi benih dilaksanakan oleh Dinas Pengawasan dan
Sertifikasi Benih.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No, 190/kpts/org/5/1975 tentang
susunan organisasi Departemen Pertanian, maka Dinas Pengawasan dan
Sertifikasi Mutu Benih, namanya berubah menjadi Sub Direktorat
Pembinaan Mutu Benih yang kemudian dibentuk Unit Pelaksana Teknis
yaitu Balai Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih (BPSB). BPSB ini
melaksanakan sebagian tugas teknis Direktorat jenderal Pertanian Tanaman
Pangan khususnya menyelenggarakan kegiatan bidang pembinaan mutu
benih, pengujian benih laboratorium dan pengawasan pemasaran benih
sudah dilaksanakan BPSB sejak tahun 1971.
Peranan benih unggul bermutu dalam rangka peningkatan produksi dan
meningkakan kesejahteraan petani, maka pemerintah telah mengeluarkan
Surat Keputusan Presiden R.I Nomor : 72, Tahun 1971 tentang pembinaan,
pengawasan dan sertifikasi Benih yang kemudian ditindak lanjuti dengan
dikeluarkannya surat keputusan menteri pertanian Nomor

10
529/Kpts/Org/8/1978 tanggal 24 Agustus 1978 . Balai Pengawasan
Sertifikasi Benih (BPSB) Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu dari 13
UPT Pusat di Indonesia yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian RI Nomor529/Kpts/Org/8/1978 tanggal 24 Agustus 1978
yang mempunyai tugas dan fungsi dalam bidang pengawasan mutu benih.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BPSB dibawah dan bertanggung
jawab kepada Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. Wilayah kerja
BPSB meliputi Propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Berdasarkan surat
keputusan menteri pertanian RI No.468/Kpts/OT.210/6/94, tanggal 9 Juni
1994 BPSB berubah menjadi BPSBTPH (Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura).
Seiring diberlakukannya Otonomi Daerah, BPSBTPH dilimpahkan
kepada Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat melalui Berita Acara No
08/3/TIM Kepres/157/2001, tanggal 15 Maret 2001.Melalui Peraturan
Daerah No. 5 Tahun 2002 dan Keputusan Gubernur No. 53 Tahun 2002
BPSBTPH menjadi UPTD Dinas Pertanian Tanaman Pangan dengan nama
UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura Propinsi Jawa Barat. UPTD BPSBTPH melaksanakan suatu
pola produksi penyebaran benih yang lebih terarah, yaitu dengan membagi
benih kedalam 3 kategori :
1) Benih dasar (FS),
2) Benih Pokok (SS)
3) Benih Sebar (ES). yang mengatur penyebaran benih.
Usaha-usahanya diarahkan kepada pengadaan benih yang diikuti
dengan pendirian lumbung-lumbung benih. Salah satu kelengkapan
organisasi Badan Benih Nasional yaitu Team Pembinaan, Pengawasan dan
Sertifikasi, yang selanjutnya pelaksanaan sertifikasi benih dilaksanakan
oleh Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Berdasarkan SK Menteri
Pertanian No, 190/kpts/org/5/1975 tentang susunan organisasi Departemen
Pertanian, maka Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih, namanya
berubah menjadi Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih yang kemudian

11
dibentuk Unit Pelaksana Teknis yaitu Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Mutu Benih (BPSB).
2.2 Kegiatan Instansi Tempat PKL
Dasar Hukum Operasionalisasi Teknis Sebagai Instansi Teknis, UPTD
BPSBTPH Provinsi Jawa Barat sebagai institusi pelaksana kegiatan
Pembinaan dan Pengawasan Peredaran Benih bermutu Provinsi Jawa Barat
ini mengacu menyelenggarakan kegiatan bidang pembinaan mutu benih,
pengujian benih laboratorium dan pengawasan pemasaran benih sudah
dilaksanakan BPSB sejak tahun 1971. Penguatan dasar hukum organisasi
BPSBTPH dilakukan melalui Peraturan Daerah No.5 Tahun 2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.15 Tahun 2000
tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat. Peraturan tersebut mengesahkan
pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Sedangkan tugas
pokok, fungsi, dan rincian tugas UPTD di lingkungan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dipaparkan pada Keputusan Gubernur
Jawa Barat Nomor 53 Tahun 2002.
Sesuai semangat akuntabilitas kinerja dan tuntutan efisiensi serta
efektivitas kerja instansi, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
No.41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Pemerintah
Provinsi Jawa Barat kemudian melakukan beberapa perampingan struktur
organisasi di setiap organisasi perangkat daerah dan UPTD-nya termasuk di
BPSBTPH Provinsi Jawa Barat sehingga pada Tahun 2009 BPSBTPH
Provinsi Jawa Barat dibentuk kembali melalui Peraturan Gubernur No.113
tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
dan Badan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang diuraikan
lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur No.50 Tahun 2010 tentang Tugas
Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Badan di Lingkungan Pemerintah Provinsi
Jawa Barat.
Landasan Hukum dan Pedoman dalam Sertifikasi Benih

12
Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992, tentang Sistem
Budidaya Tanaman;
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971 tentang
Pembinaan, Pengawasan Pemasaran dan Sertifikasi Benih;
2. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 460/Kpts/Org/XI/1971, jo
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971;
3. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pertanian dan Tanaman Pangan Nomor
SK.I.HK.050.84.68, tentang Prosedur Sertifkasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura, dan SK No. I.HK.50.84.70, tentang Pedoman Khusus
Sertifikasi Benih;
4. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 803/Kpts/01.210/7/97, tentang
Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina;
5. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1017/Kpts/TP.120/12/98,
tentang Izin Produksi Benih Bina, Izin Pemasukan Benih dan Pengeluaran
Benih Bina;
6. Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor :
I.HK.050.98-57, tentang Pedoman tata Cara dan Ketentuan Umum
Sertifikasi Benih Bina;
7. Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor :
I.HK.050.98-58, tentang Pedoman Khusus Sertifikasi untuk Perbanyakan
Benih Tanaman Buah secara Vegetatif;
8. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 39/Permentan/OT.140/8/06,
tentang Produksi Benih, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina;
9. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 28/Permentan/SR.120/3/07,
tentang Produksi Benih, Kedelai; Diskripsi Jenis/Varietas yang diberikan
oleh pemulia atau instansinya.
Tugas dan Fungsi sertifikasi Benih
1. Mengadakan pemeriksaan lapang;
2. Mengadakan pengawasan panen dan pengolahan benih;
3. Mengadakan pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih;
4. Mengadakan Pengambilan contoh benih untuk diuji di laboratorium;

13
5. Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi;
6. Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi;
7. Mengadakan pengumpulan dan penilaian data pelaksanaan sertifikasi untuk
penyempurnaan penerapan system sertifikasi benih;
8. Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan
kegiatan sertifikasi.
2.3 Struktur Instansi Tempat PKL
Dalam rangka melaksanakan tugas suatu instansi diperlukan adanya
struktur organisasi. Struktur organisasi adalah kerangka dan susunan
perwujudan pola hubungan diantara fungsi – fungsi, bagian – bagian, dan
orang – orang yang menunjukan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda – beda dalam suatu perusahaan atau organisasi. Struktur
ini mengandung unsur – unsur sentralisasi kerja atau disentralisasi dalam
pembuatan keputusan kerja. Melalui bagan organisasi akan terlihat jelas
bagaimana informasi mengalir dari satuan organisasi ke satuan organisasi
lainnya, juga memberikan petunjuk – petunjuk tentang pembagian tugas,
luasnya rentangan kekuasaan/kendali, wewenang dan tanggung jawab. Oleh
karenanya setiap karyawan harus mutlak untuk memahami struktur
organisasi di tempat kerja. Melihat struktur organisasi di BPSB TPH
Provinsi Jawa Barat dapat dilihat bahwa struktur organisasi yang digunakan
adalah bentuk organisasi garis (line), pelimpahan tanggung jawab dan
pendelegasian tugas disusun dalam aliran kerja yang teratur dari level paling
atas hingga pada tingkat karyawan.
2.3.1.Struktur Organisasi
Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi di BPSB TPH
Provinsi Jawa Barat :

KEPALA BALAI

KELOMPOK FUNGSIONAL
SUBBAGIAN TATA USAHA

14
SEKSI PENGAWASAN DAN SEKSI PENGAWASAN DAN
SERTIFIKASI MUTU BENIH SERTIFIKASI MUTU BENIH
TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA

SUB UNIT PSBTPH

Gambar 1 . Struktur Organisasi BPSBTPH Provinsi Jawa Barat


1. Deskripsi Tugas
Berdasarkan struktur organisasi Dinas BPSB TPH Provinsi Jawa Barat
diatas diketahui bahwa pejabat dan pegawai, masing – masing memiliki tugas
dan tanggung jawabnya sebagai pegawai yang ditunjuk pemerintah dalam
memberikan pelayanan.
Berikut ini merupakan uraian bagian – bagian tugas dari beberapa yang
menjabat sebagai
a. Kepala Balai mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional
dinas dibidang Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura.
b. Kelompok Fungsional mempunyai tugas pokok merencanakan,
melaksanakan, evaluasi dan monitoring, pengembangan profesi penyuluhan
pertanian.
c. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
koordinasi perencanaan, evaluasi dan pelaporan program Balai serta
pengelolaan keungan dan umum yang meliputi kegiatan kepegawaian, tata
naskah dinas, kearsipan, pengelolaan barang, rumah tangga dan humas serta
perjalanan dinas
d. Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih Tanaman Pangan bertugas
melaksanakan pengendalian ketersediaan benih bermutu tanaman pangan.
e. Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih Hortikultura bertugas
melaksanakan pengendalian ketersediaan benih bermutu tanaman
hortikultura.

15
f. Sub Unit BPSB TPH bertugas melakukan pelayanan kepada masyarakat
(produsen benih) yang maliputi kegiatan pengawasan mutu benih tanaman
pangan dan hortikultura, pengawasan mutu benih hortikultura dan aneka
tanaman serta informasi pembenihan padi palawija, hortikultura dan aneka
tanaman.
2.4 Visi, Misi dan Tujuan BPSBTPH Provinsi Jawa Barat
BPSB ini melaksanakan sebagian tugas teknis Direktorat jenderal
Pertanian Tanaman Pangan khususnya Teknis Daerah Provinsi Jawa Barat
Dasar Hukum Operasionalisasi Teknis Sebagai Instansi Teknis, UPTD
BPSBTPH Provinsi Jawa Barat sebagai institusi pelaksana kegiatan
Pembinaan dan Pengawasan sertifikasi benih Provinsi Jawa Barat ini
mengacu pada ketentuan teknis antara lain Visi dan Misi BPSBTPH :
A. Visi BPSB TPH Provinsi Jawa Barat
Visi dari BPSBTPH Provinsi Jawa Barat adalah “Terwujudnya
Pengawasan Mutu Benih atau Bibit Tanaman Pangan dan Hortikultura yang
cermat, efektif dan profesional dalam menunjang ketahanan pangan dan
agribisnis di Provinsi Jawa Barat”. Visi tersebut dijabarkan dalam misi
sebagai pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
B. Misi BPSB TPH Provinsi Jawa Barat
Misi BPSBTPH antara lain adalah Terciptanya Pengawasan Mutu
Benih atau Bibit Tanaman Pangan dan Hortikultura yang cermat, efektif dan
profesional dalam menunjang ketahanan pangan dan agribisnis di Provinsi
Jawa Barat
C. Tujuan BPSB TPH Provinsi Jawa Barat
Adapun tujuan dari instansi BPSBTPH Provinsi Jawa Barat terdiri
dari tiga komponen utama, yakni mempertahankan kemurnian genetis pada
benih, mempertahankan kemurnian fisiologis benih (KA dan DB), serta
mempertahankan kemurnian fisik pada benih (KB).

16
BAB 111
PELAKSAAN PKL

3.1. Bidang Kerja


A. Orientasi mahasiswa
Orientasi, mahasiswa memperoleh petunjuk, arahan, dan pengenalan serta
diberi penjelasan tentang profil lembaga dan lingkup kegiatan instansi
serta tata tertib yang harus diikuti peserta PKL selama program
berlangsung.
B. Observasi

17
Observasi, mahasiswa mengadakan survei langsung untuk memperoleh
data dan informasi mengenai lokasi, situasi, dan kondisi
perusahaan/instansi tempat PKL.
C. Adaptasi
Adaptasi, dilakukan dengan cara mengikuti semua kegiatan yang ada
ditempat PKL sebaik mungkin serta selalu mentaati segala peraturan yang
berlaku.
D. Posisi Peserta
Posisi peserta sebagai mahasiswa magang di instansi BPSBTPH Jawa
Barat Desa Situ Jaya Kecamatan karang pawitan Kabupaten Garut.
E. Kaitan Bidang Pekerja Dengan Bidang Kerja Lain
BPSBTPH melakukan kegiatan sertifikasi benih dengan mengikuti
pedoman tata cara dan ketentuan umum sertifikasi benih bina.
F. Kegiatan Peserta
Kegiatan Praktikan yang dilakukan adalah sertifikasi benih,
penilaian kultivar, pengujiann laboratorium, pengawasan, dan pemasaran.
Pelaksanaan kerja dilaksanakan di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura Garut Provinsi Jawa Barat. Pengujian
yang dilakukan di BPSBTPH Garut Provinsi Jawa Barat yaitu pengujian
rutin meliputi pengujian kadar air, daya berkecambah, analisis kemurnian
fisik benih serta campuran varietas lain. Pengujian khusus meliputi
viabilitas benih, heterogenitas, kesehatan benih dan berat 1000 butir benih,
pengujian khusus jarang dilakukan terkecuali ada permintaan dari
produsen. Untuk pengambilan contoh kerja dilakukan dengan conical
divider.
Pemberian sertifikasi benih, kegiatan yang dilakukan oleh pegawai
BPSBTPHGarut adalah setelah produsen benih mengajukan permohonan
sertifikasi kepada BPSBTPH Garut setempat kemudian pihak
BPSBTPHGarut melakukan pemeriksaan lapangan yang meliputi
pemeriksaan pandahuluan (lahan yang digunakan), pemeriksaan fase
vegetative (pemeriksaan CVL dan kebersihan lahan, ada tidaknya gulma)

18
pemeriksaan menjelang panen, dan pemeriksaan alat panen dan prosesing
(lantai jemur, alat-alat prosesing dan panen harus bersih dari CVL).
Setelah dinyatakan lulus lapangan oleh pihak BPSBTPHGarut maka
produsen benih mengajukan permohonan untuk pengujian
dilaboratorium. Apabila benih tersebut dinyatakan lulus pengujian
lapangan dan laboratorium, maka benih tersebut sudah layak mendapatkan
label. Dalam hal ini mahasiswa memperoleh penjelasan yang bersifat
informatoris dengan dilengkapi studi referensi/data sekunder.
3.2.Pelaksanaan Kerja
A. Pengertian Sertifikasi Benih
Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara
perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat diedarkan.
B. Maksud Sertifikasi Benih
Sertifikasi Benih dimaksudkan supaya benih yang diproduksi oleh
penangkar/produsen benih memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan
sehingga layak diedarkan.
C. Tujuan Sertifikasi Benih
Tujuan pada kegiatan sertifikasi ini antara lain adalah : untuk
memelihara kemurnian dan mutu dari varietas unggul serta menyediakan
secara kontinyu kepada petani.
D. Sasaran Sertifikasi Benih
1. Mempertahankan kemurnian keturunan yang dimiliki oleh suatu varietas,
2. Membantu para produsen benih dalam memproduksi benih dengan mutu
yang baik;
3. Membantu para petani dalam mendapatkan benih serta penyediaannya di
pasaran.
E. Tugas dan Fungsi Petugas Satuan Pelayanan BPSBTPH Wilayah V
1. Mengadakan pemeriksaan lapang;
2. Mengadakan pengawasan panen dan pengolahan benih;
3. Mengadakan pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih;

19
4. Mengadakan Pengambilan contoh benih untuk diuji di laboratorium;
5. Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi;
6. Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi;
7. Mengadakan pengumpulan dan penilaian data pelaksanaan sertifikasi untuk
penyempurnaan penerapan system sertifikasi benih;
8. Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan
kegiatan sertifikasi.
F. Syarat – syarat sertifikasi benih
1. Permohonan/Pendaftaran Sertifikasi
Permohonan sertifikasi dapat dilakukan oleh perorangan atau badan
hukum yang bermaksud memproduksi benih bersertifikat, ditujukan kepada
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Permohonan sertifikasi hanya
dapat dilakukan oleh penangkar benih yang telah memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan
2. Sumber Benih
Benih yang akan ditanam untuk menghasilkan benih bersertifikat
harus berasal dari kelas benih yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya
untuk menghasilkan benih sebar harus ditanam benih pokok, oleh sebab itu
benih yang akan ditanam harus bersertifikat/berlabel.

3. Varietas
Varietas benih yang dapat disertifikasi, yaitu varietas benih yang telah
ditetapkan sebagai varietas unggulan dan telah dilepas oleh Menteri
Pertanian serta dapat disertifikasi.
4. Areal Sertifikasi
Tanah/Lahan yang akan dipergunakan untuk memproduksi benih
bersertifikat harus memenuhi persyaratan sesuai dengan komoditi yang akan
diproduksi, karena tiap-tiap komoditi memerlukan persyaratan sejarah
lapang yang berbeda.
Adapun persyaratan areal tersebut diantaranya :

20
1. Letak dan batas areal jelas
2. Satu blok untuk satu varietas dan satu kelas benih
3. Diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera harus memiliki batas-batas
yang jelas baik berupa parit, pematang, jalan maupun batas-batas lainnya.
4. Dalam satu unit penangkaran hanya dapat ditanami satu varietas dan satu
kelas benih.
5. Luas areal diarahkan minimal 5 Ha (BR) mengelompok.
5. Isolasi
Isolasi dalam sertifikasi terbagi dalam 2 bagian yaitu :
1. Isolasi Jarak
Jarak harus jelas terpisah dari varietas lainnya dengan jarak paling sedikit
200 meter. Apabila ternyata kurang dari 200 meter, dapat digunakan isolasi
jarak.
2. Isolasi Waktu
Terdapat dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka waktu
tanam diatur sehingga saat berbunga tidak bersamaan (minimal 30 hari).

6. Pemeriksaan Lapangan
a. Pemeriksaaan lapangan I fase vegetatif pertanaman berumur 25 HST,
sebelumnya pertanaman harus dibersihkan dari rerumputan dan
dilakukan seleksi (rouging) terhadap varietas lain, tipe simpang,
tanaman yang terserang hama/penyakit serta melakukan pengajaran
sehingga diperoleh populasi yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam
yang digunakan.
b. Pemeriksaan lapangan II fase berbunga, waktu berbunga jantan mulai
tersembul dan sebelum tepungsari terbuka, sebelumnya harus pula
dilakukan seleksi terhadap varietas lain, tipe simpang, dan tanaman yang

21
terserang hama/penyakit. Bila pada pemeriksaan lapangan I dan II tidak
memenuhi standar kemurnian lapangan, maka seleksi tersebut selesai.
Karena kesempatan mengulang hanya satu kali sehingga proses
sertifikasi tidak dilanjutkan.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu seleksi adalah bentuk dan
lebar daun, warna helai daun, warna batang, bentuk/tipe bunga jantan
dan bentuk tongkol.
d. Setelah kelobot dilepas, diadakan penyeleksian tongkol yang tidak
diharapkan dan biji yang tidak sewarna dibuang.
7. Peralatan Panen dan Perosesing Benih
Peralatan/perlengakapan yang digunakan untuk panen dan prosesing
harus bersih terutama dari jenis atau varietas yang tidak sama dengan yang
akan diproses/dipanen. UJ\ntuk menjamin kebersihan ini harus diadakan
pemeriksaan sebelum penggunaannya, misalnya ; Combine, Prosessing
Plant, ataupun wadah benih lainnya.
8. Uji Laboratorium
Untuk mengetahui mutu benih yang dihasilkan setelah dinyatakan
lulus lapangan maka perlu diuji mutunya di laboratorium oleh analis benih,
yang meliputi uji kadar air, kemurnian, kotoran benih, campuran varietas
lain, benih tanaman lain, dan daya tumbuh.

9. Label dan Segel


Dalam ketentuan yang sudah ditetapkan juga tercantum bahwa proses
sertifikasi dinyatakan selesai apabila benih telah dipasang label dan disegel.
Label yang digunakan pemasangannya diawasi oleh petugas Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih seta warna label disesuaikan dengan
kelas benih yang dihasilkan.
3.3.Proses Sertifikasi Benih
A. Penangkar benih
1. Perorangan
2. Badan hokum atau badan usaha milik pemerintah

22
3. Balai benih
4. Swasta
5. Pihak lain
B. Syarat-syarat menjadi penangkar benih
1. Memiliki lahan yang akan digunakan untuk memproduksi benih jagung
2. Memilki pengetahuan dan keterampilan dibidang produksi benih jagung
3. Memiliki fasilitas pengolahan dan penyimpanan benih, baik sendiri
ataupun kontrak dengan pihak lain
4. Wajib mengikuti peraturan yang berlaku dan bersedia dibina BPSBTPH
Jawa Barat
C. Persyaratan areal atau lahan
1. Diusahakan menggunakan lahan bekas tanaman lain atau tanaman bera
2. Bekas varietas yang sama atau varietas lain yang sifat-sifatnya secara fisik
mudah dibedakan
3. Harus memiliki batas-batas yang jelas, baik berupa parit, pematang, jalan
maupun batas-batas lainnya
4. Satu areal sertifikasi dapat terdiri dari satu hamparan berupa beberapa
petak atau areal yang terpisah-pisah, dengan jarak 120 meter dan
dipisahkan oleh tanaman atau varietas lain
5. Dalam satu unit penagkaran hanya dapat ditanami satu varietas dan satu
kelas benih
D. Benih yang ditanam
Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih
Penjenis, Benih Dasar, dan Benih Pokok.
E. Permohonan sertifikasi
1. Diajukan maksimal 10 hari sebelum tanamDengan melampirkan :
2. Label atau keterangan sumber beniH
3. Sketsa peta lapangan
F. Isolasi
1. Harus jelas terpisah dari varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 200
meter

23
2. Bila terdapat dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka
tanggal tanam diatur sehingga saat berbunga tidak bersamaan (minimal 30
hari).
G. Pemeriksaan lapangan
1. Penangkar benih mengajukan permohonan pemeriksaan lapangan kepada
BPSBTPH Propinsi Jawa Barat selambat-lambatnya 1 minggu sebelum
tanam
2. Pemeriksaan lapangan
a. Pemeriksaan pendahuluan (pengolahan tanah sampai dengan tanam), hal
yang harus diperiksa :
 Kebenaran nama dan alamat penangkar benih
 Kebenaran letak dan situasi areal penangkaran
 Benih sumber, sejarah lapangan dan isolasi
 Kebenaran batas-batas areal
b. Pada massa pertanaman membentuk anakan (fase vegetative, 25 HST)
harus dibersihkan dari rerumputan dan dilakukan seleksi atau (rouging)
terhadap varietas lain atau tipe simpang dan tanaman yang terserang
penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama dilakukan
c. Pada massa pertanaman fase generative (berbunga 30 hari sebelum panen)
harus dilakukan seleksi (rouging) serta pembersihan dari rerumputan
sebelum pemeriksaan lapangan kedua dilakukan
d. Apabila pada pemeriksaan pertama dan kedua tidak memenuhi standar
lapangan, maka kesempatan mengulang hanya dilakukan satu kali dan
apabila tidak memenuhi standar lapangan maka sertifikasi tidak bisa
dilanjutkan
e. Hal yang perlu diperhatikan pada saat seleksi adalah bentuk dan lebar
daun, warna helai daun, warna batang, bentuk/tipe bunga jantan dan
bentuk tongkol. Setelah kelobot dilepas, diadakan penyeleksian tongkol
yang tidak diharapkan dan biji yang tidak sewarna dibuang
H. Pemeriksaan alat pengolahan

24
Benih yang akan disertifikasi harus diolah dengan peralatan yang
telah diperiksa dan disahkan kebersihannya oleh pengawas benih
I. Contoh benih untuk pengujian
1. Contoh benih untuk diuji di laboratorium akan diambil sampelnya dari
kelompok benih yang telah selesai diolah dan diberi identitas kelompok
benih
2. Pengawas benih akan mengambil contoh benih atas permintaan penangkar
benih
J. Pengambilan contoh benih
1. Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 20 ton
2. Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun sedemikian rupa sehingga
jumlahnya mudah dihitung dan mudah diambil contoh benihnya
3. Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan peraturan atau
pedoman yang telah ditetapkan
4. Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil sampelnya paling sedikit
1.000 gram dalam bentuk polong

K. Label
Massa berlaku label diberikan paling lambat 6 bulan sejak tanggal
selesai pengujian dan paling lama 8 bulan setelah panen. Selama masa
berlakunya label dilakukan pengujian ulang untuk pengecekan dan
pelabelan ulang.
L. Benih Bersertifikat
Sertifikasi benih merupakan proses pemberian sertifikat pada benih
tanaman setelah melalui pemeriksaan lapangan, pengujian dan
pengawasan, serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan
M. Dasar Hukum :
1. Undang-undang No.12 Tahun 2018 tentang produksi, sertifikasi dan
peredaran benih tanaman

25
2. Kepmentan No.990 Tahun 2018 tentang petunjuk teknis produksi benih
tanaman pangan
3. Kepmentan No.991 Tahun 2018 tentang petunjuk teknis sertifikasi benih
tanaman pangan
4. Kepmentan No.992 Tahun 2018 tentang petunjuk teknis peredaran benih
tanaman pangan
5. Kepmentan No.993 Tahun 2018 tentang petunjuk teknis pengambilan
contoh benih dan pengujian dan pengujian/analisis mutu benih tanaman
pangan
N. Kelompok Kelas Benih
1. Kelas benih dikelompokan menjadi empat yaitu :
 Benih Penjenis (Breeder Seed) adalah benih yang di produksi dari NS
 Benih Dasar (Foundatio Seed) adalah keturunan pertama dari BS yang
memenuhi standar mutu kelas BD
 Benih Pokok (Stock Seed) adalah keurunan pertama dari BD atau BS yang
memnuhi standar mutu kelas BP
 Benih Sebar (Extension Seed) adalah keturunan pertama dari BP2, BP1,
BP, BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BR

O. Standar Mutu Benih Bersertifikat


1). Standar lapangan
Kelas Isolasi jarak Varietas lain dan tipe Isolasi waktu (±) Catatan
benih (meter) simpang (max)% hari
BS 200 0,0 30 Isolasi waktu
BD 200 2,0 30 dihitung
BP 200 2,0 30
BR 200 3,0 30 berdasarkan
perbedaan
waktu berbunga

2). Standar pengujian laboratorium


Kelas Kadar air Benih Kotoran Biji CVL Daya
benih (max)% murni benih warna (max)% tumbuh
(min)% (max)% lain (max) (min)%

26
%
BS 12,0 99,0 1,0 0,2 0,0 80
BD 12,0 98,0 2,0 0,5 2,0 80
BP 12,0 98,0 2,0 0,5 2,0 80
BR 12,0 98,0 2,0 1,0 3,0 80

Keterangan :
BS : Benih Penjenis
BD : Benih Dasar
BP : Benih Pokok
BR : Benih Sebar

Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksi


benih haruslah satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan
diproduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS (Foundation Seed/Benih
Dasar/BD) atau label putih, maka benih sumbernya haruslah benih padi
kelas BS (Breeder Seed/Benih Penjenis/BS) atau label kuning, sedangkan
untuk memproduksi benih kelas SS (Stock Seed/Benih Pokok/BP) atau
label ungu, maka benih sumbernya boleh Benih Dasar atau boleh juga
Benih Penjenis dan untuk memproduksi benih kelas Benih
Sebar/ES/Extension Seed, benih sumbernya boleh benih kelas Benih
Pokok atau Benih Dasar.
3.4.Permasalahan dalam Sertifikasi Benih
Dalam sertifikasi benih ini pastinya ada permasalahan-permasalahan
yang ada, permasalahan dalam sertifikasi benih ini antara lain :
1. Tidak selalu tersedianya sumber benih yang diperlukan sesuai dengan
varietas dan kelasnya.
2. Lahan/lokasi pertanaman tidak memenuhi persyaratan, dalam hal sejarah
lapangan.
3. Keterbatasan pengetahuan para petani terhadap sertifikasi benih berlabel.
4. Keadaan sosial ekonomi dari para petani sangat berpengaruh penyerapan
pasar benih yang berlabel (Benih hasil Sertifikat).
3.5.Upaya-Upaya Pemecahan Masalah Sertifikasi

27
Sampai dengan saat ini perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak
dalam bidang agribisnis masih belum banyak yang tertarik untuk berbisnis
dalam bidang perbenihan. Salah satu kendalanya adalah karena pasar benih
berlabel (hasil dari proses sertifikasi) masih belum mantap, karena sebagian
petani masih belum tertarik untuk menggunakan benih berlabel. Untuk
mengatasi masalah-masalah ini maka dapat diupayakan antara lain:
1. Pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian lebih meningkatkan lagi
penyuluhan-penyuluhan kepada para petani konsumen agar mereka lebih
memahami akan manfaat dari penggunaan benih berlabel.
2. Selain kepada para petani konsumen benih juga penyuluhan diberikan
kepada pada produsen benih agar mereka bisa menambah iilmu pengetahuan
dibidang perbenihan dan sertifikasi benih.
3. Penyediaan Benih Sumber yang cukup meliputi jumlah, varietas dan mutu
untuk memudahkan para penangkar benih untuk mensertifikasikan
benihnya.
4. Pemerintah agar ikut menjaga stabilitas harga benih sehingga para petani
penangkar benih, perusahaan-perusahaan swasta bergerak dalam industri
perbenihan akan lebih bergairah lagi untuk berbisnis dalam bidang ini.

28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan
Jagumg merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang
mempunyai peranan strategis dalam pembangunan dan perekonomian
Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan
maupun pakan. Salah satu utnuk meningkatkan produktivitas jagung adalah
mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada
kondisi lingkungan tertentu, untuk itu dibutuhkan benih yang bermutu dengan
melakukan pengujian-pengujian yang di lakukan yaitu baik pengawasan di
lapangan maupun oleh analis laboratorium.
Pengujian yang dilakukan di BPSBTPH Garut Provinsi Jawa Barat yaitu
pengujian rutin meliputi pengujian kadar air, daya berkecambah, analisis
kemurnian fisik benih serta campuran varietas lain. Pengujian khusus
meliputi viabilitas benih, heterogenitas, kesehatan benih dan berat 1000 butir

29
benih, pengujian khusus jarang dilakukan terkecuali ada permintaan dari
produsen. Untuk pengambilan contoh kerja dilakukan dengan conical divider.
4.2.Saran
Sub Unit BPSBTPH wilayah Garut Jawa Barat disarankan
menambahkan analisis benih untuk mengatasi keterlambatan maupun
pengujian benih terhadap contoh kirim yang masuk ke laboratorium. Pada
pelaksanaan PKL pengujian campuran varietas lain sebaiknya dilakukan
supaya pada waktu penanaman tidak ada campuran benih varietas lain. Jika
tidak ingin terjadi kesalahan dalam pengujian campuran varietas lain tersebut
harus dibimbing oleh analisis benih yang sudah terampil.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Kumpulan Permentan oleh Dirjentan

Moh Nurcahyono Samadio.2011. Sertifikasi Benih Jagung Kompoisit (Zea Mays


L.) Di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Tengah. Surakarta.

Zoliand Sobilhaqq. 2018. Pengawasan Peredasran Benih Jagung (Zea mays L.)
Di Unit Pelaksanaan Teknis Pengawasan dan Serifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur Pustaka (Internet).
(diunduh2018september11) tersedia pada :http://www.academia.edu_

30
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kantor BPSBTPH dan Foto Bersama

31
Lampiran 2. Ruang Laboratorium Basah dan Ruang Laboratorium Kering

32
Gambar 3. Ruang Gambar 4. Ruang
laboratorium basah bagian laboratorium basah bagian
luar dalam

33
Gambar 5. Ruang Gambar 6. Ruang
laboratorium kering bagian laboratorium kering bagian
luar dalam

Lampiran 3. Screen House, Kegiatan Sortasi dan Contoh Benih Jagung

Gambar 7. Bangunan screen house balai


pengawasan dan sertifikasi tanaman pangan
dan hortikultura

34
Gambar 8. Benih jagung yang siap di Gambar 9. Benih jagung di tanam
tanam dalam lubang yang telah di
persiapkan sebelumnya

Lampiran 4. Pembuatan Media Tanam dan Penyiraman

Gambar 10. Pembuatan media untuk uji daya


kecambah dan membuat lubang tanam sebanyak
100 lubang

35
Gambar 11. Penyiraman pada media tanam agar
media tanam menjadi lembab

Lampiran 5. Perhitungan Pertumbuhan Tanaman Jagung

Gambar 12. Tanaman jagung yang siap dihitung


pertumbuhannya
36
Gambar 13. Pencabutan tanaman jagung yang
akan dihitung pertumbuhannya
Lampiran 6. Contoh surat permohonan sertifikasi benih jagung

37
Gambar 14. Contoh surat permohonan sertifikasi benih
jagung

38
Lampiran 7. Contoh surat laporan pemeriksaan lapangan pendahuluan

Gambar 15. Contoh surat laporan pemeriksaan lapangan


pendahuluan

39
Lampiran 8. Contoh surat laporan pemeriksaan lapangan fase berbunga

Gambar 16. Contoh surat laporan pemeriksaan lapangan


fase berbunga

40
Lampiran 9. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium

Gambar 17. Contoh benih untuk pengujian di


laboratorium

41
42

Anda mungkin juga menyukai