Anda di halaman 1dari 15

DRAFT PROPOSAL PENELITIAN

PENGGUNAAN BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN


KELOR (Moringa oleifera L.) DALAM PENURUNAN KAFEIN PADA
KOPI ROBUSTA

Disusun Oleh :

Tressia Febri Anggreni

NPM : E1G018051

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
LEMBAR PENGESAHAN

PENGAJUAN PRA-PROPOSAL PENELITIAN

Judul : Penggunaan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa

Oleifera L.) dalam Penurunan Kafein pada Kopi Robusta

Nama : Tressia Febri Anggreni

NPM : E1G018051

Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Pengajuan Pra-Proposal

Pada Tanggal :

Pembimbing Akademik

Ir. Hasanuddin, M.S


NIP. 19581014 198503 1 007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditi yang memiliki peran dalam perekonomian di
Indonesia. Data dari Kementrian Pertanian menyebutkan bahwa luas areal kopi di
Indonesia sebesar 1.249.615 hektar pada tahun 2021. Provinsi Bengkulu merupakan salah
satu provinsi yang memiliki sumbangsih dalam luas areal kopi yang mencapai 86.214
hektar pada tahun 2021 dengan pertumbuhan 0,14% pada tahun 2018-2019. Sedangkan,
untuk hasil produksi pada tahun 2021 Bengkulu dapat menghasilkan 69.861 ton dengan
persentase tumbuh sebesar 3,68% dari tahun 2018-2019. Salah satu jenis kopi yang
tumbuh di provinsi Bengkulu merupakan jenis kopi robusta yang dapat tumbuh pada
ketinggian diatas 600-700 mdpl. Kopi robusta memiliki bentuk yang lebih besar dari kopi
arabika, dan daunnya tumbuh berhadapan dengan batang, cabang dan rantingnya. Kopi
robusta memiliki rendemen yang lebih tinggi dari kopi arabika.
Kopi robusta memiliki kandungan kafein 2,2% yang mana lebih tinggi dari kopi
arabaika dengan kandungan kafein sebesar 1,2% (Aditya et al., 2016). Senyawa kafein
dapat membantu memberikan stimulasi kepada syaraf pusat, relaksasi otot dan
menstimulai otot jantung (Fahmi Arwangga et al., 2016). Batas aman konsumsi kafein
normalnya 100-150 mg , jika dikonsumsi secara berlebihan atau bagi orang yang
memiliki intoleransi terhadap kafein yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi sistem
kardiovaskular seperti meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, sistolik dan diastolik
(Rahayu, 2019). Untuk menurunkan kadar kafein terlalu tinggi, kopi dapat diproses
dengan metode dekafenisasi.
Pengurangan kandungan kafein dalam kopi memiliki beberapa cara seperti
dekafeinasi, melakukan fermentasi dengan bantuan hewan luwak, dan fermentasi kopi
metode basah (Hanifah & Kurniawati, 2013). Dekafeinasi merupakan proses yang
berfungsi untuk menurunkan kadar kafein pada biji kopi. Pada penelitian (J. Daisa, E.
Rossi, 2017) dekafeinasi menggunakan ekstrak kasar enzim papain yang berasal dari
getah buah pepaya menggunakan konsentrasi 3% untuk mengurangi kadar kafein didalam
kopi robusta dengan hasil kafein yang dihasilkan sebesar 1,02% , 5,54% kadar air dan
4,95% kadar abu. Hasil penelitian (Widya Charlinia, 2016) penambahan 50% mengkudu
menurunkan kadar kafein hingga 0,93%. Menurut (Oktadina et al., 2013) dalam
penelitiannya penggunaan enzim bromelin yang terdapat dalam buah nanas dapat
menurunkan kadar kafein sebesar 1,15%, kadar air 5,32%, kadar abu 5,62% dengan
menghasilkan cita rasa yang lebih baik dari kontrol. Fermentasi dengan bantuan hewan
luwak merupakan salah satu cara untuk mengurangi kadar kafein dalam kopi. Di dalam
perut hewan luwak terdapat enzim protase yang dapat memecah protein dalam biji kopi
sehingga asam-asam organik meningkat dan menghasilkan aroma, rasa dan flavor yang
unik (El Kiyat et al., 2019). Sumber enzim protease yang berasal dari tumbuhan
sebanyak 43,58 % lebih besar dibandingkan dengan sumber enzim yang berasal dari
hewan hanya 11,15% (Fathimah & Wardani, 2014). Salah satu tumbuhan penghasil
enzim protease yaitu daun kelor.
Tanaman kelor (Moringa oleifera Lamk) adalah salah satu jenis tanaman yang mudah
tumbuh, tanpa memerlukan perawatan yang intensif dan tahan terhadap musim kemarau
sehingga mudah dikembang biakkan. Selain memiliki enzim protease daun kelor
memiliki kandungan protein, β-karoten, vitamin C, zat besi dan kalsium (Diantoro et al.,
2015).
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penambahan konsentrasi daun kelor pada proses fermentasi
terhadap penurunan kopi robusta?
2.
2.1. Tujuan Penelitian
2.2. Batasan Masalah
2.3. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kopi
Indonesia saat ini menjadi peringkat keempat terbesar di dunia dalam memproduksi
kopi. Menurut data dari BPS pada tahun 2020 Indonesia telah mengekspor rata-rata
sebanyak 375 ton keberbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia,
Jepang dan masih banyak lagi. Dengan letak geografis yang sangat baik sehingga
tanaman kopi cocok di tanam di Indonesia. Tanaman kopi termasuk dalam famili
Rubiaccae yang terdiri dari tiga jenis kopi yaitu kopi Arabica (Coffea Arabica),
Robusta (Coffea Robusta) dan Liberika (Coffea Liberica). Di Indonesia sendiri jenis
kopi yang mendominasi yaitu kopi Arabika dan Robusta. Menurut (Raharjo, 2012)
dalam (Isman, 2016) klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) sebagai berikut:
Kigdom : Plantae
Subkigdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiacea
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp. (Cofffea arabica L., Coffea canephora, Coffea
liberica,Coffea excelsa)
Kopi di Indonesia pada umumnya tumbuh pada ketinggian 700 mdpl dan curah
hujan 1500-2500 mm pertahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dengan suhu
15-25ᵒC. pemanenan buah kopi biasanyan dilakukan setelah 2,5-3 tahun dengan cara
memetik buah yang sudah masak. Buah kopi memiliki beberapa warna yang
mengidentifikasikan kematangan seperti buah kopi yang bewarna hijau tua merupakan
buah yang masih muda, buak yang berwarna kuning ada kopi yang setengah masak,
warna merah sudah masak sempurna dan warna hitam terlampau masak (Budiharto et
al., 2010)
Pengolahan pada kopi terdapat beberapa cara seperti pengolahan cara kering,
pengolahan basah dan pengolahan semi basah. Pengolahan cara kering biasanya
digunakan untuk buah campuran hijau, kuning, merah. Sedangkan pengolahan basa
dan semi-basa digunakan untuk biji merah agar didapatkan biji kopi kering dengan
tampilan yang bagus (Ernawati et al., 2008)
Biji kopi memiliki berbagai jenis senyawa volatile seperti aldehid, furfural, keton,
alcohol, ester, asam format dan asam asetat.
2.1.1. Kopi Robuta

Pada tahun 1900 kopi robusta masuk ke Indonesia. Kopi robusta tumbuh pada
ketinggian 400-700 mdpl. Morfologi dari kopi robusta yaitu memiliki tajuk yang lebar,
perwatakan besar, daun dari kopi robusta cenderung lebih besar dari kopi arabika.
Produksi kopi robusta sekitar 30% dari total produksi kopi dunia.

Sumber : (SILITONGA, 2019)


Kandungan kimia yang terdapat dalam kopi Robusta

Komponen Konsentrasi (g/100g)


Green Coffea canephora Roasted Coffea canephora
Sukrosa 0.9-4.0 1.6-tr
Gula pereduksi 0.4 0.3
Polisakarida 48-55 37
Lignin 3.0 3.0
Pectin 2.0 2.0
Protein 10.0-11.0 7.5-1.0
Asam Amino Bebas 0.8-1.0 Tidak terdeteksi
Kafein 1.5-2.5 2.4-2.5
Trigonelline 0.6-0.7 0.7-0.3
Asam nikotinik - 0.014-0.025
Minyak kopi (trigliserida, 7.0-10.0 11.0
sterol/tocopherol)
Diterpen 0.2-0.8 0.2
Mineral 4.4-4.5 47
Asam Klorogenat 6.1-11.3 3.3-3.8
Asam Alifatik 1.0 1.6
Asam Quinic 0.4 1.0
Melanoidins - 25
Sumber : (Farhaty, 2012)

2.2. Dekafeinasi
Dekafeinasi merupakan sebuah proses penurunan kadar kafein pada biji kopi hijau.
Proses dekafein biasanya dilakukan sebelum proses penyangraian menggunakan
pelarut air, organik dan anorganik. Dekafeinasi bisa digunakan dengan cara
melakukan fermentasi dengan bantuan enzim. Terdapat beberapa enzim yang
digunakan seperti enzim papain yang berasal sari buah pepaya dan enzim bromelin
yang bisa berasal dari buah nanas. Pada kopi dekafeinasi hewan luwak fermentasi
terjadi di dalam lambung hewan luak dan menggunakan enzim protease sebagai
pemecah protein (Sulistyaningtyas et al., 2017).

2.3. Kelor (Moringa Oleifera Lam)


Moringa oleifera Lam merupakan spesies dari Moringaceae. Daun kelor merupakan
tanaman yang berasal dari kaki bukit selatan Himalaya, namun daun kelor merupakan
tanaman yang sudah tersebar di seluruh dunian termasuk di Indonesia. Daun kelor
memiliki banyak kandungan yang dapat memerangi kekurangam gizi pada anak-anak
serta meningkatkan kekebalan tubuh. Adapun klasifiksi dari kelor yaitu:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam
Kelor (Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, memiliki tinggia 7-12 m.
Memiliki batang berkayu, tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar.
Kelor (Moringa oleifera) bapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah.
Daun kelor memiliki bentuk daun yang majemuk, bertangkai panjang, tersusun
berseling. Pada daun muda memiliki warna hijau muda dan pada daun tua berwarna
hijau tua. Daun kelor memiliki panjang dan lebar 1-2 cm, tipis lemas, ujung dan
pangkal tumpul disusun oleh tulang yang menyirip dengan permukan atas dan bawah
yang halus. Daun kelor memiliki kandungan vitamin A, vitamin C, vitamin B,
kalsium, kalium, besi dan protein.
2.4. Enzim protease
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Proses penurunan kadar kafein pada kopi robusta menggunakan berbagai konsentrasi
ekstrak daun kelor ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Pertanian
Program Studi Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu. Waktu penelitian Belangsung pada bulan Oktober-
Desember 2021.
3.2. Alat dan bahan
Bahan yang digunakan adalah daun kelor (Moringa oleifera L.) dari pasar lokal. Alat
yang digunakan adalah: Blender, baskom, alat pengaduk, gelas ukur, timbangan analitik,
erlemeyer, Mesin Roasting, Mesin Pengecil Ukuran Kopi (Grinding), Oven, Tanur,
Desikator, Moisture Meter dan bahan kimia: Magnesium Oksida, asam sulfat (H2SO4),
kalium hidroksida (KOH), kloroform (CHCl3), kertas saring, dan akuades
3.3. Metode penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental di Laboratorium
dengan analisis deskriptif. Penelitian dilakukan dengan konsetrasi daun kelor (25%, 50%,
75%, 90% dan 0%) dan waktu Fermentasi (36 jam).
3.4. Rancangan percobaan
Pada percobaan ini akan digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan parameter
pengamatan warna, tekstur, aroma dan rasa. Faktornya yaitu konsentrasi ekstrak daun
kelor (K) dengan perbandingan ekstrak daun kelor 25% (K1), ekstrak daun kelor 50%
(K2),ekstrak daun kelor 75% (K3), ekstrak daun kelor 90% (K4) dan ekstrak daun kelor
(0%) (K5). Terdapat 5 taraf dengan 3 kali pengulangan sehingga menghasilkan 15 unit
percobaan.
Faktor rasio konsentrasi ekstrak daun kelor dengan air pada penurunan kadar kafein pada
kopi robusta yaitu:
K1 : Daun Kelor 25% : Air 75%
K2 : Daun Kelor 50% : Air 50%
K3 : Daun Kelor 75% : Air 25%
K4 : Daun Kelor 90% : Air 10%
K5: 100% Air sebagai control
Rancangan Penelitian

Ekstrak Ulangan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
daun kelor
K1 K1U1 K1U2 K1U3
K2 K2U1 K2U2 K2U3
K3 K3U1 K3U2 K3U3
K4 K4U1 K4U2 K4U3
K5 K4U1 K4U2 K4U3

Urutan pengacakan perlakuan

Ekstrak Ulangan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
daun kelor
K1 K1(5) K2(11) K4(7)
K2 K2(15) K1(9) K5(12)
K3 K3(1) K5(6) K1(2)
K4 K2(4) K4(8) K3(10)
K5 K5(13) K3(3) K4(14)
Keterangan : 1-15 merupakan angka pengacakan perlakuan

3.5. Tahapan penelitian


Tahapan awal dari penelitian ini yaitu penyiapan bahan baku berupa kopi ceri yang
berasal dari desa Air Putih, kecamatan Curup Selatan, kabupaten Rejang Lebong.
Pembuatan bubuk kopi dimulai dari kopi ceri melalui proses sortasi. Kemudian setelah itu
masuk ke proses rambang dimana proses ini dilakukan dengan cara merendam kopi ceri
dan memisahkan antara kopi yang mengapung (tidak bagus) dan kopi yang tenggelam
yang bagus. Setelah itu masuk keproses pulping dimana proses ini untuk memisahkan biji
kopi dari kulit terluar . lalu masuk ke proses fermentasi masing-masing kopi di timbang
sebanyak 250 gram kemudian di fermentasi didalam wadah tertutup dengan penambahan
masing-masing dengan perlakuan yang telah ditentukan. Waktu yang digunakan dalam
fermentasi yaitu 36 jam. Kemudian setelah itu proses pencucian menggunakan air untuk
membersihkan sisa-sisa lendir yang tersisa dari hasil fermentasi. Langkah selanjutnya
yaitu proses pengeringan dilakukan 2-3 jam dengan panas matahari. Setelah itu kopi di
sangrai selama 15 menit dengan suhu 180ᵒc lalu didingankan sejenak. Hasil sangraian
kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling. Bubuk kopi dilakukan pengayakan
dengan saringan 50 mesh sehingga menjadi bubuk kopi.

3.6. Parameter Pengamatan


Parameter yang dianalisis untuk mutu kopi dari hasil penelitian adalah: Uji kadar kafein
(SNI 01-3542-2004) untuk mengetahui penurunan kadar kafein yang terjadi setelah
penambahan konsentrasi daun kelor. Uji hedonik (cita rasa dan aroma), dimana atribut
dari uji hedonik berasal dari 15 panelis. Uji kadar air (SNI 01-2907-2008) dan kadar abu
(SNI 01-3542-2004) juga dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dengan
penambahan konsentrasi daun kelor. Kopi hasil penelitian juga akan dibandingkan
hasilnya dengan standar SNI 01-3542- 2004
3.7. Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adlaah Analisa varian/ANOVA
dengan α= 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan analisis dekstiptif presentase
digunakan uji kesukaan.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, I. W., Nocianitri, K. A., & Yusasrini, N. L. A. (2016). Kajian Kandungan Kafein
Kopi Bubuk, Nilai pH dan Karakteristik Aroma dan Rasa Seduhan Kopi Jantan (Pea
berry coffee) dan Betina (Flat beans coffee) Jenis Arabika dan Robusta. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Pangan (Itepa), 5(1), 1–12.

Budiharto, A., Budiharto, A., & Budiharto, A. (2010). Budidaya dan Pasca Panen KOPI.
Nitro PDF Professional.

Diantoro, A., Rohman, M., Budiarti, R., & Palupi, H. T. (2015). Pengaruh Penambahan
Ekstrasi Daun Kelor (Moringa Oleifera L.) Terhadap Yoghurt. Jurnal Teknologi Pangan,
6(2), 59–66. https://doi.org/10.31851/indobiosains.v2i1.4344

El Kiyat, W., Mentarib, D., & Santosob, N. (2019). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal
of Scientific and Applied Chemistry Title: Review: Potential of Microbial cellulase,
xylanase, and protease on in vitro fermentation of civet ( Paradoxurus hermaphroditus )
coffee. Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi, 22(2), 58–66.

Ernawati, R., Arief, R. W., & Slameto. (2008). Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. In
Analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani. BADAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN.

Fahmi Arwangga, A., Raka Astiti Asih, I. A., & Sudiarta, I. W. (2016). Analisis Kandungan
Kafein Pada Kopi Di Desa Sesaot Narmada Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis.
Jurnal Kimia, 10(1), 110–114. https://doi.org/10.24843/jchem.2016.v10.i01.p15

Farhaty, N. (2012). Tinjauan Kimia dan Aspek Farmakologi Senyawa Asam Klorogenat pada
Biji Kopi: Review. Farmaka, 14, 214–227.

Fathimah, A. N., & Wardani, A. K. (2014). Ekstraksi dan Karakterisasi Enzim Protease dari
Daun Kelor (Moringa oliefera Lamk.). Jurnal Teknologi Pertanian, 15(3), 191–200.

Hanifah, N., & Kurniawati, D. (2013). Pengaruh larutan alkali dan yeast pada proses
pembuatan kopi fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, 2(2), 162–168.

Isman, F. R. (2016). Analisis Kemurnian Serbuk Kopi dengan Metode NIR-Kemometrik. 1–


62.

J. Daisa, E. Rossi, I. D. (2017). PEMANFAATAN EKSTRAK KASAR ENZIM PAPAIN


PADA PROSES DEKAFEINASI KOPI ROBUSTA. Jom Faperta, 4(1), 1–14.
Oktadina, F. D., Argo, B. dwi, & Hermanto, M. B. (2013). Pemanfaatan nanas ( Ananas
Comosus L . Merr ) untuk penurunan kadar kafein dan perbaikan citarasa kopi ( Coffea
Sp ) dalam pembuatan kopi bubuk. Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem, 1(3),
265–273.

Rahayu, M. (2019). Analisis Pengaruh Konsumsi Kopi Dengan Denyut Jantung Pada
Pemuda. Unistek, 6(2), 5–12. https://doi.org/10.33592/unistek.v6i2.172

SILITONGA, D. S. B. (2019). Identifikasi dan Karakterisasi Jenis-jenis Kopi (Coffea spp.) di


Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. 138.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/19665

Sulistyaningtyas, A. R., Prihastanti, E., Hastuti, E. D., Kesehatan, A., Keperawatan, I., &
Kesehatan, I. (2017). Performa Green Bean Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.Ex De
Will) setelah Perendaman Limbah Tahu dengan Jenis dan Konsentrasi yang Berbeda
The Robusta Green Bean Coffee Performance (Coffea robusta Lindl.Ex De Will) after
Soaking on Waste Tofu with Differ. 2.

Widya Charlinia. (2016). PENGARUH PENAMBAHAN BUAH MENGKUDU (Morinda


citrifolia L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KADAR KAFEIN BIJI
KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) SKRIPSI. Universitas Bengkulu, 34.

Aditya, I. W., Nocianitri, K. A., & Yusasrini, N. L. A. (2016). Kajian Kandungan Kafein
Kopi Bubuk, Nilai pH dan Karakteristik Aroma dan Rasa Seduhan Kopi Jantan (Pea
berry coffee) dan Betina (Flat beans coffee) Jenis Arabika dan Robusta. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Pangan (Itepa), 5(1), 1–12.

Budiharto, A., Budiharto, A., & Budiharto, A. (2010). Budidaya dan Pasca Panen KOPI.
Nitro PDF Professional.

Diantoro, A., Rohman, M., Budiarti, R., & Palupi, H. T. (2015). Pengaruh Penambahan
Ekstrasi Daun Kelor (Moringa Oleifera L.) Terhadap Yoghurt. Jurnal Teknologi Pangan,
6(2), 59–66. https://doi.org/10.31851/indobiosains.v2i1.4344

El Kiyat, W., Mentarib, D., & Santosob, N. (2019). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal
of Scientific and Applied Chemistry Title: Review: Potential of Microbial cellulase,
xylanase, and protease on in vitro fermentation of civet ( Paradoxurus hermaphroditus )
coffee. Jurnal Kimia Sains Dan Aplikasi, 22(2), 58–66.

Ernawati, R., Arief, R. W., & Slameto. (2008). Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. In
Analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani. BADAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN.

Fahmi Arwangga, A., Raka Astiti Asih, I. A., & Sudiarta, I. W. (2016). Analisis Kandungan
Kafein Pada Kopi Di Desa Sesaot Narmada Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis.
Jurnal Kimia, 10(1), 110–114. https://doi.org/10.24843/jchem.2016.v10.i01.p15

Farhaty, N. (2012). Tinjauan Kimia dan Aspek Farmakologi Senyawa Asam Klorogenat pada
Biji Kopi: Review. Farmaka, 14, 214–227.

Fathimah, A. N., & Wardani, A. K. (2014). Ekstraksi dan Karakterisasi Enzim Protease dari
Daun Kelor (Moringa oliefera Lamk.). Jurnal Teknologi Pertanian, 15(3), 191–200.

Hanifah, N., & Kurniawati, D. (2013). Pengaruh larutan alkali dan yeast pada proses
pembuatan kopi fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, 2(2), 162–168.

Isman, F. R. (2016). Analisis Kemurnian Serbuk Kopi dengan Metode NIR-Kemometrik. 1–


62.

J. Daisa, E. Rossi, I. D. (2017). PEMANFAATAN EKSTRAK KASAR ENZIM PAPAIN


PADA PROSES DEKAFEINASI KOPI ROBUSTA. Jom Faperta, 4(1), 1–14.

Oktadina, F. D., Argo, B. dwi, & Hermanto, M. B. (2013). Pemanfaatan nanas ( Ananas
Comosus L . Merr ) untuk penurunan kadar kafein dan perbaikan citarasa kopi ( Coffea
Sp ) dalam pembuatan kopi bubuk. Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem, 1(3),
265–273.

Rahayu, M. (2019). Analisis Pengaruh Konsumsi Kopi Dengan Denyut Jantung Pada
Pemuda. Unistek, 6(2), 5–12. https://doi.org/10.33592/unistek.v6i2.172

SILITONGA, D. S. B. (2019). Identifikasi dan Karakterisasi Jenis-jenis Kopi (Coffea spp.) di


Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. 138.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/19665

Sulistyaningtyas, A. R., Prihastanti, E., Hastuti, E. D., Kesehatan, A., Keperawatan, I., &
Kesehatan, I. (2017). Performa Green Bean Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.Ex De
Will) setelah Perendaman Limbah Tahu dengan Jenis dan Konsentrasi yang Berbeda
The Robusta Green Bean Coffee Performance (Coffea robusta Lindl.Ex De Will) after
Soaking on Waste Tofu with Differ. 2.

Widya Charlinia. (2016). PENGARUH PENAMBAHAN BUAH MENGKUDU (Morinda


citrifolia L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KADAR KAFEIN BIJI
KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) SKRIPSI. Universitas Bengkulu, 34.

Anda mungkin juga menyukai